E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2301-6523

Vol. 6, No. 1, Januari 2017

Tingkat Substitusi Teknikal Marjinal dalam Kombinasi Penggunaan Pupuk pada Usahatani Cabai Merah Besar di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan

WAYAN WIDYANTARA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar 80232

Email : [email protected]

Abstract

Marginal Rate of Technical Susbtitution in Combined Use of Fertilizer in Large Red Chili Farming in Baturiti Village Tabanan Regency

Large red chilli farming is intensive farming, so farmers in managing their farming experience various problems, both problems in farming and environmental issues. The purpose of this study was to determine: (1) marginal rate of technical substitution (MRTS) from a combination of the type of fertilizers used, (2) the effect of changes of the use of fertilizers on the use of other fertilizers, and (3) the optimization of allocation combinations of fertilizers in big red chili farming, whether it had qualified for optimal requirements. The results showed that, from a combination of fertilizers (urea, ZA, KCl, TSP, NPK) used by large red chili farmers, only NPK fertilizer which wassubstitutable with ZA fertilizers and urea fertilizers while other fertilizers are complementary in nature, MRTS of urea with NPKof 0.058, and MTRS ZA with NPK of 0.118. NPK fertilizers were not perfect substitutes of the ZA and the urea fertilizers. The substitution abilitywas only 11% against ZA and 13% against urea. From the combination of the use of fertilizers in large red chillifarming, none of the combinations was optimal. It is suggested farmers should improve their skills in the use of a combination of various types of fertilizers in chillifarming, so that costs can be minimized andthe profit of farming can be maximized.

Keywords: combination of fertilizer allocation, optimization of the use of fertilizers, large red chilli farming

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Bali yang merupakan daerah pariwisata, rumah makan, dan restoran berkembang sangat pesat yang mengakibatkan permintaan akan cabai sebagai salah satu bahan bumbu sangat perlu mendapat perhatian. Komoditi cabai merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan harganya sering kali mengalami fluktuasi sepanjang tahun karena terbatasnya persediaan.

Pada sisi petani produsen, sebahagian besar petani menguasai lahan yang relative sempit, keterampilan dalam mengelola sarana produksi menjadi hal yang tidak boleh diremehkan dalam usaha memperoleh produksi tinggi dan stabil. Usahatani cabai merah besar merupakan usahatani yang intensif, sehingga dalam mengelola usahataninya, petani cabai merah besar mengalami berbagai masalah, baik masalah dalam usahatani ataupun masalah lingkungan usahataninya, seperti : terbatasnya permodalan, keterampilan dalam mengkombonasikan pupuk, keterampilan pembuatan benih, penyesuaian dengan iklim, pengalaman petani, mengendalikan serangan hamapenyakit (OPT), serta masalah harga jual.

Dengan asumsi bahwa petani cabai merah besar berusahatani dengan tujuan memperoleh laba usahatani yang maksimum, maka dengan luas garapan yang sempit praktek sehari hari petani adalah cenderung mengejar efisiensi teknis, yang tergambar dari upaya memaksimalkan produksi. Keberhasilan usahatani ditentukan oleh resultan dari berkerjanya faktor faktor produksi yang sangat banyak, baik yang bisa dikendalikan maupun yang tidak bisa dikendalikan. Faktor lingkungan yang tidak dapat dikendlikan merupakan factor given. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan sebenarnya ada dua, yaitu : pemilihan benih/bibit dan pengkombinasian pupuk. Pengkombinasian penggunaan pupuk tergantung kepada pengalaman petani dalam berusahatani cabai merah besar. Dalam kerangka memperoleh produktivitas maksimum, apakah petani cabai merah besar telah melakukan kombinasi pupuk dengan baik, bagaimana pengkombinasian pupuk yang dilakukan oleh petani cabai merah besar.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui :

  • 1.    Tingkat substitusi teknikal marjinal (MRTS) dari kombinasi jenis pupuk yang digunakan oleh petani cabai merah besar.

  • 2.    Pengaruh perubahan penggunaan jenis pupuk terhadap perubahan penggunaan pupuk lainnya.

  • 3.    Optimasi pengalokasikan kombinasi pupuk dalam usahatani cabai merah besar, apakah telah memenuhi syarat optimal.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Di Kabupaten Tabanan, Desa Baturiti merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah besar yang relatif kontinyu sepanjang tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dari petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Jumlah petani responden sebanyak 56 orang yang diambil secara acak.

