Tingkat Partisipasi Kelompok Tani “Rukun Tani” pada Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering, Kecamatan Kedung – Pring, Kabupaten Lamongan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 10, No. 1, Juli 2021
Tingkat Partisipasi Kelompok Tani “Rukun Tani” pada Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering, Kecamatan Kedung – Pring, Kabupaten Lamongan
MUHAMMAD CHULIL SALIMI, I WAYAN BUDIASA, NI WAYAN SRI ASTITI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman, Denpasar, Bali, 80232
Email: chulilsalimi@gmail.com wba.agr@unud.ac.id
Abstract
The Participation Rate of Farmer Groups of Rukun Tani in the Maintenance of Irrigation Networks in Waru Hamlet, Village of Warungering, Sub-District of Kedung-Pring, Regency of Lamongan
The tertiary irrigation network in Waru Hamlet was damaged due to poor maintenance of facilities and infrastructure on the irrigation canal. This indicates that the participation of the Rukun Tani Farmers Group is not good in maintaining irrigation networks. The purpose of this study is to determine the rate of participation by reviewing the implementation of operations, maintenance and financing carried out by the Rukun Tani Farmer Group. Respondents in this study consisted of 44 members of the Rukun Tani Farmers Group. Analysis using qualitative descriptive methods. The results of this study indicate that the rate of participation of members of the Rukun Tani farmer group is in the low category, as measured by the implementation of operations, maintenance and financing that get a high category so that the processed results get a low category. The Rukun Tani farmer group considers that by paying irrigation fees, it has carried out its contribution in maintaining the irrigation network. The Rukun Tani farmer group should have participated in the operation and maintenance of the irrigation network, which was coordinated by the Village HIPPA officer.
Keywords: operation, maintenance and financing, farmer group, irrigation network
Menurut Hardjoamijojo (dalam Ansari, 2009), untuk mendukung pembangunan pertanian terutama dalam mencapai swasembada pangan, dimana prioritas pembangunan pertaniannya adalah merehabilitasi dan membangun jaringan irigasi, serta mengembangkan waduk dan bendungan pengairan. Daerah Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur program pemeliharaan jaringan irigasi (PJI) menjadi komponen penting keberhasilan swasembada pangan berkelanjutan. Penyediaan air untuk kegiatan pertanian di Kabupaten Lamongan terbagi dalam tujuh wilayah (Unit
Pelaksana Teknis) UPT pengairan yakni salah satunya UPT pengairan Kecamatan Kedung-pring.
Waduk Prijetan yang berada pada daerah Kecamatan Kedung-pring, Kabupaten Lamongan memiliki luas 231 ha yang dulunya mampu menampung air dengan volume kurang lebih 12.000.000 m3 namun sekarang mengalami pendangkalan yang hanya mampu menampung sekitar 7.324.065 m3. Memiliki areal baku sawah seluas 4.513 Ha, yang meliputi dari 33 Desa. Saluran irigasi pada jaringan pintu primer utama pada Waduk Prijetan rata-rata mengeluarkan 800 L air perdetik atau 0,8 m3 yang dibagi pada saluran irigasi primer kiri 487 L perdetik dan primer kanan 300 L perdetik. Adapun daerah yang diairi terdiri dari tiga kecamatan yaitu kecamatan Kedung-pring, Kecamatan Sugio, dan Kecamatan Modo (Dinas UPT 2018). Pasokan air yang di keluarkan oleh Waduk Prijetan yang mengalami penurunan akibat pendangkalan serta kurangnya debit air, maka sangat di butuhkan operasi dan pemeliharaan saluran irigasi yang baik dari kelembagaan (Dinas Unit Pelaksana Teknis) UPT pengairan setempat, baik secara teratur dan pengawasan yang ketat untuk mengupayakan peningkatan efesiensi pemanfaatan air irigasi yang efektif, agar di capai hasil guna maksimal dari sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, di perlukan manajemen pemeliharaan jaringan irigasi yang dapat mempermudah pelaksanaan sehingga tetap dalam kendali yang baik.
