Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Pemberdayaan Petani Jeruk di Desa Batukaang Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

I GUSTI NGURAH KETUT SURYA DHARMA, NYOMAN PARINING*,

I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: ngurahsuryadharma1@gmail.com * pariningnyoman6@gmail.com

Abstract

Empowerment of Citrus Farmers in Batukaang Village, Kintamani District, Bangli Regency

Batukaang village is a citrus producing village located in Kintamani District. Almost all of the people in this village work as citrus farmers. During harvest season, citrus price fluctuates and all the farmers must sell their produce at low price. The study aims to assess the state of empowerment of citrus farmers based on “4 developments” theory. The study uses descriptive analysis method and involved 60 respondents determined through simple random sampling technique. The results of this study indicate that the condition of human development is in the fair category (35%), the condition of business development is in the poor category (41.7%), the condition of institutional development is in the excellent category (33.3%) and the condition of the environmental development is in the poor category (76,6%). It is recommended that extension agents should be more enthusiastic in guiding citrus farmers by presenting new innovations and information more frequently as well as spending more time in assisting the farmers. Citrus farmers should start processing their produce into a processed product to increase the price of the citrus and to avoid the price impact of the harvest. Farmers need to maintain their condition in institutional development and to use environmentally friendly inputs for the sustainability of agriculture in the area.

Keywords: batukaang village, empowerment, citrus farmers, developments theory

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Bali merupakan sebuah pulau beriklim tropis yang terletak di Negara Indonesia. Masyarakat di Bali khususnya di daerah pedesaan dominan memiliki profesi sebagai petani. Sektor pertanian umumnya merupakan salah satu sektor yang berpotensi menjadi tempat untuk berinvestasi (Winters, 1998). Bangli merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentral produksi komoditas jeruk di Pulau Bali. Jeruk merupakan jenis buah-buahan yang memiliki bentuk bulat dan kebanyakan

berwarna kuning dan orange Buah jeruk memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi, selain kandungan vitamin C nya, jeruk juga memiliki kandungan lainnya yang sangat baik untuk tubuh seperti karbohidrat, potassium, folat, kalsium, vitamin B1-B6, dan senyawa fitokimia (Zamzami, 2014). Dari seluruh kecamatan yang terdapat di Bangli, Kintamani menjadi kecamatan yang memiliki kontribusi tertinggi dalam produksi komoditas jeruk di Kabupaten Bangli dengan total hasil produksi jeruk pada 2015 sebesar 99.353 ton.

Melimpahnya hasil produksi jeruk di Kecamatan Kintamani khususnya Desa Batukaang tentu dapat memberikan resiko yang tinggi bagi para petani jeruk apabila terjadi panen raya. Saat terjadi panen raya, harga jeruk mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Pada 10 juli 2019 saat panen raya harga jeruk anjlok hingga Rp. 3.000,- per kilogram nya yang dimana telah menjadi yang terendah dari tahun-tahun sebelumnya (Freedey, 2019). Panen raya dapat memberikan dampak terhadap harga komoditas jeruk karena hasil produksi jeruk yang melebihi pasar sehingga menjadi pemicu terjadinya fluktuasi harga jeruk khususnya di Desa Batukaang.

Para petani di Desa Batukaang tidak berdaya saat terjadi panen raya hal ini disebabkan karena proses pemberdayaan manusia di Desa Batukaang melalui bina manusia, bina usaha, bina kelembagaan dan bina lingkungan perlu di perkuat sehingga para petani di Desa Batukaang dapat menjadi lebih baik dalam segi sumber daya manusia.

Dengan latar belakang sebagai berikut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan para petani di Desa Batukaang melalui pendekatan teori 4 bina yaitu bina manusia, bina usaha, bina kelembagaan dan bina lingkungan sehingga nantinya dapat memberikan sebuah saran kepada seluruh masyarakat di Desa Batukaang khususnya para petani jeruk. (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007)

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Tujuan penellitian ini adalah sebagai berikut :

  • 1.    Mengetahui keberdayaan petani dinilai melalui teori bina manusia pada petani jeruk di Desa Batukaang.

  • 2.    Mengetahui keberdayaan petani dinilai melalui teori bina usaha pada petani jeruk di Desa Batukaang.

  • 3.    Mengetahui keberdayaan petani dinilai melalui teori bina lembaga pada petani jeruk di Desa Batukaang.