  • 2.3    Variabel Penelitian

Jenis data yang diambil dari petani meliputi data : luas garapan, jenis pupuk yang digunakan dalam berusahatani cabai, jumlah bibit, festisida, produksi cabai, harga jual cabai, harga benih, harga obat obatan, dan harga beli masing-masing pupuk yang dipakai dalam satu kali periode tanam.

  • 2.4    Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tertabulasi analisisnya dimulai dengan fungsi produksi yang menggunakan berbagai jenis pupuk, dengan persamaan regresi:

Q = ao + a1Y + a2X +a3Z + ….

Dimana Q adalah produksi (kg/ha), X,Y, Z adalah jenis pupuk (kg/ha) yang digunakan.

MPy = a1 ; MPx = a2 dan MPz = a3.

dengan demikian MRTSxy = - a2/a1 ; MRTSzy = - a3/a1 dan MRTSzx = - a3/a2.

Semakin MRTSnya berarti semakin sulit terjadi substitusi antara input, sebaliknya semakin besar MRTSnya berarti semakin mudah terjadi substitusi atau tingkat substitusinya semakin tinggi.

Elastisitas substitusi antar input (ES) :

ESxy = a1. X/Y ; ESzy = a2 . Z/Y dan ESxz = a3 . Z/X

Jika ES = 1 berarti input yang digunakan bersubstitusi penuh, sedangkan jika ES tidak sama dengan 1 berarti input input bersubstitusi sebahagian.

Hubungan biaya dengan jenis pupuk yang digunakan, dipakai persamaan :

C = pyY + pxX + pzZ dimana C jumlah biaya pupuk yang digunakan, py, px, pz adalah harga masing masing pupuk (Rp/kg). Hubungan antar pupuk yang digunakan akan menjadi persamaan:

pyY = C – pxX – pzZ

Y = C/py – px/pyX – pz/pyZ

Slope isobiaya ∆Y/ ∆X = - px/py ; ∆Y/ ∆Z = - pz/py.

Persyaratan optimasi terpenuhi jika MRTS = px/py atau sama dengan pz/py. Jika tidak sama maka optimasi tidak terjadi. Artinya petani produsen belum atau tidak mencapai optimalisasi dalam kombinasi pemakaian pupuk.

  • 3.    Kerangka Teoritis

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa, dalam menghasilkan siatu barang atau produk di perlukan factor produksi yang biasa disebut masukan (input). Secara garis besar ada empat factor produksi yaitu : tanah atau lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Khususnya dalam agribisnis, pada sub tanaman pangan, faktor

produksi itu terdirr dari : lahan, pupuk (baik pupuk kimia maupun organik), bibit, festisida, air, tenaga kerja, dan energy. Faktor produksi ini dikelola sedemikian rupa oleh petani-produsen untuk menghasilkan biji, buah, sayur, bunga, serat, kayu, umbi, dan lainnya.

Secara matematis, hubungan produksi dengan input dirumuskan dalam bentuk fungsi produksi.

Q = ˳ (Xi)

Q = ˳ (X1, X2, X3, Xn) ………………………………..….(1) Q adalah produksi, ˳ adalah fungsi, dan Xi adalah berbagai macam input (X1 – Xn), misalnya : lahan, bibit, pupuk dan lain lain.

Petani produsen dalam menghasilkan suatu komoditi tidak hanya menggunakan satu macam input (masukan), tetapi menggunakan lebih dari satu input atau beberapa input yang dikombinasikan. Kombinasi dari berbagai macam input agar menghasilkan produk maksimum yang jumlahnya tetap dalam berbagai kombinasi. Produk yang jumlah tetap, dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi input secara teoritis disebut Isoquant. Kombinasi input X dan Y yang menghasilkan produksi tetap.

Q = ˳ (X dan Y)

MPx (produk marjinal dari X) = ∆Q / ∆X dan MPy (produk marjinal Y) = ∆Q / ∆Y. Dengan kombinasi input X dan Y yang bersubstitusi dengan menghasilkan produk tetap, maka

∆Y.MPy = - ∆X.MPx

∆Yq / ∆Xq = - MPx/MPy …………………………………….…..(2) Sehingga slope isoquantnya adalah ∆Y / ∆X = - MPx/MPy

Hubungan antara input yang digunakannya, apakah bersifat substitusi ataupun komplementer, dapat dirumuskan dalam persamaan matematik.

