Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
E-ISSN: 2685-3809
Vol. 9, No. 2, Juli 2020
Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
DILLA DWIANI, NI WAYAN PUTU ARTINI
I DEWA PUTU OKA SUARDI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali Email: [email protected] [email protected]
Abstract
Snake Fruit Farmers' Income and Welfare in Dukuh Lestari Farmer Groups in Sibetan Village, Bebandem District, Karangasem Regency
This study aimed to determine the level of income and welfare of salak farmers in Dukuh Lestari Farmer Groups using quantitative and qualitative analysis methods. The data collection was done through interview and literature study methods. The selection of the number of sample was determined by taking the entire population of Dukuh Lestari Farmers group totaled 39 people. The variables in this study were income, farm R/C Ratio value and welfare level with indicators used were income, expenditure and consumption patterns, health, education, employment, and housing.
The results of this study were that the average income of the salak farming cash costs was Rp. 24,315,224.34 / ha / year with an R / C ratio of 5.08 and the income on the total costs of salak farming was Rp. 22,221,705.07 / ha / year with an R / C ratio of 3.76. The results for the welfare level of salak farmers was in the quite prosperous category with an achievement score of 55.63 percent. Based on the overall results of the study, it can be concluded that it is necessary to increase the income of salak farming for the welfare of Dukuh Lestari Farmer Groups, it can be suggested that they should increase farm income, provide facilities in the form of production facilities and other necessary agribusiness development facilities such as market information, increasing market access, capital, and the development of partnership with other business institutions.
Keywords: income level, welfare, snake fruit
Sektor pertanian merupakan sektor yang unik dan mempunyai ciri khas tersendiri dalam struktur perekonomian nasional. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari aspek kontribusinya terhadap BPD (Badan Perwakilan Desa), penyediaan lapangan kerja, kontribusinya untuk mengurangi jumlah orang-orang miskin di pedesaan dan peranannya terhadap nilai devisa yang dihasilkan
dari ekspor (Soekartawi, 2010). Pendapatan dari sektor pertanian merupakan menjanjikan, salah satunya pada sektor holtikultura. Komoditas holtikultura khususnya buah-buahan memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Salah satu jenis buah-buahan yang banyak dibudidayakan adalah buah salak (Salacca edulis). Menurut Anarsis (1999), secara umum di Indonesia ada tiga jenis salak yang termasuk dalam kelompok Salacca edulis.
Salah satu daerah yang terkenal sebagai sentra produksi komoditas salak di Provinsi Bali yaitu terdapat di daerah Kabupaten Karangasem dengan jumlah produksi salak terbesar di Provinsi Bali mencapai 25.497 ton per tahunnya. Kecamatan Bebandem menjadi sentra produksi salak tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya dengan produksi mencapai 10.681 ton (BPS Provinsi Bali, 2017). Kecamatan Bebandem tepatnya di Desa Sibetan memiliki beberapa kelompok tani salak, salah satunya Kelompok Tani Dukuh Lestari dengan beranggotakan 39 orang.
Kelompok Tani Dukuh Lestari memiliki rata-rata jumlah pohon salak yaitu 2000 perhektar, dimana pada saat panen raya jumlah salak perpohon sekitar tiga kilogram atau mampu menghasilkan rata-rata tujuh ton per hektar, semakin banyak hasil panen raya yang di hasilkan seorang petani salak maka semakin menurun harga jual salak 50 persen bahkan lebih dari harga normalnya. Produksi salak meningkat tidak menjamin meningkatnya pendapatan yang di dapatkan seorang petani.
Meskipun Kelompok Tani Dukuh Lestarimerupakan salah satu Kelompok Tani terbesar di Desa Sibetan yaitu dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,95 ha dan jumlah produksi mencapai 9.000 kg per tahun namun kenyataan menunjukkan tidak semua petani salak hidup dalam kondisi yang lebih baik, tidak sedikit diantara mereka yang mengeluh dengan rendahnya pendapatan tersebut ditambah lagi dengan banyaknya jumlah tanggungan dalam rumah yang harus mereka hidupi. Pasalnya, penghasilan dari usahatani salak tidak sebanding dengan pengeluaran mereka setiap hari, seperti dialami para petani salak di Kelompok Tani Dukuh Lestari yang sudah mengenyam harga murah lantaran harga salak tak kunjung membaik.
