E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2301-6523

Vol. 7, No. 1, Januari 2018

Pemberdayaan Subak Penarungan sebagai Lembaga Agribisnis di Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

NYOMAN EDY DARMAYASA, NYOMAN PARINING, WAYAN SUDARTA

Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Udayana Jalan P.B. Sudirman Denpasar 80232 Email: [email protected] [email protected]

Abstract

Empowerment of Subak Penarungan as an Agribusiness Institution in Penarungan Village, Sub-District of Mengwi, Badung Regency

The preservation of subak or Balinese irrigation organization is important because its sustainability in Bali based on the Tri Hita Karana concepts. Subak-based economic business is a food-based agribusiness or paddy fields. The studies on empowerment of subak as an agribusiness institution aimed to improve the economy and welfare of farmers, so that the agricultural culture is in demand and not abandoned by the Subak Penarungan community. This study aimed to determine (1) the potentials of subak related to natural resources, human resources, and financial resources, (2) the efforts made to empower Subak Penarungan as an agribusiness institution. The research was conducted in Subak Penarungan, Mengwi Sub-district, Badung Regency. The selection of research site was done purposively. The population of this study is active members of Subak Penarungan, amounting to 167 people. The sample size was determined by using Slovin formula, so the number of respondents was 63 people. The data analysis used a descriptive qualitative analysis method. The findings showed that the potential of Subak penarungan was in good category with the average score of 3.55, and the results of research on the efforts of empowerment of Subak Penarungan was in good category, with average achievement score of 3.50. Based on the results of this study, it can be suggested to farmers that the assistance in the form of agricultural machine tools provided by the government for subak should be utilized properly, so as to increase their productivity.

Keywords: empowerment, subak, agribusiness institution

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Subak sebagai lembaga irigasi tradisional di Bali sudah ada sejak hampir satu milennium. Fungsi utama subak adalah pengelolaan air irigasi untuk memproduksi

pangan, kususnya beras yang merupakan makanan pokok bagi orang Bali, seperti juga halnya bagi kebanyakan penduduk Indonesia dan bahkan Asia. Subak tidak lepas dari kegiatan pengolahan irigasi untuk bercocok tanan padi, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa subak identik dengan budidaya padi/budaya padi (rice culture) (Setiawan, 2000).

Menurut Perda Provinsi Bali yang terakhir (No. 9 Tahun 2012) subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang. Subak menjadi organisasi kemasyarakatan yang mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan (Dewi Sri).

Pelestarian subak penting untuk keberlanjutan subak dan pemanfaatan sumberdaya air di Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana sebagai institusi adat pendayagunaan air. Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan berkembangnya sektor-sektor lain di luar sektor pertanian menyebabkan kebutuhan air semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini berarti persaingan terhadap keperluan sumberdaya air semakin ketat, air irigasi sangat penting peranannya bagi sektor pertanian untuk menyediakan bahan pangan bagi penduduk (Suyastiri, 2012).

Subak Penarungan merupakan salah satu subak yang berada di wilayah Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Subak Penarungan merupakan subak yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lembaga agribisnis, karena mempunyai anggota yang cukup banyak yaitu sebesar 167 orang dan mempunyai lahan seluas 105 hektar serta aktif dalam kelembagaan subak, serta sudah didirikan lembaga koperasi. Permasalahan yang dihadapi koperasi yaitu: (1) Koperasi belum dapat memasarkan atau membeli hasil petani anggota, (2) Masalah pupuk yang dibeli oleh anggota subak yang masih cenderung lambat dalam pembayarannya, (3) masalah sistem pembayaran serta pembelian barang atau produk pertanian di koperasi masih tergolong menggunakan cara manual, (4) Beberapa alat mesin pertanian tidak difungsikan dengan baik, dan (5) Koperasi Gelis Nadi Subak Penarungan belum memiliki badan hukum. Pelaksanaan sistem dan subsistem agribisnis di Subak Penarungan membutuhkan penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan dari usaha agribisnis, masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan agribisnis, serta solusi pemberdayaan, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi, dengan melakukan penelitian mengenai pemberdayaan Subak Penarungan sebagai lembaga agribisnis.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penilitan ini sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh subak yang berhubungan dengan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya finansial di Subak Penarungan, di kawasan Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. (2) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk memberdayakan Subak Penarungan sebagai lembaga agribisnis.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Subak Penarungan, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 s.d Februari 2017. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau dilakukan secara sengaja, yang didasarkan atas pertimbangan yaitu, sudah didirikan koperasi di Subak Penarungan yang bernama Koperasi Gelis Nadi dengan jenis koperasi konsumsi, yang menyediakan kebutuhan petani dalam bentuk barang seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan pertanian. Subak Penarungan telah mendapat bantuan dari pemerintah untuk modal koperasi sebesar Rp. 375.200.000 pada tahun 2006, sudah dikelola dengan baik dan terhitung sampai tahun 2016 menjadi Rp 690.000.000.