Pada pengembangannya, masih banyak di jumpai kendala baik menyangkut prosedur dan masalah di lapangan, seperti halnya pada saluran jaringan irigasi tersier di Dusun Waru Desa Warungering mengalami ketidak optimalan pada saluran irigasi akibat terjadinya kerusakan dan kurangnya perawatan pada saluran irigasi. Akibat kerusakan dan kurangnya perawatan pada jaringan irigasi tersebut, jaringan irigasi tersier di Dusun Waru Desa Warungering hanya mampu memberikan pasokan air 40 liter perdetik/ 3.456.000 L perhari Pada musim hujan dengan komoditi yang di tanam padi. Musim kemarau pertama jaringan irigasi tersier mengalami penurunan debit air dalam memasok lahan petani yaitu hanya mampu memberikan pasokan air 35 liter perdetik/ 3.024.000 L perhari, dengan komoditi yang di tanam yaitu Padi dan pada musim kemarau kedua jaringan irigasi tersier juga mengalami penurunan debit air, akibat kurangnya kebutuhan air pada Waduk Prijetan, sehingga mengakibatkan rendahnya pasokan air pada jaringan irigasi tersier di Dusun Waru Desa Warungering yang hanya memberikan pasokan air 25 L perdetik/ 2.160.000 L perhari dengan komoditi yang di tanam yaitu palawija seperti tembakau. Sedangkan kebutuhan air untuk mengairi areal sawah di Dusun Waru Desa Warungering sebanyak 13.500.000 L perhari untuk mengairi areal sawah seluas 54 Ha.
Kurangnya pasokan air pada sawah petani yang terhimpun dalam kelompok tani Rukun Tani mengakibatkan petani setempat mengairi sawahnya secara bergiliran dalam kurun waktu sepuluh hari pengairaan. Selain itu permasalahan yang terjadi kelompok tani Rukun Tani juga kurang aktif dalam melakukan operasi dan pemeliharaan pada saluran irigasi sehingga menyebabkan kurangnya perawatan pada saluran irigasi, serta anggota Kelompok Tani Rukun Tani yang hanya melakukan rapat anggota dalam kurun waktu satu tahun sekali sehingga dapat menyebabkan lemahnya komunikasi petani satu dengan petani yang lain. Adanya permasalahan yang terjadi tentunya dapat berakibat pada kurangnya partisipasi pada pemeliharaan jaringan irigasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab kelompok tani terhimpun yaitu Rukun Tani. Menurut Ndraha (1990) partisipasi mendefinisikan sebagai kesediaan untuk membantu setiap berhasilnya program sesuai kemampuan setiap
orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Berdasarkan definisi tersebut jelas bahwa partisipasi aktif dari setiap individu atau kelompok dalam suatu program akan menentukan keberhasilan program tersebut.
Partisipasi anggota Kelompok Tani Rukun Tani pada pemeliharaan jaringan irigasi, mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anggota dapat berperan bukan hanya sebagai objek tetapi juga berperan sebagai subjek pembangunan. Kesediaan masyarakat untuk mengambil bagian dalam penyelengaraan suatu program pembangunan juga merupakan indikasi adanya kemampuan awal dari masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Oleh karena itu apabila permasalahan jaringan tersier di Dusun Waru, Desa Warungering di biarkan maka akan berakibat pada kurang optimalnya fungsi dari jaringan irigasi tersebut, sehingga akan menghambat keberlanjutannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat partisipasi kelompok tani “rukun tani” dalam melaksanakan kegiatan operasi, pemeliharaan dan pembiayaan jaringan irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering, Kecamatan Kedung – pring ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk “mengetahui tingkat partisipasi kelompok tani “rukun tani” dalam melaksanakan kegiatan operasi, pemeliharaan dan pembiayaan jaringan irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering, Kecamatan Kedung – pring ?”
Penelitian ini di laksanakan dari bulan September 2018 sampai dengan bulan Juni 2019, yang di mulai dari proses survei lokasi penelitian sampai dengan proses penulisan hasil penelitian. Pemilihan lokasi ini di lakukan dengan metode purprosive, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang di pandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah di ketahui sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Dusun Waru, Desa Warungering, Kecamatan Kedung-pring, Kabupaten Lamongan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data penelitian adalah data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah survei, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas menyatakan kuesioner penelitian valid karena koefisen korelasi masing – masing skor item dengan skor total item lebih besar dari 0,30. Hasil uji reliabilitas menyatakan kuesioner penelitian reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian karena variabel partisipasi pada operasi, pemeliharaan dan pembiayaan mendapat nilai alpha croncbach (α) diatas 0,50.
