Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2301-6523
Vol.5, No.1, Januari 2016
Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli
I PUTU AJUS HERYANA, I MADE SUDARMA,
I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA
Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80362 Bali
E-mail: [email protected] [email protected]
Abstract
Revenue Comparisons between Coffee Farming and Orange Farming in of Serai Village Kintamani District Bangli .
For the last few years the District of KintamaniBangli Regency has undergone an increase in the yield of orange, as well as the number of farmers who switched from growing coffee plants toorange plants. Because farmers assume thatcultivating orange trees is felt to be more profitable than the cultivation of Arabica coffee plants and can increase their income. The area is good for orange and coffee farming activities because it is appropriate to the climate and soil conditions for the plants, so farming is widely practiced in the area and it becomes one of the major farmingactivities done in every household. This study aimed to determine the factors that encourage the switch of coffee farming toorangefarming and compare the income of farmers from orange plants with coffee plants. Results of this study showed that, with an area of 31.3 ha,the average revenue of coffee plants was Rp232,750,000.00 and orange trees showed the average value of Rp. 263,200,000.00.
Keywords : Farming, yield, income
Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pertanian diartikan sebagai setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan tanam-tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia (Hadisapoetro 1975). Definisi pertanian adalah sebagai sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan (Mosher 1966).
Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% diekspor
sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan tujuan utama dalam memasarkan produk kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, (Saputra, 2008).
Jeruk siam (Citrus reticulata) merupakan jenis jeruk yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Jeruk siam mempunyai kesesuaian agroekologi yang cukup luas, termasuk cocok dibudidayakan di lahan rawa pasang surut. Pada tahun 2011, Kabupaten Bangli menghasilkan 89 202,20 ton dengan luas panen 4.055 hektar. Tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 109 655,60 ton dengan luas 6.251 hektar, dan pada tahun 2013 mempunyai kontribusi terbesar yaitu 118.984 ton dengan luas mencapai 3.011 hektar (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangli, 2013).
Beberapa tahun terakhir di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli mengalami peningkatan pada produksi jeruk siam, serta banyaknya petani yang beralih dari menanam tanaman kopi menjadi tanaman jeruk. Desa Serai, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli merupakan salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan usahatani jeruk dan usahatani kopi karena sesuai dengan keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani tersebut banyak dilakukan di Desa Serai dan menjadi salah satu usahatani yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Dari uraian tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang analisis pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah penelitian, yakni Desa Serai, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Adapun tujuan penelitian yang bertitik tolak dari rumusan masalah adalah untuk :
-
1. Apa faktor - faktor yang mendorong petani melakukan perubahan dari budidaya tanaman kopi menjadi tanaman jeruk?
-
2. Bagaimanakah perbandingan antara pendapatan usahatani tanaman kopi dengan tanaman jeruk di Desa Serai?
-
2. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2014 di Desa Serai, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, melibatkan 30 responden yang merupakan petani yang mengalihfungsikan lahan mereka, dari tanaman kopi ke tanaman jeruk, sedangkan alat yang digunakan penelitian ini yaitu kamera digital, notebook/laptop, piranti lunak microsoft office. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purposive, yaitu pemilihan lokasi penelitian secara sengaja atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian, sebagai berikut.
-
1. Desa Serai merupakan daerah yang cocok untuk tanaman kopi dan tanaman jeruk.
-
2. Desa Serai merupakan salah satu daerah kawasan hutan lindung, yang pada awalnya ditanami tanaman kopi dan telah berubah menjadi tanaman jeruk.
Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive yang didasarkan atas tugas dan tanggung jawab responden, yaitu memilih orang-orang tertentu yang dianggap mampu memberikan keterangan sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini, (Nazir, 1988).
Tahapan penelitian ini melakukan observasi langsung ke Desa Serai, melakukan wawancara kepada penduduk tentang keadaan Desa Serai, dan memilih responden yang tepat untuk dijadikan sumber informasi dari penelitian ini, kemudian melakukan studi pustaka dengan mencari informasi melalui literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan lokasi penelitian, dan mengambil dokumentasi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini (Basuki, 2010).
-
3. Hasil dan Pembahasan
Faktor – faktor yang mendorong alihfungsi lahan dari tanaman kopi menjadi jeruk adalah sebagai berikut.
-
1. Dengan suhu di daerah Kintamani yang dingin dan berkabut, petani lebih susah menjemur kopi untuk menjadikan kopi kering sehingga petani langsung menjual kopi keadaan basah dengan harga yang lebih murah.
