Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
DEWA AYU MADE DWI ANDARI, DWI PUTRA DARMAWAN,
I MADE SUDARMA
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232
Email: dewaayudwiandari@gmail.com putradarmawan@unud.ac.id
Abstract
Contribution of the Agriculture Sector to the Gross Regional Domestic Product of Tabanan Regency and the Factors Affecting it
Tabanan Regency has been noted as the rice granary because rice production in this regency is the highest in Bali Province. It means economic sector in Tabanan is dominated by the agricultural sector and it had a significant impact on improving the living standard of local people and the regional economy growth. The research aims analyzing of agricultural contribution to GRDP of Tabanan Regency and identify some factors that influence changed contribution of the agricultural sub sectors to the Tabanan Regency GRDP. This research utilize mix methods or qualitative and quantitative methods simultaneously with contribution analysis. The results pictured that each agricultural subsector has declination contribution to GRDP Tabanan Regency. The declination was recorded from 2010-2018 about 2,31%. Livestock was identified as sub sector with highest contribution to Tabanan Regency’s income and hunting services had the smallest contribution. Those changed were influenced by many factors such as seasonal/climatic; unproductive land; changed function land from agricultural production to others; labour force and lack of interest of young people to work in farming area. Other factors also made the declination of productivity of agriculture sub-sector in Tabanan Regency are good opportunity of business in the tourism sector; characteristics of farmers in Bali; lack of agricultural technology as problem solving on pests, diseases and viruses; lack quality of agricultural inputs and lower prices of agricultural products. Finally some recommendations would provide as solution for the declination of agricultural land in Tabanan Regency. Firstly, local government should create a regulation to control changed function of agricultural lands. Second, local government should introduce innovation on managing post harvest activities so that agricultural products in Tabanan Regency have good value added. Thirdly, local government must support marketing farmers’ products properly. If all recommendation can be apply, the contribution of agricultural sector to GRDP Tabanan Regency will be increased.
Key words: Contribution, Sub-sector agriculture, Influencer Factors.
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020
Setiap negara menginginkan perekonomian yang maju untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat penting melakukan perubahan-perubahan yang terencana untuk membawa perekonomian suatu negara ke arah yang lebih baik serta berkelanjutan dengan jalan melakukan pembangunan. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan dan merupakan kegiatan yang berkesinambungan berkelanjutan dan bertahap menuju ketingkat yang lebih baik. Pembangunan harus dilakukan bertahap di segala sektor maupun sub sektor secara terencana dan terprogram (Rompas et al., 2015). Agar terjadi pemerataan pembangunan, pembangunan yang dilakukan tidak hanya terfokus di tingkat pusat tetapi pembangunan juga dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu daerah baik provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Pembangunan pada wilayah yang lebih kecil akan memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar (Setyowati, 2012).
Sebagai upaya mendukung proses pembangunan, pemerintah mengeluarkan otonomi daerah yakni sebuah kebijakan yang memberikan kewenangan terhadap pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Hal tersebut diperkuat dengan ditetapkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah yang kemudian mengalami revisi menjadi UU No. 23 Tahun 2014. Dalam konsep otonomi daerah diharapkan berbagai potensi yang ada di daerah dapat secara optimal mendukung pelaksanaan pembangunan (Usman et al., 2001).
Keadaan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari PDRB daerah tersebut. PDRB merupakan Produk Domestik Regional Bruto pada tingkat regional yang menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu (BPS, 2018). Semakin tinggi PDRB suatu wilayah dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut juga tinggi atau tingkat kesejahteraan masyarakatnya juga baik (Rahman et al., 2019). PDRB dibangun dari berbagai sektor perekonomian, termasuk sektor pertanian. Menurut Risnawati (2016) sektor pertanian memiliki lima peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional yaitu :
