Risiko Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Provinsi Sumatra Utara
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 10, No. 1, Juli 2021
Risiko Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Provinsi Sumatra Utara
RANDA FAUSTIN SIMARMATA, I WAYAN WIDYANTARA, I DEWA GEDE AGUNG
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232
Email: randasimarmata96@gmail.com widyantaramkr@yahoo.com
Abstract
Risk Of Rice Farming Production And Income In Simbolon Purba Village Palipi District Samosir Regency North Sumatra Province
Rice farming on Samosir Island has the potential to become food self-sufficiency. However, agriculture in the village of Simbolon Purba only produces in one growing season, which is in the rainy season and automatically fails to harvest during the dry season. This is because agriculture in the village of Simbolon Purba only relies on rainwater for irrigating paddy fields. This study aims to determine how the risk of production and the income earned in rice farming in the Village of Simbolon Purba, Palipi Sub-District. The study was conducted in the Village of Simbolon Purba, Palipi Sub-District, Samosir Regency, North Sumatra Province. Sampling was conducted by taking data from the village office and the number of respondents taken is as many as 50 rice farmers who use rain-fed irrigation and sharecropping. The data used in this study are primary and secondary data. Data processing starts from analyzing risk and proceed with revenue analysis. In calculating the risk, the standard deviation, variance and coefficient of variation are calculated beforehand, while for the calculation of income, the revenue and costs are calculated beforehand to get the income. The average grain production at the study site was 5,910.2 kg / hectare with a coefficient of variation of 0.25 so that the risk of rice farming production at the study site was not critical. The average income of rice farming in Simbolon Purba Village, Palipi Sub-District is Rp. 20.396.634/ha/MT Planting Season with an R/C ratio of 2,14, which means the farm income of the respondent farmers, is efficient. The government needs to provide financial assistance for irrigation so farmers can increase production in two growing seasons and at the same time increase income.
Keywords: production risk, income, farming, rice paddy
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang juga merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan, yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Nasional khususnya di Kabupaten Samosir (BPS Samosir, 2016). Secara geografis wilayah Danau Toba
sangat menjanjikan untuk bercocok tanam, ditambah lagi danau tersebut termasuk destinasi wisata utama sehingga tidak ada salahnya meramu pertanian dengan pariwisata menjadi agrowisata. Mayoritas petani di kawasan Danau Toba masih menggunakan cara tradisional dan konvensional. Baik itu dari teknik bercocok tanam, hingga peralatan pertanian. Menurut data BPS (2017), produksi padi sawah dan padi ladang Kabupaten Samosir pada tahun 2017 adalah 39.891 ton dengan produktivitas 52,06 kuintal per hektar, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2016. Wilayah sentra penanaman padi di Kabupaten Samosir yang paling banyak adalah di dikecamatan palipi yaitu di desa Simbolon Purba. Pada tahun 2015 terkhusus di kecamatan Palipi, desa yang memberikan sumbangan produksi padi paling banyak adalah Desa Simbolon Purba (28,87 %), Desa Sigaol Simbolon (16,99 %), Desa Sigaol Marbun (10,79 %), dan Desa Palipi (8,286 %). Pertanian padi di pulau Samosir sangat berpotensi untuk menjadikan swasembada pangan. Uniknya pertanian padi di Samosir adalah sangat sulit untuk dialih lahankan karena jenis tanahnya yang homogen. Untuk pengairan di Samosir dikatakan mudah karena sawah di Samosir terkhusus di desa Simbolon kebanyakan berdekatan dengan danau toba namun dalam mengalirkan air kesawah menjadi kendala petani di desa Simbolon Purba dikarenakan alat atau mesin yang dibutuhkan untuk memompa air minim dan petani hampir tidak memiliki mesin. Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani padi di desa Simbolon Purba, Kabupaten Samosir adalah permasalahan yang terkait dengan kurangnya modal usahatani dan pengairan. Pertanian di desa simbolon purba hanya berproduksi pada satu musim tanam saja, yaitu pada musim hujan dan otomatis akan gagal panen ketika musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pertanian di desa simbolon purba hanya mengandalkan air hujan untuk pengairan lahan sawah. Selain cuaca, teknologi juga merupakan salah satu alasan kenapa pertanian di Simbolon Purba hanya dapat berproduksi satu musim tanam saja. 1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
-
1. Bagaimana risiko produksi usahatani padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir?
-
2. Bagaimana prndapatan usahatani padi di desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ?
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
-
1. Untuk mengetahui bagaimana risiko produksi usahatani padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi.
-
2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan usahatani padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi.