-
2. Bibit tanaman kopi arabika saat ini yang kurang produktif dan buahnya kecil.
-
3. Memetik buah kopi membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan jeruk yang sudah diambil pemborong.
-
4. Penjualan hasil panen tanaman kopi lebih susah karena petani secara langsung membawa ke pasar, berbeda dengan tanaman jeruk yang diambil langsung ke petani oleh pengepul.
-
5. Musim panen kopi hanya setahun sekali, sedangkan panen tanaman jeruk bisa panen dua kali dalam setahun.
-
6. Harga kopi tidak tentu dan sering anjlok.
Untuk mengetahui perbandingan biaya pendapatan petani dari membudidayakan tanaman kopi dan tanaman jeruk, yaitu dengan menggunakan analisis pendapatan. Rumus analisis pendapatan kopi dan tanaman jeruk diperoleh dari total revenue (total penerimaan) – total cost (total biaya), sehingga dapat dilihat seberapa besar pendapatan usahatani dan produksi yang dihasilkan petani (Soekartawi, 1986).
Pendapatan budidaya tanaman jeruk lebih tinggi yaitu Rp. 114.945.000 per 50 are, dibandingkan dengan tanaman kopi yaitu Rp. 63.530.000 per 50 are. Hasil pendapatan tersebut merupakan faktor petani beralih untuk membudidayakan tanaman jeruk daripada tanaman kopi karena pendapatan tanaman jeruk lebih tinggi.
Total biaya yang dibutuhkan untuk membudidayakan tanaman kopi seluas 0,5 Ha sebesar Rp 15.220.000,00, yang didapat dari biaya sarana produksi dan alat mesin pertanian. Tabel 1 lahan seluas 0,5 Ha dapat menanam 500 pohon kopi, dan dalam jangka waktu satu tahun dapat menghasilkan rata-rata 4,5 kg kopi/pohon. Harga kopi kering petik merah adalah sebesar
Rp.35.000,00/kg, penghasilan yang didapat sebesar Rp 78.750.000,00, maka pendapatan dari membudidayakan tanaman kopi adalah Rp 63.530.000,00.
Tabel 1.
Uraian Biaya Pengeluaran Budidaya Tanaman Kopi Arabika Untuk Luas 0,5 Ha
No |
Uraian Biaya Kegiatan |
Volume Satuan |
Harga Satuan (Rp) |
Jumlah Biaya (Rp) |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
A |
Sarana produksi | |||
1 |
Bibit kopi |
500 pohon |
1.000 |
500.000 |
2 |
Pupuk dasar | |||
Pupuk kandang | ||||
Kotoran ayam |
2 ton |
2.300.000 |
4.600.000 | |
Kotoran sapi |
1 ton |
750.000 |
750.000 | |
Pupuk NPK |
50 kg |
10.000 |
500.000 | |
Pupuk Urea |
150 kg |
5.000 |
750.000 | |
Pupuk SP 36 |
100 kg |
7.000 |
700.000 | |
3 |
Pestisida | |||
Insektisida |
2 liter |
100.000 |
200.000 | |
Fungisida |
5 liter |
80.000 |
400.000 | |
B |
Tenaga kerja | |||
Pemangkassan |
7 HOK |
70.000 |
490.000 | |
Pemupukan |
5 HOK |
70.000 |
350.000 | |
Menyabit gulma |
10 HOK |
70.000 |
700.000 | |
Pengendalian hama dan |
2 HOK |
70.000 |
140.000 | |
penyakit | ||||
Panen |
7 HOK |
70.000 |
490.000 | |
C |
Alat dan mesin pertanian | |||
Gerobak sorong |
1 |
400.000 |
400.000 | |
Handsprayer |
1 |
450.000 |
450.000 | |
Cangkul |
2 |
150.000 |
300.000 | |
Mesin air |
1 |
3.000.000 |
3.000.000 | |
Selang |
100 meter |
5.000 |
500.000 | |
Jumlah biaya keseluruhan |
15.220.000 |
Berdasarkan Tabel 2, total biaya yang diperlukan untuk membudidayakan tanaman jeruk seluas 0,5 Ha sebesar Rp. 25.055.000,00. Lahan seluas 0,5 Ha dapat menanam 500 pohon jeruk, dan dalam jangka waktu setahun dapat menghasilkan rata-rata 40kg jeruk/pohon, dengan harga Rp. 7.000/kg. Penghasilan yang didapat sebesar Rp 140.000.000,00, maka pendapatan dari membudidayakan tanaman jeruk siam adalah sebesar Rp 114.945.000,00.