-
1. Secara langsung menyediakan kebutuhan pangan masyarakat
-
2. Membentuk pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB)
-
3. Menyerap tenaga kerja di pedesaan
-
4. Penghasil devisa dan atau penghematan devisa
-
5. Mengendalikan inflasi.
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali yang mendapat julukan lumbung padi dikarenakan sektor perekonomiannya lebih banyak ditunjang dan didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Tabanan memberikan andil yang cukup besar terhadap sumber pendapatan, peningkatan taraf hidup masyarakat serta perekonomian regional dilihat dari sumbangan yang diberikan terhadap daerah (Kabupaten Tabanan). Nilai pendapatan yang diberikan seluruh sektor perekonomian yang ada di daerah termasuk sektor pertanian dapat di ukur dari nilai PDRB yang dihasilkan sektor
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 tersebut. Perlu diketahui bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian pada hakekatnya merupakan akumulasi dari kontribusi masing-masing subsektor pertanian. Sesuai dengan yang ditetapkan oleh BPS Provinsi Bali (2019) yang termasuk ke dalam sektor pertanian yakni subsektor tanaman pangan, subsektor holtikultura, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, subsektor jasa pertanian dan perburuan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diuraikan rumusan masalah dalam penlitian ini sebagai berikut :
-
1. Bagaimana kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan?
-
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perubahan kontribusi subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan?
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
-
1. Menganalisis kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan.
-
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kontribusi subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan.
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2020 sampai dengan bulan Maret 2020.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang bersumber dari data primer berupa hasil wawancara mendalam dengan informan kunci dan data sekunder berupa data times series. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, dokumentasi, dan studi pustaka. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Rahmat, 2009). Metode dokumentasi merupakan metode mengumpulkan data benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya (Alhamid & Anufia, 2019) sedangkan studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif serta analisis kontribusi. Sebagaimana dijelaskan oleh Ovilia (2018),
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang memberikan informasi mengenai data yang diamati dan bertujuan menguji hipotesa dan menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi. Tujuan analisis deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan komunikatif. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kontribusi subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan dari analisis kontribusi mengenai kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan. Analisis kontribusi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan. Perhitungan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan dilakukan dengan mengikuti rumus sebagai berikut :
Kontribusi = ^^^^^^H x 100%..............................................(1)
Dimana :
X = PDRB subsektor pertanian Kabupaten Tabanan pada tahun n
Y = PDRB seluruh sektor Kabupaten Tabanan pada tahun n
Kontribusi sektor pertanian dalam penelitian ini dilihat dari kontribusi masing-masing subsektor pertanian. Data yang digunakan dalam perhitungan kontribusi adalah data PDRB menurut lapangan usaha tahun 2010-2018 atas dasar harga berlaku. Data tersebut kemudian dilolah dengan menggunakan rumus kontribusi. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan rumus kontribusi, diperoleh nilai kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tabanan dalam bentuk persentase yang diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kontribusi Masing-masing Subsektor Pertanian
No |
Subsektor Pertanian |
Tahun | ||||||||
2010 |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
2018 | ||
1 |
Tanaman Pangan |
5,87 |
5,48 |
5,36 |
4,99 |
4,50 |
4,50 |
4,33 |
3,86 |
3,59 |
2 |
Tanaman Hortikultura |
2,58 |
2,58 |
2,35 |
2,28 |
2,23 |
2,63 |
2,74 |
2,56 |
2,47 |
3 |
Tanaman Perkebunan |
2,58 |
2,54 |
2,53 |
2,39 |
2,23 |
2,43 |
2,59 |
2,60 |
2,55 |
4 |
Peternakan |
12,41 |
11,66 |
11,74 |
12,09 |
11,87 |
11,14 |
11,16 |
11,37 |
11,59 |
5 |
Jasa |
0,42 |
0,39 |
0,39 |
0,39 |
0,37 |
0,41 |
0,46 |
0,47 |
0,45 |
Pertanian
dan
Perburuan
Jumlah 23,86 22,65 22,37 22,14 21,2 21,1 21,28 20,86 20,65
Sumber: Hasil analisis (2020)
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020
Berdasarkan Tabel 1 hasil analisis perhitungan kontribusi masing-masing subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan didapatkan bahwa kontiribusi subsektor tanaman pangan dari tahun 2010-2018 mengalami penurunan. Pada tahun 2010, kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 5,87%. Pada tahun 2011 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 5,48%, menurun 0,39% dari tahun 2010. Pada tahun 2012 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 5,36%, menurun 0,12% dari tahun 2011. Pada tahun 2013 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 4,99%, menurun 0,37% dari tahun 2012. Pada tahun 2014 kontribui subsektor tanaman pangan mencapai 4,50%, menurun 0,49% dari tahun 2013. Pada tahun 2015 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 4,50%. Angka ini sama dengan kontribusi subsektor tanaman pangan tahun 2014. Pada tahun 2016 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 4,33%, menurun 0,17% dari tahun 2015. Pada tahun 2017 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 3,86%, menurun 0,47% dari ahun 2016 dan pada tahun 2018 kontribusi subsektor tanaman pangan mencapai 3,59%, menurun 0,27% dari tahun 2017. Empat subsektor lainnya yakni, subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan serta subsektor jasa pertanian dan perburuan mengalami fluktuasi cenderung menurun. Kontribusi terbesar berasal dari subsektor peternakan dengan nilai kontribusi diatas 10% tiap tahunnya. Kontribusi terkecil berasal dari subsektor jasa pertanian dan perburuan dengan nilai kontribusi dibawah 1% tiap tahunnya. Secara umum kontribusi total dari lima subsektor yang dihitung, dari tahun 2010-2018 mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan kurang optimal.