-
1. 4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Usahatani padi dilokasi penelitian hanya berproduksi pada satu musim tanam saja yaitu pada musim hujan sehingga pada musim kemarau akan otomatis gagal panen. Data yang dianalisis adalah data pada musim tanam sebelumnya yang diolah dengan bantuan software excel. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi factor-faktor apa saja yang menjadi penyebab risiko di lokasi penelitian. Faktor-faktor tersebut dapat berupa harga, teknologi, kerusakan, regulasi dan bahkan factor manusia.
Setelah faktor risiko ditemukan, selanjutnya adalah menganalisis seberapa gawat risiko di lokasi penelitian. Risiko produksi usahatani padi di desa simbolon purba akan dianalisis menggunakan analisis kuantitatif dan pengukuran risiko dimulai dari analisis koefisien variasi, ragam dan simpangan baku. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui mengetahui besar keuntungan yang didapatkan petani dari kegiatan usahatani padi. Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung penerimaan dan biaya. Besarnya pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dan biaya usahatani.
-
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2019, lokasi penelitian ditetapkan di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan lokasi dan topik yang serupa.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang dikumpulkan melalui survei dengan mewawancarai langsung petani dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang diambil adalah data usahatani padi yaitu identitas responden, luas lahan dan status lahan, produksi, harga gabah, penerimaan, penggunaan alat pertanian, penggunaan input produksi (bibit, pupuk, pestisida) penggunaan tenaga kerja (TKDK dan TKLK), biaya usahatani dan pendapatan. Data sekunder digunakan dalam melengkapi data primer yang mana data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), data yang diperoleh dari BPS adalah data luas lahan sawah dan data luas panen, produksi dan produkstivitas padi. Sumber yang kedua adalah Kantor Desa Simbolon Purba. Data yang diperoleh adalah identitas responden, tata guna lahan, keadaan pertanian dan penduduk dan fasilitas desa. Selain instansi dan petani sebagai responden, data juga diperoleh dari jurnal, skripsi, artikel dan buku yang dapat dijadikan sebagai referensi dan rujukan yang berkaitan dengan teori mau pun penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani padi yang menggunakan irigasi tadah hujan dan mengolah lahan sakap yang masih aktif dalam berusahatani padi di desa simbolon purba. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil data petani dari kantor desa simbolon purba dan jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 50 orang petani padi.
Defenisi dalam penelitian ini untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran dan pengertian dari beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian. Berikut defenisi dan penjelasan yang digunakan dalam operasional ini:
-
1. Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan petani untuk melakukan usahatani padi selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan hektar (ha).
-
2. Bibit adalah sesuatu yang diperoleh dari benih, yang nantinya akan ditanam dan tumbuh di media penanamannya. Penggunaan bibt diukur dengan satuan Kg/ha.
-
3. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pupuk yang digunakan dalam usahatani padi di lokasi penelitian adalah pupuk Urea, Ponska, dan Mutiara. Penggunaan pupuk diukur dengan satuan kg/ha.
-
4. Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik yang berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan lain di lingkungan kita. Penggunaan pestisida diukur dalam satuan ml/ha.
-
5. Tenaga kerja merupakan orang/ tenaga yang digunakan dalam proses berusahatani. Jumlah tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Orang Kerja per musim tanam (HOK/MT).
-
6. Penerimaan usahatani padi adalah jumlah produksi padi dalam bentuk gabah dikali dengan harga jual gabah yang dinyataan dalam satuan rupiah (Rp).
-
7. Pendapatan usahatani padi adalah selisih dari total penerimaan usahatani padi yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
-
8. Biaya bagi hasil adalah biaya yang diberikan petani responden kepada pemilik lahan karena lahan yang digarap merupakan lahan sakap. Biaya bagi hasil dalam penelitian ini adalah 1:2 antara pemilik dan petani responden.
Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Simbolon Purba, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
-
2. Luas lahan usahatani padi yang dianalisis adalah lahan yang menghasilkan padi.
-
3. Sampel dalam penelitian ini adalah petani responden yang mengolah lahan sakap dan yang menggunakan irigasi tadah hujan.
-
4. Penelitian ini menganalisis besarnya pendapatan di lokasi penelitian dan apakah risiko produksi di lokasi penelitian gawat atau tidak.
