Peran Penyuluh dalam Memotivasi Petani dalam Berusahatani Cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2685-3809
Vol. 9, No. 3, Desember 2020
Peran Penyuluh dalam Memotivasi Petani dalam Berusahatani Cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar
NI LUH AYU PURNAMANING SANDHI, IGEDE SETIAWAN ADI PUTRA, NI WAYAN SRI ASTITI,
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar 80232
Email: [email protected]
Abstract
The Role of Extension Agents in Motivating Farmers in Chili Farming
Cooperation between extension workers and farmers is needed to produce good and quality farmers. Therefore, the instructor acts as a facilitator, guide, communicator and motivator in order to motivate farmers in the chilli business. With the extension, it is hoped that chilli farmers in Guwang Village, Sukawati District, Gianyar can increase the productivity of their chili farming. The research aims to determine the role of instructors as facilitators, mentors, communicators and motivators. Locations were determined using the deliberate method with a qualitative quantitative descriptive analysis method. The results of the study and discussion that the role of instructors as facilitators, mentors, communicators and motivators are categorized very well. The role of the instructor as a facilitator in motivating farmers in the chilli business gained a good category. The role of extension workers in Guwang Village, is included in the excellent category. The instructor should provide guidance not only on how to cultivate the chillies properly but also provide guidance on how to use the tools correctly and clearly. The instructor must also pay more attention to the materials and innovations provided to local farmers, so that all farmers in Guwang Village want to be actively involved in the extension activities.
Keywords: extension agen, motivation, productivity, role.
Peran penyuluh pertanian sebagai petugas yang mempersiapkan para petani dan pelaku usaha pertanian lain sudah mulai tumbuh yang antara lain dicirikan dari kemampuannya dalam mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi, serta tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan keterampilan yang dikelola oleh petani sendiri. Sejalan dengan berubahnya paradigma pembangunan pertanian, maka penyelenggaraan penyuluh pertanian dilakukan melalui pendekatan partisipatif untuk lebih meningkatkan peran serta aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya (Deptan, 2008).
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik. Kerjasama antara penyuluh dengan petani sangat diperlukan untuk menghasilkan petani yang baik dan berkualitas.
Petani memiliki alasan tertentu yang membuat mereka melakukan usahataninya. Semua alasan yang digunakan petani dalam berusahatani dapat dikatakan sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat bersumber dari dalam diri petani maupun lingkungan luar petani. Motivasi yang dialami oleh petani di Desa Guwang cenderung menurun dalam mengembangkan komoditas hortikultura.
Perkembangan komoditas hortikultura, terutama sayur-sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah, cukup potensial dan prospektif, karena didukung oleh potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat. Salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah cabai. Cabai merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan secara komersial di daerah tropis.
Secara umum perkembangan luas panen cabai di Indonesia pada periode tahun 1980–2015 berfluktuatif namun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 4,27%. Produksi cabai selama tahun 1980 - 2015 berfluktuasi cenderung meningkat. Pada tahun 1980 produksi cabai Indonesia sebesar 207,55 ribu ton, peningkatan produksi terjadi cukup tinggi dimana pada tahun 2015 produksi cabai telah mencapai 1.915,12 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan selama periode tersebut sebesar 9,76% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015). Produksi cabai di Propinsi Bali dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2015 produksi cabai di Propinsi Bali mencapai 45.386,20ton dari total produksi sayur, di tahun 2016 mengalami peningkatan produksi cabai menjadi 51.325 ton, dan tahun 2017 terjadi penurunan produksi cabai menjadi 44.164 ton (Badan Pusat Statistik, 2016)
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki areal tanaman cabai. Disamping terkenal sebagai daerah tujuan wisata dan sentra industri kecil dan rumahtangga, Kabupaten Gianyar juga merupakan wilayah agraris, hal ini ditunjukkan dengan masih eksisnya pesedahan yang ada. Kecamatan di Kabupaten Gianyar yang memiliki lahan sawah terluas adalah Sukawati sebesar 2.727 Ha. Produksi cabai di Gianyar dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 produksi cabai di Kabupaten Gianyar mencapai 666 ton dari total produksi sayur, di tahun 2016 produksi cabai menjadi 1,066 ton dan tahun 2017 produksi cabai menjadi 567,80 ton (Badan Pusat Statistik, 2016)
Desa Guwang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sukawati yang petaninya membudidayakan tanaman cabai. Jumlah petani yang menanam cabai sebanyak 162 orang dengan luas lahan pertanian sebesar 224 ha yang terdiri dari tiga subak. Desa Guwang merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukawati yang mengalami penurunan
produksi cabai. Penurunan produksi yang terjadi menyebabkan motivasi petani menurun dalam membudidayakan salah satu jenis tanaman hortikultura yaitu cabai.