Populasi dalam penelitian ini merupakan anggota kelompok tani rukun tani yang masih aktif bekerja pada bidang pertanian berjumlah 80 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 44 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Informan kunci dalam penelitian ini adalah petugas (unit pelaksana teknis) UPT pengairan, kemantren juru pintu irigasi dan petugas (Himpunan Petani Pemakai Air) HIPPA Desa.
Variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada pemeliharaan jaringan irigasi dengan menggunakan faktor operasi, pemeliharaan dan pembiayaan jaringan irigasi. Faktor - faktor tersebut diukur dengan indikator yang menunjukkan kegiatan pelaksanaan dalam melakukan partisipasi pada pemeliharaan jaringan irigasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani “Rukun Tani”.
Menurut Sugiyono (2011), metode deskriptif merupakan penyajian penafsiran analisis data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan suatu fenomena yang disertai dengan interprestasi terhadap faktor-faktor yang ada di lapangan. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode deskriptif sehingga kesimpulan yang didapat nantinya berupa narasi mengenai tingkat partisipasi yang dilakukan anggota Kelompok Tani Rukun Tani dengan menggunakan konsep EOM (efficient operation and mantainance) yakni operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang didukung oleh pembiayaan yang efesien sesuai dengan pencapaian skor dari masing – masing parameter.
-
3 Hasil dan Pembahasan
Seluruh responden dalam penelitian ini berjumlah 44 orang yang keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan umumnya petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Rukun Tani di Dusun Waru, Desa Warungering, merupakan laki-laki secara keseluruhan dan berstatus sebagai kepala rumah tangga dengan kisaran usia responden 29 s.d 77 tahun. Petani paling banyak yakni berusia 46 – 65 tahun dengan jumlah 30 orang yakni (68,18%) dengan kategori petani lansia. Sedangkan petani berusia 26 – 45 tahun dengan jumlah 11 orang yakni (25,00%) dengan kategori dewasa dan paling sedikit yakni petani berusia >65 berjumlah 3 orang yakni (6,82%) dengan kategori manula. Usia penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori menurut Depkes (2009) yaitu kategori dewasa (26 – 45), kategori lansia (46 - 65) dan kategori manula (>65). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Karekteristik responden berdasarkan Usia
No. |
Rentang Usia (th) |
Jumlah |
Kategori | |
(orang) |
(%) | |||
1 |
26 – 45 |
11 |
25,00 |
Dewasa |
2 |
46 – 65 |
30 |
68,18 |
Lansia |
3 |
> 65 |
3 |
6,82 |
Manula |
Jumlah |
44 |
100,00 |
Lansia |
Sumber: Data primer (2019)
Responden dalam penelitian ini dominan menempuh pendidikan formal SMP 16 orang yakni (36,36%). tidak sekolah adalah 3 orang yakni (6,82%), tamat SD 14 orang yakni (31,82%), tamat SMA 7 orang yakni (15,91%) dan yang menempuh penyelsaian pendidikan S1 adalah 4 orang yakni (9,09%) dari 44 orang.
Tingkat pendidikan responden tersebut, tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pada pemeliharaan jaringan irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2010), yang menyatakan bahwa pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya satu sub bab saja yaitu pendidikan tetapi ada sub bidang lain yang akan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi, kepribadian dan lainya. Selengkapnya dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Karekteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah responden
No. |
Tingkat pendidikan formal |
(Orang) |
(%) |
1 |
Tidak sekolah |
3 |
6,82 |
2 |
Sekolah dasar |
14 |
31,82 |
3 |
Sekolah menengah pertama |
16 |
36,36 |
4 |
Sekolah menengah atas |
7 |
15,91 |
5 |
Perguruan tinggi |
4 |
9,09 |
Total |
44 |
100,00 |
Sumber : Data primer, (2019)
Pengalaman berusaha tani petani di Dusun Waru, Desa Warungering, memiliki pengalaman paling banyak dengan kategori sangat matang yakni diatas >30 tahun dengan jumlah 22 orang (50,00%), sedangkan dengan kategori matang yakni 11 – 30 tahun dengan jumlah 15 orang (34,09%) dan petani dengan kategori belum matang bekerja pada sektor pertanian yakni 1 – 10 tahun dengan jumlah tuju orang (15,91%). Hal ini menunjukkan bahwa petani di Dusun Waru, Desa Warungering rata-rata memiliki pengalaman yang sangat matang dengan jumlah 22 orang (50,00%) dari jumlah 44 responden. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Karekteristik responden berdasarkan pengalaman berusahatani.