Tabel 2. | ||||
Uraian Biaya Pengeluaran Budidaya Tanaman Jeruk Siam Untuk Luas 0,5 Ha. | ||||
No |
Uraian Biaya Kegiatan |
Volume |
Harga |
Jumlah Biaya |
Satuan |
Satuan (Rp) |
(Rp) | ||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
A |
Sarana produksi | |||
1 |
Bibit kopi |
500 pohon |
8.000 |
4.000.000 |
2 |
Pupuk dasar a. Pupuk kandang | |||
1. Kotoran ayam |
3 ton |
2.300.000 |
6.900.000 | |
2. Kotoran sapi |
2 ton |
750.000 |
1.500.000 | |
b. Pupuk NPK |
50 kg |
10.000 |
500.000 | |
c. Pupuk Phonska |
25 kg |
5.000 |
125.000 | |
d. Pupuk ZAT A |
50 kg |
2.000 |
100.000 | |
3 |
Pestisida a. Insektisida |
6 liter |
100.000 |
600.000 |
b. Fungisida |
10 liter |
120.000 |
1.200.000 | |
B |
Tenaga kerja 1. Pemangkassan |
Borongan |
1.200.000 |
1.200.000 |
2. Pemupukan |
10 HOK |
70.000 |
700.000 | |
3. Penyemprotan gulma |
10 HOK |
70.000 |
700.000 | |
4. Pengendalian hama dan penyakit |
2 HOK |
70.000 |
140.000 | |
C |
Alat dan mesin pertanian 1. Gerobak sorong |
1 |
400.000 |
400.000 |
2. Handsprayer |
1 |
450.000 |
450.000 | |
3. Cangkul |
2 |
150.000 |
300.000 | |
4. Mesin air |
1 |
3.000.000 |
3.000.000 | |
5. Selang |
100meter |
5.000 |
500.000 | |
Jumlah biaya keseluruhan |
25.055.000 |
Tanaman kopi dapat dipanen sekali dalam setahun, sedangkan tanaman jeruk dapat dipanen dua kali dalam setahun. Berikut ini merupakan perbandingan hasil produksi rata-rata penerimaan usahatani kopi dengan usatahatani jeruk.
Tabel 3.
Perbandingan Hasil Produksi Rata-Rata Kopi dan Jeruk
Usahatani Hasil Panen Sekali dalam Setahun
No |
Uraian |
Tanaman Kopi |
Tanaman Jeruk | ||
Umur 3 th |
Umur 7 th |
Umur 3 th |
Umur 7 th | ||
1 |
Luas Garapan (ha) |
31,3 |
31,3 |
31,3 |
31,3 |
2 |
Produksi (kg/pohon) |
2 |
7 |
10 |
40 |
3 |
Harga (Rp) |
35.000 |
35.000 |
7.000 |
7.000 |
4 |
Penerimaan (Rp) |
1.995.000.000 |
6.982.500.000 |
1.974.000.000 |
7.896.000.000 |
5 |
Penerimaan rata-rata (Rp) |
66.500.000 |
232.750.000 |
65.800.000 |
263.200.000 |
Biaya penyusutan merupakan biaya yang tidak dikeluarkan pada setiap proses produksi. Biasanya berupa bahan dan alat-alat pertanian yang dianggarkan sekali pada awal proses produksi dan dapat dipergunakan untuk produksi berikutnya, kecuali barang-barang tersebut mengalami kerusakan.
Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut (Zaki, 2001).
Rumus nilai penyusutan bahan (bibit) dan alat tersebut, sebagai berikut.
NPA = Harga awal – Harga akhir x Jumlah Alat Lama Pemakaian
(1)
Keterangan : Harga akhir (10% dari harga awal)
Biaya penyusutan bahan (bibit) per 0,5 ha, sebagai berikut.
-
1. Bibit Kopi
NPA =
Rp. 1000,00 – Rp. 100,00
Rp 37.500,00
12th
x 500 bibit
-
2. Bibit Jeruk
NPA = Rp. 8000,00 – Rp. 800,00 13th
x 500 bibit
= Rp 276.923,00
Tabel 4.
Tabel Biaya Penyusutan Bibit Kopi dan Bibit Jeruk
No |
Bibit |
Harga Awal (Rp) |
Harga Akhir (Rp) |
Umur (Tahun) |
Jumlah bibit (Buah) |
Biaya Penyusutan (Rp) |
1 |
Kopi |
1.000 |
100 |
12 |
500 |
37.500 |
2 |
Jeruk |
8.000 |
800 |
13 |
500 |
276.923 |
Jumlah (total) |
1000 |
463.500 |
Biaya penyusutan alat-alat mesin pertanian, sebagai berikut.
