Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 3685-3809

Vol. 8, No. 3 Juli 2019

Efektivitas Komunikasi dalam Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo pada GAPOKTAN Sumber Mulyo di Desa Kediren, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

VIVI ANITA ACHMAD, I DEWA PUTU OKA SUARDI, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: vivi.anitaachmad@gmail.com okasuardi@yahoo.com

Abstract

Effectiveness of Communication in Counseling Jajar Legowo Planting System on GAPOKTAN Sumber Mulyo in the Village Kediren, Sub-district Kalitengah Lamongan Regency, East Java.

Increased productivity of rice farming is needed in order of the community. The innovation of the Jajar Legowo planting system is expected to bring about an increase in the results of farming. One of the Gapoktan implementing Jajar Legowo planting system is GAPOKTAN Sumber Mulyo. Facts on the field show that rice yields using the Jajar Legowo planting system did not increase compared to using a tile system. This was allegedly due to communication carried out by extension agents to farmers. Farmers do not understand the explanation given by extension workers. Therefore, it is necessary to conduct research on communications conducted by extension agents.Communication can be effective if there is understanding, pleasure, attitude, good relationship, and action. The research location is located in Kediren Village, Kalitengah District, Lamongan Regency. The purpose of this study was to determine the effectiveness of communication in the extension of the Jajar Legowo planting system on GAPOKTAN Sumber Mulyo. The analytical method used is qualitative descriptive analysis.Based on the results of the study it can be concluded the extension of the Jajar Legowo planting system is effective. The effectiveness of the communication is shown by: (1) farmers understand the Jajar Legowo planting system; (2) farmers enjoy the Jajar Legowo planting system; (3) farmers sympathize with the Jajar Legowo planting system; (4) the relationship between farmers and extension workers is very good; and (5) the application of Jajar Legowo planting system in accordance with the recommendations of the instructor. Based on the results of the study, discussion, and conclusions, it can be suggested: (1) the need for counseling to members of GAPOKTAN Sumber Mulyo to use organic fertilizer in farming so that agricultural land remains fertile and can be used for mina rice; (2) farmers can revive a culture of mutual cooperation in planting so that it does not require large costs; (3) extension agents can conduct counseling using cyber extention methods is farmers can learn the material neeses through the internet.

Keywords: communication effectiveness, counseling, Jajar Legowo planting system.

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar di Kabupaten Lamongan. Data statistik menunjukkan bahwa lahan di Kabupaten Lamongan paling luas digunakan untuk lahan pertanian. Hasil data statistik menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. BPS (2014) total lahan sawah di Kabupaten Lamongan sebesar 43.76%. Kondisi ini tentunya menggambarkan bahwa kawasaan Kabupaten Lamongan mampu melakukan swasembada pangan.

Desa Kediren merupakan salah satu Desa di Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan yang memiliki luas lahan pertanian sebesar 99 ha. Desa Kediren memiliki satu GAPOKTAN yaitu GAPOKTAN Sumber Mulyo. Usahatani yang dilakukan adalah budidaya padi. Padi yang digunakan bervariasi varietasnya. Pola tanam yang digunakan petani adalah sistem tanam Tegel. Petani merasa kebutuhan sehari-hari masih belum cukup terpenuhi terbukti petani masih melakukan pekerjaan sampingan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Peningkatan produktivitas usahatani padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan petani. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lamongan memberikan inovasi sistem tanam Jajar Legowo yang diyakini akan meningkatkan produktifitas petani di kawasan Kabupaten Lamongan. Aribawa (2012) melaporkan bahwa sistem tanam Jajar Legowo dapat meningkatkan hasil gabah kering sebesar 14,36% dibandingkan sistem tanam Tegel.

Lahan pertanian di Desa Kediren seluas 40 ha menerapkan sistem tanam Jajar Legowo pada tahun 2017. Awal bulan Mei petani mulai melakukan persiapan penanaman padi dengan sistem tanam Jajar Legowo. Petani melakukan panen pada bulan Agustus – September. Petani menerapkan sistem tanam Jajar Legowo dengan harapan dapat meningkatkan hasil usahatani padi, namun kenyataan dilapangan petani tidak mengalami peningkatan hasil usahatani. Berdasarkan data dari ketua GAPOKTAN pada tahun 2016 perolehan hasil panen padi di Desa Kediren sebesar 6.099 ton dan pada tahun 2017 perolehan hasil panen padi di Desa Kediren sebesar 6.004 ton.

Menurut Mugniesyah (2006) penyuluhan adalah perpanjangan pelayanan yang menyebarluaskan keunggulan hasil dari suatu institusi pendidikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengikuti kegiatan pendidikan tersebut dengan cara yang reguler. Hafsah (2009) menyebutkan bahwa tujuan dari penyuluhan pertanian ialah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar merubah perilakunya. Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia tidak hanya berfokus pada sistem dan pola penyuluhan tetapi juga metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan.