Pengolahan data dimulai dari menganalisis pendapatan dengan menghitung biaya usahatani dan penerimaan sehingga ditemukan pendapatan dan keuntungan. Dalam menghitung risiko terlebih dahulu dilakukan penghitungan Ragam (S2), simpangan baku (S) dan koefisien variasi (Kv).
Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis usahatani dan analisis satatistik. Analisis usahatani digunakan untuk menghitung produksi, pendapatan, biaya, dan penerimaan usahatani. Sedangkan analisis statistic digunakan untuk menghitung risiko produksi yang diolah menggunakan Microsoft Office Excel.
-
2.5.1 Perhitungan risiko
-
a. Ragam (variance)
Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S = ...
(1)
Ji-I
Keterangan:
S2 = varians (ragam)
Q = hasil produksi padi (Gabah)
q̅ = hasil produksi rata-rata padi (gabah)
n = jumlah sampel penelitian
-
b. Standart deviasi (S)
Standart deviasi dapat dihitung dengan rumus berikut:
S = ∖l S ...................................................(2)
Keterangan:
S = Standard Deviation
S² = Ragam (Variance)
-
c. koefisien variasi (Kv)
S
Kv = .....................................................(3)
q
Keputusannya:
Jika Kv ≥ 1 maka risiko dalam keadaan gawat
Jika Kv < 1 maka risiko tidak gawat
-
2.4.2 Perhitungan Pendapatan
Perhitungan pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Pd = TR – TC...................................................(4)
Keterangan:
Pd : Pendapatan Usahatani ( Rp)
TR : Total Penerimaan (Rp)
TC : Total Cost / Biaya Total (Rp)
Karakteristik petani padi di daerah penelitian dapat digambarkan melalui informasi mengenai usia, pendidikan formal, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Umur adalah salah satu tingkat produktivitas kerja petani. Tenaga kerja produktif berada pada tingkat umur 15 hingga 64 tahun. Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambanya umur. Dengan demikian, umur akan mempengaruhi pola piker petani dan kemampuan petani dalam memahami pengetahuan tentang pertanian. Hasil penelitian di lokasi penelitian rata-rata umur responden adalah 51 (dibulatkan dari 50,86).
Rata-rata Pendidikan responden di lokasi penelitian adalah 11 tahun (dibulatkan) atau lulusan Sekolah Menengah Pertama. Menurut Totok Mardikanto (1993) Pendidikan adalah proses pengembangan pengetahuan maupun sikap seseorang yang dilakukan secara terencana, yang akan membentuk wawasan terhadap suatu objek yang akhirnya akan mengarahkan pada pengambilan keputusan.
Responden di lokasi penelitian memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 205 orang dengan rata-rata 4 orang. Jumlah Tanggungan keluarga dihitung berdasarkan jumlah orang yang tertera dalam kartu keluarga. Rata-rata pengalaman berusahatani responden di Desa Simbolon Purba adalah selama 23 tahun (dibulatkan)
. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam berusahatani padi sudah cukup lama. Menurut Padmowihardjo (1994), pengalaman merupakan Pendidikan yang diperoleh seseorang dalam rutinitas kehidupan sehari-hari, seperti peristiwa-peristiwa atau kenyataan- kenyataan yang dialaminya. Dengan demikian lamanya pengalaman ber usahatani akan mempengaruhi pengetahuan petani dalam mengambil keputusan dalam Bertani.
Luas lahan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi banyanknya produksi dari suatu usahatani. Semakin luas lahan yang digarap semakin banyak pula produksi yang diperoleh, begitu juga sebaliknya. Luas lahan yang diolah petani responden adalah seluas 16,75 ha dengan rata-rata luas lahan yang digarap oleh petani di desa Simbolon Purba adalah seluas 0,33 ha. Skala lahan untuk usahatani padi di desa Simbolon Purba adalah lahan sakap.
Faktor risiko yang mempengaruhi produksi di lokasi penelitian adalah factor cuaca dan hama penyakit. Cuaca yang tidak mendukung menjadikan usahatani padi di Desa Simbolon Purba hanya dapat berproduksi pada satu musim tanam saja. Hal ini dikarenakan pertanian di lokasi penelitian hanya mengandalkan irigasi tadah hujan. Pertanian di lokasi penelitian memiliki irigasi yang disebut tali air, namun air hanya akan mengalir ke sawah pada musim hujan saja, dan pada musim kemarau tali air akan kering yang menyebabkan usahatani di lokasi penelitian otomatis gagal panen. Petani dilokasi penelitian bisa saja menarik air dari danau toba namun dikarenakan biaya yang minim dan jarak sawah ke danau toba yang lumayan jauh maka hal tersebut diurungkan. Pertanian di desa Simbolon Purba sudah mendekati hasil patokan produksi untuk bibit padi varietas ciherang, dengan demikian produksinya sudah dalam kategori baik.
