Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 9, No. 1, Januari 2020

Hubungan antara Bauran Pemasaran Kecap Bango dan Keputusan Pembelian pada Generasi Millenial di Kota Denpasar

KUMIL LAILA, NYOMAN PARINING, IGAA LIES ANGGRENI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email:qumiillayla@gmail.com pariningnyoman@gmail.com

Abstract

The Relation between Bango Soy Sauce Marketing Mix and Purchase Decisions onMillennials Generation in Denpasar City

Increasing the soy sauce business every year causes intense competition by producers, including Unilever with its flagship soy sauce product Bango. In recent years, the number of Bango ketchup consumers in the millennium is less than that of generation X. Consumer decisions in the purchase of Kecap Bango in the millennium are influenced by many factors, one of which is the marketing mix elements.This research was conducted by 100 millennial generation respondents in Denpasar City who aimed to find out the dominant marketing mix elements considered by the millennium generation in buying Bango soy sauce in Denpasar City and analyze the relationship between the marketing mix and purchasing decisions. This research used accidental sampling technique with purposive sampling method and analyzed using Rank Spearman correlation. The results of this study indicate that the distribution is an element of the marketing mix which is most dominantly considered by the millennial generation in buying Bango soy sauce. Marketing mix elements that have a significant relationship with purchasing decisions are product and distribution.Producers are expected to continue to maintain and even develop product quality, diverse features and attractive designs so that consumers still trust the product and the marketing target of Bango soy sauce is achieved. In addition, producers are expected to maintain and even expand distribution channels so that consumers can easily get Bango soy sauce and will not move to other brands.

Keywords: bango soy sauce, purchasing decision, marketing mix

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia setelah beras dan jagung. Produksi komoditas kedelai mengalami peningkatanpada tahun 2015. Menurut Harnowodalam Satrio (2015), dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi dalam seminar nasional agribisnis di UGM, rata-rata kebutuhan kedelai setiap

tahun mencapai 2,2 juta. Namun produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik.

Salah satu produsen terbesar kecap di Indonesia adalah PT. Unilever Indonesia dengan produk andalannya kecapBango. Pada tahun 2001 Unilever mengakuisisi merek dan usaha kecapBango, dan sejak itu pertumbuhannya demikian menjanjikan (Unilever, 2017).Kecap Bango sejak dibeli seluruh sahamnya oleh PT. Unilever Tbk pada tahun 2007 terus mengalami peningkatan penjualan. Hal tersebut dikarenakan segala bentuk pemasaran kecap Bango menjadi kebijakan PT.Unilever Tbk sepenuhnya. Kemampuan PT. Unilever Tbk dalam melakukan bauran pemasaran produk-produknya selama ini sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil riset Marketing Research Indonesia (MARS) tahun 2014, kecap Bango berhasil memperoleh penghargaan pada Indonesia BestBrand Award (kategori platinum).

Berdasarkanhasil riset Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing Top Brand tahun 2017, kecap bango memiliki Top Brand Index sebesar 47,90% pada tahun 2014, 53,10%(2015), 55,20%(2016), dan 54,20% (2017).Data tersebut menunjukkan bahwa kecap Bango mengalami fluktuasi pada pangsa pasarnya. Meskipun memiliki presentase paling besar dibandingkan kecap lainnya dan mendapatkan peringkat pertama, pada tahun 2017 kecap Bango mengalami penurunan sebanyak 1%. Berbeda dengan kecap ABCyang mengalami peningkatan sebanyak 1% yang ditunjukkan pada data TBI sebesar 39,80% pada tahun 2014, 33,70% (2015), 32,50% (2016), dan 33,60% (2017). Hal tersebutdapat memungkinkan di tahun berikutnya kecap ABC cenderung meningkat dan kecap Bango akan mengalami penurunan apabila tidak diikuti strategi pemasaran yang baik.

