Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 12, No. 2, Desember 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p35

Dinamika Kelompok Tani di Desa Belanting Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur

QOMARATUL IZZA, I GDE PITANA*, NYOMAN PARINING

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: izzaqomaratul007@gmail.com *pitana@unud.ac.id

Abstract

Dynamics Of Farmer Group in Belanting Village, Sambelia District, East Lombok Regency

Farmer group dynamics cover all activities which include initiative, creative power, and concrete actions taken by administrators and members of farmer groups in implementing agreed group work plan. This research aims to analyze the dynamics of farmer groups in Belanting Village, Sambelia District, East Lombok Regency. Locations were selected by purposive sampling. The number of samples is 100 respondents who taken with a probability sampling technique that is proportionate random sampling with using Slovin's. Data collection is sourced from primary data and secondary data using interviews and documentation. Variables were measured by ordinal scale and interval scale which were analyzed by quantitative descriptive analysis. The results showed that the dynamics of all farmer groups in the village of Belanting is categorized as dynamic with the highest score from the Mele Pacu Farmer Group and a score of The lowest is the Tekad Sejahtera Farmer Group with a total percentage value of 96.30%. This dynamic demonstrated by strong interaction and cooperation to achieve group goals. Group dynamics must be maintained and are expected to increase responsibility administrators and group members.

Keywords: group dynamics, farmer group, dynamics elements, dynamism

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Kelompok tani dibentuk sesuai kebutuhan masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dan ingin bekerja sama satu dengan yang lain. Suatu konsep yang menunjukkan keefektifan kelompok tani dalam mencapai tujuan-tujuannya adalah konsep dinamika kelompok. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif, daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama. Dengan kata lain perkembangan kelompok tani tergantung dari dinamika kelompok yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk mengetahui dinamis

tidaknya suatu kelompok tani dapat dilakukan dengan menganalisis anggota kelompok melalui perilaku para anggota dan pemimpinnya, maka perlu dilakukan penelitian yang dikaji dari unsur-unsur dinamika kelompok (Kelbulan, dkk, 2018).

Desa Belanting merupakan salah satu desa di Kecamatan Sambelia yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan terdapat 15 kelompok tani yang aktif hingga saat ini. Kelompok tani ini terbentuk dari petani sendiri yang memiliki tujuan sama untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tujuan selanjutnya dari kelompok tani tersebut yaitu untuk belajar dan memperkuat kerjasama diantara sesama petani maupun pihak lain. Umunya permasalahan yang terjadi adalah mengenai manajemen yang kurang baik, mengenai kurang aktifnya kepengurusan kelompok tani. Permasalahan lainnya yakni penggunaan komunikasi yang terbatas dalam penyampaian informasi kelompok. Ketua kelompok tani masih menggunakan toa masjid dalam penyampaian informasi tersebut. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian pada Kelompok Tani di Desa Belanting.

Dinamika kelompok yang diukur berdasarkan unsur-unsur dinamika kelompok merupakan salah satu upaya dalam hal penguatan kelembagaan. Analisis dinamika kelompok tani ini penting dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur dinamika kelompok tani yang termasuk dinamis atau tidak dinamis. Hal ini sebagai bahan acuan dan pembelajaran bagi kelompok tani di Desa Belanting dalam pengembangan dan pengelolaan kelompok tani sehingga bisa lebih maju dan berkembang.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Bagaimana dinamika kelompok tani di Desa Belanting Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis dinamika kelompok tani di Desa Belanting Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan dasar pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2022.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Diantaranya skor dinamika kelompok dan gambaran lokasi penelitian. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu identitas responden dan dinamika kelompok serta literatur yang terkait. Metode

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, wawancara mendalam dan dokumentasi.

  • 2.3    Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu 1.002 orang petani yang tergabung dalam 15 kelompok tani yang ada di Desa Belanting, sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil dari setiap kelompok tani menggunakan teknik probability sampling yaitu proportionate random sampling dengan menggunakan rumus slovin. Menentukan besarnya sampel pada setiap kelompok tani dilakukan dengan alokasi proporsional.