Komunikasi merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses kegiatan penyuluhan. Menurut Rogers (1982) salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah agen perubahan. Agen perubahan akan melakukan komunikasi untuk memberikan suatu inovasi. Komunikasi yang dilakukan akan berhasil apabila komunikasi tersebut efektif. Menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi efektif adalah komunikasi dimana makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator. Fakta di lapangan menunjukkan hasil panen padi yang menggunakan sistem tanam Jajar Legowo tidak terjadi peningkatan hasil panen dibanding menggunakan sistem Tegel. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah agen perubahan, diduga komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh terhadap petani tidak efektif. Petani kurang memahami penjelasaan yang diberikan oleh penyuluh, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas komunikasi.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas komunikasi dalam penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo pada GAPOKTAN Sumber Mulyo di Desa Kediren, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas komunikasi dalam penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo pada GAPOKTAN Sumber Mulyo di Desa Kediren, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kediren, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) Desa Kediren merupakan Desa yang paling banyak mengapdopsi program Jajar Legowo dari 20 Desa yang ada di Kecamatan Kalitengah, hal tersebut dibuktikan dengan data bahwa sebesar 40 Ha lahan pertanian di Desa Kediren yang menjadi usahatani padi dengan pola tanam Jajar Legowo; (2) penelitian tentang efektifitas komunikasi belum pernah dilakukan di GAPOKTAN Sumber Mulyo Desa Kediren, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan. Waktu penelitian dilaksanakan selama lima bulan yakni dari bulan Februari 2018 sampai Juli 2018.

  • 2.2    Data Penelitian

Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder, sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer meliputi hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan responden. Data sekunder meliputi profil dan stuktur kepengurusan GAPOKTAN Sumber Mulyo, dan profil Desa Kediren dari Lurah dan BPS. Data kualitatif menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, dan pendapat petani tentang komunikasi yang dilakukan penyuluh. Data kuantitatif berupa data jumlah petani dan data luas wilayah penelitian.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

  • 2.4    Populasi dan Responden

Populasi penelitian ini berjumlah 64 orang, kelompok tani I berjumlah 20 orang dan kelompok tani II berjumlah 44 orang. Penentuan sampel menggunakan rumus slovin. Sampel yang didapat berjumlah 40 orang. Penentuan responden menggunakan teknik bertingkat yaitu proportional sampling dan simple random sampling, dimana teknik proportional sampling digunakan agar terjadi kesetaraan jumlah sampel setiap kelompok tani. Responden penelitian pada kelompok tani I berjumlah 12 orang dan kelompok tani II berjumlah 28 orang. Penentuan responden di lapangan menggunakan teknik simple random sampling.

  • 2.5    Variabel dan Analisis Data

Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: (1) pemahaman; (2) kesenangan; (3) sikap; (4) hubungan; dan (5) tindakan. Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

      3.1.1    Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur

Karakterisrtik reponden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 34 orang dan perempuan sebanyak 6 orang. Menurut Mardikanto (1993) usia produktif merupakan usia ideal untuk bekerja dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan produktivitas kerja serta memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap informasi dan teknologi inovatif di bidang pertanian. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur petani dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Petani di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Umur (Tahun)

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

0-14

Usia belum produktif

0

0

2

15-64

Usia produktif

35

87,5

3

>64

Usia tidak produktif

5

12,5

Total

40

100

  • 3.1.2    Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan semakin lama seseorang mengenyam pendidikan maka akan semakin rasional dan relatif lebih baik dalam berpikir dibandingkan dengan seseorang (petani) yang mengenyam pendidikan lebih rendah (Soekartawi, 2005). Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Petani di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Pendidkan (Tahun)

Jumlah

Orang

%

1

SD

12

30

2

SMP

17

42,5

3

SMA

11

27,5

Total

40

100

  • 3.1.3    Karakteristik responden berdasarkan luas lahan

Luas lahan garapan dan kepemilikan lahan dapat mempengaruhi untuk mengambil keputusan dalam mengadopsi sebuah inovasi yang diberikan oleh penyuluh. Berikut ini distribusi karaktersistik responden berdasarkan luas lahan pada tabel 3.