Unilever Career (2017) mengemukakan bahwa mayoritas konsumen kecap Bango di Indonesia didominasi oleh generasi X, yakni mereka yang berusia 35 tahun keatas, sudah memiliki anak yang berusia lebih dari enam tahun, dan memiliki penghasilan lebih stabil. Namun, satu pertiga dari total populasi Indonesia saat ini didominasi oleh generasi millenial. Generasi millenial adalah mereka yang berusia sekitar 20 hingga 36 tahun. Jumlah konsumen kecap Bango pada generasi milleniallebih sedikit dibandingkan generasi X. Perusahaan kecap bango memerlukan strategi pemasaran yang baik agar dapat memposisikan brand lebih menarik dan relevan untuk menjadikan kecap bango sebagai pilihan utama bagi generasi millenial.

Keputusan konsumen dalam pembelian produk sangat beragam, karena konsumen berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Konsumen akan selektif dalam menentukan keputusan untuk membeli kecap sesuai keinginan dan kebutuhannya. Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian suatu produk mengingat banyaknya produsen yang menawarkan berbagai jenis kecap di pasar.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) manakah dari unsur-unsur bauran pemasaran yang lebih dominan dipertimbangkan generasi millenialdalam membeli kecap Bango di Kota Denpasar dan (2)bagaimanakah hubungan antara bauran pemasaran dan keputusan pembelian kecap Bango pada generasi millenialdi Kota Denpasar.

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah (1)mengetahui unsur bauran pemasaran yang lebih dominan dipertimbangkan generasi millenialdalam membeli kecap Bango di Kota

Denpasar dan (2) menganalisishubungan antara bauran pemasaran kecap Bango dan keputusan pembelian pada generasi millenialdi Kota Denpasar.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar dengan responden para generasi millenial. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) Kota Denpasar memiliki karakteristik penduduk yang heterogen sehingga riset mengenai bauran pemasaran berdasarkan persepsi konsumen dapat dilakukan diKota Denpasar dan (2) Kota Denpasar merupakan pusat daerah Provinsi Bali dan termasuk salah stu Kota terbesar di Indonesia sehingga memberi implikasi strategis pada cepatnya arus informasi, teknologi, budaya, dan distribusi produk-produk yang dipasarkan yang akan mempengaruhi masyarakat Kota Denpasar khususnya generasi millenial termasuk dalam hal konsumsi.Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2018.

  • 2.2    Data Penelitian

Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder, sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer meliputiwawancara dengan konsumen yang dipandu kuisioner baik secara manual maupun online yang dibantu oleh aplikasi Google form. Data sekunder meliputi studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku, instansi Badan Pusat Statistik (BPS), Unilever Indoesia, Top Brand Index Indonesia, penelitian terdahulu,dan data yang diperoleh dari internet.Data kualitatif menjelaskan mengenaihasil wawancara dengan responden baik secara langsung maupun online yang berupa informasi data pribadi seperti nama, jenis kelamin, alamat, dan jenis pekerjaan, data mengenai gambaran Kota Denpasar, dan gambaran perusahaan Unilever Indonesia. Data kuantitatif berupa data usia generasi millenial, hasil penilaian konsumen yang diukur dengan skor, serta hasil data yang telah diolah menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.

  • 2.4    Populasi dan Responden

Populasi penelitian ini adalah konsumen yang tergolong generasi millenial yakni berumur antara 20-36 tahun yang sedang membeli maupun mengonsumsi kecap Bango dalam satu bulan terakhir.Penentuan responden menggunakanteknik non probability samplingdengan pendekatanaccidental sampling dimana peneliti mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa aja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui cocok sebagai sumber data. Metode yang digunakan adalah purposive sampling, dimana pemilihan sampel dilakukan karena mungkin saja peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Sampel yang diambil adalah 100 responden karena dianggap cukup mewakili dari jumlah populasi dengan pembagian 20 responden secara manual dan 80 responden secara online.

  • 2.5    Variabel dan Analisis Data

Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:(1) produk; (2)harga; (3) distribusi; (4) promosi; dan (5) keputusan pembelian. Variabel-variabel dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

      3.1.1    Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan umur

Karakteristik reponden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 82 orang.Proporsi ini menunjukkan bahwa konsumen kecap Bango pada generasi millenial lebih banyak perempuan dari pada laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan lebih sering membeli kecap Bango daripada laki-laki.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah

Persen (%)

Laki-Laki

18

18

Perempuan

82

82

Total

100

100

Sumber: Data primer yang diolah, 2018

  • 3.1.2    Jumlah responden berdasarkan umur

Hasil penelitian menunjukkankonsumen generasi millenial kecap Bango lebih banyak didomisili oleh usia 20 sampai 25 tahun dengan jumlah responden sebanyak 57 orang atau 57 persen, karena pada usia tersebut masyarakat lebih aktif membeli dan mengonsumsi kecap Bango. Rata-rata konsumen generasi milenial kecap bango adalah usia 26 tahun. Karakteristik responden berdasarkan umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Usia

Jumlah

Persen (%)

20-25 tahun

57

57

26-30 tahun

28

28

31-36 tahun

15

15

Total

100

100

Sumber: Data primer yang diolah, 2018

  • 3.1.3    Jumlah responden berdasarkan pekerjaan

Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan terbesar bekerja sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 38 atau 38 persen, sedangkan persentase kedua ditempati karyawan sebanyak 25 atau 25 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelajar/mahasiswa lebih banyak mengonsumsi kecap bango karena pada umumnya pelajar/mahasiswa di Kota Denpasar lebih banyak perantau sehingga memilih makanan yang cenderung simpel dan cepat untuk disajikan pada makanan. Berikut ini karaktersistik responden berdasarkan pekerjaan pada Tabel 3.

Tabel 3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Jumlah

Persen (%)

Karyawan

25

25

PNS/TNI/POLRI

0

0

Wiraswasta

9

9

Ibu rumah tangga

23

23

Pelajar/mahasiswa

38

38

Lainnya

5

5

Total

100

100

Sumber: Data primer yang diolah, 2018

  • 3.2    Implikasi Bauran Pemasaran

Berikut ini disajikan analisis korelasi Rank Spearman terhadap variabel-variabel penelitian yaitu produk, harga, distribusi, promosi dan keputusan pembelian. Skor jawaban responden terhadap masing-masing variabel diklarifikasikan menjadi lima yaitu sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).

  • 3.2.1    Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (1997) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk menjadi karakteristik bauran pemasaran dalam penelitian ini, dimana indikator yang menjadi penilaian responden dilihat dari kualitas produk, fitur produk, dan desain produk. Indikator tersebut dibagi menjadi tujuh parameter. Penilaian responden terhadap masing-masing parameter pada indikator pembentuk variabel produk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Produk

No

Parameter

SS

Frekuensi

STS

Ukuran

Sampel

Total skor

Rata

-rata

S

R

TS

1

Kecap bango memiliki rasa yang enak

60

39

1

0

0

100

459

4,59

2

Kekentalan pada produk kecap bango sesuai dengan selera anda dan membuat anda lebih mengunggulkannya

27

70

3

0

0

100

424

4,24

3

Kecap bango terbuat dari bahan-bahan alami

12

57

31

0

0

100

381

3,81

4

Kecap bango mudah meresap dalam makanan

25

70

4

1

0

100

419

4,19

5

Cita rasa yang bervariasi

23

60

16

1

0

100

405

4,05

membuat anda mudah

dalam menyesuaikan makanan

No

Parameter

SS

Frekuensi

STS

Ukuran

Sampel

Total skor

Rata

-rata

S

R

TS

6

Ukuran kecap bango bervariasi sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan untuk membelinya

37

56

5

2

0

100

428

4,28

7

Kemasan produk kecap bango menarik

14

60

26

0

0

100

388

3,88

Sumber: Hasil kuesioner, 2018

Pada variabel produk pada indikator kualitas produk menunjukkan bahwa rata-rata skor terbesar yaitu sebesar 4,59. Hal ini berarti indikator kualitas produk kecap Bango dinilai responden sebagai indikator paling penting yang dipertimbangkan generasi millenial dalam memutuskan untuk membeli produk kecap Bango.

  • 3.2.2    Harga

Menurut Kotler dan Keller (2007) harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang maupun jasa. Harga menjadi karakteristik bauran pemasaran dalam penelitian ini, dimana indikator yang menjadi penilaian responden dilihat dari permintaan produk; target pangsa pasar; reaksi pesaing; penetrasi rantai saringan; produk, saluran distribusi, dan promosi; serta biaya memproduksi.Penilaian responden terhadap masing-masing parameter pada indikator pembentuk variabel produk dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Harga

No

Parameter

SS

S

Frekuensi

STS

Ukuran Sampel

Total skor

Rata

-rata

R

TS

1

Produk kecap bango memiliki harga yang sesuai dengan kualitasnya

41

53

6

0

0

100

435

4,35

2

Kecap Bango memiliki harga yang terjangkau

11

47

36

5

1

100

362

3,62

3

Harga yang diberikan kecap bango hampir sama dengan produk lain

7

36

27

20

10

100

310

3,10

4

Pada produk baru, kecap bango memberikan harga yang lebih murah guna untuk memper kenalkan produk

12

31

35

14

8

100

325

3,25

5

Harga pada kecap bango sesuai dengan manfaat yang dirasakan oleh konsumen

20

77

3

0

0

100

417

4,17

6

Anda mampu membayar produk tersebut

23

67

9

1

0

100

412

4,12

Sumber: Hasil kuesioner, 2018

Pada variabel harga pada indikator permintaan produk menunjukkan bahwa rata-rata skor terbesar yaitu sebesar 4,35 yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti indikator permintaan produk pada kecap Bango dinilai responden sebagai indikator paling penting yang dipertimbangkan generasi millenial dalam memutuskan untuk membeli produk kecap Bango.

  • 3.2.3    Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan (Tjiptono, 2008). Distribusi menjadi karakteristik bauran pemasaran dalam penelitian ini, dimana indikator yang menjadi penilaian responden dilihat dari saluran distribusi.Penilaian responden terhadap parameter kecap Bango mudah diperoleh di warung, toko maupun supermarket 64 orang menyatakan sangat setuju, 34 orang menyatakan setuju, dan dua orang menyatakan ragu-ragu. Ukuran sampel pada parameter ini sebanyak 100 responden dengan total skor 462 dan rata-rata sebanyak 4,62.

Indikator saluran distribusi dengan parameter mudah diperoleh sebagian besar responden menyatakan sangat setuju yaitu dengan rata-rata skor sebesar 4,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecap Bango mudah diperoleh dari toko kecil hingga besar sehingga responden dengan mudah mendapatkannya.

  • 3.2.4    Promosi

Menurut Alma (2008) promosi didefinisikan sebagai komunikasi yang memberi informasi kepada calon konsumen mengenai suatu produk, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mendorong mereka untuk membeli. Penilaian responden terhadap masing-masing parameter pada indikator pembentuk variabel promosi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Mengenai Variabel Promosi

No

Parameter

Frekuensi

Ukuran

Sampel

Total skor

Rata

-rata

SS

S

R

TS

STS

1

Kecap bango gencar beriklan di televisi

46

48

6

0

0

100

440

4,40

2

Iklan kecap bango di sosial media menarik

11

51

31

5

2

100

364

3,64

3

Kecap bango mempromosikan penjualannya seperti memberikan hadiah undian, jual obral, maupun pemberian sampel sehinggamembuat anda tertarik untukmembelinya

29

29

28

10

4

100

369

3,69

4

Dengan adanya wisata kuliner nusantara yang diadakan oleh kecap bango di berbagai wilayah nusantara menjadikan anda lebih mengenal kecap Bango

26

47

18

9

0

100

390

3,90

No

Parameter

SS

Frekuensi

Ukuran

Sampel

Total skor

Rata

-rata

S

R

TS

STS

5

Kecap bango memberikan sponsor di berbagai acara sehingga produknya banyak diketahui masyarakat.