-
1. Bagaimana peran penyuluh sebagai fasilitator, pembimbing petani, komunikator dan motivator dalam memotivasi petani ?
-
2. Bagaimana tingkat produktivitas usahatani cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar?
-
1. Untuk mengetahui peran penyuluh sebagai fasilitator, pembimbing petani, komunikator dan motivator.
-
2. Untuk mengetahui tingkat produktivitas usahatani cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai Bulan Agustus 2019 bertempat di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar bukan berbentuk angka (Sugiyono, 2015). Data kualitatif berupa gambaran umum lokasi penelitian, serta wawancara dengan petani saat pengumpulan data kuesioner. Data kuantitatifmerupakan data yang disajikan dan dapat diukur atau dihitung secara langsung, berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau angka (Sugiyono, 2015). Data kuantitatif dalam penenlitian ini adalah rata-rata umur petani dan luas lahan sawah petani di Desa Guwang. Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui sumbernya dengan melakukan penelitian ke objek yang diteliti (Umar, 2003). Data primer diperoleh dari jawaban kuesioner dari responden terkait peran penyuluh dalam memotivasi petani dalam berusahatai cabai. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber maupun referensi terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal, situs dari internet dan lembaga atau instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Pengumpulan data dalam peneltitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Populasi adalah sekelompok objek atau individu atau peristiwa yang menjadi perhatian peneliti, yang dikenai generalisasi penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh petani sebanyak 162 orang dengan menghitung ukuran sampel yang dilakukan dengan menggunakan Teknik Slovin menurut Sugiyono (2012) . Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak
162 orang, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 15% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 orang, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan untuk hasil pengujian yang lebih baik. Sampel yang diambil berdasarkan teknik probability sampling; simple random sampling, dimana peneliti memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat utama untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2012), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan apa variabel akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Menurut Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Arikunto, 2010).
Menurut Sugiyono (2010) analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif kuantitatif. Metode tersebut dipilih dengan tujuan untuk menjabarkan secara jelas, terperinci juga sistematis data yang didapatkan, kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif guna untuk membandingkan data hasil temuan di lapangan dengan teori yang didapat melalui studi pustaka.
Penelitian ini meliputi peran penyuluh dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai. Untuk mengetahui peran penyuluh tersebut digunakan beberapa indikator yaitu penyuluh sebagai fasilitator, penyuluh sebagai pembimbing, penyuluh sebagai komunikator dan penyuluh sebagai motivator.
Tabel 1.
Rata-rata Pencapaian Skor Indikator Peran Penyuluh dalam Memotivasi Petani dalam Berusahatani Cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar
No. |
Indikator |
Pencapaian Skor (%) |
Kategori |
1. |
Penyuluh sebagai Fasilitator |
85,7 |
Sangat Baik |
2. |
Penyuluh sebagai Pembimbing |
87 |
Sangat Baik |
3. |
Penyuluh sebagai Komunikator |
89,1 |
Sangat Baik |
4. |
Penyuluh sebagai Motivator |
88 |
Sangat Baik |
Peran Penyuluh |
87,45 |
Sangat Baik |
Peran penyuluh termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor rata- rata sebesar 87,45%. Hal ini berarti penyuluh yang bertugas di Desa Guwang Kecamatan Sukawati sudah mampu berperan dengan sangat baik dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator, pembimbing, komunikator dan motivator.