  • 2.2    Penentuan Populasi dan Responden

Populasi dalam penelitian ini mencakup semua petani aktif dari Subak Penarungan yang berjumlah 167 orang. Penentuan ukuran responden dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan pengambilan responden 10% sehingga jumlah responden yang diambil menjadi 63 orang menurut Husein Umar (dalam Setiawan, 2013).

  • 2.3    Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan Data, Konsep Penelitian dan Metode Analisis

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, survei dan dokumentasi. Instrumen penelian data yang digunakan adalah dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2002). Variabel pada penelitian ini meliputi potensi, upaya pemberdayaan, dan lembaga agribisnis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan formal, jenis pekerjaan, jumlah anggota rumah tangga, dan luas lahan garapan (Sugiyono, 2010).

  • 3.1.1    Umur

Dikemukakan oleh Elisabeth B.H (1997), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Pendapat lain, dinyatakan oleh Dewi dan Wawan (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Menurut (Thoha, 2004), penggolongan umur di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun dikelompokkan ke dalam umur non produktif sedangkan penduduk yang dikelompokkan ke dalam umur produktif, yaitu antara umur 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden termasuk dalam kategori umur produktif yaitu sebanyak 49 orang (77,78%), hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya produktifitas kerja responden terhadap usahatani anggota Subak Penarungan. Petani yang memiliki kategori umur produktif umumnya akan lebih aktif dalam upaya meningkatkan produktifitas pertanian mereka, serta lebih mudah bagi petani untuk menerima pengetahuan atau informasi baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki usahatani yang mereka garap, karena tingkat kematangan dan cara berfikir yang dimiliki petani lebih cenderung mau memberikan tenaga lebih untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari usahatani mereka sendiri.

  • 3.1.2    Tingkat pendidikan formal

Tingkat pendidikan yang memadai membuat petani akan semakin mengerti dan memahami materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh serta mempengaruhi kemampuan petani untuk menerima inovasi baru (Thoha, 2004). Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan formal anggota Subak Penarungan cukup baik untuk mendukung berjalannya suatu upaya yang diberikan, karena sebagian besar responden telah menempuh pendidikan minimal sembilan tahun, mulai dari tamatan SMP sampai Perguruan tinggi yaitu sebanyak 49 orang (77,78%), hal ini berarti responden di Subak Penarungan memiliki kemampuan yang baik dalam menerima suatu pengetahuan baru, sehingga pengetahuan dan penerapan ataupun segala materi yang diberikan penyuluh dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh petani, oleh karena itu proses pemberdayaan dapat berjalan dengan baik.

  • 3.1.3    Jenis Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukan dari 63 responden, sebagian besar responden memiliki pekerjaan pokok sebagai petani yaitu sebanyak 34 orang, oleh karena itu sebagian besar responden akan mengharapkan hasil dari usahatani mereka. Tingkat minat dan partisipasi petani dalam menerapkan suatu pengetahuan baru untuk meningkatkan produktifitas mereka akan lebih besar, sehingga petani akan lebih banyak

mengikuti ataupun melaksanakan segala upaya pemberdayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

  • 3.1.4    Jumlah anggota rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat jumlah tanggungan responden secara keseluruhan cukup banyak yaitu sebanyak lima orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan, dengan jumlah sebanyak itu, maka reponden yang mengutamakan hasil pada pertanian harus lebih bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Jumlah tanggungan responden tersebut juga dapat berdampak positif, terutama dalam hal mendapat tenaga kerja bantuan dari keluarga, agar pengeluaran dalam usahatani dapat diminimalisir.

  • 3.1.5    Pemilikan dan penggunaan lahan

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata luas lahan sawah yang dimiliki oleh responden seluas 43,94 are. Lahan milik yang digarap seluas 28,92 are dan lahan yang disakap responden seluas 32,10 are sisanya yang disakapkan pada petani lain seluas 15,02 are. Pada lahan pekarangan yang dimiliki responden dengan rata-rata seluas 5,35 are dan lahan tersebut di kerjakan sendiri oleh pemiliknya, sebesar 4,12 are digunakan untuk bangunan, sedangkan sebesar 1,24 dimanfaatkan untuk tanaman maupun ternak. Pada lahan tegalan, rata-rata seluas 12,65 are.

  • 3.2    Potensi Subak Penarungan

Potensi Subak Penarungan termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata pencapaian skor 3,55, yang berarti potensi yang dimiliki Subak Penarungan sudah baik untuk memberdayakan Subak Penarungan menjadi lembaga agribisnis, karena kekuatan atau sumber daya yang diperlukan telah tersedia dengan baik untuk diperkuat atau diberdayakan kembali menjadi suatu kekuatan untuk mendukung pemberdayakan subak menjadi lembaga agribisnis. Potensi dalam penelitian ini ada tiga, yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya finansial, ketiga potensi tersebut sangat berkaitan erat dengan berhasilnya suatu upaya pemberdayaan di Subak Penarungan.

Hasil distribusi frekuensi dari 63 orang respoden pada parameter petani, pendapat responden yang termasuk pada kategori empat sebanyak 27 (42,86%) cenderung pada kategori baik. Sebagian besar petani anggota Subak Penarungan sudah pernah menempuh pendidikan minimal sembilan tahun, yang berarti tingkat pendidikan anggota Subak Penarungan sudah baik dalam memberdayakan subak sebagai lembaga agribisnis. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendorong kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk menyerap teknologi dan ilmu pengetahuan. Tingkat pendidikan yang memadai membuat petani semakin mengerti dan memahami materi-materi yang disampaika oleh penyuluh, serta mempengaruhi kemampuan petani untuk menerima dan

mencoba inovasi baru (Thoha, 2004). Tingkat umur petani juga berpengaruh terhadap pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki petani, dinyatakan oleh Dewi dan Wawan (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Responden dalam penelitian ini dapat menerima pengetahuan dan informasi baru dengan mudah karena sebagian besar petani masih berada pada usia produktif.

Data pada parameter PPL menunjukkan pendapat responden yang termasuk kategori empat memperoleh jumlah terbanyak yaitu 31 (49,21%), dengan rata-rata pencapaian skor 3,60 termasuk kategori baik, kompentensi penyuluh sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pemberdayaan subak, kompetensi penyuluh akan dianggap baik jika penyuluh mampu melakukan perannya dengan baik, kompetensi penyuluh yang membina petani anggota Subak Penarungan sudah dianggap baik, karena penyuluh selalu terlibat dalam segala penanganan permasalahan yang dihadapi petani di subak penarungan, serta penyuluh mampu menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi. Penyuluh juga membantu petani dalam hal pengambilan keputusan, pemberian alternatif pemecahan masalah, dan dalam pelaksanaan pembinaan atau pengembangan.

Hasil frekuensi pada parameter air menunjukkan jumlah terbanyak yaitu 31 (49,21%) pada kategori empat, dengan rata-rata pencapaian skor 3,63 termasuk kategori baik, artinya air irigasi di Subak Penarungan sudah tersedia dengan baik. Aliran irigasi juga dipengaruhi oleh curah hujan yang menimpa wilayah Subak Penarungan, hujan memberikan kontribusi yang besar untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanaman di Subak Penarungan, pada musim hujan sebagian besar kebutuhan air dipenuhi oleh hujan, sementara dalam musim kemarau kebutuhan air irigasi yang tidak dapat dipenuhi oleh air hujan melainkan dipenuhi oleh air irigasi, selain itu Subak Penarungan termasuk wilayah Pasedahan Yeh Pendet, alairan air yang mengaliri Subak Penarungan bersumber dari Sungai Pendet (Tukad Pendet) yang dijadikan sumber mata air dalam kegiatan usahatani, dengan aliran air yang mengalir sepanjang tahun sehingga petani anggota Subak Penarungan tidak kesulitan dalam memperoleh air untuk irigasi lahan sawahnya.

Data pada parameter tanah menunjukan pendapat responden yang termasuk kategori tiga memperoleh jumlah terbanyak yaitu 33 (52,38%), dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,37, dan termasuk kategori sedang. Kondisi tanah di Subak Penarungan telah terpengaruh oleh penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia yang berkesinambungan yang menyebabkan produktifitas tanah menurun menjadi tanah marjinal. Parameter iklim menunjukkan kategori empat memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 31 (49,21%), dari kelima kategori dapat diperoleh rata-rata pencapaian skor 3,65 termasuk kategori baik, karena sebagian besar petani berpendapat bahwa kondisi iklim di kawasan Subak Penarungan sudah baik sehingga mendukung petani dalam melakukan kegiatan usahatani, karena curah hujan yang masih stabil dan suhu yang stabil membuat

kawasan Desa Penarungan sangat jarang tertimpa bencana alam, sehingga petani tidak kesulitan dalam melakukan aktifitas pertanian di Subak Penarungan.

Parameter modal finansial menunjukkan kategori baik, karena pada pernyataan modal uang, bibit, pupuk dan obat-obatan pertanian, kategori empat merupakan frekuensi terbanyak, berarti sebagian besar petani berpendapat bahwa modal berupa uang, bibit, pupuk, dan obat-obatan pertanian sudah mencukupi kebutuhan dan membantu dalam usahatani petani anggota Subak Penarungan. Terbukti dengan sarana produksi pertanian sudah disediakan lengkap, dan segala keperluan pertanian anggota Subak Penarungan dapat dipenuhi oleh koperasi yang ada di Subak Penarungan. Modal berupa uang di koperasi berasal dari beberapa sumber yaitu: bantuan uang dari pemerintah, pembayaran bunga kredit/pinjaman oleh petani anggota subak, kas Subak Penarungan yang di kelola koperasi, perolehan biaya aci dari anggota subak, dan keuntungan dari penjualan sarana produksi pertanian. Koperasi yang ada di Subak Penarungan mengelola dana/modal sebesar Rp 690.000.000,00.

Parameter alat mesin pertanian termasuk kategori sedang karena jumlah pendapat responden terbanyak yaitu pada kategori tiga sebanyak 31 (49,21%), denga rata-rata pencapaian skor sebesar 3,33 termasuk kategori sedang, hal ini menunjukan keterbatasan alat pertanian di Subak Penarungan, contohnya subak masih menyewa traktor untuk mengolah lahan anggota subak, traktor yang digunakan untuk mengolah lahan di Subak Penarungan adalah milik pribadi, selain itu alat mesin persemaian bibit padi yang diberikan pemerintah tidak beroperasi karena anggota lebih memilih menggunakan tenaga kerja pertanian untuk proses persemaian dan mesin dores yang sudah mengalami kerusakan sebanyak dua buah dari tiga buah mesin dores yang dimiliki Subak Penarungan.

  • 3.3    Upaya Pemberdayaan di Subak Penarungan

Hasil penelitian dari upaya pemberdayaan Subak Penarungan termasuk kategori baik dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,50 termasuk kategori baik. Kategori ini didapat karena pihak penyuluh telah memberikan perhatian lebih kepada petani anggota Subak Penarungan, karena penyuluh selalu terlibat dalam segala penanganan permasalahan yang dihadapi petani di Subak Penarungan, serta penyuluh mampu menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi. Penyuluh juga membantu petani dalam hal pengambilan keputusan, pemberian alternatif pemecahan masalah, dan dalam pelaksanaan pembinaan atau pengembangan, selain itu potensi yang dimiliki petani cenderung baik untuk diberdayakan kembali melalui berbagai pemberdayaan, adapun beberapa upaya pemberdayaan yang telah dilakukan seperti pendidikan dan pelatihan tentang manajemen koperasi, pendidikan dan pelatihan tentang usahatani, pendidikan dan pelatihan tentang pertanian organik, penerapan awig-awig dan perarem yang mengikat subak, sosialisasi asuransi usahatani, rapat rutin yang

dilakukan subak, penyediaan fasilitas. Fungsi dari fasilitas yang disediakan dan dimiliki oleh Subak Penarungan termasuk kategori sedang karena belum dimanfaatkan secara baik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa alat mesin pertanian tidak berjalan sesuai dengan harapan, seperti alat mesin pertanian yang tidak beroperasi ataupun mengalami kerusakan.

Data pada parameter pendidikan menunjukkan kategori empat merupakan frekuensi terbanyak yaitu sebanyak 28 (44,44%) responden dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,65 dan termasuk kategori baik, karena sebagian besar petani berpendapat bahwa proses pendidikan dalam memberdayakan Subak Penarungan sudah memadai. Proses pendidikan di Subak Penarungan dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh potensi sumberdaya manusia yang ada di Subak Penarungan, seperti, tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani anggota Subak Penarungan, kompetensi dari PPL untuk membawakan suatu materi, dan didukung oleh fasilitas yang ada. Sebagian besar petani sudah pernah menempuh pendidikan minimal sembilan tahun, oleh karena itu petani akan lebih mudah mengerti dan memahami materi-materi yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh, semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin baik pula kemampuan petani dalam menerima suatu pengetahuan yang baru. Kompetensi penyuluh di Subak Penarungan sudah dianggap baik karena penyuluh mampu melakukan perannya dengan baik. Parameter pelatihan menunjukkan pendapat responden yang termasuk kategori empat merupakan frekuensi terbanyak yaitu sebanyak 31 (49,21%) responden, dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,60 dan termasuk kategori baik, yang berarti sebagian besar petani berpendapat bahwa proses pelatihan dalam tata cara memberdayakan subak di Subak Penarungan sudah baik. Sebagian besar petani sudah pernah menempuh pendidikan minimal sembilan tahun.

Parameter fasilitas fisik termasuk kategori sedang karena kategori tiga memperoleh frekuensi terbanyak yaitu sebanyak 27 (42,86%) responden, dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,36, yang berarti sebagian besar petani berpendapat bahwa pemanfaatan fasilitas fisik yang terdapat di Subak Penarungan belum maksimal. Fasilitas merupakan faktor penting yang dapat mendukung berjalannya upaya pemberdayaan di Subak Penarungan, fasilitas fisik memperoleh kategori sedang disebabkan oleh pemanfaatan alat finansial berupa alat mesin pertanian yang belum optimal, hal ini menunjukkan keterbatasan alat pertanian di Subak Penarungan. Subak Penarungan masih menyewa traktor untuk mengolah lahan anggota subak, traktor yang digunakan adalah milik pribadi, bukan milik pihak Subak Penarungan, alat mesin persemaian bibit padi yang diberikan pemerintah tidak beroperasi karena anggota lebih memilih menggunakan tenaga kerja pertanian untuk proses persemaian, dan mesin dores yang sudah mengalami kerusakan sebanyak dua buah dari tiga buah mesin dores yang dimiliki Subak Penarungan.

Fasilitas berupa modal finansial telah tersedia dengan baik untuk menunjang upaya pemberdayaan di Subak Penarungan, prasarana pendukung berupa infrastruktur yang ada di Subak Penarungan juga menunjang berjalannya upaya pemberdayaan, adapun beberapa prasarana yang dapat mendukung berjalannya upaya pemberdayaan, antara lain sebagai berikut. (1) Balai Subak masih dalam keadaan layak digunakan untuk mendukung proses penyelenggaraan pendidikan dan rapat rutin yang dilakukan, (2) Pura Subak yang baru masih dalam keadaan layak digunakan untuk prosesi upacara yang dilakukan oleh krama subak, (3) Infrastruktur jaringan irigasi yang baru direnovasi, (4) Jalan menuju balai Subak Penarungan masih bagus dan dapat diempuh dengan transportasi roda dua maupun roda empat, (5) Jembatan yang menghubungkan jalan dengan lahan sawah petani masih layak digunakan, dan (6) Gudang penyimpanan pupuk dan alat mesin petanian masih layak dipakai, dll.

Parameter fasilitas non fisik menunjukkan kategori empat merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 28 (44,44%) responden, yang berarti sebagian besar petani responden berpendapat keberadaan awig-awig, perarem maupun kebijakan pemerintah dapat mendukung upaya pemberdayaan di Subak Penarungan. Awig-awig dan perarem yang ada di Subak Penarungan merupakan hukum adat yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi oleh krama subak, karena awig-awig dan perarem berasal dari keputusan bersama dan telah disepakati oleh krama subak tersebut, selain itu terdapat juga sanksi yang telah ditentukan dan disepakati untuk membuat petani lebih disiplin dalam berusahatani sehingga dapat mendukung upaya pemberdayaan di Subak Penarungan, upaya pemberdayaan mengacu pada awig-awig dan perarem yang ada. Program dan kebijakan pemerintah juga turut mendukung berjalannya upaya pemberdayaan di Subak Penarungan, adapun beberapa kebijakan yang telah diberikan untuk mendukung upaya pemberdayaan di Subak Penarungan.

  • 4.    Simpuan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

  • 1.    Potensi Subak penarungan termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata pencapaian skor 3,55, yang berarti potensi yang dimiliki Subak Penarungan sudah baik untuk memberdayakan Subak Penarungan menjadi lembaga agribisnis, karena kekuatan atau sumber daya yang diperlukan telah tersedia dengan baik untuk diperkuat atau diberdayakan kembali menjadi suatu kekuatan yang mendukung pemberdayakan subak menjadi lembaga agribisnis.

  • 2.    Hasil penelitian dari upaya pemberdayaan Subak Penarungan termasuk kategori baik dengan rata-rata pencapaian skor sebesar 3,50. Adapun beberapa upaya pemberdayaan yang telah dilakukan seperti pendidikan dan pelatihan tentang manajemen koperasi, pendidikan dan pelatihan tentang usahatani, pendidikan dan

pelatihan tentang pertanian organik, penerapan awig-awig dan perarem, sosialisasi asuransi usahatani, rapat rutin, dan penyediaan fasilitas. Meskipun telah dilakukan beberapa upaya pemberdayaan tetapi ada beberapa aspek lembaga agribisnis yang tidak berjalan sesuai harapan petani, hal ini dipengaruhi oleh sistem tebasan yang berlaku di wilayah Subak Penarungan serta peran koperasi yang belum mampu menjamin kesejahteraan anggotanya.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat disarankan sebagai berikut.

  • 1.    Petani sebaiknya berani mencoba teknologi dalam bidang pertanian yang diberikan oleh penyuluh maupun pemerintah, serta memanfaatkannya dengan baik, sehingga dapat meningkatkan produktifitas petani. Petani anggota Subak Penarungan juga harus memperhatikan kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk dan obat obatan pertanian secara bijak, dengan mencoba teknologi dalam bidang pertanian, maka petani akan lebih banyak mendapat pengalaman baru untuk diterapkan pada usahataninya, sehingga dapat meningkatkan hasil produktivitas mereka pada masa mendatang.

  • 2.    Bagi pemerintah melalui dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kabupaten Badung, perlu memperdalam penelitian tentang pemberdayaan subak sebagai lembaga agribisnis, sehingga program-program yang dirumuskan oleh pemerintah dalam hal pengembangan subak berbasis agribisnis tidak semata-mata berupa bantuan sosial, kurang mendidik, dan bersifat sementara. Harapan penulis pemeritah sebaiknya memberikan pelatihan dan pendidikan serta program dan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, dan pemanfaatan alat mesin pertanian, sehingga petani dapat meningkatkan wawasan berbisnis yang baik terutama dalam hal memprediksi pasar dan melakukan kegiatan usahatani dimasa mendatang.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada petani Subak Penarungan yang telah memberikan data penelitian dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moral maupun material dalam proses penyelesaian e-jurnal ini.

Daftar Pustaka

Dewi dan Wawan. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Elisabeth, B.H. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta, Erlangga.

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Peraturan Mentri Pertanian. 2009. Pupuk Organik, Pupuk Hayati, Dan Pembenahan Tanah. {Jurnal Online}. Internet.http://www.deptan.go.id. Diunduh pada tanggal 23 September 2016.

Anonim, 2016. Badung: Kelurahan Penarungan.

Setiawan, Cucu. 2013. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Saluran Distribusi dan Periklanan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Minuman Berkarbonat Merek Coca Cola(Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Angkatan 2009 dan 2010). {Jurnal Online}. Internet. http://digilib.unpas.ac.id. Diunduh pada tanggal 10 juli 2016

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sutawan. 2000. Eksistensi Subak di Bali: Mampukah Bertahan Menghadapi Berbagai Tantangan. (jurnal Online). https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1117351001-2-BAB%20I.pdf. Diunduh pada tanggal 7 agustus 2016.

Suyastiri. 2012. Upaya Pemberdayaan Subak dalam Mendukung Pembangunan Pertanian.        (Jurnal        Online)        http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-

content/uploads/2012/10/Jurnal-SEPA-168-PEMBERDAYAAN-SUBAK-MELALUI-%E2%80%9CGREEN-TOURISM%E2%80%9D-MENDUKUNG-KERBERLANJUTAN-PEMBANGUNAN-PERTANIAN-DI-BALI.pdf.

Diunduh pada Tanggal 23 mei 2016.

Thoha. 2004. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Persepsi Seseorang. {Jurnal Online}. http://id.shvoong.com. Diunduh Tanggal 20 Desember 2016.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

131