-
1. Gerobak sorong
NPA = Rp. 400.000,00 – Rp.40.000,00 x 1 buah 5th
= Rp 72.000,00
-
2. Handsprayer
NPA = Rp. 450.000,00 – Rp.45.000,00 x 1 buah
2th
= Rp 202.500,00
-
3. Cangkul
NPA = Rp. 150.000,00 – Rp.15.000 ,00 x 2 buah 2th
= Rp 135.000,00
-
4. Sabit
NPA = Rp. 60.000,00 – Rp.6.000 ,00 x 2 buah 2th
= Rp 54.000,00
Tabel 5.
Tabel Biaya Penyusutan Alat Mesin Pertanian
No |
Alat |
Harga Awal (Rp) |
Harga Akhir (Rp) |
Umur (Tahun) |
Jumlah alat (Buah) |
Biaya Penyusutan (Rp) |
1 |
Gerobak Sorong |
400.000 |
40.000 |
5 |
1 |
72.000 |
2 |
Handsprayer |
450.000 |
45.000 |
2 |
1 |
202.500 |
3 |
Cangkul |
150.000 |
15.000 |
2 |
2 |
135.000 |
4 |
Sabit |
60.000 |
6.000 |
2 |
2 |
54.000 |
Jumlah (total) |
6 |
463.500 |
B/C Ratio, merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat keuntungan teknologi baru di dalam proses produksi usahatani (Nasrudin, 2000). Perbandingan rata-rata biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani kopi dan jeruk saat tanaman berumur tujuh tahun dengan luas 31,3ha, dapat dilihat sebagai berikut.
B/C Ratio = TR Kopi – TR Jeruk
TC Kopi – TC Jeruk
= Rp. 6.982.500.000 – Rp 7.896.000.000
Rp. 15.220.000 – Rp. 25.055.000
= Rp. -913500000
Rp. -9.835.000
= Rp. 92,88
Perbandingan R/C Ratio kopi dan jeruk dengan tanaman berumur tujuh tahun dengan luas 31,3 ha, dapat dilihat sebagai berikut.
R/C Ratio = Hasil Produksi Total biaya
-
1. R/C Ratio Kopi
= Rp 6.982.500.000
Rp. 15.220.000
= Rp. 458,77
-
2. R/C Ratio Jeruk
= Rp 7.896.000.000
Rp. 25.055.000
= Rp. 315,15
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan :
-
1. Faktor yang mendorong terjadinya alihfungsi tata guna lahan dari tanaman kopi ke tanaman jeruk di Desa Serai, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, sebagai berikut.
-
a) Dengan suhu di daerah Kintamani yang dingin dan berkabut, petani lebih susah menjemur kopi untuk menjadikan kopi kering sehingga petani langsung menjual kopi keadaan basah dengan harga yg lebih murah.
-
b) Bibit tanaman kopi arabika saat ini kurang produktif dan buahnya kecil.
-
c) Memetik buah kopi membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan jeruk yang sudah diambil pemborong.
-
d) Penjualan hasil panen tanaman kopi lebih susah karena petani secara langsung membawa ke pasar, berbeda dengan tanaman jeruk yang diambil langsung ke petani oleh pengepul.
-
e) Musim panen kopi hanya setahun sekali sedangkan panen tanaman jeruk bisa dua kali dalam setahun.
-
f) Harga kopi tidak tentu dan sering anjlok.
-
2. Pendapatan usahatani tanaman jeruk lebih tinggi yaitu sebesar Rp 114.945.000 dibandingkan dengan usahatani tanaman kopi hanya Rp 63.530.000 dengan masing-masing luas 0,50 Ha.
-
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan kepada petani di Desa Serai, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
-
1. Setiap petani mau memelihara sapi agar mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian pupuk kandang.
-
2. Petani melakukan monokultur budidaya pada tanaman jeruk dan tanaman kopi, karena di desa Serai adalah daerah aliran sungai. Tanaman kopi perlu tanaman peneduh seperti lamtoro, sengon dan lain – lain untuk mencegah terjadinya longsor.
-
3. Agar kelompok tani di Desa Serai membangun industri untuk pengolahan Kopi Arabika dan Jeruk Siem karena pariwisata di Bali sangat menjanjikan.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis ucapkan terima kasih kepada pengurus kantor desa dan masyarakat Desa Serai yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. 2013. Profil Desa Serai. Bangli.
Hadisapoetro. 1975. Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: Faperta UGM.
Mosher. 1966. Bahan Kuliah Ekonomi Pertanian: Faperta UGM.
Nasrudin. 2009. Analisis Finansial Pada Perkebunan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Saputra. 2008. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Harmoni
Soekartawi. 1986. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Zaki. 2001. Intermedite Accounting. BPFE, Yogyakarta
9
Discussion and feedback