No. |
Pengalaman usahatani (th) |
Jumlah |
Kategori | |
(orang) |
(%) | |||
1 |
1 – 10 |
7 |
15,91 |
Belum matang |
2 |
11 – 30 |
15 |
34,09 |
Matang |
3 |
> 30 |
22 |
50,00 |
Sangat Matang |
Jumlah |
44 |
100,00 |
Sangat matang |
Sumber: Data primer 2019
Pekerjaan sampingan yang paling banyak digeluti oleh responden ialah sebagai buruh bangunan sebanyak 12 orang yakni (27,27%). Selain sebagai buruh bangunan, responden juga memiliki pekerjaan sampingan lain yaitu sembilan orang yakni (20,45%) sebagai peternak. Pekerjaan sampingan sebagai peternak, hewan yang dipelihara petani antara lain yaitu ayam, kambing dan sapi walaupun jumlahnya relative sedikit. Selain sebagai peternak, ada delapan orang yakni (18,19%) bekerja sebagai wiraswasta (pedagang, karyawan toko, sembakau dan selep). Dan tiga orang yakni (6,82%) menjadi guru SD di Desa Warungering, Kecamatan Kedung-pring. Sedangkan 12 orang responden (27,27%) tidak memiliki pekerjaan sampingan hanya fokus pada pekerjaan bidang pertanian. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Karekteristik responden berdasarkan pekerjaan sampingan
Jumlah responden
NO |
Pekerjaan Sampingan |
(orang) |
(%) |
1 |
Tidak memiliki |
12 |
27,27 |
2 |
Buruh bangunan |
12 |
27,27 |
3 |
Peternak |
9 |
20,45 |
4 |
Wiraswasta |
8 |
18,19 |
5 |
Guru |
3 |
6,82 |
Total |
44 |
100,00 |
Sumber : Data primer (2019)
Luas lahan merupakan salah satu faktor utama produksi, dimana luas lahan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan. status kepemilikan lahan sebagian besar milik petani sendiri dengan jumlah 43 orang yakni (97,73%) sedangkan petani penyewa lahan hanya ada satu orang yakni (2,27%) dan tidak ada petani penyakap. Petani di Dusun Waru Desa Warungering memiliki luas tanah paling minimal 0,14 are dan maksimal yakni 1,14 Ha. Secara keseluruhan petani di Dusun Waru Desa Warungering dapat dikatakan memiliki lahan tergolong luas, yakni 29 orang memiliki luas tanah rata-rata diatas >0,50 are dan 15 orang memiliki tanah dibawah >50 are. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karekteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan | |
No. |
Jumlah Status kepemilikan lahan (orang) (%) |
1 2 3 |
Milik sendiri 43 97,73 Penyewa 1 2,27 Penyakap 0 0 Jumlah 44 100,00 |
Sumber : Data primer (2019)
Partisipasi sebagai salah satu aspek psikologi yang sangat penting bagi masyarakat untuk ikutserta dalam mengambil keputusan. Paul (1987), berpendapat bahwa dalam partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya (IFE 2014). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan diolah, tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada pemeliharaan jaringan irigasi di Dusun Waru, Desa Warungering. menunjukkan bahwa 29 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan sehingga mendapatkan hasil presentase 65,91% dalam kategori rendah. Presentase kategori rendah tentunya ditunjang dari faktor operasi, pemeliharaan dan pembiayaan Secara rinci pencapaian skor dari masing-masing indicator dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan: P = Operasi S = Pembiayaan
Q = Pemeliharaan PP = Partisipasi Petani
Sumber: Data primer, 2019
Gambar 1. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada Pemeliharaan
Jaringan Irigasi di Dusun Waru Desa Warungering, Kecamatan Kedung-Pring
Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi (Direktorat Pengolahan Air Irigasi, 2014). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Keterangan : P1 – P4 = Indikator
P = Total
Sumber : Data primer, 2019.
Gambar 2. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada Indikator Operasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan Gambar 2. Tingkat partisipasi kelompok tani pada pemeliharaan jaringan irigasi pada faktor operasi menunjukkan pada (P3) dominan tidak dilaksanakan oleh petani yang berjumlah 29 orang dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani mendapatkan kategori rendah dengan presentase 65,91% pada indikator mengenai mengatur pemberian air kepetak lahan sawah, hal ini dikarenakan, anggota Kelompok Tani Rukun Tani tidak ikut mengatur secara keseluruhan saluran jaringan irigasi, tetapi hanya ikut membantu pengairan pada petak sawahnya masing-masing atau yang tergabung pada saluran kuarter.
Data pada Gambar 2. Menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam berpendapat pada rapat (P2) termasuk dalam kategori rendah yang berjumlah sebanyak 26 petani dari 44 anggota kelompok tani mendapatkan presentase 59,09%. Hal ini tentunya berkaitan dengan karakteristik responden yang rata-rata hanya berpendidikan SD dan SMP sehingga beberapa petani selalu tidak yakin dalam menyampaikan pendapatnya dan hanya mengikuti intruksi dari yang menyampaikan rapat/ moderator rapat. Indikator keikutsertaan dalam melaksanakan tata tanam (P4) terdapat pencapaian presentase 56,82% yang sebanyak 25 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani tidak aktif melaksanakan tata tanam sehingga mendapatkan hasil dengan kategori rendah, anggota kelompok tani dalam tiga musim tanam ada beberapa petani yang tidak melaksanakan tata tanam yakni pada musim kemarau akibat kurangnya pasokan air irigasi untuk mengairi lahan sawahnya yang mengakibatkan sering terjadi gagal panen. Hal ini juga berkaitan dengan karekteristik responden yang memiliki pekerjaan sampingan seperti buruh bangunan, wiraswasta dan guru yang lebih menekuni pekerjaan sampinganya dari pada pekerjaan disektor pertanian.
Gambar 2 juga menunjukkan bahwa kegiatan rapat anggota (P1) kurang baik dilaksanakan karna dominan petani yang kurang aktif mengikuti rapat berjumlah 21 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani dengan presentase 47,73% mendapatkan hasil kategori rendah. Mengenai hal ini rapat anggota Kelompok Tani Rukun Tani sudah menjadi rapat rutinan dilaksanakan dalam satu tahun satu kali sesuai kesepakatan pengurus dan anggota Kelompok Tani Rukun Tani, tingkat partisipasi kelompok tani dalam mengikuti rapat anggota kurang aktif diikuti oleh petani sehingga untuk membahas program pertanian kedepan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan pada aktivitas pertanian yang telah dilaksanakan kurang baik.
Hasil keseluruhan jawaban responden pada faktor operasi jaringan irigasi (P) yakni 24 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani tidak melaksanakan kegiatan tersebut, sehingga mendapatkan hasil dengan presentase 54,55% pada kategori rendah. Tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada operasi kurang baik dilaksanakan, sebab anggota Kelompok Tani Rukun Tani kurang aktif dalam memberikan pendapat dalam rapat anggota dan membantu HIPPA dalam pemberian air kelahan sawahnya, tetapi pada kegiatan ikut dalam rapat anggota dan pelaksanaan tatatanam sebagian petani ikut melaksanakanya.