  • 2.4    Variabel Penelitian

Konsep variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dinamika kelompok tani di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur yang dikaji dari unsur-unsur dinamika. Berdasarkan variabel tersebut terdapat indikator meliputi tujuan, struktur, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan, kekompakan, suasana, tekanan, efektivitas, dan maksud tersembunyi. Masing-masing indikator tersebut terdapat parameter yang diukur dengan skala ordinal dan skala interval.

  • 2.5    Analisis Data

Penilaian terhadap dinamika kelompok tani di Desa Belanting dilakukan dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Adapun kriteria skor yang digunakan adalah skor 1 menyatakan tidak setuju, skor 2 menyatakan ragu-ragu, dan skor 3 menunjukkan setuju. Menghitung jumlah skor tertinggi seluruh pertanyaan yaitu dengan mengalikan skor tertinggi dengan jumlah pertanyaan, untuk menghitung jumlah skor terendah digunakan cara yang sama tetapi menggunakan skor terendah dikalikan dengan jumlah pertanyaan.

S.Maks = 3 x 33 = 99 (100%)

S.Min = 1 x 33 = 33 (33,33%)

Berdasarkan jumlah skor, maka dibuat kategori dinamika kelompok tani di Desa Belanting yang di dapat berdasarkan perhitungan interval kelas, yakni skor maksimal dikurangi skor minimal kemudian dibagi jumlah kelas. Nilai dari interval kelas selanjutnya didistribusikan ke dalam setiap kelas pada kategori dinamika. Adapun kategori dinamika dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Kategori penilaian dinamika kelompok tani di Desa Belanting

No

Rentang Skor

Kategori

1

33,33 % – 55,55 %

Tidak dinamis

2

> 55,55 % – 77,77 %

Cukup dinamis

3

> 77,77 % - 100 %

Dinamis

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Karakteristik Responden

Beberapa karakteristik responden yang dapat diketahui adalah umur, tingkat pendidikan, anggota rumah tangga, luas lahan, dan pengalaman berusahatani.

Tabel 2.

Karakteristik Responden

No

Karakteristik Responden

Kategori

Jumlah Petani

Persentase (%)

1

Umur

<15

-

-

15 s.d 64

84

84

>65

16

16

2

Pendidikan

Tidak tamat SD

15

15

Tamat SD

43

43

SMP

20

20

SMA

16

16

Sarjana

6

6

3

Anggota rumah tangga

1 – 3

40

40

4 – 6

58

58

7 – 9

2

2

4

Luas lahan

<0,5 Ha

30

30

0,5 – 1 Ha

37

37

>1 Ha

33

33

5

Pengalaman berusahatani

< 5 Th

18

18

5 – 10 Th

43

43

> 10 Th

39

39

Sumber: Data Primer (diolah), 2022

Menurut undang-undang tenaga kerja No. 13 Tahun 2003, usia antara 0 sampai 14 tahun tergolong usia belum produktif, usia antara 15 sampai 64 tahun tergolong usia produktif, dan usia di atas 64 tahun tergolong usia non produktif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata umur responden termasuk dalam kelompok umur produktif karena berada pada interval 15 s.d 64 tahun. Kondisi yang produktif akan memungkinkan seseorang untuk bekerja lebih maksimal sehingga tergabung ke dalam kelompok tani supaya mereka mendapatkan pengetahuan, wawasan dan inovasi untuk meningkatkan hasil kerja pertaniannya.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas anggota memiliki pendidikan terakhir di tingkat SD yaitu sebanyak 43 orang dari 100 orang total

responden. Responden tergabung kedalam kelompok tani karena memerlukan wadah untuk belajar. Menurut Hermanto dalam Ranti (2009) rendahnya tingkat pendidikan formal yang ada pada petani dapat di atasi dengan pendidikan non formal yaitu meningkatkan pembinaan penyuluhan yang dapat diterapkan dan diikuti petani dan keluarganya. Pembinaan penyuluhan tersebut berperan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pembangunan pola pikir, maupun perilaku dalam berusahatani.