Ironisnya sektor pertanian yang merupakan menyerap tenaga kerja terbesar dan tempat menggantungkan harapan hidup sebagian besar masyarakat khususnya di pedesaan itu justru menghadapi masalah yang cukup kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain mencakup rendahnya tingkat pendapatan petani. Pendapatan hingga saat ini masih menjadi tolak ukur bagi kesejateraan dan status sosial masyarakat.Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan mata pencarian utama disektor pertanian sebagian besar masih di bawah rata-rata nasional. Hal ini bila di biarkan secara terus menerus akan menjadi sebab semakin melebarnya kesenjangan pendapatan antara masyarakat yang berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang pada akhirnya akan menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan menjadi semakin miskin (Mubyarto, 1989).
Ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi permasalahan yang dihadapi oleh banyak negara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Tingginya angka kemiskinan menjadi pembatas dalam kemampuan
pemenuhan kebutuhan hidup. Kemiskinan yang terjadi pada keluarga petani yang tinggal di wilayah pedesaan masih belum dapat diatasi secara maksimal meskipun peranan pertanian dalam pembangunan dapat dikatakan cukup tinggi, dimana mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani dengan penghasilan yang rendah,sehingga dapat dikatakan tingkat penghasilan yang kurang, dapat menyebabkan tingkat kesehatan menurun, rendahnya kualitas pakaian yang dipakai, dan kurangnya kondisi perumahan yang memadai (Soekartawi, 1996).Berdasarkan fenomena mengenai permasalahan yang diuraikan diatas bahwa menjadikan penulis ingin mengetahui tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1. Berapa besar pendapatan usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari ?
-
2. Berapa besar tingkat efisiensi usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari ?
-
3. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari ?
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
-
1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari.
-
2. Untuk mengetahui efisiensi usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari.
-
3. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari.
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Dukuh Lestari di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, dari bulan Februari sampai Maret tahun 2019. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive).
Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi jumlah input yang digunakan dalam usahatani, biaya input usahatani yaitu biaya pupuk, tenaga kerja, iuran, pajak dan output usahatani salak mengenai harga, jumlah produksi serta penerimaan dan hasil penilaian kuesioner kesejahteraan. Data karakteristik responden meliputi rata-rata umur anggota kelompok, rata-rata tingkat pendidikan formal, jenis pekerjaan pokok dan sampingan, rata-rata umur tanaman salak dan rata-rata luas lahan garapan anggota Kelompok Tani Dukuh Lestari. Data kualitatif dalam penelitian ini bersumber dari anggota Kelompok Tani Dukuh Lestari selaku responden yang meliputi aspek
kesejahteraan, gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, serta konsep usahatani salak.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan dari petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan data yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karangasem, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Karangasem, Kantor Camat Kecamatan Sibetan serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. serta instansi lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
-
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab menggunakan daftar pertanyaan tertulis (kuesioner) yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara merupakan metode dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada petani sesuai dengan tujuan dari penelitian dan data-data lain yang dibutuhkan guna penunjang hasil penelitian.
-
2. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan cara membaca dan mengutip bahan-bahan bacaan relevan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, laporan-laporan dan jurnal hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini serta bacaan-bacaan dari instansi-instansi pemerintah terkait.
Populasi menurut Sugiyono (2010) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini pada Kelompok Tani Dukuh Lestari sebanyak 39 orang.
Menurut Arikunto (2012), jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15 persen atau 20-25 persen dari jumlah populasinya. Jumlah populasi Kelompok Tani Dukuh Lestari tidak lebih besar dari 100 orang responden, maka penulis mengambil keseluruhan jumlah populasi yang ada. Dengan demikian peneliti menggunakan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik sensus.