Mengenai kegiatan operasi pada pemeliharaan jaringan irigasi, tentunya petugas unit pelaksana teknis (UPT) pengairan dan petugas HIPPA desa ikut membantu dalam pelaksanaanya. Petugas HIPPA bertugas atas fungsi saluran irigasi tersier dan kuarter seperti memberikan air kepetak lahan sawah petani sedangkan petugas Dinas UPT mengatur atas jalanya saluran irigasi dari jaringan primer sampai ke sekunder serta membuka dan menutup skap pintu untuk memberikan pasokan pada jaringan irigasi tersier. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas UPT pengairan dan pengurus HIPPA Desa Warungering yakni pengumpulan data, penyediaan air irigasi, menyusun rencana tata tanam, pembagian sistem golongan, rencana pembagian air, pemberian air irigasi, membuka dan menutup skap pintu/skep, kalibrasi serta monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan dengan peraturan (Menteri Pekerjaan Umum no. 32 Tahun 2007) dinyatakan bahwa pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestarianya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini maka tingkat partisipasi pemeliharaan jaringan irigasi dapat dilihat pada Gambar 3.
PEMELIHARAAN
■ Sangat Rendah
■ Rendah
■ Sedang
■Tinggi
■ Sangat Tinggi
Keterangan : Q1 – Q7 = Indikator
Q = Total
Sumber: Data primer, 2019
Gambar 3. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada Indikator Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Berdasarkan Gambar 3 tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada faktor pemeliharaan jaringan irigasi presentase tertinggi yakni 63,64% dengan jumlah 28 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani aktif melaksanakan
keikutsertaan pencabutan rumput pada saluran irigasi (Q2) dengan hasil kategori tinggi. Mengenai partisipasi pada pemeliharaan jaringan irigasi seperti pencabutan rumput sangat aktif dilakukan para petani tetapi pada saluran kuarter yang mengairi daerah sawahnya masing-masing. Indikator (Q3) mengenai pembersihan sampah kotoran juga telah baik dilaksanakan karna sebagian besar yaitu 27 petani dengan presentase 61,36% dari 44 petani cukup aktif melaksanakan kegiatan tersebut dengan pencapaian hasil kategori tinggi. pelaksanaan hanya dilakukan petani yang memiliki kesadaran bahwa sampah dan kotoran mampu menghambat jalanya saluran irigasi untuk mengairi sawah yang dominan aktif melaksanakan kegiatan tersebut.
Tingkat partisipasi pada kategori rendah terdapat empat indikator yakni mengenai merapikan lobang bocoran pada saluran irigasi (Q4) dan pemeliharaan berkala seperti menggali endapan saluran setiap dua sampai lima tahun (Q5) kurang baik dilaksanakan oleh anggota kelompok tani yakni 25 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani tidak ikutserta melaksanakan kegiatan tersebut sehingga sama-sama mendapatkan hasil dengan kategori rendah dengan presentase 56,82%. Kegiatan berkala seperti memperbaiki kerusakan secara permanen setiap lima sampai sepuluh tahun (Q6) juga tidak aktif dilaksanakan oleh anggota kelompok tani dengan jumlah 30 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani sehingga mendapatkan hasil dengan presentase 68,18% pada kategori rendah.
Kegiatan menutup lobang dan bocoran kurang baik dilakukan oleh anggota kelompok tani, karna petani hanya melakukan kegiatan tersebut pada saluran kuarter yang mengairi sawahnya masing-masing. Sedangkan dalam kegiatan berkala baik dua sampai lima tahun ataupun yang lima sampai sepuluh tahun juga tidak aktif dilakukan, sebab anggota kelompok tani menunggu intruksi dari pemerintah setempat baik pemerintah desa ataupun petugas HIPPA (himpunan petani pemakai air) untuk melaksanakan kegiatan gotong royong seperti merapikan saluran, pembersihan saluran dll. Kondisi seperti ini mengakibatkan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan pada tiga parameter tersebut tidak efektif dilakukan dan harus dievaluasi agar terciptanya pemeliharaan irigasi yang efesien guna untuk menjaga kelestarian dalam pemanfaatan petani yang akan datang.
Presentase pada kategori rendah juga terdapat pada kegiatan pengamanan dan pencegahan (Q1) yakni 29 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani mendapatkan hasil dengan presentase 65,91%. Kegiatan pengamanan tidak terlalu aktif dilakukan oleh petani karna hewan seperti sapi, kambing sudah sangat jarang ditemui dimandikan disaluran irigasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan kegiatan pencegahan seperti memasang papan aturan sudah dilaksanakan oleh petugas UPT (unit pelaksana teknis) yang ditaruh di depan pintu irigasi tersier.
