Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Analisis Potensi Unggulan dan Daya Saing Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Jembrana

NI MADE MEIDAYANI, MADE ANTARA*, WIDHIANTHINI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: [email protected] * [email protected]

Abstract

Analysis of Superior Potential and Competitiveness of Plantation Crop Commodities in Jembrana Regency

Plantation has a strategic position in the development of the agricultural sector in Jembrana. The research objective is to identify the leading plantation crop commodities in Jembrana Regency and to identify the competitiveness of the plantation crop commodities in each District in Jembrana Regency. Data were analyzed using Location Quetient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), and Shift Share Analysis (SSA) methods. The results show that each District in Jembrana Regency has different superior and number of plantation crops commodities that analyzed from the 11 plantation crops commodities, but these superior plantation crops commodities did not necessarily have competitiveness. The superior plantation crop commodities based on the results of the LQ analysis include deep coconut, deres coconut, hybrid coconut, clove, nutmeg, cocoa, robusta coffee, vanilla, coconut, kapok and tobacco. Plantation commodities in each district in Jembrana Regency that have the competitiveness are: deep coconut, deres coconut, early coconut and vanilla (Melaya District), deres coconut, hybrid coconut, early coconut, cocoa, robusta coffee, vanilla and nutmeg (Negara District), hybrid coconut, cocoa and nutmeg (Jembrana District), deep coconut, hybrid coconut, clove, robusta coffee and nutmeg (Mendoyo District), Pekutatan District does not have competitive plantation crops commodities.

Keywords: superiority, competitiveness, plantation crops

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris seyogyanya mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber ekonomi maupun sebagai penopang pembangunan. Kegiatan pertanian merupakan upaya manusia mengelola sumber daya alam: lahan, air, tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan dan energi sehingga dapat hidup secara layak menurut peradaban dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang memberikan landasan untuk daerah dalam rangka pembangunan daerah hendaknya didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh daerah itu sendiri. Pemerintah pusat telah membuat kebijakan khusus untuk daerah dalam rangka pembangunan daerah, yaitu desentralisasi yang merupakan kapasitas daerah untuk menyesuaikan strategi pembangunan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan khusus daerah (Andrea et. al, 2012).

Sasaran pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan (Andriyani, 2014). Pemerintahan daerah dapat melakukan kegagalan perencanaan pembangunan daerah jika tidak mampu mengidentifikasi potensi unggulan daerahnya (Badrudin, 2012). Subsektor perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian dapat berperan aktif dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah.

Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Terdapat dua faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi potensi kegiatan-kegiatan ekonomi daerah. Pertama, sektor ekonomi yang unggul atau mempunyai daya saing dalam beberapa periode tahun terakhir dan kemungkinan prospek sektor ekonomi dimasa datang. Kedua, sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di masa mendatang, walaupun belum memiliki daya saing yang baik. Pembangunan ekonomi yang optimal bila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) (Widodo, 2007). Sektor unggulan tersebut bukan hanya mampu memenuhi permintaan dari dalam daerah saja namun juga mampu untuk memenuhi permintaan dari luar daerahnya (Kusuma dan Utama, 2015).

Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki posisi strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) untuk dikembangkan di suatu wilayah (Hendayana, 2003).

Kabupaten Jembrana merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Bali terletak di belahan barat Pulau Bali, dan terdiri atas 5 kecamatan, yakni Kecamatan Jembrana, Kecamatan Mendoyo, Kecamatan Pekutatan, Kecamatan Negara dan Kecamatan Melaya. Kabupaten Jembrana secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 841,80 km2 atau 14,93 persen dari total luas wilayah Pulau Bali, dan 18 persen luas lahan di Jembrana digunakan untuk perkebunan walaupun masih bersifat perkebunan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan mempunyai kedudukan yang strategis dalam pengembangan sektor pertanian di Jembrana. Apalagi peningkatan kualitas dan produksi hasil-hasil perkebunan merupakan salah satu tujuan pembangunan sub sektor perkebunan (BPS, 2018).