Y = Ao + A1X + A2Z ……………………………………..(3)

X,Y,Z adalah input factor yang dikombinasikan untuk menghasilkan Q, sehingga MRTS (marginal rate of technical substitution)nya.

MRTSxy = ∆Y/∆X = A1 ………………………………….(4)

MRTSzy = ∆Y/∆Z = A2 …………………………………..(5)

MRTSxz = - A2/A1 …………………………………….....(6)

A1 menunjukkan kemampuan input X menggantikan input Y, A2 dalah kemampuan input Z menggantikan input Y, demikian seterusnya. Makin besar nilai A1 berarti makin mudah input X bersubstitusi dengan input Y, sebaliknya semakin kecil nilai A1 berarti semakin sulit Y digantikan oleh X. Jadi semakin kecil nilai A1 dan A2 berarti semakin sulit kedua faktor itu bersubstitusi atau saling menggantikan. Hubunngan kedua faktor itu secara relative dapat diukur dengan elastisitas substitusi (Es), seberapa jauh factor input X ditambahkan atau dikurangkan mempengaruhi

alokasi factor input Y.

Esxy = ∆Y / ∆X . X/Y ……………………………..(7)

= MRTS . X/Y ………………………………..(8)

Pengkombinasian input (X,Y) dengan porsi porsi tertentu menghasilkan output dengan biaya yang minimum, akan memenuhi persyaratan (Arsyad, 1996).

MPx /Px = MPy/Py ……………………………………..(9)

atau           Px/MPx = Py/MPy = MCq ……………………………..(10)

karena MC harus sama dengan MR, maka :

Px/MPx = MRq dan Py / MPy = MRq …………….….(11) Kemudian persamaan ini bisa diubah menjadi :

Px = MPx . MRq     menjadi Px = MRP ……………..(12)

dan            Py = MPy . MRq     menjadi Py = MRP ……………...(13)

MRP adalah marginal revenue of product (penerimaan marjinal produk). Demikian juga Salvatore ( 2002) mengatakan bahwa untuk memaksimumkan laba, suatu perusahaan sebaiknya menggunakan setiap input samapi produk penerimaan marjinal dari input sama dengan biaya sumberdaya marjinal untuk menyewa input tersebut. Jika upah sebesar w dan sewa modal r, maka laba maksimum akan dicapai ketika menggunakan tenaga kerja dan modal sampai :

MRPl = w dan MRPk = r

Atau dapat ditulis menjadi MPl / MPK = w/r atau MPl/w = MPk/r …………...(14) Sedangkan Heady (1957) pengkombinasian input yang meminimumkan biaya kombinasi input adalah jika

MRTSxy = Py/Px ………………………………..(15) Jika MRTS tidak sama dengan ratio kebalikan harga input, produsen perlu melakukan usaha dengan menambah atau mengurangi salah satu input dengan mengurangi atau menambah input lainnya, sampai pada situasi MRTS sama dengan ratio harganya.

  • 4.    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    • 4.1   Penggunaan Saprodi dan Produktivitas

Dalam memproduksi cabai merah besar, petani produsen menggunakan berbagai sarana produksi, yaitu : lahan, benih, pupuk, obat obatan. Dari 56 responden luas garapan petani rata rata 0,28 ha, dengan produktivitas cabai 13.853 kg/ha. Sebahagian besar responden mempunyai luas garapan berkisar antara 20 are – 30 are. Pupuk yang digunakan petani adalah: Urea, ZA, KCl, TSP, dan NPK, dengan dosis masing masing per hektarnya 143,91kg. ; 369,19 kg. ; 228,48 kg. ; 212,73 kg. dan 329,90 kg. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap produksi cabai merah, disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.

Pengaruh pupuk terhadap produksi cabai merah besar.

No.

Variabel :

Rata rata (kg/ha)

Produk Marjinal

(∆Q∕∆Xi)

Keterangan

1

Produksi

13.853

-

-

2

Urea

143,91

1,463

Sangat berarti

3

ZA

369,19

3,826

Tidak berarti

4

KCl

228,48

-0,671

Tidak berarti

5

TSP

212,73

3,891

Tidak berarti

6

NPK

329,90

12,092

Sangat berarti

Dalam tabel 1 nampak bahwa, penggunaan pupuk telah sesuai dengan anjuran. Dari lima macam pupuk yang digunakan, hanya dua yang berpengaruh nyata yaitu pupuk urea dan NPK terhadap produksi, sedangkan Za, KCl dan TSP tidak berpengaruh. Ini artinya ketiga pupuk ini penggunaannya telah maksimum pada luas garapannya. Pupuk urea dan NPK masih mempunyai peluang untuk ditambahkan agar m produksi meningkat. Tambahan 1kg urea masih dapat meningkat produksi 1,463 kg/ha, dan tambahan 1 kg pupuk NPK akan dapat meningkatkan produksi 12,092 kg/ha.