Partisipasi kelompok tani rukun tani pada indikator pemeliharaan jaringan irigasi presentase terendah yakni pada (Q7) yaitu mengenai kegiatan perbaikan kerusakan akibat bencana alam, sebab paling dominan tidak dilakukan oleh petani dengan jumlah 33 petani dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani dengan presentase 75,00% mendapatkan kategori sangat rendah. Indikator mengenai keaktifan dalam menangani kerusakan pada saluran irigasi akibat bencana alam yang terjadi, tingkat keikutsertaan anggota kelompok tani rukun tani sangat rendah, sebab selama ini di Daerah Kecamatan Kedung-pring, Kabupaten Lamongan belum pernah terjadi bencana alam yang mengakibatkan kerusakan pada saluran jaringan irigasi, baik bencana alam gempa bumi maupun banjir yang mengakibatkan ancaman kerusakan tetapi justru yang terjadi lebih sering yakni kekeringan.
Berdasarkan hasil keseluruhan jawaban responden pada tingkat partisipasi kelompok tani rukun tani pada pemeliharaan saluran jaringan irigasi melalui faktor pemeliharaan (Q) diperoleh hasil dengan presentase 63,64% dari 44 anggota Kelompok Tani Rukun Tani yang tergolong dalam kategori rendah. Hal ini diartikan bahwasanya tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani dalam indikator pemeliharaan jaringan irigasi belum efektif dilakukan, hal ini dikarenakan petugas HIPPA mempekerjakan beberapa petani dan diberi upah untuk melakukan pemeliharaan jaringan irgasi seperti memberikan obat pembunuh rumput dan pembersihan kotoran yang berada pada saluran irigasi serta merapikan saluran yang rusak.
Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi lima tahun yang lalu dan sekarang sudah mengalami perbedaan dimana ada pergeseran nilai yang terjadi antara sistem gotong royong berganti dengan sistem upah. Terdegradasinya nilai gotong royong yakni karna biaya konsumsi yang dikeluarkan lebih besar, sebab harus melibatkan orang desa jika dibandingkan pada memberikan upah kepada beberapa petani untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi.
Mengenai kegiatan pembiayaan jaringan irigasi perlu dilaksanakan sesuai aturan yang telah ditetapkan agar efektivitas operasi dan pemeliharaan tetap berjalan. Pemanfaatan irigasi yang telah diterima oleh Kelompok Tani Rukun Tani wajib memberikan partisipasi pembiayaan OP (operasi dan pemeliharaan) irigasi dalam bentuk iuran pengelolaan irigasi (irrigation service fee) berdasarkan kemampuan daerah irigasi.( Budiasa 2005 ). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Keterangan :S1 – S2 = Indikator
S = Total
Sumber : Data Primer (2019)
Gambar 4. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada Indikator Pembiayaan Jaringan Irigasi
Berdasarkan Gambar 4. Tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada pembiayaan jaringan irigasi memiliki partisipasi yang termasuk dalam kategori sangat tinggi karna sebagian besar petani yaitu berjumlah 36 petani dari 44 anggota kelompok tani telah melaksanakan kegiatan tersebut dengan sangat baik sehingga mendapatkan hasil dengan presentase 81,82% pada indikator keikutsertaan membayar biaya perawatan jaringan irigasi (S1) sedangkan pada indikator ketepatan membayar saluran irigasi (S2) mendapatkan kategori tinggi karna sebagian besar petani yaitu 27 petani dari 44 anggota kelompok tani telah melakukan kegiatan tersebut dengan baik sehingga memperoleh presentase 61,36%. Berdasarkan hasil
keseluruhan faktor pembiayaan jaringan irigasi (S) sudah sangat baik dilakukan, sebab mendapatkan presentase 63,64% yakni dari 28 petani mendapatkan hasil kategori tinggi dan 15 petani mendapatkan hasil kategori sangat tinggi sehingga secara keseluruhan diperoleh dengan hasil kategori tinggi
Mengenai pembiayaan perawatan jaringan irigasi, petani setempat dikenai biaya sebesar Rp. 35.000 per 100 bumi/ 1400 meter persegi setara 14 are setelah pasca musim panen. Pembiayaan perawatan saluran irigasi wajib dibayar oleh anggota Kelompok Tani Rukun Tani karena dengan pembiayaan pada saluran irigasi operasi dan pemeliharaan akan tetap berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Mengenai pembiayaan irigasi petani dibebankan sesuai dengan luas lahan yang dimiliki. Pelaksanaan pembiayaan air irigasi harus dibayar oleh petani, apabila tidak membayar pada musim tanam saat ini, maka musim tanam yang akan datang petani yang tidak membayar maka tidak diberikan irigasi pada lahan sawahnya. Tentunya hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan tentang irigasi pada pasal sepuluh, yaitu partisipasi masyarakat petani sebagaimana pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan fikiran, gagasan, waktu, tenaga dan dana.