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2 bahwa jumlah anggota rumah tangga responden yang paling banyak adalah pada kisaran anggota 4 s.d 6. Adanya keluarga akan menjadi motivasi bagi anggota untuk lebih giat lagi dalam berproduksi dan memerlukan kelompok tani sebagai wadah kerjasama. Jumlah tanggungan keluarga yang besar seharusnya dapat mendorong petani dalam kegiatan usahatani yang lebih intensif dan menerapkan teknologi baru sehingga pendapatan petani meningkat (Soekarwati, 2003).

Menurut Sayogyo (1977) dalam Maulana, dkk (2012) mengelompokkan petani ke dalam tiga kategori, yaitu petani skala kecil dengan luas lahan usahatani < 0,5 ha, petani skala menengah dengan luas lahan usahatani 0,5 – 1 ha, dan petani skala besar denga luas lahan usahatani > 1 ha. Mayoritas responden pada kelompok tani di Desa Belanting mempunyai luas lahan di atas dari 0,5 Ha. Luas pemilikan lahan erat hubungannya dengan kesediaan petani untuk menerapkan teknologi. Adanya kerjasama petani dengan kelompok tani dalam sehingga petani diberikan kemudahan dalam peminjaman alat yang dirasa tidak bisa dibeli oleh petani dan juga bisa mendapatkan kemudahan misalkan dalam pemberian sewa modal. Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya responden memiliki pengalaman berusahatani yang cukup lama. Pengalaman berusahatani menggambarkan kemampuan petani dalam mengatasi permasalahan yang dialami selama melakukan usahatani. Dengan banyaknya pengalaman maka petani akan lebih cepat dalam mengambil keputusan terhadap hal yang terjadi pada kegiatan usahatani ataupun kegiatan kelompok tani.

  • 3.2    Dinamika Kelompok Tani di Desa Belanting

Kedinamisan kelompok dapat diukur dari unsur-unsur dinamika kelompok, yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pengembangan kelompok tani, kekompakan kelompok, suasana kelompok, ketegangan/tekanan dalam kelompok, efektivitas kelompok dan maksud tersembunyi/terselubung (Huraerah & Purwanto, 2006). Dinamika kelompok tani pada penelitian ini mengambil 15 kelompok tani yang ada di Desa Belanting dengan sampel per kelompok yang telah diproporsionalkan. Dinamika kelompok tani ini dianalisis berdasarkan pertimbangan untuk melihat perbedaan pada unsur dinamika kelompok pada kelompok tani di Desa Belanting. Nilai dinamika kelompok disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.

Dinamika Kelompok Tani di Desa Belanting

Kelompok Tani

Persentase Skor Unsur-Unsur Dinamika Kelompok (%)

Tujuan

Struktur

Fungsi tugas

Pembinaan

Kekomp akan

Suasana

Tekanan

Efektivitas

Maksud Tersemb unyi

Rata-rata

Kategori

Ampan Daya

97,77

92,5

100

100

100

98,88

87,5

95,71

88,88

95,69

Dinamis

Kembang Baru

95,55

91,66

100

100

100

100

85

98,09

91,11

95,71

Dinamis

Harapan

Jaya

93,65

95,23

100

100

100

100

86,9

96,59

100

96,93

Dinamis

Tekad

Sejahtera

97,77

84,16

99,16

100

98,88

96,66

90

97,14

90

94,93

Dinamis

Tabel 3. Lanjutan

Kelompok Tani

Persentase Skor Unsur-Unsur Dinamika Kelompok (%)