Potensi yang di miliki Kabupaten Jembrana belum berkembang secara berkelanjutan dan belum tentu semuanya unggul dan memiliki daya saing, oleh karena itu perlu diidentifikasi tanaman perkebunan yang menjadi basis dan mempunyai daya saing. Dengan menentukan tanaman yang unggul dan memiliki daya saing diharapkan membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dalam rangka mengembangkan perekonomian regional Kabupaten Jembrana ke depan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

  • 1.    Tanaman perkebunan apa yang menjadi unggul di Kabupaten Jembrana ?

  • 2.    Bagaimana daya saing komoditi tanaman perkebunan di tiap kecamatan di Kabupaten Jembrana?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Mengidentifikasi komoditi tanaman perkebunan yang menjadi   unggul di

Kabupaten Jembrana.

  • 2.    Mengidentifikasi daya saing komoditi tanaman perkebunan di tiap kecamatan di Kabupaten Jembrana.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2020 dan penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Jembrana, yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali. Pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive methode), yaitu dengan beberapa dasar pertimbangan yaitu Kabupaten Jembrana memiliki perkebunan yang cukup luas dan berbagai macam jenis tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Jembrana yang belum tentu semuanya unggul dan memiliki daya saing.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data jumlah produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Jembrana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi Pustaka, Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa jurnal-jurnal, buku yang terkait dalam penelitian ini.

  • 2.3    Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  • 1.    Location Quotient (LQ)

Menurut Tarigan (2005), analisis LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara rasional. Secara matematis formula LQ adalah sebagai berikut:

LQi = τ∏j………………………………..(1)

Keterangan:

Yij : Nilai produksi komoditi perkebunan di tiap Kecamatan (ton/ha)

Yj : Total nilai produksi komoditi perkebunan di tiap Kecamatan (ton/ha)

Yi : Nilai produksi komoditi perkebunan di Kabupaten Jembrana (ton/ha)

Y : Total nilai produksi komoditi perkebunan di Kabupaten Jembrana (ton/ha).

Apabila hasil perhitungan menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor basis. Artinya jenis tanaman perkebunan tersebut mampu memenuhi produksi daerah dan keluar daerah., LQ = 1, artinya jenis tanaman perkebunan tersebut mampu memenuhi produksi dari daerahnya namun tidak bisa melakukan ekspor, LQ < 1, berarti bukan sektor basis. Artinya jenis tanaman perkebunan tersebut belum mampu memenuhi produksi dari daerahnya sendiri sehingga melakukan impor ke dari daerah lain.

  • 2.    Dynamic Location Quotient (DLQ)

Mengetahui suatu komoditi tanaman perkebunan yang tergolong basis atau non basis, maka kita dapat mengetahui komoditi tersebut akan lebih mendapat prioritas untuk dikembangkan sebagai potensi di Kabupaten Jembrana. Untuk mengetahui peranan sektor di masa yang akan datang, maka digunakan analisis Dynamic Location Quotient (Nugroho, 2010).

f'{l+gιk)l     V

(l+g{p∏    ……………………….(2)

/(l+sp),

Keterangan :

DLQ : Peranan sektor di masa yang akan datang

gik : Rata-rata pertumbuhan nilai komoditi tanaman perkebunan di tiap Kecamatan

gk : Rata-rata pertumbuhan nilai total komoditi tanaman perkebunan di tiap Kecamatan

gip : Rata-rata pertumbuhan nilai komoditi tanaman perkebunan di Kabupaten Jembrana

gp : Rata-rata pertumbuhan nilai total komoditi tanaman perkebunan di Kabupaten Jembrana

t      : Jumlah tahun yang dianalisis

Hasil perhitungan DLQ menghasilkan dua kriteria yaitu :

  • a.    DLQ > 1 : Komoditi tanaman perkebunan masih dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis pada masa yang akan datang.

  • b.    DLQ < 1 : Komoditi tanaman perkebunan tidak dapat diharapkan menjadi sektor basis di masa yang akan datang.

  • 3.    Shift Share Analysis (SSA)

Menurut Tarigan (2007), Analisis shift share untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan sektor (industri) di wilayah yang sempit disebut daerah dengan wilayah yang lebih luas disebut nasional. Pertumbuhan komoditas tanaman perkebunan diukur melalui Shift Share Analysis (SSA).

Pertumbuhan pangsa wilayah digunakan untuk mengukur seberapa besar daya saing atau keunggulan kompetitif suatu komoditas perkebunan tertentu di tingkat wilayah kecamatan dibandingkan dengan total komoditas yang sama di tingkat wilayah kabupaten/kota.