  • 4.2    Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Analisis MRTS ini menunjukkan nbagaimana hubungan antara input khususnya input pupuk yang dialokasikan oleh petani dalam usahatani cabainya, apakah bersubstitusi ataukah komplementer. Hasil analisis dari lima jenis pupuk yang digunakan disajikan dalam table berikut.

Tabel 2.

Hubungan antar jenis jenis pupuk dalam usahatani cabai merah

No.

Jenis pupuk Jenis pupuk MRTS

Keterangan

(Variabel Yi)

(Variabel Xi)  (∆Yi∕∆Xi)

1

Urea :

ZA

0,081

Komplementer

KCl

0,135

Komplementer

TSP

0,015

Komplementer

NPK

-0,058

substitusi

2

ZA :

KCl

0,349

Komplementer

TSP

0,380

Komplementer

NPK

-0,118

substitusi

3

KCl :

TSP

0,708

Komplementer

NPK

0,096

komplementer

4

TSP :

NPK

0,088

komplementer

Keterangan : komlementer artinya jika Xi bertambah, Yi juga bertambah substitusi artinya jika Xi ditambahkan, Yi dikurangkan

Secara umum petani cabai telah menggunakan pupuk berimbang, tetapi petani masih mempunyai kecenderungan untuk menggunakan urea berlebihan, nampak pada kombinasi penggunaan urea dan Za yang komplementer. Tetapi dalam kombinasi penggunaan pupuk urea dengan NPK mapun dalam kombinasi penggunaan ZA dengan dengan NPK telah bersifat substitusi (saling menggantikan antar kedua pupuk itu). Petani cabai berperilaku dalam melakukan pengkombinasian pupuk urea dengan NPK, jika pupuk NPK ditambahkan 1 kg/ha nya, akan mengurangi penggunaan urea 0,058 kg/ha. Demikian pula terhadap penggunaan ZA, jika NPK dinaikan 1 kg/ha, petani akan menurunkan penggunaan ZA 0,118 kg/ha. Ini berarti 1 kg NPK dapat mengganti 0,118 kg ZA, dan dapat mengganti 0,058 kg urea. Pupuk NPK lebih mudah menggantikan ZA dari pada urea. Penggunaan pupuk yang bersifat komplementer adalah bila penggunaan salah satu jenis pupuk ditambahkan akan memerlukan tambahan juga pada jenis pupuk yang lainnya. Seperti dalam penggunaan urea kombinasi dengan KCl. JIka Kcl ditambahkan akan memerlukan tambahan juga dalam penggunaan urea. Demikian pula pupuk yang lainnya.

  • 4.3    Pengaruh dalam Kombinasi Penggunaan Pupuk

Pada usahatani yang menggunakan kombinasi berbagai jenis pupuk, tentu antar input akan saling berpengaruh dalam memproduksi komoditi. Komoditi yang dihasilkannya merupakan resultan dari kombinasi pupuk. Pengaruh antar pupuk yang dikombinasikan penggunaannya dalam usahatani cabai merah besar, dianalisis dari elastisitas hubungan factor pupuk. Hasil analisis disajikan dalam tebel dibawah ini.

Tabel 3.

Pengaruh antar pupuk dalam Usahatani Cabai Merah Besar

No.

Variabel

Yi

Variabel Xi

MRTS

(∆Yi∕∆Xi)

Rata rata Yi/Xi

Pengaruh Xi thpYi (%)

1

Urea :

ZA

0,081

2,565

20,78

KCl

0,135

1,588

21,43

TSP

0,015

1,478

2,22

NPK

-0,058

2,292

-13,30

2

ZA :

KCl

0,349

0,618

21,60

TSP

0,380

0,576

21,90

NPK

-0,118

0,650

-10,54

3

KCl :

TSP

0,708

0,931

65,59

NPK

0,096

1,006

9,66

4

TSP :

