Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN :2685-3809 Vol. 9, No. 1, April 2019

Kontribusi Industri Gula Aren

terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

SUSANNA E.R. SIMAMORA, I WAYAN WIDYANTARA, NI WAYAN PUTU ARTINI

ProgramStudi Agribisnis, FakultasPertanian, Universitas Udayana Jalan P.B. Sudirman-Denpasar, 80232, Bali

Email: susannasimamora14@gmail.com widyantaramkr@yahoo.com

Abstract

Contributions of Palm Sugar Industryon Farmers Household Income in Belimbing Village, Pupuan Sub-District, Tabanan Regency

The palm sugar industry is one of the side livelihoods for most people in Belimbing Village. Belimbing Village is one of the villages in the Province of Bali that has been designated as the center of NIKOSAKE (Nira (palm sugar), Kopi (Coffee), Salak (Snake fruit), Kelapa (Coconut). This study aims to find out: 1) Sources of income of farmer households in Belimbing Village. 2) Contribution of palm sugar industry to the income of farmer households in Belimbing Village. The data analysis method used is quantitative and qualitative methods. This study shows that the source of income of farmer households in Belimbing Village, Pupuan Subdistrict, Tabanan Regency comes from palm sugar industry, farming (rice, coffee, durian, mangosteen, coconut, cocoa, bamboo, and banana), and non-farming ( traders and laborers). The results obtained, the average household income of palm sugar is Rp 5,062,162 per year, the average farm income is Rp 12,053,359 per year, and the average non-farm income is Rp 10,156,441 per year.

Keywords: contribution, palm sugar, household income.

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Pertanian di Indonesia mempunyai kontribusi penting, baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Sektor pertanian di Bali merupakan salah satu sektor yang menjadi sorotan selain daripada sektor pariwisata. Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Tabanan berprofesi sebagai petani dan banyak yang membuka lahan sendiri dengan menanam berbagai macam komoditi tanaman, baik itu tanaman musiman dan tanaman tahunan. Salah satu desa yg berada di Kabupaten Tabanan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani adalah Desa Belimbing Kecamatan Pupuan. Salah satu komoditi pertanian yang diusahakan sebagai sumber pendapatan di Desa Belimbing adalah Aren.

Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan salah satu jenis tanaman palma yang potensial dan dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm, gomuti palm, dan aren palm. Sesungguhnya tanaman aren (Arenga pinnata Merr) sudah sangat lama dikenal di Indonesia dan tingkat dunia. Di Indonesia aren diberi nama yang berbeda antar daerah, misalnya di Sunda disebut kawung, aren di Jawa dan Madura, serta bak juk di Aceh, sementara untuk masyarakat Minangkabau disebut anau (Hastuti, 2000; Rachman, 2009). Di Bali pohon ini disebut juga sebagai pohon jaka.

Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Hasil produksi aren yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas. Negara-negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994; Lempang, 2012).

Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar 15 – 25 ton. Pesanan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang (Bank Indonesia, 2008). Pengembangan gula aren belum diupayakan secara optimal dikarenakan berbagai kendala teknis dan non teknis. Permasalahan pokok selama ini adalah pengetahuan yang masih sangat terbatas pada aren dan khususnya sebagai produk utamanya yaitu gula aren (Sinar Tani, 2004).

Gula aren yang dihasilkan dari nira pohon aren merupakan salah satu Sumber pendapatan petani di Desa Belimbing yang sudah diproduksi secara tradisional semenjak dahulu hingga saat ini. Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan merupakan salah satu daerah penghasil gula aren yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Bali karena lahan di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan banyak ditumbuhi oleh pohon aren sebagai sumber air nira bahan baku pembuatan gula aren. Desa Belimbing merupakan salah satu desa di Provinsi Bali yang telah ditetapkan sebagai sentra NIKOSAKE (Nira, Kopi, Salak, dan Kelapa). Hal ini dapat dibuktikan dengan salah satu hasil pendataan Potensi Desa 2014 tentang produk unggulan desa di Kecamatan Pupuan adalah gula aren.

Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tabanan (2015), pada tahun 2014 terdapat kurang lebih 283 pengrajin gula aren di Kecamatan Pupuan dengan volume produksi mencapai 23.700 kg per tahun yang tersebar dalam 15 desa. Desa Belimbing memproduksi sekitar 15.000 kg gula aren per tahun. Desa

Belimbing memproduksi sekitar 63,29% dari total 100% yang memproduksi gula aren di Kecamatan Pupuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian kontribusi industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Darimanakah dan berapakah sumber-sumber pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

  • 2.    Berapakah kontribusi industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Untuk mengetahuisumber-sumber pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

  • 2.    Untuk mengetahui kontribusi industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakandi Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dari bulan November sampai dengan bulan Desember 2018. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purposive, dengan pertimbangan Desa Belimbing merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pupuan yang mengusahakan gula aren dan memiliki potensi untuk dikembangkan

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan dan data ini dihitung dan dinyatakan dalam satuan. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung dan bersifat menjelaskan karena berupa informasi dan keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh lansung dari sumber asli atau pihak pertama. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga instansi yang terkait dan dari berbagai literature yang berhubungan dengan penelitian (Syofian, 2010).

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1)    Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner.

  • 2)    Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati lansung ketempat penelitian.

  • 3)    Dokumentasiadalah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari, mengamati dan mencatat dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.

  • 2.3    Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan gula aren di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Menurut Sugiyono (2016), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. Al., 1960:182), sebagai berikut:

n=


N 1+Ne2


(1)


Keterangan:

n     : jumlah sampel

N     : jumlah populasi

e2     : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Berdasarkan perhitungan dengan teori Slovin dengan batas toleransi kesalahan sebesar 10%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 34 orang petani gula aren di Desa Belimbing.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Metode Analisis Data

Variabel dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan total rumah tangga petani dan kontribusi pendapatan industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani. Untuk dapat mengetahui kontribusi industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Pendapatan Industri Gula Aren

Pendapatan industri gula aren yang diterima oleh responden ditentukan dari banyaknya produksi gula aren yang dihasilkan. Semakin banyak gula aren yang diproduksi, diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan yang diterima oleh responden. Besarnya pendapatan industri gula aren dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya nira yang diperoleh. Apabila nira yang diperoleh responden banyak, maka gula aren yang akan dihasilkan juga akan semakin banyak. Pohon aren yang diusahakan oleh responden merupakan pohon aren yang tumbuh di lahan milik sendiri

  • 3.1.1    Biaya produksi

Biaya dapat didefinisikan sebagai nilai semua input yang digunakan di dalam proses produksi, baik input yang habis dipakai maupun input yang tidak habis dipakai. Biaya dapat dibagi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap (Widyantara, 2018). Biaya produksi merupakan biaya yang menunjang proses jalannya produksi. Gula aren yang diproduksi di Desa Belimbing tidak menggunakan kemasan, baik itu kemasan dari daun ataupun bentuk kemasan lainnya. Biaya industri gula aren terdiri dari biaya tetap yaitu biaya penyusutan alat industrigula aren dan biaya variabel yaitu biaya tenaga kerja

dalam keluarga, biaya kayu apidan batok kelapa. Kayu api dan batok kelapa yang digunakan dalam mengusahakan gula aren diperoleh dari usahatani itu sendiri atau merupakan milik sendiri sehingga batok kelapa merupakan biaya variabel yang tidak diperhitungkan. Rata-rata biaya tetap industri gula aren sebesar Rp 64.088 per tahun yang terdiri dari biaya penyusutan pembelian wajan dan parang. Rata-rata biaya variabel yang diperhitungkan industri gula aren sebesar Rp 742.279 per tahun yang terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Rata-rata Biaya Tetap dan Biaya Variabel per tahun pada Industri gula aren di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018

No

Uraian

Tahun 2018

1

Biaya tetap

  • -    Penyusutan pembelian wajan

  • -    Penyusutan pembelian parang

41.324

22.764

2

Biaya variabel yang diperhitungkan

  • -    Biaya tenaga kerja dalam keluarga

Biaya variabel yang tidak diperhitungkan

  • -    Kayu api

  • -    Batok kelapa

742.279

Total biaya

806.367

Sumber: Diolah dari data primer, 2018

Berdasarkan Tabel 1, biaya produksi industri gula aren yang paling besar adalah biaya variabel yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini disebabkan oleh proses pembuatan industri gula aren yang memakan cukup banyak tenaga dan waktu dari mulai pemukulan tandan buah, pengambilan air nira hingga proses produksi gula aren.

  • 3.1.2    Penerimaan dan pendapatan bersih dari industri gula aren

Pendapatan merupakan total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Besarnya pendapatan industri gula aren dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya nira yang diperoleh. Apabila nira yang diperoleh responden banyak, maka gula aren yang akan dihasilkan juga akan semakin banyak. Adapun rata-rata pohon yang dimiliki responden di daerah penelitian adalah sebanyak 4 pohon dengan rata-rata air nira yang dihasilkan adalah sebanyak 13,24 liter/hari.

Penerimaan responden berasal dari hasil kali jumlah produksi dengan harga jual pada tahun 2018. Rata-rata produksi gula aren yang dihasilkan responden tahun 2018 adalah sebanyak 266,91 kg dengan rata-rata harga sebesar Rp 20.500 per Kg. Rata-rata besarnya penerimaan yang diperoleh oleh responden tahun 2018 di Desa Belimbing dari industrigula aren sebesar Rp 5.868.529 per tahun dan pendapatan bersih industri gula aren yaitu penerimaan dikurangi biaya-biaya yang digunakan dalam industri gula aren yaitu sebesar Rp 5.062.162 per tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2.

Rata-rata Pendapatan Bersih per tahun pada Industri gula aren di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018

No

Uraian

Tahun 2018

1

Penerimaan

5.868.529

2

Total biaya

- Biaya tetap

64.088

- Biaya variabel yang diperhitungkan

742.279

Total pendapatan bersih

5.062.162

Sumber: Diolah dari data primer, 2018

  • 3.2    Sumber Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Belimbing

Responden tidak hanya memperoleh pendapatan dari industri gula aren, tetapi juga memperoleh pendapatan dari usahatatani lainnya dan pendapatan dari non usahatani dalam mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

  • 3.2.1    Pendapatan rumah tangga dari usahatani

Usahatani dapat diartikan sebagai kegiatan petani dalam mengelola usahataninya mulai dari persiapan lahan, mengoptimalkan faktor produksi, panen dan melakukan penjualan, agar hasil yang diperoleh cukup untuk dikonsumsi dan atau dijual supaya dia memperoleh harga dan pendapatan yang maksimum (Widyantara, 2018).Responden tidak hanya memperoleh pendapatan dari industri gula aren, tetapi juga memperoleh pendapatan dengan menanam padi, kopi, durian, manggis, pisang, kelapa, kakao, papaya dan bambu. Responden di daerah penelitian menerapkan pola tumpang sari, dimana para responden menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Pendapatan dari usahatani merupakan penjualan dari hasil produksi di sawah dan tegalan. Sebagian responden di Desa Belimbing yang menanam padi tidak menjual hasilnya, melainkan menggunakan hasil panen tersebut untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan untuk hasil panen yang diperoleh dari tegalan akan dijual.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pendapatan responden dalam usahatani adalah sebesar Rp 12.053.359. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang paling terbesar merupakan biaya variabel dengan rata-rata biaya sebesar Rp 2.334.087. Biaya variabel pada usahatani mencakup biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sarana produksi seperti pembelian bibit, pupuk, dll. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan usahatani padi memperoleh rata-rata pendapatan terbesar dari rata-rata pendapatan usahatani yaitu sebesar Rp 7.777.942. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3.

Rata-rata Pendapatan Bersih Rumah Tangga Petani Dalam Setahun Dari Usahatani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018

No               Uraian

1

Penerimaan

Jenis Komoditi

Sawah

a. Padi

Rata-rata Luas Lahan (ha) 0,30

Penerimaan

7.777.942

Lahan kering (Tegalan)

0,72

a. Kopi

1.769.118

b. Durian

2.447.059

c. Manggis

2.113.088

d. Pisang

127.941

e. Kelapa

430.294

f. Kakao

176.471

g. Pepaya

36.765

h. Bambu

17.647

Jumlah

14.896.325

2

Biaya

a. Biaya tetap

- Pajak lahan sawah

63.035

- Pajak lahan tegalan

84.106

- Biaya penyusutan pembelian alat

361.737

UT

b. Biaya variabel

- Biaya tenaga kerja dalam

1.073.088

keluarga usahatani padi

- Biaya sarana produksi padi

831.588

- Biaya sarana produksi tegalan

429.412

Jumlah

2.842.966

Pendapatan bersih

12.053.359

Sumber: Diolah dari data primer, 2018

  • 3.2.2    Pendapatan rumah tangga dari non usahatani

Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).Pendapatan responden bukan hanya berasal dari usahatani saja, responden di Desa Belimbing memperoleh pendapatan dari profesi lain seperti pedagang, buruh, dan karyawan swasta. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa 50% responden memperoleh pendapatan rumah tangga dengan bekerja sebagai buruh harian lepas yaitu sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4.

Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Dalam Setahun dari Non Usahatani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018

No

Pekerjaan

Rata-rata pendapatan (Rp)

1

Buruh harian lepas

13.148.176

2

Pedagang

15.300.000

3

Karyawan swasta

30.000.000

4

Tidak memiliki pekerjaan non usahatani

0

Rata-rata

10.156.441

Sumber: Diolah dari data primer, 2018

  • 3.3    Kontribusi Industri Gula Aren Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sumber pendapatan responden di Desa Belimbing berasal dari industri gula aren, usahatani dan non usahatani seperti buruh, pedagang dan karyawan swasta. Besar total rata-rata pendapatan rumah tangga petani gula aren di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018 adalah sebesar Rp 27.271.963. Total rata-rata pendapatan yang didapat dari industri gula aren sebesar Rp 5.062.162, total rata-rata pendapatan yang didapat dari usahatani sebesar Rp 12.053.359, dan total rata-rata pendapatan yang diterima didapat dari non usahatani sebesar Rp 10.156.441. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5.

Rata-rata Sumber Pendapatan Rumah Tangga Petani Dalam Setahun di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2018

No

Sumber pendapatan

Rata-rata pendapatan

Rp

%

1

Industri gula aren

5.062.162

19

2

Usahatani

12.053.359

44

3

Non Usahatani

10.156.441

37

Total

27.271.963

100

Sumber: Diolah dari data primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa kontribusi industri gula aren terhadap pendapatan rumah tangga petani adalah sebesar 19%. Berdasarkan Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang memiliki kontribusi paling besar dalam pendapatan pendapatan rumah tangga petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan berasal dari usahatani dan terbesar kedua diperoleh dari non usahatani.

  • 4.    Simpulan danSaran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

  • 1.    Sumber pendapatan responden di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan diperoleh dari industri gula aren. Selain industri gula aren, sumber pendapatan responden juga diperoleh dari usahatani yaitu padi, kopi,

durian, manggis, pisang, kelapa, kakao, pepaya dan bambu. Rata-rata pendapatan yang didapat dari usahatani sebesar Rp 12.053.359 per tahun. Responden di Desa Belimbing juga memperoleh pendapatan dari non usahatani seperti buruh harian lepas dan pedagang. Rata-rata pendapatan yang didapat dari non usahatani sebesar Rp 10.156.441 per tahun.

  • 2.    Kontribusi industri gula aren terhadap total pendapatan rumah tangga petani adalah sebesar 19%. Sumber pendapatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah usahatani yakni sebesar 44% dan terbesar kedua berasal dari non usahatani yakni sebesar 37%

  • 4.2    Saran

Berdasarkan uraian pembahasan dan simpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut:

  • 1.    Petani diharapkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas gula aren yang dihasilkannya.

  • 2.    Petani diharapkan agar membudidayakan pohon aren agar dapat meningkatkan kuantitas gula aren.

  • 3.    Pemerintah dapat membantu pemasaran dan memfasilitasi petani gula aren sehingga dapat meningkatkan harga jual gula aren.

  • 4.    Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian dengan meneliti tentang kegiatan tataniaga gula aren.

UcapanTerimakasih

Penelitian ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasihkepada BapakKepala DesaBelimbing atas izin yang diberikan dalam pelaksanaanpenelitianini, Bapak dan ibu staf Desa Belimbing yang telah memberikan arahandan seluruhresponden penelitian. Tidak lupa juga kepada para pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulissehingga e-journal inidapatdisusun dengan tepat waktu.

Daftar Pustaka

Anonim. 2018. Profil Kabupaten Tabanan. Bali: Ditjen Cipta Karya.

Bank Indonesia. 2008. Gula Aren (Gula Semut dan Cetak). Pola Pembiayaan Usaha

Kecil (PPUK). Jakarta.

Hastuti, J. 2000. Etnobotani Aren pada Masyarakat Baduy di Banten. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lempang, Mody. 2012. “Pohon Aren Dan Manfaat Produksinya”. Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Vol.9 No.1, Oktober 2012: 37-54. DOI: http://www.forda-mof.org/files/4.Mody_Lempang.pdf (diakses tanggal 01 Oktober 2018).

Sajogyo. 1990. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan dalam Rangka Industrialisasi Bunga rampai: Industrialisasi Pedesaan, Editor: Sajogyo dan Mangara Tambunan. Jakarta: Sekindo Eka Jaya.

Sevilla, Consuelo G., Ochave, J. A., Punsalan, T.G., Regala, B.P., dan Uriarte, G.G.

2007. Research Methods. Quezon City: Rex Printing Company.

Sinar Tani. 2004. Peluang Pasar Gula Semut dari Nipah. Edisi 30 Juni – 6 Juli 2004.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: ALFABETA, CV.

Syofian, S. 2010. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Penerbit Rajawali.

Widyantara, W. 2018. Ilmu Manajemen Usahatani. Bali: Udayana University Press.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

127