Menurut Tjakrawiralaksana (2001) pendapatan usahatani adalah sisa beda dari pada penggunaan nilai penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan dari usahatani salak dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.
TR = Y . Py………………………………..… (1)
TC = biaya tunai + biaya tidak tunai………(2)
Keterangan:
Y = jumlah produksi (Kg)
Py = harga produksi (Rp/Kg)
π = keuntungan (pendapatan) (Rp/Th)
TR= total penerimaan (Rp/Th)
TC= biaya total (Rp/Th)
Cc = biaya tunai (Rp/Th)
R/C Ratio menyatakan kelayakan suatu usaha apakah menguntungkan, impas atau suatu usaha dapat dikatakan mengalami kerugian (Firdaus, 2008), Untuk mengetahui usahatani efisien atau tidak, maka dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya atau yang biasa disebut analisis Return Cost Ratio (R/C). Rumus untuk menghitung nisbah R/C adalah.
R/C Ratio tunai = TR/CC…………………………(5)
R/C Ratio total = TR/TC………………………….(6)
Keterangan:
TR= total penerimaan (Rp/Th)
TC = biaya total (Rp/Th)
Cc = biaya tunai (Rp/Th)
Kriteria pengukuran apabila R/C lebih dari satu artinya usahatani yang dilakukan secara ekonomis efisien atau menguntungkan, R/C kurang dari satu artinya usahatani yang dilakukan secara ekonomis tidak efisien atau tidak menguntungkan dan R/C sama dengan satu artinya usahatani yang dilakukan mengalami titik impas.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian tingkat kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari menggunakan penilaian masing-masing parameter tingkat kesejahteraan dengan menggunakan skor 1,2,3 dan 4. Skor satu atau skor minimum menunjukkan nilai yang tidak diharapkan dan skor empat atau skor maksimum menunjukkan nilai dari jawaban yang sangat diharapkan, selanjutnya diolah dan ditabulasikan dalam bentuk tabel dan dihitung frekuensi serta persentasenya. Skor
yang telah diperoleh tersebut kemudian didistribusikan dalam kelas yang diinginkan dengan menggunakan rumus interval kelas yang dikemukakan oleh Moleong (2011), sebagai berikut.
I = Rentang ………………...………(7) Jumlah Kelas Interval
I = 100% - 25% = 25%
3
Dimana:
Rentang = Nilai maksimum – nilai minimum (persen)
Jumlah kelas interval = Jumlah kategori yang ditentukan
Keterangan:
Nilai maksimum ( Skoring tertinggi x jumlah pertanyaan) = 100% (skor 4)
Nilai minimum ( Skoring terendah x jumlah pertanyaan) = 25 % (skor 1)
Berdasarkan rumus diatas, diperoleh jarak, jumlah kelas dan interval kelas. Interval yang didapatkan sebesar 25%, berdasarkan interval ini berdasarkan interval ini kategori tingkat kesejahteraan petani salak dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kategori Pencapaian Skor “Tingkat Kesejahteraan Terhadap Petani Salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem”
Pencapaian Skor (%) |
Kategori Tingkat Kesejahteraan |
> 75 – 100 >50 – 75 25 – 50 |
Sejahtera Cukup Sejahtera Tidak Sejahtera |
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan tabulasi data, maka selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani salak dan semua biaya produksi usahatani salak selama proses produksi ataupun biaya yang dibayarkan. Adapun rata-rata pendapatan usahatani salak dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Pendapatan pada Usahatani Salak per Hektar per Tahun pada Kelompok Tani Dukuh Lestari, Tahun 2019
Komponen Nilai (rp/ha)
Penerimaan Rp 30.272.179,49 Biaya
-
a. Biaya tunai Rp 5.956.955,15 Rp 5.956.955,15
-
b. Biaya total Rp 8.050.474,42 Rp 8.050.474,42
Pendapatan atas biaya tunai (penerimaan-biaya tunai) Rp 24.315.224,34 Pendapatan atas biaya total (penerimaan-biaya total) Rp 22.221.705,07 Sumber : Data primer (diolah), 2019
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh petani salak atas biaya tunai adalah sebesar Rp 24.315.224,34 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 22.221.705,07. Data tersebut terlihat bahwa total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi usahatani salak di daerah penelitian dan usahatani salak ini merupakan usahatani yang menjanjikan untuk pendapatan petani salak. Hasil rata-rata pendapatan petani responden cukup besar untuk digunakan menutupi kebutuhan hidup dan menunjang keuangan rumah tangga petani.