-
3.2.2 perhitungan risiko
Tabel 1
Perhitungan Risiko Produksi Usahatani Padi Di Desa Simbolon Purba
Keterangan |
Gabah |
Produksi rata-rata (q) |
5.910,2 |
Ragam (S2) |
2.190.995,57 |
Standar deviasi (S) |
1.480,20 |
Koefisien variasi (KV) |
0,25 |
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2019 (lampiran 13)
Koefisien Variasi (KV) yang dihasilkan lebih kecil dari 1. Berdasarkan keputusannya, jika KV ≥ 1 maka risiko tidak gawat. Sehingga risiko usahatani di lokasi penelitian tidak gawat atau tidak berisiko tinggi. Rendahnya risiko produksi usahatani antara lain disebabkan kesuburan tanah yang terpelihara dan keseimbangan ekosistem yang mampu menekan gangguan hama dan penyakit tanaman (Ar Nasution, 2018).
Menurut Soekartawi (2006) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Penerimaan usahatani padi di lokasi penelitian akan dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2
Produksi dan penerimaan usahatani padi dalam satu musim tanam (ha/MT)
Komponen |
Nilai |
Produksi rata-rata gabah (kg/ha) |
5.910,2 |
Harga gabah (Rp/kg) |
6.475 |
Penerimaan (Rp/ha/MT) |
38.268.545 |
Sumber: Hasil olahan data primer, 2019
-
3.3.2 Biaya usahatani
Menurut Sukirno (Dalam Soetriono, dkk 2018), dalam berusahatani harus mempertimbangkan tingkat biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya usahatani dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan oleh petani responden berdasarkan luas garapan (ha) dalam satu musim tanam dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
1. Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani tinggi ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tergantung pada besarnya tingkat produksi (Soekartawi, 2006). Biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya penyusutan, biaya pengolahan lahan dan biaya panen. Biaya pengolahan lahan di Desa Simbolon Purba dihitung berdasarkan luas lahan. Petani mengeluarkan biaya Rp 1.800.000/ha dalam dua kali pengolahan. Biaya panen di Desa Simbolon purba merupakan biaya mesin yang digunakan ketika panen yaitu biaya untuk mesin perontok padi. Biaya untuk mesin perontok padi (komben) dihitung berdasarkan jumlah produksi dalam bentuk gabah kering panen. Biaya yang dikeluarkan adalah Rp 200.-/kg gabah. Biaya tetap dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3
Biaya tetap usahatani padi di desa simbolon purba berdasarkan luas lahan dalam satu musim tanam (ha/MT).
Biaya tetap |
Nilai |
Penyusutan (Rp/MT) |
41.787 |
Pengolahan lahan (Rp/ha) |
603.000 |
Biaya panen (Rp/ha) |
1.182.000 |
Total biaya tetap |
1.826.787 |
Sumber: Hasil olahan data primer, 2019
-
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang akan berubah apabila tingkat output berubah (Joesron, 2003:124). Biaya variabel dalam usahatani padi dilokasi penelitian terdiri dari biaya bagi hasil bibit, pupuk, pestisida dan biaya TKLK.
Biaya bagi hasil dilokasi penelitian adalah 1: 2 antara pemilik: penyakap. Untuk menentukan biaya bagi hasil dilihat dari total penerimaan yang dibagi tiga sehingga ditemukanlah banyaknya biaya bagi hasil yang diterima oleh pemilik lahan Garapan. Bibit yang digunakan oleh petani responden adalah hasil dari panen terakhir dan
bibit yang diperoleh dari petani tetangga dengan system barter (bertukar bibit sesama petani) oleh karena itu petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani adalah Urea, Ponska, dan Mutiara.
Menurut Sutedjo (1999), pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun anorganik dengan maksud mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan lingkungan yang baik. Penggunaan pupuk urea adalah sebanyak 151 kg/ha dengan harga Rp 2.500/kg, ponska sebanyak 80 kg/ha dengan harga Rp 3.000/kg, dan Mutiara sebanyak 44,28 kg/ha dengan harga Rp 10.000/kg. biaya yang dikeluarkan pada pupuk adalah sebesar Rp1.060.300/ha/MT.