Adapun formulasi dari komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah tersebut:

PPWij = g-3……………………………..(3) Keterangan:

PPWij : Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Y’i : Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten/kota pada tahun t (terakhir)

Yi : Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten/kota pada tahun p (permulaan)

Y’ij : Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kecamatan pada tahun t (terakhir) Yij : Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kecamatan pada tahun p (permulaan).

  • 3    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Komoditi Unggulan Tanaman Perkebunan Jembrana

Kabupaten Jembrana memiliki tanaman perkebunan sebanyak 11 tanaman yang tersebar di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana antara lain kelapa dalam, kelapa deres, kelapa hybrida, kelapa genjah, cengkeh, kakao, kopi robusta, panili, kapok, pala dan tembakau. Pada Tabel 1. di bawah ini tertera tanaman perkebunan yang diantaranya merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan di Kabupaten Jembrana dengan memiliki nilai LQ lebih besar dari 1 di masing-masing kecamatan.

Tabel 1.

Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Jembrana Tahun 2014 sampai dengan 2018

No

Komoditas Tanaman Perkebunan

Wilayah Komoditas Unggulan di Kabupaten Jembrana

1

2

1

Kelapa Dalam

Negara, Jembrana dan Mendoyo

2

Kelapa Deres

Melaya, Negara dan Jembrana

3

Kelapa Hybrida

Negara, Jembrana, dan Pekutatan

4

Kelapa Genjah

Pekutatan

5

Cengkeh

Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan

6

Kakao

Melaya dan Pekutatan

7

Kopi Robusta

Mendoyo dan Pekutatan

8

Panili

Jembrana dan Mendoyo

9

Kapok

Pekutatan

10

Pala

Negara, Jembrana, dan Pekutatan

11

Tembakau

Negara

Sumber: BPS Tahun 2014 sampai dengan 2018 (data diolah)

Berdasarkan dari Tabel 1. bahwa tidak semua komoditas tanaman perkebunan ini menjadi unggulan di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana, bahkan satu komoditi menjadi unggulan hanya di satu kecamatan yakni kelapa genjah dan kapok di Kecamatan Pekutatan sedang tembakau menjadi unggulan hanya di Kecamatan Negara. Hal ini dimungkinkan karena keadaan tofografi dan geografis masing-masing kecamatan tidak sama. Cengkeh menjadi unggulan di Kecamatan Jembrana, Mendoyo, dan Pekutatan disebabkan oleh sebagian wilayah di ketiga kecamatan ini terdiri atas dataran tinggi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkeh. Demikian juga tanaman kelapa disebabkan oleh luasnya tanah tegalan atau perkebunan di kecamatan bersangkutan dibanding dengan sawah.

Tabel 2.

Rata-Rata Nilai LQ Komoditi Tanaman Perkebunan Tiap Kecamatan di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2014-2018

Kecamatan

Rata-Rata LQ Komoditi Tanaman Perkebunan

Kelapa dalam

Kelapa deres

Kelapa

Hybrida

Kelapa Genjah

Cengkeh

Kakao

1

2

3

4

5

6

7

Melaya

0,98

1,81

0,41

0,31

0,08

1,29

Negara

1,11

1,98

2,02

0,98

0,23

0,36

Jembrana

1,05

1,22

1,05

0,75

1,37

0,66

Mendoyo

1,02

0,00

0,75

0,84

1,58

0,98

Pekutatan

0,59

0,65

1,14

4,18

2,32

2,62

Lanjutan

Kecamatan

Rata-Rata LQ Komoditi Tanaman Perkebunan

Kopi Robusta

Panili

Kapok

Pala

Tembakau

8

9

10

11

12

13

Melaya

0,24

0,93

0

0

0,4

Negara

0,16

0,39

0,35

1,69

2,45

Jembrana

0,6

1,74

0

1,16

0

Mendoyo

1,58

1,15

0

0,86

0

Pekutatan

2,7

0,78

9,15

2,49

0

Sumber :BPS 2014 sampai dengan 2018 (data diolah)

  • 3.2    Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Tabel 3.

Rata-Rata DLQ Komoditi Tanaman Perkebunan

Tiap Kecamatan di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Jumlah Produksi

Tahun 2014-2018

Kecamatan

Rata-Rata DLQ Komoditi Tanaman Perkebunan

Kelapa dalam

Kelapa deres

Kelapa Hybrida

Kelapa Genjah

Cengkeh

Kakao

1

2

3

4

5

6

7

Melaya

0,84

0,51

-11,27

1,08

3,50

0,80

Negara

0,69

0,57

-0,21

-0,27

17,23

1,18

Jembrana

0,81

-0,18

-3,60

-2,60

5,99

-0,49

Mendoyo

0,76

-0,40

6,95

0,84

-5,13

1,41

Pekutatan

0,77

-1,04

10,65

-0,87

5,97

0,82

Lanjutan

Rata-Rata DLQ Komoditi Tanaman Perkebunan

Kecamatan

Kopi Robusta

Panili

Kapok

Pala

Tembakau

8

9

10

11

12

13

Melaya

-3,42

0,1

0,53

-0,02

0,4

Negara

3,27

0,41

11,57

0,52

0,85

Jembrana

1,66

0,5

0,02

-0,98

0,02

Mendoyo

-175,93

0,5

0,79

0,41

-0,02

Pekutatan

0,65

0,4

-1,12

4,03

-0,17

Sumber :BPS 2014 sampai dengan 2018 (data diolah)

Berdasarkan data Tabel 3. diperoleh bahwa komoditi tanaman perkebunan yang memiliki nilai rata-rata DLQ > 1, di Kecamatan Melaya yaitu hanya cengkeh dan diikuti kelapa genjah Kecamatan Negara terdapat 4 komoditi tanaman perkebunan yaitu cengkeh, kapok, kopi robusta, dan kakao. Kecamatan Jembrana 2 komoditi tanaman perkebunan yaitu cengkeh dan kopi robusta. Kecamatan Mendoyo

terdapat 2 komoditi tanaman perkebunan yaitu kelapa hybrida dan kakao. Kecamatan Pekutatan terdapat 3 komoditi tanaman perkebunan yaitu kelapa hybrida, cengkeh dan pala,. Komoditi tanaman perkebunan yang memiliki nilai DLQ > 1 artinya laju pertumbuhan tanaman perkebunan tersebut mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan komoditi tanaman perkebunan lainnya.

  • 3.3    Daya Saing Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Jembrana

Berdasarkan data Tabel 4. menunjukkan beberapa tanaman perkebunan yang memiliki daya saing pada setiap kecamatan. Tanaman perkebunan di Kabupaten Jembrana ada dua jenis tanaman yang tidak mempunyai daya saing yaitu kapok dan tembakau dikarenakan jumlah produksi yang minim. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat petani untuk mengembangkan tanaman kapok mengingat kemajuan teknologi dimana bahan kapok sudah tidak diminati sebagai bahan baku kasur dan bantal. Sedang tembakau hanya diusahakan bila ada pihak swasta yang mau mengembangkan, itupun sifatnya musiman. Daya saing komoditi Tanaman di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4.

Daya Saing Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Jembrana Tahun 2014 dan 2018

No

Komoditas

Tanaman Perkebunan

Kecamatan di Kabupaten Jembrana Wilayah

Komoditas Yang Memiliki

Daya Saing

1

2

1

Kelapa Dalam

Kecamatan Melaya dan Kecamatan Mendoyo

2

Kelapa Deres

Kecamatan Melaya dan Kecamatan Negara

Kecamatan Negara, Kecamatan Jembrana dan

3

Kelapa Hybrida

Kecamatan Mendoyo

4

Kelapa Genjah

Kecamatan Melaya dan Kecamatan Negara

5

Cengkeh

Kecamatan Mendoyo

6

Kakao

Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana

7

Kopi Robusta

Kecamatan Negara dan Kecamatan Mendoyo

8

Panili

Kecamatan Melaya dan Kecamatan Negara

9

Kapok

-

Kecamatan Negara,Kecamatan Jembrana dan

10

Pala

Kecamatan Mendoyo

11

Tembakau

-

Sumber:BPS Tahun 2014 dan 2018 (data diolah)

Tabel 5.

Daya Saing Komoditi Tanaman Perkebunan Tiap Kecamatan di Kabupaten Jembrana Tahun 2014-2018

Daya Saing Komoditi Tanaman Perkebunan

Kecamatan

Kelapa dalam

Kelapa deres

Kelapa Hybrida

Kelapa Genjah

Cengkeh

Kakao

1

2

3

4

5

6

7

Melaya

100,15

1,96

-1,54

1,41

-6,63

-62,30

Negara

-551,67

18,80

1,76

2,10

-49,50

85,90

Jembrana

-308,89

-6,55

0,60

-1,09

-19,66

62,30

Mendoyo

905,48

0,00

1,48

-1,29

86,44

-70,20

Pekutatan

-118,06

-14,22

-2,30

-1,11

-10,65

-15,70

  • 4    Kesimpulan dan Saran

    • 4.2   Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa komoditas tanaman perkebunan yang unggul dari hasil analisis LQ yang tersebar di tiap kecamatan, Kabupaten Jembrana yaitu kelapa dalam, kelapa deres, kelapa hybrida, cengkeh, pala, kakao, kopi robusta, panili, kelapa genjah, kapok dan tembakau. Komoditas perkebunan yang mempunyai daya saing tiap kecamatan di Kabupaten Jembrana adalah Kecamatan Melaya: kelapa dalam, kelapa deres, kelapa genjah dan panili, Kecamatan Negara: kelapa deres, kelapa hybrida, kelapa genjah, kakao, kopi robusta, panili dan pala, Kecamatan Jembrana: kelapa hybrida, kakao dan pala, Kecamatan Mendoyo: kelapa dalam, kelapa hybrida, cengkeh, kopi robusta dan pala, Kecamatan Pekutatan tidak memiliki komoditas tanaman perkebunan yang mampu bersaing dimana hasil dari analisis tersebut bernilai minus dan nol.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran yaitu komoditas tanaman perkebunan yang unggul di tiap kecamatan dan memiliki daya saing serta merupakan basis Kabupaten Jembrana dipertahankan potensinya secara berkelanjutan dan bersinergi antara petani dan pemerintah daerah. Komoditas

tanaman perkebunan yang unggul di tiap kecamatan namun tidak memiliki daya saing perlu kiranya dilakukan usaha-usaha ke arah peningkatan daya saing dengan cara penerapan teknologi budidaya yang memadai sejak persiapan lahan sampai dengan penanganan pasca panen.

  • 5 .    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu kepada Badan Pusat Statistik Kabupaten Jembrana, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya

Daftar Pustaka

Andrea Ascani, Riccardo Crescenzi, dan Simona Iammarino. 2012. New Economic

Geography and Economic Integration: A Review. Department of Geography and Environment London School of Economics and Political Science.

Andriyani, Sri. 2014. Analisis Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Karangasem. Skripsi tidak dipublikasi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018. Tersedia pada

https://jembranakab.bps.go.id.

Badrudin, Rudy. 2012. Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten/Kota Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Tipologi Klasen dan Location Quotient. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 7(1):17-37.

Hendayana. 2003. Aplikasi Metode LQ Dalam Penentuan Komoditas Unggulan

Nasional. Informatika Pertanian vol. 12. Tersedia pada:

http://www.litbang.pertanian.go.id/warta-ip/pdf-file/rahmadi-12.pdf.

Kusuma Aprilia, dan Utama Suyana. 2015. Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran

Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Jurnal EP Unud, 4(3):169-179

Nugroho, A.D. 2010. Komoditas unggulan tanaman pangan di Pulau Jawa. Jurnal

Agro Ekonomi Vol. 17 No.1 : 67-72.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Tarigan, R. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi cetakan ke empat. Jakarta :PT. Bumi Aksara.

Tarigan, R. 2009. “Perencanaan Pembangunan Wilayah”. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widodo, 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Lanjutan


Kecamatan

Daya Saing Komoditi Tanaman Perkebunan

Kopi Robusta

Panili

Kapok

Pala

Tembakau

8

9

10

11

12

13

Melaya

-2,67

0,02

0

0

0

Negara

4,66

0,01

0

0,99

0

Jembrana

-1,69

0

0

1,14

0

Mendoyo

38,21

-0,04

0

1,01

0

Pekutatan

-38,51

0

0

-3,14

0

Sumber :BPS 2014 sampai dengan 2018 (data diolah)


https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

652