Peran penyuluh sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi petani mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani seperti keterbatasan tenaga kerja, modal, teknologi saran dan prasarana pendukung yang dimiliki petani, penyuluh membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh petani, penyuluh mengupayakan dan menghubungkan pelaku utama dengan pihak bank untuk mendapatkan modal usaha dengan cara kredit usahatani, menggerakan tabungan kelompok pelaku usaha dan pengadaan alat dan mesin pertanianHasil penelitian peran penyuluh sebagai fasilitator dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik dengan pencapaian skor 85,7% dapat dilihat di lampiran 3. Berikut disajikan distribusi jawaban responden pada masing-masing kategori peran penyuluh sebagai fasilitator pada tabel 5.10. Data selengkapnya akan dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Indikator Peran Penyuluh sebagai Fasilitator dalam Memotivasi Petani di Desa Guwang, Tahun 2019 | |||
No. |
Pernyataan |
Rata-rata pencapaian skor (%) |
Kategori |
1. |
Penyuluh memberi materi penyuluhan tentang cabai secara jelas |
85,71% |
Sangat Baik |
2. |
Penyuluh membantu petani menyediakan alat untuk berusahatani cabai |
77,14% |
Baik |
3. |
Penyuluh membantu memberikan saran bibit cabai untuk berusahatani |
87,42% |
Sangat Baik |
4. |
Penyuluh membantu petani dalam menangani masalah yang terjadi dilapangan. |
92,57% |
Sangat Baik |
Peran penyuluh sebagai fasilitator dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran sebagai fasilitator yang baik ditandai oleh materi penyuluhan tentang cabai diberikan secara jelas, membantu petani menyediakan alat untuk berusahatani cabai, membantu memberikan saranbibit cabai untuk berusahatani dan membantu petani dalam menangani masalah yang terjadi dilapangan. Peran penyuluh dalam penyediaan alat mendapatkan skor terendah karena alat-alat yang disediakan sebagian besar berasal dari organisasi subak itu sendiri.
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi para petani dalam pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani. Penyuluh harus mampu memberikan praktek demonstrasi tentang suatu cara berusahatani cabai.Hasil penelitian peran penyuluh sebagai pembimbing dalam memotivasi petani dalam http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 340
berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik dengan pencapaian skor 87%. Data selengkapnya akan dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Indikator Peran Penyuluh sebagai Pembimbing dalam Memotivasi Petani di Desa Guwang, Tahun 2019
No. |
Pernyataan |
Rata-rata pencapaian skor |
Kategori |
1. |
Penyuluh memberi bimbingan tentang sumber dana kredit yang dapat dipergunakan untuk pengembangan usahataninya |
84,57% |
Sangat Baik |
2. |
Penyuluh memberi bimbingan mengenai cara menggunakan saprotan yang tepat |
88% |
Sangat Baik |
3. |
Penyuluh memberi bimbingan mengenai cara menggunakan peralatan yang tepat |
84% |
Sangat Baik |
4. |
Penyuluh memberi bimbingan mengenai cara berusahatani cabai yang benar |
91,42% |
Sangat Baik |
Peran penyuluh sebagai pembimbing dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik Peran sebagai pembimbing yang baik ditandai oleh, bimbingan cara berusahatani cabai yang benar, bimbingan cara menggunakan saprotan yang tepat, bimbingan mengenai cara menggunakan peralatan yang tepat, bimbingan tentang sumber dana kredit. Peran penyuluh dalam memberikan bimbingan mengenai cara menggunakan alat yang tepat mendapatkan skor terendah, karena penyuluh lebih memfokuskan bimbingan mengenai cara berusahatani cabai yang benar.
Hasil penelitian peran penyuluh sebagai komunikator dalam memotivasi petani berusahatani cabai diperoleh kategori baik dengan pencapaian skor 89,14%. Peran sebagai komunikator yang sangat baik ditandai oleh bahasa yang digunakan penyuluh mudah dimengerti oleh petani, alat bantu yang digunakan penyuluh, dan cara penyuluh berkomunikasi. Berikut data hasil penelitian peran penyuluh sebagai pembimbing dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai akan dirincikan pada data masing-masing indikator dibuktikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Indikator Peran Penyuluh sebagai Komunikator dalam Memotivasi Petani di Desa Guwang, Tahun 2019 | |||
No |
. Pernyataan |
Rata-rata pencapaian skor |
Kategori |
1. |
Bahasa yang digunakan penyuluh mudah dimengerti |
88% |
Sangat Baik |
2. |
Penyuluh menggunakan alat bantu untuk memudahkan petani dalam mendapatkan informasi |
90,85% |
Sangat Baik |
3. |
Penyuluh berkomunikasi secara jelas pada saat berdiskusi |
88,57% |
Sangat Baik |
Peran penyuluh sebagai komunikator dalam memotivasi petani berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran sebagai komunikator yang sangat baik ditandai oleh bahasa yang digunakan penyuluh mudah dimengerti oleh petani, alat bantu yang digunakan penyuluh, dan cara penyuluh berkomunikasi.
Setiap manusia tentunya mempunyai keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Keinginan tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan kebutuhan. Kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian tujuan disebut motivasi. Secara terperinci, rata-rata pencapaian skor mengenai tingkat motivasi petani dalam berusahatani cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5.