Kabupaten Tabanan menyandang predikat sebagai lumbung padi Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Tabanan masih menjadi sektor unggulan walaupun kontribusi subsektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan dalam kurun waktu sembilan tahun (20102018) secara umum mengalami penurunan. Penurunan nilai kontribusi dari sektor pertanian tersebut tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut merupakan faktor-faktor perubahan nilai kontribusi yang diperoleh dari wawancara mendalam :
-
1. Musim/iklim
Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global secara langung maupun tidak langsung mempengaruhi produksi pertanian. Selain itu, anomali iklim di beberapa tahun terakhir sangat berdampak pada kualitas dan produktifitas hasil pertanian. Kondisi tersebut diperparah dengan temperatur dan curah hujan yang naik secara signifikan dibandingkan dengan kondisi iklim normal.
-
2. Banyak lahan tidak tergarap
Berdasarkan keterangan dari I Wayan Suandra (Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan), salah satu faktor yang menyebabkan pemilik lahan enggan untuk mengusahakan lahannya adalah iklim. Kasus yang terjadi beberapa tahun ini akibat anomali iklim adalah kekeringan. Sulitnya memperoleh air yang merupakan faktor pembatas menyebabkan petani tidak dapat mengolah lahannya untuk budidaya dan petani cenderung beralih ke pekerjaan lain.
-
3. Tenaga kerja dan kurangnya minat generasi muda
Berdasarkan keterangan I Nyoman Budana (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan), tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada umumnya sudah berusia
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 tidak produktif. Mindset generasi muda yang mengganggap bekerja di pertanian itu kotor menjadi salah satu penyebab kurangnya minat generasi muda bekerja di bidang pertanian. Generasi muda sekarang cenderung ingin bekerja aman, dalam artian santai, tidak berat. Disamping itu hal lain yang menyebabkan kurangnya minat generasi muda terjun di bidang pertanian adalah hasil yang kurang menjanjikan.
-
4. Alih fungsi lahan dan berkembangnya sektor pariwisata
Berdasarkan keterangan dari Indro Susilo (Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan) penyebab terjadinya alih fungsi lahan adalah meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Disamping itu berkembangnya sektor pariwisata juga menjadi salah satu penyebab tingginya alih fungsi lahan. Untuk menunjang pariwisata diperlukan sarana akomodasi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Tingginya pembangunan sarana akomodasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan air, sehingga air yang seharusnya dialirkan untuk mengairi lahan pertanian digunakan untuk menunjang pariwisata. Kurangnya air untuk irigasi lahan pertanian menyebabkan lahan pertanian tidak dapat diolah dengan optimal dan mengakibatkan menurunnya produksi pertanian.
