Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 3685-3809 Vol. 8, No. 4 Oktober 2019

Analisis Kelayakan Finansial Dan Sensitivitas Usahatani Anggur Di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

Ngurah Adi Putra Mandala, Dwi Putra Darmawan, I Wayan Widyantara

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 e-mail : Pmandala914@gmail.com Putradarmawan@unud.ac.id

Abstract

Financial Feasibility Analysis and Grapes Farming Sensitivity in Banjar Village, Banjar District, Buleleng Regency.

Bali Grapes, especially those in Buleleng Regency, are one of the superior products of the region with a large potential to be developed. Bali Grapes have been cultivated for a long time in several sub-districts, one of them in Banjar District. Grape farming is sought to get maximum profit during its economic life. This study aims to: (1) Knows the feasibility of grape farming in the Banjar Village, Banjar District, Buleleng Regency. (2) Knowing the sensitivity level of NPV, IRR, Net B/C, and Payback Period on grapes farming in Banjar Village, Banjar District, Buleleng Regency. Location selection is done purposively. The data used includes primary data and secondary data. Primary data were obtained from questionnaires and interviews. Secondary data was obtained from various literatures and several related agencies. Data retrieval was carried out in July to August 2018. The analysis carried out included farming feasibility: NPV, IRR, Net B/C, PP, and Sensitivity. The results showed that: (1) Grapes farming is feasible to be developed financially, because the NPV value > 0, Net B/C > 1, IRR > applicable interest rates, and capital returns with a time limit of less than 8 years. (2) The sensitivity / sensitivity of grape farming occurs in the decline in the selling price of wine, in the decline in production and in the increase in production costs, so that wine farming becomes inappropriate.

Keywords: financial feasibility, sensitivity, grapes

  • 1     Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian masih merupakan mata pencaharian utama bagi penduduk indonesia. Pembangunan pertanian terus digalakkan oleh pemerintah, pembangun pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati posisi penting dalam memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Perkembangan produksi komoditas hortikultura di Provinsi Bali sangat beragam. Kabupaten Buleleng yang

terletak di Bali utara dikenal sebagai sentra komoditas hortikultura berupa buah-buahan, yang menjadi unggulan di daerah Kabupaten Buleleng yaitu sentra produksi anggur Bali dan merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Bali yang potensial untuk pengembangan komoditas anggur. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati posisi penting dalam memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia.

Perkembangan produksi komoditas hortikultura di Provinsi Bali sangat beragam. Kabupaten Buleleng yang terletak di Bali utara dikenal sebagai sentra komoditas hortikultura berupa buah-buahan. Kabupaten Buleleng yaitu sentra produksi anggur Bali dan merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Bali yang potensial untuk pengembangan komoditas anggur. Tanaman anggur sangat cocok diusahakan di daerah Buleleng khususnya pada dataran rendah (zonasi 0-400 m dpl). Keadaan iklim dan tanah yang ada, memang sangat tepat untuk tanaman anggur. Jenis tanah di dataran rendah Kabupaten Buleleng adalah Regosol dan Latosol berstruktur lempung dengan komposisi 40% debu, 45% pasir, 13% liat, 2% bahan organik, subur, gembur serta aerasi dan drainasenya cukup baik, dengan PH berkisar 5,5-6,5. Unsur-unsur iklim seperti curah hujan 876,20 mm/tahun dengan 3-5 bulan basah, kelembaban udara 77%, tempratur udara 25-310C (rata–rata 28 0C) dan penyinaran dari pagi hari sampai sore hari antara 74-82% (Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, 2017). Anggur lokal bali banyak dijumpai dan sudah cukup lama dibudidayakan di Kabupaten Buleleng, salah satunya di Kecamatan Banjar. Produksi anggur di Kecamatan Banjar dari tahun-ke tahun mengalami fluktuasi seperti pada tahun 2011 jumlah produksi anggur mencapai 4.183 ton, tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi hanya 916 ton saja. Tahun 2015 jumlah produksi anggur di Kecamatan Banjar kembali meningkat yaitu menjadi 2.169 ton.