Tabel 3.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Luas (ha)

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

0,1-0,5

Sempit

11

27,5

2

>0,5-1

Sedang

17

42,5

3

>1-2

Luas

10

25

4

>2

Sangat luas

2

5

Total

40

100

  • 3.1.4    Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Pekerjaan responden dapat dibagi menjadi dua yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu lebih banyak dan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan di waktu senggang. Hampir seluruh anggota GAPOKTAN Sumber Mulyo pekerjaan utamanya sebagai petani. Berikut distribusi responden berdasarkan pekerjaan ada pada tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Pekerjaan di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Pekerjaan utama

Jumlah

Orang

%

1

Petani

30

75

2

Guru

1

2,5

3

Wirasusata

5

12,5

4

Pejabat

4

10

Total

40

100

  • 3.1.5    Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 92,5% responden kebanyakan termasuk pada kategori keluarga kecil. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan, karena jika jumlah keluarga besar maka petani tidak melakukan tindakan atas pesan yang telah diterima dengan alasan ekonomi. Berikut ini distribusi responden menurut jumlah keluarga pada tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jumlah Anggota Keluarga di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Jumlah anggota keluarga

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

3-5

Kecil

37

92,5

2

>5

Besar

3

7,5

Total

40

100

  • 3.2    Efektivitas Komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian tingkat efektifitas komunikasi penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo tergolong efektif. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 182,65, dimana skor minimal 45 dan skor maksimal 225 dengan nilai interval kelas 36. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

Kategori Efektivitas Komunikasi dalam Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval pencapaian skor

Kategori

1

>189-225

Sangat efektif

2

>153-189

Efektif

3

>117-153

Cukup efektif

4

>81-117

Tidak efektif

5

45-81

Sangat tidak efektif

Distribusi responden tentang efektivitas komunikasi dalam penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.

Distribusi Responden tentang Efektivitas Komunikasi dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori                      Jumlah

Orang            %

1

2

3

4

5 Total

Sangat efektif          12                 30

Efektif             28                 70

Cukup efektif          0                  0

Tidak efektif           0                   0

Sangat tidak efektif        0                   0

40               100

  • 3.2.1    Pemahaman

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pemahaman penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo tergolong paham. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 61,35, dimana skor minimal 15 dan skor maksimal 75 dengan nilai interval kelas 12. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 8.

Tabel 8.

Kategori Pemahaman dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval

Kategori

1

>63-75

Sangat paham

2

>51-63

Paham

3

>39-51

Cukup paham

4

>27-39

Tidak paham

5

15-27

Sangat tidak paham

Hasil penelitian menunjukkan petani paham materi tentang prinsip-prinsip sistem tanam Jajar Legowo, teknologi sistem tanam Jajar Legowo dan keuntungan sistem tanam Jajar Legowo. Distribusi responden berdasarkan pemahamnya terhadap sistem tanam Jajar Legowo dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahamnya tentang Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

Sangat paham

21

52,5

2

Paham

18

45

3

Cukup paham

1

2,5

4

Tidak paham

0

0

5

Sangat tidak paham

0

0

Total

40

100

  • 3.2.2    Kesenangan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kesenangan penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo tergolong senang. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 29,25, dimana skor minimal 8 dan skor maksimal 40 dengan nilai interval kelas 6,4. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 10.

Tabel 10.

Kategori Kesenangan dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval

Kategori

1

>33,6-40

Sangat senang

2

>27,2-33,6

Senang

3

>20,8-27,2

Cukup senang

4

>14,4-20,8

Tidak senang

5

8-14,4

Sangat tidak senang

Menurut Mulijanti (2014) petani senang terhadap sistem tanam Jajar Legowo karena mempermudah pemupukan, pengendalian gulma, dan mengurangi serangan tikus. Distribusi responden berdasarkan kesenanganya terhadap sistem tanam Jajar Legowo dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11.

Distribusi Responden berdasarkan Kesenangannya tentang

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

Sangat senang

1

2,5

2

Senang

30

75

3

Cukup senang

9

22,5

4

Tidak senang

0

0

5

Sangat tidak senang

0

0

Total

40

100

  • 3.2.3    Sikap

Berdasarkan hasil penelitian tingkat sikap petani terhadap sistem tanam Jajar Legowo tergolong setuju terhadap sistem tanam Jajar Legowo. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 32,57, dimana skor minimal 15 dan skor maksimal 75 dengan nilai interval kelas 12. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 12.

Tabel 12.

Kategori Sikap dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval                              Kategori

1

2

3

4

5

>33,6-40                          Sangat setuju

>27,2-33,6                             Setuju

>20,8-27,2                         Cukup setuju

>14,4-20,8                          Tidak setuju

8-14,4                          Sangat tidak setuju

Distribusi responden berdasarkan sikapnya tentang sistem tanam Jajar Legowo dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13.

Distribusi Responden berdasarkan Sikapnya tentang

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori                           Jumlah

Orang          %

1

2

3

4

5

Sangat setuju                   21              52,5

Setuju                       17              42,5

Cukup setuju                   2               5

Tidak setuju                    0                0

Sangat tidak setuju                 0                0

Total

40             100

  • 3.2.4    Hubungan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat hubungan petani terhadap sistem Jajar Legowo tergolong sangat baik. Hal ini ditujunkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 21,5, dimana skor minimal 5 dan skor maksimal 25 dengan nilai interval kelas 4. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 14.