-
5. Hama, penyakit dan virus
Dalam melakukan budidaya sudah pasti ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang jika tidak dicegah atau ditanggulangi dengan baik akan menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas hasil sehingga produksi pertanian tidak optimal. Serangan hama dan penyakit akan meningkatkan biaya produksi yang secara tidak langsung menyebabkan kerugian bagi petani. Contoh kasus serangan hama yang terjadi di Kabupaten Tabanan adalah serangan hama tikus yang menyebabkan merosotnya hasil panen padi bahkan petani sampai kehilangan separuh dari hasil panen biasanya sedangkan contoh kasus virus yang pernah terjadi di Kabupaten Tabanan adalah mewabahnya virus H5N1 yang menyebabkan kematian pada hewan ternak jenis unggas.
-
6. Karateristik petani di Bali
Petani di Bali pada umumnya merupakan petani gurem. Petani gurem adalah petani yang penguasaan lahannya kurang dari 0,5 Ha. Berdasarkan keterangan dari Rudi Purwanto (Kepala Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik) dengan sedikitnya lahan yang dimiliki, hasil pertanian tidak banyak, diarasa kurang dan hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri. Selain itu pada saat proses panen petani lebih banyak menerapkan sistem tebas. Sistem tebas merupakan sebuah transaksi yang dilakukan oleh petani dengan penebas menjelang panen dan harga yang didapat oleh petani tentu lebih murah karena pada sistem ini proses panen akan dilakukan oleh penebas. Penerapan sistem tebas mengakibatkan petani tidak memperoleh nilai tambah yang maksimum.
-
7. Input pertanian dan Harga
Input pertanian sebagai modal awal melakukan budidaya sangat mempengaruhi produksi pertanian. Pupuk dan bibit merupakan input pertanian yang memperoleh
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 subsidi dari pemerintah sehingga harga input tersebut lebih murah. Input lainnya seperti pestisida tidak memperoleh subsidi dari pemerintah. Harga pertisida yang cukup mahal menjadi salah satu hal yang memeberatkan petani. Selain harga input, harga produk pertanian menjadi hal yang perlu diperhatikan. Harga produk pertanian ditentukan oleh pasar. Harga produksi pertanian di pasar tidak menentu, seringkali naik turun. Menurut I Nyoman Budana (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan) dan Dewa Ketut Budidana Susila (Kepala Bidang Perkebunan) naik turunnya harga tersebut salah satunya dikarenakan karateristik produk pertanian yang tidak tahan lama dan waktu panen. Saat terjadi panen raya, harga produk pertanian mengalami penurunan dikarenakan jumlah yang ditawarkan banyak sedangkan permintaan tetap, bahkan sedikit. Turunnya harga produk pertanian menyebabkan petani merugi karena hasil penjualan yang diperoleh tidak banyak dan tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
-
8. Teknologi
Teknologi dalam bidang pertanian dari waktu ke waktu mengalami perkembangan, menuju ke arah modernisasi. Namun di Kabupaten Tabanan, teknologi pertanian belum berkembang dengan baik, seperti contoh alsintan (alat mesin pertanian). Penggunaan alsintan yang lebih modern di beberapa subak atau lahan pertanian di Kabupaten Tabanan belum merata. Petani tidak mampu membeli karena harga alsintan yang mahal, sehingga untuk alsintan yang modern masih diharapkan bantuan dari pemerintah. Selain itu alsintan yang ada saat ini belum mampu menggapai semua lahan pertanian yang ada di Tabanan. Kebanyakan alsintan hanya cocok digunakan untuk lahan luas dan datar. Berbeda dengan kondisi lahan pertanian yang ada di Tabanan umumnya berbentuk terasering. Teknologi tidak hanya berkaitan dengan mesin. Pengembangan teknik budidaya, penciptaan bibit unggul juga merupakan teknologi di bidang pertanain. Berdasarkan informasi yang diketahui, teknik budidaya dengan hidroponik di Kabupaten Tabanan belum berkembang dengan baik selain itu perbanyakan dan penciptaan bibit unggul yang dapat membantu meningkatkan produksi pertanian juga belum dikembangkan dengan baik.