Kecamatan Banjar memiliki peluang besar dalam pengembangan usahatani anggur untuk dapat dijadikan sebagai salah satu buah andalan di Kabupaten Buleleng, namun harga sangat rendah ketika panen raya, hal tersebut menjadikan komoditas ini kurang berkembang. Produksi anggur di Desa Banjar ini dijual dalam bentuk buah segar. Produksi anggur di Desa Banjar sangat fluktuatif dari tahun ke tahun. Tanaman anggur di lokasi penelitian sangat dirawat mulai dari pengairan, pemupukan, pemangkasan, sampai ke tahap pemasaran. Berdasarkan hal diatas maka usahatani anggur tersebut perlu dikaji mengenai analisis kelayakan finansial dan sensitivitas untuk mengetahui kepekaan terhadap penurunan harga anggur dan penurunan produksi anggur, maka perlu diadakan penelitian tentang analisis kelayakan finansial dan sensitivitas usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

  • 1.    Apakah pengembangan usahatani anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng secara finansial layak untuk dijalankan?

  • 2.    Bagaimana sensitivitas atau kepekaan usahatani anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

  • 1.    Kelayakan finansial pengembangan usahatani anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.

  • 2.    Kepekaan terhadap perubahan, usahatani anggur di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.

  • 2    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut:

  • 1.    Kecamatan Banjar merupakan kecamatan yang sangat potensial dalam pengembangan komoditas holtikultura yaitu buah anggur hitam.

  • 2.    Desa Banjar adalah desa yang berada di Kecamatan Banjar yang kebanyakan masyarakatnya bekerja di sektor pertanian tanaman anggur.

  • 3.    Desa Banjar merupakan desa yang pernah menjadi sentra penghasil anggur terbesar di Kabupaten Buleleng pada tahun 2006-2010, namun mengalami penurunan yang sangat signifikan di tahun-tahun berikutnya karena banyak petani anggur yang mengalih fungsikan lahannya menjadi penginapan/ruko tempat berjualan, maka dari itu perlu dilakukan analisis finansial agar bisa mengetahui kelayakan usaha tani anggur di Desa Banjar.

  • 2.2    Data Penelitian

Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder, sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer meliputi hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan responden. Data sekunder meliputi profil Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dapat diukur atau dihitung secara langsung, berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau angka (Sugiyono, 2011). Data kuantitatif meliputi data penjualan benih padi, data, jumlah anggota koperasi dan lain sebagainya. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal dan bukan dalam bentuk angka (Afifuddin dan Beni Ahmad, 2009). Data kualitatif yang digunakan peneliti berupa, gambaran umum lokasi penelitian, kendala umum penelitian, dan data-data penjelasan lainya.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, dan survey usaha tani. Studi literatur, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian melalui jurnal, internet dan buku yang sesuai dengan bahasan penelitian. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan melakukan kunjungan ke lokasi penelitian (Bungin, 2007). Survey usahatani, yaitu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.

  • 2.4    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan, sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh (Sugiyono 2011). Populasi yang digunakan di penelitian ini adalah petani anggur yang terdapat di Desa Banjar Kecamatan banjar yang berjumlah 75 orang, dengan masing-masing orang memiliki umur tanaman anggur yang berbeda-beda. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan tingkat error 10%

JV


n = —;—

A’e2 + 1


(1)


Berdasarkan perhitungan dari rumus slovin, jumlah sampel yang akan digunakan adalah 43 orang. 43 orang ini akan di ambil berdasarkan umur tanaman anggur yang dimiliki, agar jumlah sampel yang diambil dapat mewakili semua petani dengan umur tanaman yang berbeda-beda maka digunakan metode proporsional random sampling dengan rumus.

ni = “-™ ....................................................... (2)

  • 2.5    Variabel dan Analisis Data

Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto dan Suharsimi, 2006). Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Profil usaha tani anggur yang mencakup identitas penggarap, luas lahan, umur tanaman, dan Populasi tanaman per garapan. Analisis finansial yang mencakup biaya tetap, biaya variabel dan penerimaan usahatani.