  • 4.    Mengetahui keberdayaan petani dinilai melalui teori bina lingkungan pada petani jeruk di Desa Batukaang.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Batukaang, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Penentuan tempat penelitian ini secara purposive yaitu suatu

metode yang dilakukan secara sengaja, adapun pertimbangan yang di lakukan dalam pemilihan tempat penelitian, yaitu:

  • 1.    Mayoritas petani jeruk di Desa Batukaang terkena dampak panen raya.

  • 2.    Tempat penelitian tersebut sangat potensial dari prospek pengembangan karena produktivitas lahannya cukup tinggi.

Penelitian di Desa Batukaang akan di lakukan pada bulan maret sampai bulan mei 2020. Para petani jeruk yang berada di Desa Batukaang akan menjadi objek yang di teliti keberdayaan nya serta menjadi responden dalam tahap pengumpulan data pada penelitian ini.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar bukan berbentuk angka. Tidak dapat dihitung dengan satuan angka melainkan berupa uraian terperinci yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono, 2001). Penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa gambaran umum lokasi penelitian, hasil wawancara dengan petani saat pengumpulan data melalui kuesioner yang telah di sebar akan di uraikan dalam bentuk kalimat yang mampu menegaskan hasil data dari penelitian yang telah di peroleh.

Menurut Arikunto dalam buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan bahwa data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini merupakan sumber data dengan mendapatkan informasi atau keterangan tentang sesuatu yang berhubungan dengan rangkaian kegiatan gejala serta data yang ada. Menurut Sukardi (2003) sumber-sumber data yang dapat digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah jenis kelamin responden, pendidikan terakhir, usia, jumlah anggota keluarga dan jumlah seluruh penduduk Desa Batukaang. Penelitian ini menggunakan data sekunder diperoleh dari dinas pertanian Kabupaten Bangli, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Selain itu digunakan pula data pendukung lainnya berupa jurnal, artikel, buku, laporan penelitian, dan sumber-sumber lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama (Kristanto, 2006). Dokumentasi yaitu teknik yang memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis, gambar, foto, atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti (Semiawan, 2010). Studi kepustakaan dimana peneliti mengumpulkan berbagai data melalui buku, jurnal, artikel, kantor desa, dan lain-lain.

  • 2.3    Populasi dan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan asumsi seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama (Sugiyono, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah para penduduk di Desa Batukaang yang berprofesi menjadi petani jeruk sehingga akhirnya didapatkan total 60 orang responden.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Pemberdayaan Petani Jeruk Melalui Bina Manusia

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Bina Manusia Para Petani Jeruk di Desa Batukaang

No

Rentang Skor

Kategori

Jumlah

Orang

(%)

1

16 – 22,4

Sangat buruk

16

26,7

2

>22,4 – 28,8

Buruk

7

11,7

3

>28,8 – 35,2

Sedang

21

35

4

>35,2 – 41,6

Baik

4

6,7

5

>41,6 – 48

Sangat baik

12

20

Menurut Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (35%) berpendapat bahwa bina manusia oleh penyuluh pada petani jeruk di Desa Batukaang termasuk pada kategori sedang, bahkan dan cenderung buruk (11,7%) dan sangat buruk (26,7%). Penelitian pada variabel bina manusia ini memperoleh data yang sangat menarik karena memiliki frekuensi data yang cukup tinggi pada kategori sangat buruk dengan persentase sebanyak 26,7% dan sangat baik dengan persentase sebanyak 20%. Hal ini disebabkan karena keadaan tanah di Desa Batukang yang memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit serta keadaan para petani yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu berada di pondok mereka, sehingga hal ini dapat memicu kurang efisiennya penyebaran informasi serta pembinaan manusia yang kurang seimbang karena apabila ada suatu informasi yang telah diberikan oleh penyuluh di desa tersebut namun saat banyak petani jeruk yang masih berada di pondok mereka dan tidak dapat menemui sang penyuluh maka terjadinya pengurangan kualitas informasi yang telah beredar dari para petani yang menemui langsung penyuluh tersebut.

Hasil penelitian pada variabel bina manusia berada pada kategori sedang hal ini disebabkan karena para petani di Desa Batukaang kekurangan akses untuk melakukan pembelajaran dan menerapkan hal baru. Selain itu, peran penyuluh yang bertanggung jawab membimbing para petani di Desa Batukaang juga kurang memuaskan dikarenakan penyuluh tersebut merupakan tenaga kontrak yang juga kurang perhatian dari pemerintah daerah. Ketua simantri Desa Batukang mengatakan bahwa apabila penyuluh memberikan berbagai pelatihan ataupun demonstration plot petani dengan antusias menerima pelatihan tersebut karena mereka sadar melalui

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 pelatihan-pelatihan tersebut mereka dapat membuat sumber daya manusia yang merupakan petani jeruk di Desa Batukaang menjadi lebih baik.