Faktor-faktor tersebut diatas sebenarnya memiliki keterkaitan satu sama lain. Kedelapan faktor tersebut umumnya tertuju pada produksi pertanian dan harga. Dari delapan faktor diatas, iklim merupakan satu-satunya faktor yang tidak dapat dimanipulasi. Tujuh faktor lainnya bisa dicarikan solusi untuk meningkatkan peran sektor pertanian. Banyaknya lahan tidak tergarap yang disebabkan oleh terbatasnya air bisa diatasi dengan pembuatan embung di subak-subak. Pendidikan dan pengenalan pertanian sejak dini bisa membantu menarik minat generasi muda terjun ke bidang pertanian. Penetapan pajak khususnya lahan pertanian di kawasan wisata yang sesuai serta pembentukan agrowisata diharapkan dapat mengurungkan niat petani untuk menjual ataupun mengalih fungsikan lahannya. Penciptaan serta pendistribusian bibit unggul bisa membantu petani gurem untuk meningkatkan produksi dengan sedikitnya lahan yang dimiliki. Pembentukan kelembagaan pasca panen dapat membantu petani yang dikhawatirkan merugi karena harga anjlok saat panen raya. Selain itu pengenalan teknik budidaya yang baru juga dapat membantu petani untuk meningkatkan
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 poduksinya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dari delapan faktor yang disebutkan, faktor yang paling krusial adalah alih fungsi lahan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
-
1. Kontribusi subsektor pertanian selama kurun waktu sembilan tahun (2010-2018) terhadap PDRB Kabupaten Tabanan secara umum mengalami fluktuasi cenderung menurun. Nilai kontribusi terbesar diberikan oleh subsektor peternakan sedangkan nilai kontribusi terkecil diberikan oleh subsektor jasa pertanian dan perburuan.
-
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan adalah musim/iklim; banyak lahan tidak tergarap; tenaga kerja dan kurangnya minat generasi muda terjun di bidang pertanian; alih fungsi lahan dan berkembangnya sektor pariwisata; karateristik petani di Bali; hama, penyakit dan virus; input pertanian dan harga; serta teknologi. Diantara faktor tersebut, alih fungsi lahan menjadi faktor yang paling krusial.
Berdasarkan kesimpulan yang diambil berkaitan dengan penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, diantaranya :
-
1. Meningkatkan perhatian di sektor pertanian untuk menunjang peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tabanan sebagai upaya meningkatkan pembangunan daerah mengingat sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tabanan.
-
2. Meningkatkan regulasi mengenai pengendalian alih fungsi lahan mengingat alih fungsi lahan menjadi faktor yang krusial yang mempengaruhi perubahan nilai kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Tabanan. Pengenaan pajak yang sesuai serta pembentukan agrowisata bisa menjadi rekomendasi pemerintah untuk mengendalikan alih fungsi lahan.
-
3. Kebijakan lanjutan dengan membentuk kelembagaan pascapanen untuk membantu petani dan menjaga kestabilan harga serta regulasi lainnya dalam upaya membantu meningkatkan hasil pertanian bisa diterapkan seiring berjalannya regulasi mengenai pengendalian alih fungsi lahan.
-
4. Pada penelitian ini sektor pertanian yang dianalisis hanya yang termasuk ke dalam subsektor tanaman bahan makanan. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar meneliti sektor pertanian secara keseluruhan termasuk subsektor perikanan dan kehutanan didalamnya mengingat saat ini subsektor perikanan di Kabupaten Tabanan mulai digencarkan pengembangnya.
-
5. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu kepada Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 9, No. 3, Desember 2020 bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Alhamid, Thalha & Anufia, Budur. 2019. Instrumen Pengumpulan Data. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan Menurut Lapangan Usaha 2014-2018. Tersedia pada http://BPS.go.id (diakses 10 Oktober 2019).
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2014-2018. Tersedia pada http://bali.bps.go.id (diakses 10 Oktober 2019).
Rahman et al., 2019. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kota Parepre. Jurnal Agribisnis Perikanan, 12 (2):182-187.
Risnawati. 2016. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Jeneponto. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Rompas et al.,2015. Potensi Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(4):124-136.
Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equiibrium, 5(9): 1-8.
Ovilia, Avinda Violita. 2018. Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu.
Setyowati, Nuning. 2012. “ Analisis Peran Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo”. Jurnal SEPA, 8(2):174-179.
Usman, W., Isnan F.N., dan Bayu M., 2001. Pembangunan Pertanian di Era Globalisasi.
LP2KP Pustaka Karya : Yogyakarta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
302
Discussion and feedback