13

30

33

15

9

100

323

3,23

6

Kecap Bango mengikutsertakan produknya di berbagai kegiatan dan di berbagai pameran perdagangan mempengaruhi anda dalam membuat keputusan pembelian produk

18

32

28

19

3

100

343

3,43

7

Penjualan melalui sales membuat anda memperoleh informasi lebih lengkap

10

25

35

17

13

100

302

3,02

Sumber: Hasil kuesioner, 2018

Pada variabel promosi, indikator periklanan menunjukkan bahwa rata-rata skor terbesar yaitu sebesar 4,40 yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti indikator periklanan pada kecap Bango dinilai responden sebagai indikator paling penting yang dipertimbangkan generasi millenial dalam memutuskan untuk membeli produk kecap Bango.

  • 3.2.5    Keputusan pembelian

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) keputusan pembelian merupakan proses keputusan dimana konsumen benar-benar memutuskan untuk membeli salah satu produk diantara berbagai macam alternatif piihan. Pada variabel keputusan pembelian penilaian responden terhadap masing-masing parameter pada indikator pembentuk keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Mengenai Variabel Keputusan Pembelian

No

Parameter

Frekuensi

STS

Ukuran

Sampel

Total skor

Rata

-rata

R

TS

SS

S

1

Anda melakukan pembelian 47 atau mengonsumsi kecap bango sesuai dengan kebutuhan

48

5

0

0

100

442

4,42

2

Anda mendapatkan informasi 27 mengenai kecap bango dari iklan dan sumber pribadi seperti keluarga, teman, dan tetangga

49

15

9

0

100

394

3,94

3

Anda terlebih                 37

dahulumembandingkan dengan produk lain sebelum melakukan pembelian

58

4

0

1

100

430

4,30

4

Anda memutuskan untuk 41

49

9

1

0

100

430

4,30

membeli kecap bango karena berbagai pertimbangan anda.

No            Parameter

Frekuensi          Ukuran

SS S R TS STS Sampel

Total skor

Rata

-rata

5 Anda berkeinginan membeli lagi kecap bango di kemudian hari.

46 48 6 0    0      100

440

4,40

Sumber: Hasil kuesioner, 2018

Pada variabel keputusan pembelian, indikator identifikasi kebutuhan menunjukkan bahwa rata-rata skor terbesar yaitu sebesar 4,42 yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti indikator identifikasi kebutuhan pada kecap Bango dinilai responden sebagai indikator paling penting yang dipertimbangkan generasi millenial dalam memutuskan untuk membeli produk kecap Bango.

  • 3.3    Hubungan Bauran Pemasaran Kecap Bango terhadap Keputusan Pembelian pada Generasi Millenial di Kota Denpasar

Analisis yang digunakan untuk mengetahui bauran pemasaran kecap Bango dengan keputusan pembelian generasi millenial di Kota Denpasar mencakup produk, harga, distribusi, dan promosi dengan keputusan pembelian menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs) dengan bantuan program IBM SPSS 23. Berikut merupakan analisis bauran pemasaran kecap Bango dengan keputusan pembelian yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.

Analisis Hubungan Bauran Pemasaran Kecap Bango terhadap Keputusan Pembelian pada Generasi Millenial di Kota Denpasar

Correlations

Produk Harga Distribusi Promosi

Keputusan pembelian

Produk

Correlation Coefficient

1,000

,363**

,286**

,219*

,434**

Sig. (2-tailed)

.

,000

,004

,029

,000

N

100

100

100

100

100

Harga

Correlation Coefficient

,363**

1,000

-,106

,599**

,164

Sig. (2-tailed)

,000

.

,293

,000

,104

N

100

100

100

100

100

Distribusi

Correlation Coefficient

,286**

-,106

1,000

-,115

,581**

Sig. (2-tailed)

,004

,293

.

,254

,000

N

100

100

100

100

100

Promosi

Correlation Coefficient

,219*

,599**

-,115

1,000

,068

Sig. (2-tailed)

,029

,000

,254

.

,503

N

100

100

100

100

100

Keputusan Correlation Coefficient

,434**

,164

,581**

,068

1,000

Pembelian Sig. (2-tailed)

,000

,104

,000

,503

.

N

100

100

100

100

100

Sumber: Data primer diolah, 2018

Keterangan:

SS (**): Sangat signifikan dengan tingkat kepercayaan α = 0,01

S (*) : Signifikan dengan tingkat kepercayaan α 0,05

Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa variabel bauran pemasaranyang memiliki hubungan signifikan dengan keputusan pembelian adalah produk dan distribusi dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05yang artinya H0 ditolak dan Haditerima. Sedangkan

variabel harga dan promosi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keputusan pembelian dengan nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak.Nilai koefisien korelasi yang menunjukan korelasi kuat adalah variabel distribusi sebesar 0,581 dan yang sangat lemah adalah variabel promosi sebesar 0,068.

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa (1) unsur bauran pemasaran yang lebih dominan dipertimbangkan generasi millenial terhadap keputusan pembelian adalah variabel distribusi dan (2)variabel bauran pemasaran yang memiliki hubungan signifikan terhadap keputusan pembelian adalah produk dan distribusi. Berdasarkan nilai koefisien korelasi, pada bauran pemasaran yang memiliki korelasi kuat adalah distribusi danyang paling lemah adalah promosi

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, maka dapat disarankan: (1) perusahaan Unilever diharapkan terus mempertahankan bahkan dapat mengembangkan lagi kualitas produk, fitur beragam, dan desain menarik agar konsumen tetap mempercayai produk tersebut dan target pemasaran dari kecap Bango tercapai dan(2) perusahaan Unilever diharapkan mempertahankan bahkan memperluas lagi saluran distribusi yang dilakukan secara merata dari warung hingga supermarket agar konsumen dengan mudah mendapatkan kecap Bango dan tidak akan berpindah ke merek lain dengan alasan tidak adanya produk di tempat konsumen belanja.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada pimpinan perusahaan Unilever Denpasar yang telah membantu penulis dalam memberikan izin dan informasi mengenai penelitian ini sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

Alma, Buchari. 2008. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi. Bandung. Penerbit: Alfabeta

Kotler, P dan Armstrong, G. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Cetakan Pertama.

Jakarta. Penerbit: Erlangga.

Kotler, P dan Amstrong, G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta. Penerbit: Erlangga.

Kotler, P dan Keller K. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12 Jilid Pertama dan Kedua. Jakarta. Penerbit: PT. Indeks

MARS. 2014. Awards. Indonesia Best Brand Award (IBBA). www.marsindonesia.com (diakses pada tanggal 26 November 2017)

Top Brand. 2017. Top Brand Index. http://www.topbrand-award.com (diakses pada tanggal 20 Oktober 2017)

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Penerbit: Andi Offset

Unilever. 2017. Brand Kami. https://www.unilever.co.id (diakses pada tanggal 26November 2017)

Unilever Careers. 2017. Future Leaders League. https://www.unileverfll.id (diakses pada tanggal 30 September 2018)

Wahyuningsih, Sri. 2016. Buletin Konsumsi Pangan. Pusat Data dan SistemInformasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Tahun2016. (diakses pada tanggal 3 November 2017)

https://ojs .unud.ac.id/index.php/JAA

78