  • 3    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

      3.1.1    Karakteristik responden berdasarkan umur

Umur seorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang secara fisik. Pada umur atau usia muda kemampuan dan kondisi seseorang umumnya akan lebih baik dibandingkan kemampuan dan kondisi seseorang pada usia tua dan anak-anak. Menurut Hermaya (2008), usia produktif merupakan usia ideal untuk bekerja dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan produktivitas kerja serta memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap informasi dan teknologi inovatif di bidang pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2017), tingkat umur non produktif berada pada umur dibawah 15 tahun (< 15 tahun) dan diatas 64 tahun (> 64 tahun). Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No

Umur petani (Tahun)

Jumlah Petani

(orang)

(%)

1

< 15

0

0

2

15-64

37

86,04

3

64+

6

13,96

Jumlah

43

100

Sumber : Diolah dari data primer, 2018

  • 3.1.2    Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan responden dalam penelitian ini beragam dan mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan kategori rendah, semakin lama seseorang mengenyam pendidikan maka akan semakin rasional dan relatif lebih baik dalam berpikir dibandingkan dengan seseorang yang mengenyam pendidikan lebih rendah (Soekartawi, 2005). Umumnya pendidikan berpengaruh terhadap cara dan pola berpikir petani, sebab pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, ketrampilan maupun sikap petani yang dilaksanakan secara terencana, sehingga memperoleh perubahan-perubahan dalam peningkatan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berkembang pola pikirnya sehingga dapat dengan mudah mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu dengan baik termasuk keputusan dalam kegiatan usaha tani anggur. Menurut survey yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa responden di Desa Banjar sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah Petani

(org)

(%)

1

Tamat SD

22

51,16

2

Tamat SMP

12

27,91

3

Tamat SMA

8

18,60

4

Perguruan Tinggi

1

2,33

Total

43

100

Sumber : Diolah dari data primer, 2018

  • 3.1.3    Karakteristik responden menurut luas garapan

Menurut (Hernanto, 2009), luas lahan garapan petani digolongkan menjadi tiga golongan yaitu lahan garapan sempit yang luas lahan garapannya kurang dari 0,5 Ha, luas garapan sedang yang luas lahan garapanya 0,6-2 Ha, dan lahan garapan luas yang luas lahan garapannya lebih dari 2 Ha. Berdasarkan hasil penelitian jumlah 43 sampel responden di Desa Banjar memiliki luas lahan garapan rata-rata dibawah 1 Ha. Lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Karakteristik Luas Lahan Garapan Responden

No

Luas Lahan Garapan (Ha)

Kategori

Jumlah Petani

(org)

(%)

1

< 0,5

Sempit

21

48,84

2

0,6 – 2

Sedang

22

51,16

3

> 2

Luas

0

0

Total

43

100

Sumber :

Diolah dari data primer, 2018

  • 3.1.4    Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota rumah tangga petani akan menentukan besarnya pendapatan dan tanggungan petani. Semakin banyak anggota rumah tangga maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk biaya rumah tangga, hal ini akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk ber usaha tani. Jumlah anggota keluarga berdampak negatif terhadap terhadap kemajuan usahatani apabila anggota keluarga tersebut tidak menyumbangkan tenaganya. Bagi anggota keluarga yang menganggur hanya akan menambah beban bagi keluarga. Akibatnya pengeluaran keluarga menjadi lebih banyak daripada pendapatan yang diperoleh dari usaha tani termasuk usahatani anggur. Jumlah anggota dalam keluarga petani di Desa Banjar adalah dua sampai dengan sembilan orang atau 4,3 bila di rata-ratakan. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga.

No

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Anggota Rumah Tangga

(orang)

(%)

1

< 15

22

12,9

2

15 – 64

144

84,2

3

> 64

5

2,9

Total

171

100

Sumber :

Diolah dari data primer, 2018

  • 3.2    Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

Biaya dalam usahatani anggur merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dari peoses persiapan lahan, hingga proses pemanenan buah anggur. Manajemen biaya sangat di perlukan dalam berusahatani, hal ini dikarenakan setiap perusahaan tentu menginginkan keuntungan yang besar dalam setiap melakukan produksi dengan biaya seminimal mungkin. Biaya investasi awal untuk usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng sebesar Rp 16.747.500,00 per rata-rata luas garapaan petani di Desa Banjar Kecamatan Banjar 61 are, atau Rp 27.950.000,00 per hektarnya.