Setiap petani salak menginginkan perolehan pendapatan yang memadai dari jenis usahanya. Hasil nyata yang telah dirasakan manfaat dari kegiatannya yaitu meningkatnya produksi dan produktivitas pendapatan petani. Tingginya capaian tersebut secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani salak, meningkatnya berbagai kebutuhan tersebut mendorong para petani salak untuk berusaha meningkatkan jumlah pendapatannya. Sebagian besar petani salak memperoleh pendapatan saat panen, pendapatan dalam penelitian ini saat musim panen raya dan gadu. Pendapatan yang diperoleh dalam usahatani salak tergantung dari harga jual saat panen raya atau panen gadu. Semakin banyak hasil panen raya yang di hasilkan seorang petani salak (responden) maka semakin menurun harga jual salak 50 persen bahkan lebih dari harga normalnya, namun saat panen gadu tiba harga salak stabil bahkan bisa lebih mahal dari harga normalnya. Produksi salak meningkat tidak menjamin meningkatnya pendapatan yang di dapatkan seorang petani.
Perhitungan kelayakan usahatani salak ini menggunakan analisis R/C Ratio yaitu perbandingan penerimaan dan biaya dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari kegiatan usahatani tersebut. Dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu R/C Ratio atas biaya tunai dan R/C Ratio atas biaya diperhitungkan. Analisis R/C Ratio usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
R/C Ratio Usahatani Salak per Hektar per Tahun pada Kelompok Tani Dukuh Lestari, Tahun 2019
Uraian |
Nilai (rp/ha) |
Penerimaan |
Rp 30.272.179,49 |
Biaya tunai |
Rp 5.956.955,15 |
Biaya total |
Rp 8.050.474,42 |
R/C ratio atas biaya tunai (penerimaan/biaya tunai) |
5,08 |
R/C ratio atas biaya total (penerimaan/biaya total) |
3,76 |
Sumber : Data primer (diolah), 2019 |
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan nilai R/C Ratio atas biaya tunai yang diperoleh dari usahatani salak sebesar 5,08 nilai ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan, usahatani salak memperoleh penerimaan sebesar Rp 5,08, sedangkan nilai R/C Ratio atas biaya total yang diperoleh dari usahatani salak sebesar 3,76 nilai ini menunjukkan perolehan penerimaan usahatani salak sebesar Rp 3,76 untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan.
Nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 berarti usahatani salak yang dijalankan oleh Kelompok Tani Dukuh Lestari menguntungkan, karena penerimaan yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan R/C Ratio yang diperoleh pada usahatani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari, secara ekonomis maka dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut efisien atau menguntungkan.
Tingkat kesejahteraan petani salak pada Kelompok Tani Dukuh Lestari dalam penelitian ini ditinjau berdasarkan 6 indikator yang terdiri dari pendapatan, pengeluaran dan pola konsumsi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan perumahan. Kategorihasil pengukuran pencapaian skor sebagai berikut.
Sejahtera : >75%-100%
Cukup Sejahtera :>50%-75%
Tidak Sejahtera : 25%-50%
Pengukurantingkat kesejahteraan menggunakan nilai rata-rata yang diperoleh,semakin tinggi nilai rata-rata yang diperoleh menunjukkan semakin baik tanggapan responden terhadap item maupun variabel. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani salak memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup sejahtera. Rata-rata pencapaian skor tingkat kesejahteraan terhadap petani salak di Kelompok Tani Dukuh Lestari di sajikan pada tabel 4
Tabel 4
Tingkat Kesejahteraan Terhadap Petani Salak Pada Kelompok Tani Dukuh Lestari, Tahun 2019
Indikator Kesejahteraan |
Pencapaian Skor (%) |
Kategori |
Pendapatan |
52,08 |
Cukup Sejahtera |
Pengeluaran dan Pola Konsumsi |
52,24 |
Cukup Sejahtera |
Kesehatan |
53,85 |
Cukup Sejahtera |
Pendidikan |
65,38 |
Cukup Sejahtera |
Ketenagakerjaan |
54,27 |
Cukup Sejahtera |
Perumahan |
55,98 |
Cukup Sejahtera |
Tingkat kesejahteraan terhadap petani salak |
55,63 |
Cukup Sejahtera |
Sumber: Data primer (diolah), 2019
Berdasarkan tabel 4 kategori pengukuran tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan responden berada pada kategori cukup sejahtera, karena semua indikator berada pada interval skor 50-75 persen. Rata-rata pencapaian skor tingkat kesejahteraan terhadap petani salak di Kelompok Tani Dukuh Lestari yaitu 55,63 persen dengan nilai masing-masing indikator sebagai berikut. Pendapatan: 52,08 persen, pengeluaran dan pola konsumsi: 52,24 persen, kesehatan : 53,85 persen, Pendidikan : 65,38 persen, ketenagakerjaan: 54,27 persen, perumahan : 55,98 persen.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
-
1. Keadaan finansial dari usahatani salak yang dihasilkan petani responden pada Kelompok Tani Dukuh Lestari yaitu pendapatan atas biaya tunai usahatani salak sebesar Rp 24.315.224,34/ha/Th dan pendapatan atas biaya total usahatani salak sebesar Rp 22.221.705,07/ha/Th.
-
2. Hasil perhitungan efisiensi usahatani tanaman salak, diperoleh nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 5,08 dan R/C ratio atas biaya total sebesar 3,76. Hal ini berarti untuk setiap Rp. 1 yang dikeluarkan petani akan memberikan keuntungan sebesar Rp 5,08 dan Rp 3,76. Sesuai dengan kriteria efisiensi yang diperoleh yaitu R/C ratio >1, maka usahatani secara ekonomis efisien atau menguntungkan untuk diusahakan.
-
2. Tingkat kesejahteraan petani salak dalam kategori cukup sejahtera dengan pencapaian skor 55,63 persen. Tingkat kesejahteraan ini diperoleh dari enam indikator kesejahteraan yaitu pendapatan, pengeluaran dan pola konsumsi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perumahan yang termasuk dalam kategori cukup sejahtera.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka di sarankan beberapa hal sebagai berikut.
-
1. Perlu adanya peningkatan peran pemerintah dalam hal pemberdayaan petani salak untuk meningkatkan produktivitas.
-
2. Penyediaan fasilitas kepada masyarakat baik berupa sarana produksi maupun sarana pengembangan agribisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga usaha lain. Dengan tersedianya berbagai fasilitas yang dibutuhkan petani tersebut diharapkan selain para petani dapat berusahatani dengan baik juga ada kepastian pemasaran hasil dengan harga yang menguntungkan, sehingga selain ada peningkatan kesejahteraan petani juga timbul kegairahan dalam mengembangkan usahatani.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis pada kesempatan ini memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penelitian hingga dapat dipublikasikan di e-jurnal. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Anarsis, Widji. 1999. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Indonesia dalam Angka. BPS Jakarta. Jakarta.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. Penerbit PT. Raja Grafind Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Soekartawi. 2010. Agribisnis dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.
Tjakrawiralaksana, A. 2001. Usahatani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
183
Discussion and feedback