Tujuan

Struktur

Fungsi tugas

Pembinaan

Kekomp akan

Suasana

Tekanan

Efektivitas

Maksud

Tersemb

Rata-rata

Kategori

Ingin Maju

97,77

86,66

100

100

100

100

91,66

95,23

91,11

95,82

Dinamis

Kampung Baru

94,44

90,62

100

100

100

94,44

89,58

98,21

91,66

95,43

Dinamis

Lendang

Pengilen

100

93,33

100

100

100

100

95

100

86,66

97,22

Dinamis

Otorita

96,82

91,66

100

100

100

96,82

95,23

97,27

90,47

95,07

Dinamis

Geger

Girang

98,41

94

100

100

100

88,88

86,9

99,31

92,06

95,5

Dinamis

Kebon

Daye

100

93,75

100

100

100

88,88

97,91

98,8

100

97,7

Dinamis

Kokok

Nangka

95,55

90

100

100

100

93,33

93,33

100

97,77

96,66

Dinamis

Muhajirin

98,61

91,66

100

100

100

90,27

96,87

97,02

93,05

96,38

Dinamis

Tunas Urip

95,83

94,8

100

100

100

100

93,75

97,02

87,5

96,54

Dinamis

Mele Pacu

100

97,91

100

100

100

100

91,66

100

97,22

98,53

Dinamis

Pade

Girang

100

92,85

100

100

100

100

95,23

98,63

93,65

97,81

Dinamis

Rata-rata

97,33

91,74

99,91

100

99,88

96,66

91,49

97,5

92,22

96,3

Dinamis

Sumber: Data Primer (diolah), 2022

  • 3.2.1    Dinamika antar kelompok di Desa Belanting

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa skor tingkat partisipasi ke 15 kelompok tani semuanya berada pada kategori dinamis. Skor tertinggi adalah Kelompok Tani Mele Pacu dengan total skor 98,53%, hal ini disebabkan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak dan tempat tinggal yang berdekatan sehingga selalu terjadi interaksi dan penyampain informasi yang cepat. Selain itu ketua kelompok memiliki sikap yang tegas dan selalu berkoordinir dengan penyuluh mengenai kemajuan kelompoknya.

Kelompok tani dengan skor terendah adalah Kelompok Tani Tekad Sejahtera dengan total skor 94,93% dan masih tergolong dinamis. Sesuai dengan informasi yang didapat dari Bapak Nurbaya selaku ketua kelompok bahwa secara umum Kelompok Tani Tekad Sejahtera sudah berjalan dengan baik. Mereka selalu melakukan koordinasi dengan penyuluh maupun melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang lain. Hanya saja permasalahan yang terjadi yaitu pada media komunikasi yang digunakan masih sederhana yaitu toa masjid, sedangkan jumlah anggota kelompok yang banyak dan tempat tinggal antar anggota berjauhan sehingga penyebaran informasi menjadi terhambat.

Faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat kedinamisan kelompok tani tersebut adalah faktor lokasi. Kelompok Tani Mele Pacu berada di Dusun Belanting yang merupakan pusat desa, dimana disana juga terdapat beberapa kelompok tani lainnya yakni Kelompok Tani Kokok Nangka, Pade Girang, Kebon Daye dan Kelompok Tani Ingin Maju. Sedangkan Kelompok Tani Tekad Sejahtera berada di Dusun Pekendangan yang berjarak sekitar 5 km dari pusat desa. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh penyuluh bahwa:

“Kelompok tani yang dekat dengan kantor, lebih cepat kita tangani ketika ada laporan. Begitupun ketika ada kegiatan di Dusun Belanting, banyak anggota kelompok tani lain yang datang dan ikut serta dalam kegiatan tersebut, hal ini dikarenakan lokasinya yang mudah dijangkau dibandingkan dengan kelompok tani yang lokasinya lebih jauh dari pusat desa”. (Robby, wawancara 28 Juni 2022).