  • 1.    Biaya Produksi Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar

Besarnya biaya produksi rata-rata yang dibutuhkan dalam usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar adalah Rp 22.715.431,00 /hektar/tahun, terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 1.822.000,00 dan biaya variabel sebesar Rp 20.893.431,00.

  • 2.    Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Anggur di Desa Banjar

Penerimaan usahatani anggur merupakan perkalian antara banyaknya jumlah produksi buah anggur yang dihasilkan (kg) dengan harga anggur (Rp/kg) yang berlaku di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Sedangkan pendapatan usahatani diartikan sebagai selisih yang dihasilkan dari besarnya penerimaan dari output yang dihasilkan dikurangi dengan total biaya yang telah dikeluarkan dalam usahatani. Biaya produksi yang diperlukan dalam usahatani anggur di Desa Banjar selama umur ekonomisnya (8 tahun) sebesar Rp 252.154.753,00 sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan Rp 28.017.195,00 /Ha/tahun. Dari sisi penerimaan, diketahui total penerimaan yang dapat diperoleh sebesar Rp 360.924.661,00 per hektarnya. Bila di rata-rata, maka penerimaan petani adalah Rp 40.102.740,00 /Ha/tahun dari usahatani anggur di Desa Banjar. Berdasarkan data biaya dan penerimaan tersebut diperoleh pendapatan usahatani anggur di Desa Banjar selama 8 tahun, sebesar Rp 108.769.908,00. Artinya, dari usahatani anggur di Desa Banjar seluas 1 ha, rata-rata pendapatan/keuntungan petani sebesar Rp 12.085.545,00 /tahun. Penerimaan tahunan sebesar tersebut menunjukkan bahwa usahatani anggur di Desa Banjar menguntungkan.

  • 3.3    Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

Dalam usaha yang bersifat tahunan seperti usahatani anggur ini, bisa dilakukan analisis kelayakan dengan menggunakan alat analisis kriteria investasi, antara lain NPV (Net Present Value), Net B/C, PP (Payback Period), dan IRR (Internal Rate of Return). Hasil dari perhitungan NPV, Net B/C, PP, dan IRR menunjukkan nilai yang akan diterima di masa akan datang yang dihitung dengan mengalikan nilai sekarang dengan discount factor (faktor diskonto). Analisis payback period dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal untuk investasi. Tingkat suku bunga yang berlaku di daerah penelitian adalah sebesar 7%, menggunakan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR). Hasil analisis kelayakan finansial usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur (per Ha) di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng (DF = 7%).

Kriteria Kelayakan

Nilai

Kesimpulan

Net B/C

1,11

Layak

NPV

7.083.069,

Layak

IRR

9,10%

Layak

Payback Period

5,8

Layak

Sumber : Analisis data primer

Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari umur ekonomis tanaman anggur > 8 tahun.

  • 3.4    Analisis Sensitivitas Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui perubahan faktor-faktor dalam dan luar yang mempengaruhi nilai penerimaan dan biaya suatu proyek terhadap kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Perubahan faktor yang mempengaruhi penerimaan dan biaya seperti penurunan produksi, kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual. Faktor-faktor tersebut dipilih karena yang paling dominan mengalami perubahan pada waktu-waktu tertentu. Penurunan harga jual sebesar 9,1 %. Penurunan produksi anggur sebesar 3,06 %. Biaya produksi akan naik sebesar 3,20 %. Analisis sensitivitas pada usahatani anggur Di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 7 % pada usahatani di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

No

Perubahan yang mempengaruhi

Sebelum Perubahan

Sesudah Perubahan

Laju Kepekaan

Ket.