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi Kelompok Tani Rukun Tani pada pemeliharaan jaringan irigasi di Dusun Waru Desa Warungering termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan karna tingkat partisipasi pada operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi terdapat kategori rendah, sedangkan tingkat partisipasi pada pembiayaan jaringan irigasi termasuk dalam kategori tinggi. Pembiayaan jaringan irigasi mendapatkan kategori sangat tinggi, sebab anggota Kelompok Tani Rukun Tani beranggapan bahwa dengan berkontribusi membayar pembiayaan jaringan irigasi kepada pengurus HIPPA, petani sudah melaksanakan kewajibanya dalam berpartisipasi merawat dan memelihara jaringan irigasi.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, saran – saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
-
1. Kelompok Tani Rukun Tani sebaiknya tidak hanya melaksanakan kewajibanya dalam pembiayaan jaringan irigasi, akan tetapi juga ikut malaksanakan kewajiban pada operasi serta pemeliharaan jaringan irigasi, sehingga pemeliharaan jaringan irigasi tersier di Dusun Waru, Desa Warungering dapat berjalan effesien dalam pelaksanaanya.
-
2. Pengurus HIPPA (himpunan petani pemakai air) dan Kelompok Tani Rukun Tani seharusnya bekerja sama dengan lebih baik dalam memelihara jaringan irigasi tersier, agar tercipta pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi yang efesien dan terkordinasi sesuai dengan kesepakatan bersama.
-
3. Dinas UPT (unit pelaksanaan teknis) pengairan sebaiknya lebih memperhatikan sarana dan prasarana saluran jaringan irigasi, baik saluran primer, sekunder seperti memperbaiki bangunan yang rusak dan pintu skap yang sudah tidak layak pakai agar jaringan irigasi dapat berfungsi secara optimal.
-
5. Ucapan Terimakasih
Penelitian ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada petugas (Unit Pelaksana Teknis) UPT pengairan, kemantran juru pintu irigasi, petugas (Himpunan Petani Pemakai Air) HIPPA Desa dan responden anggota Kelompok Tani “Rukun Tani” yang telah bekerja sama dengan baik dalam pengumpulan data penelitian.
Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Peraturan menteri pekerjaan umum No.33/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
Ansari, I.A. 2009, Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Provinsi Sulawesi Tenggara. (Skripsi_Online).
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12875.Bogor:Departemen
Manajemen.Fakultas ekonomi dan Manajemen.IPB. Diakses pada 10 November 2018.
Budiasa, I.W. 2005. Subak dan Keberlanjutan Sistem Pertanian Beririgasi di Bali.
Dalam Pitana, I Gede Setiawan AP (Eds). Revitalisasi subak dalam memasuki era Globalisasi. Yogyakarta: Andi offset. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI
Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014. Panduan Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi. Kementerian Pertanian, Jakarta. Diakses Pada 06 Agustus 2019.
IFE,JIM., 2014. Community Devolepment : Alternatif pengembangan masyarakat di era globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ndraha, T. 1990. Pembangunan masyarakat mempersiapkan masyarakat tinggal landas. Rineka Cipta. Jakarta. Diakses pada tanggal 09 april 2019.
Notoadmojo, S. 2010. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Ciputra. Perda Kab.Lamongan No.14 th.2007.Irigasi.
https://lamongankab.go.id/bag-hukum/files/2017/08/14-TTG-IRIGASI.pdf. Diakses
pada tanggal 11 November 2018.
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D.Bandung:
Afaberta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
270
Discussion and feedback