Kurangnya peran penyuluh dalam melakukan pemberdayaan melalui bina manusia kepada para petani di Desa Batukaang juga memberikan pengaruh terhadap informasi-informasi yang beredar pada para petani, sehingga informasi yang para petani jeruk di daerah tersebut miliki pun jenuh karena mereka tidak mendapatkan informasi-informasi baru. Hal ini juga memberikan dampak bagi penggunaan teknologi yang dimiliki para petani karena menurut informasi yang di dapatkan bahwa petani di Desa Batukaang mengetahui teknologi-teknologi yang baru namun mereka tidak mengetahui bagaimana cara penggunaan alat-alat tersebut. Penyuluh di Desa Batukaang juga kurang persuasif dalam mengadakan berbagai macam pelatihan-pelatihan baik itu formal maupun praktek sehingga menyebabkan para petani di Desa Batukaang kurang baik dalam menanggapi berbagai informasi atau pesan-pesan dari para penyuluh.

  • 3.2    Pemberdayaan Petani Jeruk Melalui Bina Usaha

    Tabel 2.

    Distribusi Frekuensi Bina Usaha Para Petani Jeruk di Desa Batukaang

    No

    Rentang Skor

    Kategori

    Jumlah

    Orang

    (%)

    1

    6 – 10,6

    Sangat Buruk

    25

    41,7

    2

    >10,6 – 15,2

    Buruk

    14

    23,3

    3

    >15,2 – 19,8

    Cukup

    7

    11,7

    4

    >19,8 – 24,4

    Baik

    7

    11,7

    5

    >24,4 – 29

    Sangat Baik

    7

    11,7

Menurut Tabel 2 dapat dilihat bahwa hampir setengah dari total responden (41,7%) berpendapat bahwa bina usaha oleh penyuluh kepada para petani jeruk di Desa Batukaang termasuk pada kategori sangat buruk. Hal ini disebabkan karena para petani di Desa Batukaang hanya menjual jeruk mereka dengan keadaan segar serta mereka tidak menjual produksi jeruk mereka sendiri melainkan dengan perantara dari para pengepul dengan sistem “majeg” yang dimana mereka menjual jeruk dengan pembayaran yang dihitung dari total jumlah pohon yang mereka miliki, bukan dari hasil total produksi jeruk yang mereka hasilkan. Sistem majeg memang terkategorikan sangat mudah dan tidak beresiko karena petani tidak perlu mengeluarkan lagi biaya tenaga kerja untuk melakukan proses panen serta pasca panen, namun dengan menerapkan sistem ini petani mendapatkan harga yang sangat murah. Selain itu dengan menerapkan sistem ini para petani di Desa Batukaang pun menjadi sangat bergantung dengan para pengepul dan saat terjadi panen raya petani di Desa Batukaang tidak berdaya akan terjadinya fluktuasi harga yang sangat signifikan.

Para petani di Desa Batukaang juga memiliki fasilitas yang sangat minim terhadap perlengkapan pertanian seperti halnya adalah toko pertanian. Petani hanya memiliki satu pilihan untuk toko pertanian terdekat di sekitar mereka yaitu terletak di Desa Catur, dengan demikian para petani di Desa Batukaang tidak dapat membandingkan harga-harga obat yang akan mereka gunakan yang dimana akan mempengaruhi biaya produksi mereka. Biaya produksi sangatlah penting dalam suatu usaha dan apabila petani tidak dapat menekan biaya produksi/ input produksi pertanian mereka dan apabila nantinya output atau pendapatan petani dari hasil penjualan produk lebih kecil dari pengeluaran mereka maka para petani akan merugi dan mungkin dapat membuat mereka tidak dapat melanjutkan usahatani mereka.

Para petani di Desa Batukaang juga dominan atau hampir semuanya tidak melakukan pembukuan yang dimana dapat membantu mereka untuk merekap, atau menyimpulkan hasil dari kegiatan usahatani mereka apakah mereka untung atau rugi. Tanpa adanya kegiatan pembukuan sangat sulit untuk menilai bagaimana keadaan usahatani yang mereka jalankan apabila petani terus melanjutkan kebiasaan mereka dan tidak mulai membuat sebuah pembukuan walaupun hanya yang sederhana tentunya akan berdampak kepada keberlanjutan usaha mereka.

  • 3.3    Pemberdayaan Petani Jeruk Melalui Bina Kelembagaan

    Tabel 3.

    Distribusi Frekuensi Bina Kelembagaan Para Petani Jeruk di Desa Batukaang

    No

    Rentang Skor

    Kategori

    Jumlah

    Orang

    (%)

    1

    15 – 23

    Sangat Buruk

    4

    6,7

    2

    >23 – 31

    Buruk

    15

    25

    3

    >31 – 39

    Cukup

    5

    8,3

    4

    >39 – 47

    Baik

    16

    26,7

    5

    >47 – 55

    Sangat Baik

    20

    33,3

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (33,3%) berpendapat bahwa indikator-indikator yang diberikan mengenai bina kelembagaan pada para petani jeruk di Desa Batukaang termasuk pada kategori yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena para penduduk Desa Batukaang memiliki ikatan yang sangat erat satu sama lainnya antar masyarakat, bahkan sudah ada kelompok-kelompok yang terdiri saat melakukan kegiatan gotong royong saat ada acara perayaan adat. Sehingga tingkat solidaritas antar individu dalam desa ini sangat erat. Selain itu, lembaga yang terdiri di bidang pertanian pada Desa Batukaang adalah sebuah simantri dengan 20 orang anggotanya dengan I Nyoman Suan sebagai ketua simantri.

Pada saat upacara adat seluruh masyarakat sudah terbagi menjadi beberapa kelompok yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing kelompok-kelompok tersebut seperti halnya adalah sekaa gong yang bertanggung jawab pada

gamelan, sekaa teruna yang bertanggung jawab untuk memenuhi perlengkapan upacara, sekaa ebat yang bertanggung jawab dalam konsumsi seluruh masyarakat yang berpartisipasi, pecalang yang bertanggung jawab atas keamanan dan kelancaran upacara adat, dan lain sebagainya. Dengan adanya kebiasaan masyarakat yang memang sudah memiliki sebuah kelompok dalam desa mereka yang mendukung pada keadaan dengan kategori sangat baik pada variabel bina kelembagaan.

  • 3.4    Pemberdayaan Petani Jeruk Melalui Bina Lingkungan

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Bina Lingkungan Para Petani Jeruk di Desa Batukaang

No

Rentang Skor

Kategori

Jumlah

Orang

(%)

1

3 – 5,4

Sangat Buruk

46

76,7

2

>5,4 – 7,8

Buruk

2

3,3

3

>7,8 – 10,2

Cukup

6

10

4

>10,2 – 12,6

Baik

1

1,7

5

>12,6 – 15

Sangat Baik

5

8,3

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (76,7%) berpendapat bahwa bina lingkungan oleh penyuluh kepada para petani jeruk di Desa Batukaang termasuk pada kategori sangat buruk. Hal ini disebabkan karena keadaan mereka sekarang yang sangat bergantung dengan berbagai obat-obatan kimia baik itu pupuk maupun pestisida. Menurut ketua simantri Desa Batukaang mereka selalu melakukan penyemprotan pada setiap menjelang panen karena apabila mereka tidak melakukan penyemprotan pestisida menjelang panen maka hama akan mengancam hasil dari produksi jeruk mereka, walaupun mereka sadar bahwa melakukan penyemprotan menjelang waktu panen dapat mempengaruhi harga jual serta kualitas dari produksi jeruk mereka di pasaran.

Kurangnya peran penyuluh dalam memberdayakan petani di Desa Batukang menjadi salah satu faktor yang memiliki peran krusial yang menyebabkan skor pada variabel bina lingkungan menjadi sangat buruk. Hal ini disebabkan karena penyuluh yang bertugas seharusnya lebih persuasif dalam memberikan dorongan kepada para petani di Desa Batukaang untuk mulai menggunakan obat-obatan dan pupuk organik. Penyuluh seharusnya memberikan berbagai macam pelatihan dan praktek dalam menggunakan pupuk organik dan obat-obatan organik secara terus menerus karena hal ini dapat menentukan bagaimana keadaan pertanian jeruk di Desa Batukaang di masa yang akan datang. Selain itu penyuluh secara berkala harus memaparkan berbagai informasi-informasi yang dapat membuka pemikiran para petani di Desa Batukaang dalam menggunakan obat-obatan dan pupuk sehingga mereka dapat mempertahankan pertanian jeruk di Desa Batukaang untuk di masa yang akan datang.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah di uraikan pada bab sebelumnya maka dapat di tarik kesimpulan bahwa pemberdayaan petani jeruk di Desa Batukaang melalui bina manusia berada pada kategori sedang karena penyuluh tidak fokus dalam membimbing para petani jeruk di Desa Batukaang, selain itu umur petani jeruk yang cenderung berada diatas 40 tahun beserta pendidikan yang rendah menjadi masalah utama dalam mengadopsi suatu inovasi yang baru. Pemberdayaan petani jeruk di Desa Batukaang melalui bina usaha berada pada kategori sangat buruk karena kurangnya peran penyuluh dalam memberikan berbagai motivasi dan dorongan kepada para petani untuk mulai mengolah hasil produksi jeruk mereka dan mengajari para petani di Desa Batukaang untuk mulai melakukan pembukuan yang sederhana. Pemberdayaan petani jeruk di Desa Batukaang melalui bina kelembagaan berada pada kategori sangat baik karena petani jeruk di Desa Batukaang sudah terbiasa terbagi dalam kelompok-kelompok khususnya saat ada upacara agama mereka sudah membagi diri dalam kelompok tradisional atau sekaa. Pemberdayaan petani jeruk di Desa Batukaang melalui bina lingkungan berada pada kategori sangat buruk hal ini disebabkan karena penyuluh di Desa Batukaang kurang persuasif dalam memberikan dorongan kepada para petani di Desa Batukaang untuk mulai menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati. Penyuluh juga kurang membeberkan berbagai informasi-informasi mengenai dampak di masa mendatang yang dapat di timbulkan apabila para petani di Desa Batukaang terus-menerus menggunakan obat-obatan kimia yang dapat mengancam kegiatan pertanian pada kebun mereka di masa depan.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran yaitu diharapkan kepada penyuluh untuk lebih berdedikasi dalam membimbing para petani jeruk di Desa Batukaang, seperti halnya lebih sering lagi memaparkan berbagai inovasi-inovasi baru yang memungkinkan untuk diadopsi oleh para petani, meluangkan waktu lebih untuk mendampingi serta mengontrol kegiatan para petani jeruk sehingga para petani jeruk di Desa Batukaang dapat menjadi lebih baik lagi. Petani jeruk di Desa Batukaang diharapkan untuk mulai mengolah hasil produksi jeruk mereka menjadi sebuah produk olahan seperti halnya jus, selai jeruk, maupun manisan yang terbuat dari kulit jeruk khas Batukaang untuk meningkatkan harga jual produk mereka, selain itu dengan mengolah hasil produksi menjadi produk olahan para petani juga menjadi tidak bergantung kepada para pengepul. Petani di Desa Batukaang diharapkan dapat mempertahankan keadaan mereka pada bina kelembagaan karena pada saat ini keadaan mereka sudah berada pada kategori sangat baik dengan demikian mereka harus tetap mempertahankan hal ini yang dimana dapat menjadi modal sosial untuk berkembang lebih baik lagi. Petani jeruk di Desa Batukaang diharapkan menggunakan input yang ramah

lingkungan seperti pestisida nabati dan pupuk organik untuk keberlanjutan pertanian di daerah tersebut.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis ucapkan terimakasih atas seluruh pihak yang telah memberikan masukkan, kritik, dan dukungan sehingga e-jurnal ini dapat penulis selesaikan sebaik-baiknya. Penulis berharap jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Fredey Mercury, Muhammad. 2019. Jeruk Siam Murah Jelang Panen Raya, Wistawa Sebut ini Harga Terendah. https://bali.tribunnews.com/2019/07/11/jeruk-siam-murah-jelang-panen-raya-wistawa-sebut-ini-harga-terendah?page=all, Diakses pada 5 Oktober 2019.

Kristanto, V. H. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Yogyakarta: CV Budi Utama.

Semiawan, C. R. 2010. Metodei Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2001. Metode penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Winters, P., De Janvry, A., Sadoulet, E., & Stamoulis, K. 1998. The Role Of Agriculture In Economic Development: Visible And Invisible Surplus Transfers. The Journal Of Development Studies, 34(5): 71-97.

Wrihatnolo & Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pt. Elex Media Komputindo

Zamzami, Lizia. 2014. Nilai Ekonomi Usahatani Jeruk Siam,http://Balitjestro.litbang

Pertanian.go.id/Nilai-Kelayakan-Ekonomi-Usahatani-Jeruk-Siam/, Diakses Pada 6 Oktober 2019.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

481