1

Harga jual turun 9,1 %

a. NPV (Rp)

1.333.411,67

(13.080.157,88)

5,67

Sensitif

c. Net B/C

1,02

0,79

0,72

Tidak Sensitif

d. IRR (%)

7,5%

1,66%

3,62

Sensitif

e. Pp (tahun)

4,0

4,2

-0,11

Tidak Sensitif

2

Penurunan produksi 3,06 %

f. NPV (Rp)

1.333.411,67

(3.518.195,84)

4,50

Sensitif

g. Net B/C

1,02

0,94

0,18

Tidak Sensitif

h. IRR (%)

7,5%

5,6%

0,64

Tidak Sensitif

i. Pp (tahun)

4,0

4,1

-0,03

Tidak Sensitif

3

Kenaikan Biaya Produksi 3,20 %

f. NPV (Rp)

1.333.411,67

(3.697.495,64)

6,00

Sensitif

g. Net B/C

1,02

0,94

0,24

Tidak Sensitif

h. IRR (%)

7,5%

5,6%

0,87

Tidak Sensitif

i. Pp (tahun)

4,0

4,069506889

-0,04

Tidak Sensitif

Sumber : Analisis data primer

  • 1.    Pada tingkat suku bunga 7 %, setelah terjadi penurunan harga jual 9,1 %, penurunan jumlah produksi 3,06 %, dan peningkatan biaya produksi 3,20 %, nilai NPV menjadi bernilai negatif (NPV < 0), sehingga pada keadaan ini usahatani Anggur Di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tidak layak untuk dikembangkan.

  • 2.    Net B/C menjadi < 1 setelah terjadi penurunan harga jual 9,1 %, penurunan jumlah produksi 3,06 %, dan peningkatan biaya produksi 3,20 %, sehingga pada keadaan ini mengakibatkan usahatani anggur tidak layak untuk Di kembangkan di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Pada tingkat suku bunga 7 % setelah terjadi penurunan harga jual 9,1 %, penurunan jumlah produksi 3,06 % dan peningkatan biaya produksi 3,20 %, nilai IRR menjadi lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku ( < 7 %), sehingga pada keadaan ini usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng menjadi tidak layak untuk dikembangkan.

  • 3.    Dilihat dari sisi Payback period, setelah terjadi peningkatan biaya produksi 3,20%, penurunan harga jual 9,1 %, dan penurunan jumlah produksi 3,06 %, usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng masih layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan masa pengembalian investasi masih lebih pendek dari umur ekonomisnya (> 8 tahun).

  • 4.    Simpulan dan saran

    4.1    Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1.    Usahatani Anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng layak untuk dikembangkan secara finansial, nilai NPV yang dihasilkan Rp1.333.412,00 atau > 0, nilai Net B/C = 1,02 atau > 1, nilai IRR = 7,50% atau > dari 7 % tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari umur ekonomis tanaman anggur > 8 tahun.

  • 2.    Kepekaan usahatani anggur terjadi pada penurunan harga jual, kenaikan biaya produksi dan penurunan jumlah produksi. Dimana usahatani anggur menjadi tidak layak untuk diusahakan bila terjadi kondisi tersebut.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut.

  • 1.    Bagi petani, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani anggur di Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng masih layak dan menguntungkan untuk dikembangkan, sehingga petani diharapkan dapat mempertahankan produksi agar tidak terjadi penurunan produksi. Petani harus meningkatkan kualitas buah anggur yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan harga jual anggur itu sendiri, yang nantinya dapat membua usahatani anggur semakin layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Selain itu kreatifitas dari tiap-tiap kelompok tani juga di perlukan untuk nantinya bisa mengolah buah anggur menjadi produk baru yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih, sehingga pada saat panen raya tidak terjadi penurunan harga dan untuk mengatasi kerusakan buah anggur itu sendiri.

  • 2.    Bagi pemerintah daerah, agar mendorong pengembangan usahatani anggur dengan diintensifkannya penyuluhan tentang penanaman, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen, sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan kualitas produksi anggur yang dihasilkan.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada penggiat usahatani anggur di lingkungan Desa Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, dosen pembimbing serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan secara e-jurnal.

Daftar Pustaka

Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasian.

Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia 2017. Tingkat umur produktif dan non produktif. 2017

Bungin, 2007. Metode Pengumpulan Data, Observasi. Putra Grafika. Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, 2017. Geografis Kabupaten Buleleng.Buleleng.

Hernanto, 2009. Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rukka Hermaya, 2008. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Sugiyono. 2011. Populasi dan Sampel Penelitian. Alfabeta. Bandung.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

478