Tingkat Motivasi Petani dalam Berusahatani Cabai di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati Tahun 2019 | |||
No. |
Pernyataan |
Rata-rata pencapaian skor |
Kategori |
1. |
Petani termotivasi berusahatani cabai untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum |
93,7% |
Sangat Baik |
2. |
Petani termotivasi berusahatani cabai untuk memenuhi kebutuhan akan sandang |
94,9% |
Sangat Baik |
3. |
Petani termotivasi berusahatani cabai untuk membeli kebutuhan rumah tangga |
95,4% |
Sangat Baik |
4. |
Petani termotivasi berusahatani cabai karena merasa dihargai oleh warga desa |
92% |
Sangat Baik |
5. |
Petani termotivasi berusahatani cabai karena ingin mengembangkan kemampuan diri |
95,4% |
Sangat Baik |
6. |
Kebutuhan akan uang dapat memotivasi petani dalam berusahatani cabai |
92,49% |
Sangat Baik |
7. |
Dukungan dari kepala desa dan kelian banjar dapat memotivasi petani berusahatani cabai |
94,9% |
Sangat Baik |
Motivasi petani dalam berusahatani cabai dikategorikan sangat baik. Artinya dalam berusahatani cabai, petani memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan sangan, pandang dan papan. Dukungan dari kelian banjar dan kepala desa ternyata juga dapat memotivasi petani untuk berusahatani cabai.
Produktivitas adalah suatu kegiatan atau proses yang mengubah faktor- faktor produk (output) menjadi suatu produk (input) atau besaran penggunaan input untuk menghasilkan output. Dengan luas lahan sebesar 12,25 ha, petani di Desa Guwang dapat memproduksi cabai hingga 13.307 ton/tahun. Berdasarkan luas lahan dan hasil produksi, maka produktivitas yang dihasilkan petani di Desa Guwang dapat mencapai 38.232,99 ton/ha.
Peran penyuluh sebagai fasilitator dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran penyuluh dalam penyediaan alat mendapatkan skor terendah karena alat-alat yang disediakan bersumber dari organisasi Peran penyuluh sebagai pembimbing dalam memotivasi petani dalam berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran penyuluh dalam memberikan bimbingan mengenai cara menggunakan alat yang tepat mendapatkan skor terendah, karena penyuluh lebih memfokuskan bimbingan mengenai cara berusahatani cabai yang benar. Peran penyuluh sebagai komunikator dalam memotivasi petani berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran sebagai komunikator yang sangat baik ditandai oleh bahasa yang digunakan penyuluh mudah dimengerti oleh petani, alat bantu yang digunakan penyuluh, dan cara penyuluh berkomunikasi. Peran penyuluh sebagai motivator dalam memotivasi petani berusahatani cabai diperoleh kategori sangat baik. Peran penyuluh dalam melibatkan petani dalam mengikuti program penyuluhan mendapatkan skor terendah, karena masih adanya beberapa petani yang tidak mengikuti program penyuluhan.
Keberhasilan penyuluh sangat ditentukan oleh partisipasi petani, petani diharapkan kepada petani untuk lebih rajin dalam mengikuti kegiatan penyuluhan agar terwujudnya petani yang mandiri yang tidak selalu bergantung kepada penyuluh. Peran penyuluh di Desa Guwang perlu dipertahankan, namun dari keempat peran tersebut, penyuluh sebagai pembimbing harus lebih memberi bimbingan tidak hanya mengenai cara bersahatani cabai yang benar saja namun juga memberikan bimbingan mengenai cara menggunakan alat secara benar dan jelas. Penyuluh juga harus lebih memperhatikan materi, kebutuhan dan inovasi-inovasi yang diberikan kepada petani setempat, agar semua petani di Desa Guwang mau ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan penyuluhan.
-
5. Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada Pekaseh Subak Bila Sari, Pekaseh Subak Buluh dan Pekaseh Subak Juan serta seluruh petani cabaiyang telah memberikan informasi untuk kelengkapan data tugas akhir. Terimakasih kepada kedua orangtua dan teman-teman yang telah mendukung proses penelitian ini dari awal hingga akhir.
Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Hortikultura Provinsi Bali 2016.
https://bali.bps.go.id/. Denpasar. Diakses pada tanggal 12 Februari 2019.
Deptan. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Anggaran Pembangunan Pertanian. Jakarta Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 204. Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian. Sumbar
Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Kartasapoetra, G.1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Pertanian, Kementerian. 2015. Outlook Cabai 2015. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.\
Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
344
Discussion and feedback