NPK

0,088

1,550

13,65

Hasil analisis nampak bahwa, ada sebagian yang mempunyai pengaruh positif, dan ada dua pupuk yang berpengaruh negative yaitu NPK terhadap urea dan terhadap ZA. Berpengaruh positif artinya jika pupuk Xi ditambahkan atau dikurangkan maka pupuk Yi akan minta untuk ditambahkan ataupun dikurangkan. Misalnya pengaruh ZA terhadap urea. Jika ZA pengguna annya dinaikkan 1 % maka

urea harus ditambahkan 20,78 %. Berbeda dengan pengaruh NPK terhadap urea, jika penggunaan NPK ditambahkan 1 % maka urea mesti penggunaanya dikurangkan 13,30 %. Pupuk NPK bersubstitusi tidak sempurna dengan ZA maupun dengan urea, hanya 11 % dengan ZA dan hanya 13 % dengan urea. Pupuk yang mempunyai pengaruh paling besar adalah pupuk TSP terhadap pupuk KCl. Sedangkan yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pupuk TSP terhadap pupuk urea. Secara umum kombinasi penggunaan pupuk saling berpengaruh antara 10 % - 22 %.

  • 4.4    Kombinasi Pupuk Optimal

Setiap usahatani diasumsikan menggunakan sarana produksi khususnya pupuk sedemikian rupa agar biaya untuk pupuk serendah mungkin. Sementara laba usahatani diharapkan maksimal, tidak terkecuali usahatani apapun. Penggunaan pupuk yang optimal agar biaya pupuk menjadi minimal jika terpenuhi persyaratan MRTS sama dengan rasio kebalikan harga pupuk (Heady, 1957). Hasil analisis optimalisasi kombinasi penggunaan pupuk pada usahatani cabai merah besar, tertera dalam tabel berikut.

Tabel. 4.

Optimalisasi Kombinasai Penggunaan Pupuk pada Usahatani Cabai Merah Besar.

No.

Variabel

Yi

Variabel

Xi

MRTS

(∆Yi∕∆Xi)

Rasio harga Xi/Yi

Keterangan

1

Urea :

ZA

0,081

0,946

belum optimal

KCl

0,135

0,874

TSP

0,015

0,932

NPK

-0,058

4,137

2

ZA :

KCl

0,349

0,924

belum optimal

TSP

0,380

0,985

NPK

-0,118

4,373

3

KCl :

TSP

0,708

1,066

belum optimal

NPK

0,096

1,473

4

TSP :

NPK

0,088

4,438

belum optimal

Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani cabai merah besar yang menggunakan kombinasi empat jenis pupukm : urea, ZA,KCl,TSP dan NPK yang diusahakan oleh petani kondisi biaya minimal belum tercapai. Petani masih harus meningkatkan keterampilannya agar kombinasi penggunaan input agar menghabiskan biaya yang sekecil mungkin, terutama pada kombinasi penggunaan pupuk NPK dengan ZA dan urea.

  • 5.    Simpulan dan Saran

    • 5.1   Simpulan

Berapa simpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah :

  • 1.    Kombinasi pupuk (urea, ZA, KCl,TSP, NPK) yang digunakan oleh petani cabai merah besar, hanya pupuk NPK yang bersubstitusi dengan pupuk ZA dan pupuk urea. Sedangkan pupuk yang lainnya bersifat komlementer.

  • 2.    MRTS urea dengan NPK sebesar – 0,058, dan MTRS ZA dengan NPK sebesar – 0,118.

  • 3.    Pupuk NPK bersubstitusi tidak sempurna terhadap pupuk ZA maupun terhadap pupuk urea. Daya substitusinya hanya 11 % terhadap ZA dan 13 % terhadap urea.

  • 4.    Dari kombinasi penggunaan pupuk pada usahatani cabai merah besar, tidak satupun kombinasinya optimal.

  • 5.2    Saran

Hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah disarankan kepada petani agar meningkatkan keterampilannya dalam penggunaan kombinasi berbagai jenis pupuk dalam usahatani cabai, agar biaya dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga laba usahatani yang diperoleh menjadi maksimal.

Daftra Pustaka

Arsyad, Lincolin (1996). Ekonomi Manajerial. Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Heady, O. Earl (1957). Economics of Agricultural Production and Resource Use.

Prentice – Hill, Inc. Englewood Cliff. N.J.

Salvatore, Dominick (2002). Managerial Economics dalam Perekonomian Global.

Edisi Kempat. Jilid 1. Alih BahasaIr. M.Th. Anitawati,MSc.PT Penerbit Erlangga. Jakarta.

130

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA