Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Alih Fungsi Lahan Sawah di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar

ANAK AGUNG PUTU NARAYANA YUDI PUTRA, I MADE SUDARMA*, WIDHIANTHINI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: anakagungnarayanayudip@gmail.com * sudarmaimade@yahoo.com

Abstract

Change of Function of Rice Field in Blahbatuh District, Gianyar Regency

Land use change is something that is difficult to avoid for both the agricultural and non-agricultural sectors. The reduction of land for irrigated rice farming in Gianyar Regency in the last 5 years reached 386 ha and specifically in Blahbatuh District reached 139 ha. Saba Village as one of the villages in Blahbatuh District has the most decline, which is 35 ha. This reduction in land occurred in the 5-year period from 2013-2017. This study analyzed the rate of conversion of rice fields in Saba Village and the sustainability of the existence of rice fields in Blahbatuh District. The study uses purposive sampling with a total of 30 respondents. The research method used in this study is Multidimensional Scaling (MDS). The results show that during the last five years the average rate of decline in the rice field area has reached 2% per year. The sustainability status of the three dimensions shows that the economic and environmental dimensions are very sustainable, while the social dimension is quite sustainable so that intervention in the social dimension is needed. Based on the results of the research, it is hoped that the Government, especially the Gianyar Regency Agriculture Office, provides more support for farmers by providing incentives to farmers who keep their rice fields and continue to farm and provide assistance to farmers who experience problems in their agricultural production processes.

Keywords: agriculture, land conversion, continuity

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Lahan merupakan sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting dalam pembangunan suatu negara. Dalam pembangunan, hampir semua sektor memerlukan lahan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, dan infrastruktur (Putri 2015). Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit. Maka penguasan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi (Wiraraja dkk 2016). Menurut Kaputra (2013) alih fungsi lahan

sesungguhnya bukan fenomena baru dalam kehidupan manusia. Fenomena ini sudah berlangsung lama, bahkan mungkin seusia dengan peradaban manusia. Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan tanah dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainnya (Lapantandau 2017). Alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari oleh para pemilik tanah baik petani maupun bukan petani. Hal disebabkan oleh alasan ekonomi yaitu setiap orang ingin memperbaiki taraf hidupnya dan mempunyai akses yang mudah terhadap sumber daya yang ada di sekitar mereka (Hidayat dkk 2012). Hal ini juga diperkuat oleh Kustiwan (2007, dalam Hastuty, 2017) yang mengungkapkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan. Persaingan terjadi untuk pemanfaatan yang paling menguntungkan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan lahan. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif (Setiawan, 2016). Alih fungsi lahan pertanian juga dapat terjadi karena kurangnya insentif yang diberikan kepada petani lahan serta proses urbanisasi yang berdampak pada meluasnya aktivitas-aktivitas di daerah perkotaan (Nurzia, 2016). Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif (Nuryaman, 2017). Menurut Prihatin (2015) Semakin sempitnya lahan pertanian di perkotaan dan pinggir perkotaan akibat alih fungsi lahan akan memengaruhi sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat tersebut.

Berdasarkan data BPS Provinsi Bali dari tahun 2013-2017, Selama kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah lahan sawah yang telah beralih fungsi yaitu sebesar 2.553 ha. Gejala penurunan luas sawah nampak telah terjadi di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali (2018), pengurangan luas lahan pertanian padi sawah yang dialami Kabupaten Gianyar dalam kurun waktu 5 tahun terahir yaitu sebesar 386 ha, di wilayah Kecamatan Blahbatuh yaitu sebesar 139 ha. Desa Saba sebagai salah satu desa di Kecamatan Blahbatuh mengalami penurunan terluas yaitu sebesar 35 ha. Pengurangan lahan sebesar itu terjadi pada tahun dalam kurun waktu 5 tahun dari 2013-2017.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Tujuan penellitian ini adalah sebagai berikut :

  • 1.    Menganalisis laju alih fungsi lahan sawah di Desa Saba.

  • 2.    Menganalisis keberlanjutan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan berdasarkan data BPS Kabupaten Gianyar, untuk tahun 2013-2017 Subak di Desa Saba merupakan daerah yang mengalami pengurangan lahan sawah terbanyak di Kecamatan Blahbatuh yaitu

sebesar 139 ha. Penelitian ini dilakukan di bulan Oktober 2019 – Maret 2020 dengan kegiatan pertaman yaitu survei di lokasi penelitian, pengumpulan data primer dan penyusunan skripsi.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Metode yang dipergunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam, kuesioner, dan studi dokumentasi.

  • 2.3   Penentuan Sampel Penelitian

Pengambilan data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan responden. Teknik yang digunakan dalam menentukan informan kunci yaitu menggunakan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa informan kunci tersebut benar-benar mengetahui tentang informasi data yang dibutuhkan penulis. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Pekaseh Subak Bonbiu, Subak Banda, Subak Pinda, Subak Saba. Penelitian yang dilaksanakan mengambil responden sebanyak 30 orang petani atau pemilik lahan yang telah menujual lahannya. Penetapan sampel ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari informan kunci.

  • 2.4    Dimensi dan Analisis Data

Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi lingkungan. Analisis data yang digunakan terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

  • 1.    Laju alih fungsi lahan sawah. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui laju alih fungsi lahan sawah di Desa Saba dengan menggunakan persamaan penyusutan lahan.

  • 2.    Keberlanjutan lahan sawah. Analisis data yang dilakukan untuk mengatahui keberlanjutan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh menggunakan metode MDS.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Desa Saba

Pada Tabel 1, nilai laju alih fungsi lahan sawah yang bertanda negatif menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan sawah di Desa Saba. Penurunan luas lahan yang terbesar terjadi pada tahun 2017, yaitu sebesar 8% atau seluas 28 hektar, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar 2% atau seluas 7 hektar. Angka nol pada nilai laju alih fungsi lahan sawah menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan luas lahan sawah pada tahun tersebut, dimana pada tahun 2015 jumlah luas lahan sawah masih tetap sama dengan tahun 2016, yaitu sebesar 349 hektar. Selama lima tahun terakhir tidak ada pencetakan lahan sawah

baru di Desa Saba. Menurut informasi dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Gianyar. Secara keseluruhan dari tahun 2013-2017 terjadi penyusutan luas lahan sawah di Desa Saba dengan rata-rata sebesar 2% atau sebesar 7 hektar per tahun.

Tabel 1.

Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Desa Saba

Tahun

Luas Sawah (Ha)

Percetakan Sawah Baru (Ha)

Luas Sawah Terkonversi (Ha)

Laju Penyusutan Luas Sawah (%)

2013

356

-

-

-

2014

349

0

7

-2

2015

349

0

0

0

2016

349

0

0

0

2017

321

0

28

-8

Total

0

35

-10

Rata-rata

0

7

-2

Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Gianyar (diolah)

  • 3.2    Keberlanjutan Lahan Sawah di Kecamatan Blahbatuh

Berdasarkan data di lapangan diperoleh responden sebanyak 30 orang pemilik lahan yang telah menjual lahan sawahnya di Kabupaten Gianyar yang seluruhnya akan dijadikan responden pada penelitian ini. Hasil pengolahan data persepsi dengan menggunakan analisis MDS (Multi Dimensional Scaling)

Derived Stimulus Configuration

Individual differences (weighted) Euclidean distance model

P8 O

P7

O

P10

O

P4 P12

O

P6 O

op, <≈ % pi 1

P9

P5 O

—I-----------------------1-----------------------1-----------------------1---------------------------------------------1-----------------------Γ

-4  -3-2-10   1   2

Dimension 1

Gambar 1.

Hasil penskalaan 2 dimensi untuk setiap peubah (objek)

Catatan :

1.

Pendapatan petani.

8.

Umur petani.

2.

Stabilitas harga gabah.

9.

Jumlah tanggungan keluarga.

3.

Akses pemasaran.

10.

Ketersediaan air.

4.

Bantuan pemerintah

11.

Tingkat pencemaran air irigasi

5.

Pendapatan di luar pertanian.

oleh sampah plastik.

6.

Partisipasi keluarga dalam

12.

Tingkat pencemaran air irigasi

mengelola lahan sawah.

oleh limbah kimia

7.

Pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan dalam peta yang terbentuk diharapkan mempunyai dimensi yang optimal untuk penginterpretasian hasil. Untuk melihat kecocokan peta apakah peta yang dihasilkan pada peta spatial telah baik atau tidak dengan melihat nilai stress dan R2 nya. Pada penelitian ini jumlah dimensi yang digunakan adalah 3 dimensi dengan nilai stress yang diperoleh sebesar 0,02238 (2,238%) yang berarti nilai tersebut termasuk ke dalam kriteria yang sempurna dan index of fit (R²) sebesar 0, 99854 (99%) yang berarti (60% atau lebih) sudah bisa diterima, artinya bisa mewakili data input dengan cukup baik.