Rata-rata penggunaan pestisida di lokasi penelitian yaitu untuk Filia menggunakan sebanyak 1.614,7 ml/ha dengan harga Rp 440,-/ml, spontan sebanyak 951 ml/ha dengan harga Rp 100,-/ml, dan score sebanyak 1.021,6ml/ha dengan harga Rp 660,-/ml. biaya yang dikeluarkan oleh petani responden untuk pestisida adalah sebesar Rp1.479.809/ha/MT.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja di lokasi penelitian adalah sebanyak 10 orang TKDK diantaranya 5 pria dan 5 wanita ,11 Orang TKLK diantaranya 5 pria dan 6 wanita. Upah TKLK pria adalah Rp 75.000/hari dan wanita Rp 60.000/hari. Biaya yang dikeluarkan petani untuk TKLK adalah sebesar Rp 735.900/HOK/MT. Berikut akan dijelaskan secara detail biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani responden berdasarkan luas lahan dalam satu musim tanam.
Tabel 4
Biaya Variabel Usahatani Padi di Desa Simbolon Purba berdasarkan luas lahan (ha) Dalam Satu Musim Tanam (ha/MT).
Biaya variabel Biaya (Rp)
Bagi hasil (1:2) 12.756.182
Bibit 0
Pupuk 1.060.233
Pestisida 1.479.809
TKLK 748.900
TKDK 0
Biaya variabel 16.045.124
Sumber: hasil olahan data primer, 2019 (lampiran 12)
Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani, berdasarkan penjelasan biaya tetap dan biaya variabel diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh petani responden dalam satu musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Biaya total usahatani padi berdasarkan luas lahan (ha) di desa simbolon purba dalam satu musim tanam (ha/MT).
Nama Biaya Biaya
(Rp/ha/MT)
Biaya tetap 1.826.787
Biaya variabel 16.045.124
Total biaya 17.871.911
Sumber: Hasil olahan data primer, 2019
Pendapatan usahatani di lokasi penelitian akan dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 6
Hasil Dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Responden Di Desa Simbolon Purba Dalam Satu Musim Tanam (ha)
Komponen |
Rata-rata (Rp) |
Penerimaan |
38. 268.545 |
Biaya total |
17.871.911 |
Pendapatan |
20.396.634 |
R/C Ratio |
2,14 |
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi adalah sebesar Rp20.396.634/ha/MT. Berdasarkan analisis R/C ratio diketahui bahwa usahatani padi dilokasi penelitian adalah efisien. Hal ini terlihat dari nilai R/C ratio yaitu 2,14 dimana pada kriteria keputusan pada R/C ratio adalah jika R/C ratio > 1, maka usahatani untung (efisien).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
-
1. Nilai produksi rata-rata adalah sebesar 5.910,2 kg/ha dengan koefisien variasinya sebesar 0,25. Risiko yang dialami oleh usahatani padi dilokasi penelitian dapat dikatakan belum gawat.
-
2. Pendapatan rata-rata usahatani padi di Desa Simbolon Purba Kecamatan Palipi adalah sebesar Rp 20.396.634/ha/MT dengan R/C ratio yaitu 2,14.
Pertanian di desa Simbolon Purba harus di pertahankan dengan risiko yang tidak gawat dan tidak perlu di ganti ke usahatani lain yang belum jelas risiko yang dialami kedepannya.
-
5. Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa data, hasil pikiran, waktu dan kebendaan sehingga jurnal ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Semoga informasi yang tertulis di dalamnya dapat bermanfaat.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2016. Palipi dalam Angka 2016. www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Area, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah
Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Palipi, 2017. www.bps.go.id.
Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta: Salemba Empat.
Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan ke-1. Surakarta (ID): UNS Press.
Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya.
Nasution, Ar Raihan. 2018. Analisis Perbandingan Kelayakan Antara Usahatani Padi Organik Dan Padi Non Organik (Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai).[skripsi].Universitas Sumatera Utara.
Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta (ID): Universitas Terbuka.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta. Universitas Indonesia.
Soetriono,dkk.2018.Agribisnis Tembakau Besuki Na-Oogst. Malang. Intimedia.
Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan cara pemupukan. PT. Rineka Cipta.Jakarta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
300
Discussion and feedback