Tabel 14.

Kategori Hubungan dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval

Kategori

1

>21-25

Sangat baik

2

>17-21

Baik

3

>13-17

Cukup baik

4

>9-13

Tidak baik

5

5-9

Sangat tidak baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden 60% memiliki hubungan sangat baik, dan 30% memiliki hubungan baik. Distribusi responden dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15.

Distribusi Responden berdasarkan Hubungannya tentang

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

Sangat baik

24

60

2

Baik

14

35

3

Cukup baik

2

5

4

Tidak baik

0

0

5

Sangat tidak baik

0

0

Total

40

100

  • 3.2.5    Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat tindakan petani terhadap sistem tanam Jajar Legowo tergolong sesuai. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan rata-rata skor dari seluruh responden mencapai 37,97, dimana skor minimal 9 dan skor maksimal 45 dengan nilai interval kelas 7,2. Interval capaian skor dan kategori efektivitas komunikasi seperti terdapat pada tabel 16.

Tabel 16.

Kategori Tindakan dalam Penyuluhan

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo

No

Interval

Kategori

1

>37,8-45

Sangat sesuai

2

>30,6-37,8

Sesuai

3

>23,4-30,6

Cukup sesuai

4

>16,2-13,4

Tidak sesuai

5

9-16,2

Sangat tidak sesuai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden 77,5% sangat sesuai, 15% sesuai, dan 7,5% cukup sesuai dalam menerapkan sistem tanam Jajar Legowo. Menurut Apriliana (2017) kesesuaian tindakan yang dilakukan petani dipengaruhi oleh umur, jenis pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga. Distribusi responden dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17.

Distribusi Responden berdasarkan Tindakannya tentang

Sistem Tanam Jajar Legowo di GAPOKTAN Sumber Mulyo Tahun 2018

No

Kategori

Jumlah

Orang

%

1

Sangat sesuai

31

77,5

2

Sesuai

6

15

3

Cukup sesuai

3

7,5

4

Tidak sesuai

0

0

5

Sangat tidak sesuai

0

0

Total

40

100

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan komunikasi penyuluhan sistem tanam Jajar Legowo termasuk efektif. Efektivitas komunikasi tersebut ditunjukkan oleh: (1) petani memahami sistem tanam Jajar Legowo; (2) petani menyenangi sistem tanam Jajar Legowo; (3) petani simpati menerapkan sistem tanam Jajar Legowo; (4) hubungan petani dengan penyuluh sangat baik; dan (5) penerapan sistem tanam Jajar Legowo sesuai dengan rekomendasi penyuluh.

  • 1.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, maka dapat disarankan: (1) perlunya penyuluhan kepada anggota GAPOKTAN Sumber Mulyo agar menggunakan pupuk organik dalam melakukan usahatani agar lahan pertanian tetap subur dan dapat digunakan untuk mina padi; (2) petani dapat menghidupkan kembali budaya gotong royong dalam melakukan penanaman; (3) penyuluh dapat melakukan penyuluhan mengunakan metode cyber extension yaitu petani dapat belajar materi yang dibutuhkan melalui internet.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada ketua GAPOKTAN Sumber Mulyo, anggota GAPOKTAN Sumber Mulyo dan penyuluh yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai penelitian ini sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

Aribawa IB. 2012. Pengaruh Sistem Tanam terhadap Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Dataran Tinggi Beriklim Basah. Universitas Trunojoyo : Madura.

Apriliana. D. 2017. Keefektifan Komunikasi Kelompok dalam Penerapan Program Jarwobangplus di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Peringsewu. Universitas Lampung : Lampung.

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 2014. Luas Lahan Menurut Jenis

penggunaan Tahun 2014. Badan Pusat Statistik : Surabaya.

Everett M. Rogers. 1983. Diffusion if Innovations. London: The Free Press.

Hafsah MJ. 2009. Penyuluhan pertanian di era otonomi daerah. Jakarta. Pustaka Sinar

Harapan.

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : UNS Press.

Mugniesyah SS. 2006. Ilmu Penyuluhan. Bogor. Departemen komunikasi dan pengembangan masyarakat. Fakultas ekologi manusia. Intsitut Pertanian Bogor. Bogor. Sains KPM IPB Press.

Mulijanti, L.S. 2014. Efektivitas Pendampingan Teknologi Tanam Jajar Legowo Terhadap Perubahan Sikap dan Pengetahuan Petani di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Bogor : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.

Soekartawi. 2005. Prinsip dasar komunikasi pertanian. Jakarta : UI Press.

Tubbs, S.L., Moss S. 1996. Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Buku Pertama. (Deddy Mulyana dan Gembirasari, Pentj). Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

380