Berdasarkan peta spatial yang dihasilkan dari analisis multidimensional scalling pada Gambar 1 mengindikasikan adanya kedekatan antara beberapa peubah yang bisa dijadikan panduan untuk keberlanjutan lahan sawah. Penskalaan untuk setiap peubah ini pun dilakukan untuk mengeliminasi dan mencari peubah yang paling kuat dalam menentukan lahan sawah tersebut akan berlanjut atau tidak. Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa peubah yang paling kuat untuk dijadikan panduan dalam menentukan keberlanjutan lahan sawah yaitu:

1.

Pendapatan petani.

7.

Jumlah tanggungan keluarga.

2.

Stabilitas harga gabah.

8.

Ketersediaan air.

3.

Bantuan pemerintah

9.

Tingkat pencemaran air irigasi

4.

Pendapatan di luar pertanian.

oleh sampah plastik.

5.

Pendidikan.

10.

Tingkat pencemaran air irigasi

6.

Umur petani.

oleh limbah kimia.

Diperoleh 10 peubah yang dapat dijadikan penentu untuk keberlanjutan keberlanjutan lahan sawah di Kabupaten Gianyar dan terdapat 2 peubah yang kurang membantu keberlanjutan lahan sawah yaitu:

  • 1.     Akses pemasaran

  • 2.     Partisipasi keluarga dalam mengelola lahan sawah.

Jika dilihat dari tiga dimensi yang telah ditentukan yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi lingkungan status keberlanjutan lahan sawah di Kabupaten Gianyar perlu diketahui pada akhirnya dimensi apa yang dapat menentukan status keberlanjutan.

  • 1.    Demensi Ekonomi

0% 20% 40% 60% 80% 100% Gambar 2.

Faktor-faktor dimensi ekonomi

Gambar 2 merupakan hasil dari wawancara untuk setiap responden, adapun nilai indeks yang sekiranya dapat mendukung keberlanjutan keberadaan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh pada dimensi ekonomi mempunyai nilai indeks 79% yang berarti statusnya saat ini masih berkelanjutan dengan peubah yang paling sensitif yaitu bantuan pemerintah dengan nilai indeks 100% dan stabilitas harga gabah dengan nilai indeks 100%. Dalam dimensi ekonomi kedua faktor inilah yang sangat perlu diperhatikan karena dapat menentukan keberlanjutan keberadaan lahan sawah.

  • 2.    Dimensi Sosial

Gambar 3.

Faktor-faktor dimensi sosial

Gambar 3 merupakan hasil dari wawancara untuk setiap responden, adapun nilai indeks yang sekiranya dapat membantu keberlanjutan keberadaan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh, pada dimensi sosial mempunyai nilai indeks 75% yang berarti statusnya saat ini masih berkelanjutan dengan peubah yang paling sensitif yaitu jumlah tanggungan keluarga dengan nilai indeks 94% dan umur petani nilai

indeks 76%. Dalam dimensi sosial kedua faktor inilah yang sangat perlu diperhatikan karena menentukan keberlanjutan keberadaan lahan sawah.

  • 3.     Dimensi Lingkungan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Gambar 4.

Faktor-faktor dimensi lingkungan

Gambar 4 merupakan hasil penelitian ini yang menunjukkan hasil kondisi lingkungan di lokasi penelitian ini sangan baik karena menurut petani tidak adanya limbah kimia yang mencemari sawah, hanya limbah plastik yang terkadang ada. Ketersedian air menurut responden selalu mencukupi namun ada 7 responden kadang ketersedian airnya tidak tentu. Hasil analisis MDS, untuk membantu keberlanjutan keberadaan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh pada dimensi lingkungan mempunyai nilai indeks 95% yang berarti statusnya saat ini masih berkelanjutan dengan peubah yang ketiga sub dimensi sensitif yaitu tingkat pencemaran air irigasi oleh limbah kimia dengan nilai indeks 100%, tingkat pencemaran air irigasi oleh sampah plastik 93% dan ketersediaan air 92%.

Gambar 5.

Diagram Layang Nilai Indeks Dimensi Keberlanjutan Keberadaan Lahan Sawah di Kecamatan Blahbatuh.

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa diagram layang menunjukkan dari 3 (tiga) dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, pada keberlanjutan keberadaan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh didominasi oleh dimensi lingkungan dan ekonomi. Hasil analisis dengan menggunakan metode MDS menghasilkan nilai indeks keberlanjutan keberadaan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh saat ini diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk masing-masing dimensi sebagai berikut:

  • a.    Dimensi eknomi sebesar 79% (indeks keberlanjutan berada antara nilai 75,01100,00%) berarti sangat berkelanjutan.

  • b.    Dimensi sosial sebesar 75% (indeks keberlanjutan berada antara nilai 50,0175,00%) berarti cukup berkelanjutan.

  • c.    Dimensi lingkungan sebesar 95% (indeks keberlanjutan berada antara nilai 75,01-100,00%) berarti sangat berkelanjutan.

Nilai indeks keberlanjutan ketiga dimensi menunjukkan bahwa dimensi eknomi dan dimensi lingkungan sangat berkelanjutan dalam membantu keberadaan lahan sawah, sedangkan dimensi sosial cukup berkelanjutan sehingga diperlukan intervensi atau perbaikan kinerja peubah. Untuk meningkatkan status berkelanjutan dari “cukup berkelanjutan” menjadi “sangat berkelanjutan” pada dimensi sosial dengan cara mengelola peubah yang dianggap kurang membantu keberlanjutan. Terdapat dua peubah yang skornya dianggap tidak baik sehingga dianggap kurang dapat membantu keberlanjutan keberadaan lahan sawah sebaiknya bisa diubah menjadi skor yang baik yaitu sebagai berikut: a.     Pendidikan

Ketidakmampuan sektor pendidikan dalam menyediakan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) pelaku utama (petani) dikarenakan motivasi/animo yang rendah dari para generasi muda untuk masuk di sekolah pertanian yang disebabkan oleh beberapa alasan yaitu sektor pertanian tidak menjanjikan dari segi pendapatan dan secara status sosial masih dipandang rendah. Padahal pendidikan mempunyai pengaruh terhadap perilaku bertani yaitu pada aspek sosial dan produksi. Sektor ini belum didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar diaharapkan dapat memberikan mata pelajaran tambahan tentang pertanian dengan melibatkan tenaga ahli dari Dinas Pertanian. Mata pelajaran ini diharapkan mampu menjadi bekal bagi generasi muda agar mereka dari awal mendapatkan gambaran seperti apa bidang pertanian yang dapat menimbulkan daya tarik terhadap pertanian. Memberikan subsidi bagi sekolah yang memberlakukan mata pelajaran pertanian. Mendirikan sekolah kejuruan pertanian di kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan pertanian dan memberikan beasiswa bagi anak yang mau masuk ke sekolah tersebut atau kuliah pertanian.

  • b.     Partisipasi Keluarga Dalam Mengelola Lahan Sawah

Dewasa ini disinyalir kalangan muda termasuk anak-anak petani tidak menginginkan untuk bekerja seperti orang tuanya. Hal ini antara lain disebabkan oleh pandangan bahwa secara ekonomi menjadi petani tidak memiliki masa depan yang

baik. Peran orang tua sangat penting untuk mendorong anak agar suka pada pertanian dengan cara mengenalkan dunia pertanian sedini mungkin melalui kegiatan bermain, rekreasi, pramuka dan lain sebagainya. Pemerintah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar diharapkan dapat membuat program mengenai pertanian kepada generasi muda melalui (Seka Truna Truni) STT yang ada di tiap desa sehingga kedepannya diharapkan mampu menghasilkan banyak entrepreneur muda bidang pertanian. Hal ini penting mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk, tapi pekerja sektor pertanian justru turun dan diisi oleh petani yang senior.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laju penyusutan lahan pertanian selama lima tahun terakhir secara umum dari tahun 2013 sampai 2017, luas lahan sawah di Desa Saba telah mengalami pengurangan seluas 35 hektar atau menurun sebesar 10%. Dengan rata-rata laju penurunan luas lahan sawah mencapai 2% per tahun yang artinya luas lahan sawah di Desa Saba berkurang rata-rata seluas 7 hektar setiap tahunnya. Status keberlanjutan ketiga dimensi menunjukan bahwa dimensi eknomi dan lingkungan sangat berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial cukup berkelanjutan sehingga diperlukan intervensi pada dimensi sosial.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan lahan sawah di Kecamatan Blahbatuh , Kabupaten Gianyar adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi yaitu sebelum anggota subak mengalihfungsikan lahan nya pemerintah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar diharapkan dapat memberikan bantuan lebih kepada petani, seperti salah satunya dengan cara pemberian insentif kepada petani yang tetap mempertahankan sawahnya dan terus melakukan usahataninya serta memberikan bantuan kepada petani yang mengalami permasalahan dalam proses produksi pertaniannya, seperti ketika gagal panen, sistem irigasi yang rusak, dan sebagainya. Meningkatkan kerja sama antara Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang pertanian dengan cara melibatkan tenaga ahli Dinas Pertanian dalam kegiatan belajar mengajar Meningkatkan kerja sama antara Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang pertanian dengan cara melibatkan tenaga ahli Dinas Pertanian dalam kegiatan belajar mengajar.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih penulis tunjukan kepada pengurus Kantor Desa Saba, semua petani serta pekaseh di Desa Saba dan semua pihak terkait yang telah

membantu pelaksanaan proses penelitian sehingga e-jurnal ini bisa diselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistika. 2018. Provinsi Bali Dalam Angka 2018, https://bali.bps.go.id/publication/2017/08/11/85bf7f9f0d2826ed2a8b2f74/pro vinsi-bali-dalam-angka-2017.html, diunduh pada tanggal 29 April 2019.

Badan Pusat Statistika. 2017. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Provinsi Bali 2016, https://bali.bps.go.id/publication/2017/11/08/8ff009df1d31626b7e16 e2f4/luas-lahan-menurut-penggunaannya-di-provinsi-bali-2016.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Badan Pusat Statistika. 2018. Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka 2018, https://klungkungkab.bps.go.id/publication/2018/09/26/1dcec3f879bbd22e32 b4aab3/kecamatan-Blahbatuh-dalam-angka-2018.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Badan Pusat Statistika. 2017. Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka 2017, https://klungkungkab.bps.go.id/publication/2017/09/25/470acc24858b7dcc1f 8a714c/kecamatan-Blahbatuh-dalam-angka-2017.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Badan Pusat Statistika. 2016. Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka 2016, https://klungkungkab.bps.go.id/publication/2016/07/29/fa6c2db7be740262ef5 ba60d/kecamatan-Blahbatuh-dalam-angka-2016.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Badan Pusat Statistika. 2015. Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka 2015, https://klungkungkab.bps.go.id/publication/2015/12/29/fde0ed8b7591bbccb8 3b08af/kecamatan-Blahbatuh-dalam-angka-2015.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Badan Pusat Statistika. 2014. Kecamatan Blahbatuh Dalam Angka 2014, https://klungkungkab.bps.go.id/publication/2014/10/31/e7f092a15f21f13db2a 0e3b2/kecamatan-Blahbatuh-dalam-angka-2014.html, diunduh pada tanggal 11 Mei 2019.

Hastuty, S. 2017. Identifikasi Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional, Vol. 3, No. 1, hal: 253-257.

Hidayat, A. H., Hanafie, U., Septiana, N. 2012. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani di Kelurahan Landasan Ulin Barat Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru, Jurnal Agribisnis Perdesaan, Vol. 2, No. 2, hal: 90-107

Kaputra, I. 2013. Alih Fungsi Lahan, Pembangunan Pertanian Dan Kedaulatan Pangan. Strukturasi, Vol. 1, No. 1, hal: 25-39

Lapantandau, Y. A. 2017. Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Minahasa Utara, Agri-SosioEkonomi Unsrat. Vol. 13, No. 2A, hal: 1-8

Putri, Z. R. 2015. Analisis Penyebab Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Lahan Non Pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2003-2013, Eko-Regional, Vol. 10, No.1, hal:17-22

Prihatin, R. B. 2015. Alih Fungsi Lahan di Perkotaan, Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, Vol. 6, No. 2, hal:   105-118. Available at

http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/507/pdf

Nuryaman, H. 2017. Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian “Faktor dan Alternatif Kebijakan“, Peningkatan Produktivitas Dan Daya Saing Komoditas      Pertanian,      hal:      577-583.      Available      at

https://www.researchgate.net/publication/323445493_tren_alih_fungsi_lahan _pertanian_ke_non_pertanian_faktor_dan_alternatif_kebijakan

Nurzia, U. 2016. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Tata Ruang Kota Singkawang. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI, Vol. 8, No. 2, hal: 193-200.

Setiawan, H.P. 2016. Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Kasus Di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda. eJournal Sosiatri/Sosiologi, Vol. 4, No. 2, hal: 280-293. Available at https://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/?p=883

Wiraraja. I. G. J., Windia. I. W., Sudarta. I. W. 2016. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Petani Pemilik terhadap Kehidupan Rumah Tangganya (Studi Kasus di Subak Lange, di Kawasan Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat), E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, Vol. 5, No. 2, hal: 468-477

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

424