  • 3.2.2    Dinamika kelompok tani secara keseluruhan di Desa Belanting

Kelompok yang dinamis menurut Lewin (1992) dalam Hariadi (3:2011), bahwa perilaku kelompok dalam mencapai tujuan merupakan fungsi dari semua situasi yang ada baik situasi yang ada dalam kelompok maupun luar kelompok. Dinamika kelompok pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisien hubungan antar satu manusia dalam guna menyelesaikan tugas atau pekerjaan dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa dinamika kelompok secara keseluruhan pada kelompok tani di Desa Belanting memperoleh persentase 96,30%. Dari perolehan nilai tersebut maka kelompok tani di Desa Belanting dikategorikan kelompok tani yang dinamis karena total skor keseluruhan berada pada interval kelas >77,77-100%. Hal ini menunjukkan bahwa unsur dinamika kelompok tani di Desa Belanting berjalan dengan baik. Penjelasan tentang masing-masing unsur dinamika kelompok disajikan pada bagian berikut ini.

  • 1.    Tujuan kelompok

Penilaian tujuan kelompok pada penelitian ini diukur dari pemahaman anggota dengan tujuan kelompok, kegiatan kelompok sesuai atau sejalan dengan tujuan yang ingin di capai dan kesesuaian tujuan kelompok dengan tujuan pribadi dalam ekonomi rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Catrwright dan Zander (1968) dalam Lestari (2011:94) bahwa tujuan kelompok yang jelas sangat

diperlukan agar anggota dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan kelompok. Apabila tujuan kelompok mendukung tujuan anggotanya maka kelompok menjadi kuat dinamikanya. Tujuan dari kelompok tani itu sendiri yakni untuk menjalin kerjasama antar petani untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Tujuan kelompok tani ini adalah tujuan formal karena dikemukakan dengan jelas dan tertulis dalam AD/ART sehingga setiap anggota mempunyai interpretasi yang sama terhadap tujuan kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika dari tujuan kelompok tani di Desa Belanting mampu tercapai. Petani paham dengan tujuan kelompok sehingga mereka tergabung ke dalam kelompok tersebut, karena partisipasi ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Petani yang mengikuti kegiatan kelompok merasakan adanya tambahan ilmu tentang usahataninya karena adanya kegiatan penyuluhan dan sebagainya. Hal ini mampu menunjang hasil pertanian mereka karena ada edukasi serta kemudahan dari sarana dan prasarana baik alsintan maupun bahan pupuk ataupun benih.

  • 2.    Struktur kelompok

Diketahui bahwa anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan kelompok. Pengambilan keputusan dalam kelompok tani dilakukan oleh ketua dengan memperhatikan aspirasi pengurus dan anggota, selalu ada komunikasi antara pengurus dengan seluruh anggota dan antara anggota yang satu dengan anggota lainnya dan dalam melakukan suatu kegiatan selalu dijelaskan dan didiskusikan dengan seluruh anggota kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kelompok tani masih terlihat lemah dalam menyusun hierarki mengenai hubungan-hubungan atas dasar peranan dan status di kelompok. Seluruh kelompok tani di Desa Belanting umumnya sudah memiliki kelengkapan di dalam struktur kepengurusannya, yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara namun struktur tersebut hanya sebagai formalitas saja. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh seorang penyuluh.

“Sebagian besar peran pengurus kelompok tani di Desa Belanting masih belum terlihat jelas atau belum optimal, mengingat selama ini peran yang paling menonjol adalah pada ketua kelompok saja sementara pengurus yang lain bahkan anggota kelompok sekalipun masih terlihat pasif (Robby, wawancara 26 Januari 2022)”.

  • 3.    Fungsi tugas kelompok

Pengukuran dari dinamika fungsi tugas kelompok tani di Desa Belanting sudah berjalan dengan baik. Pencapaian hasil rapat, pemecahan masalah anggota kelompok, dan pemberian saran sesama anggota cukup terlaksana. Dalam meningkatkan produktifitas usahatani mutlak diperlukan teknologi baru yang sesuai dengan situasi dan kondisi petani dan usahataninya. Oleh karena itu kelompok tani mempunyai tugas untuk meningkatkan kemampuan anggotanya dalam menggunakan

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 dan mengembangkan teknologi tepat guna tersebut dengan bekerjasama dengan penyuluhan pertanian dan pihak-pihak yang terkait lainnya.

  • 4.    Pembinaan dan pengembangan kelompok

Berdasarkan Tabel 3 pengukuran indikator pembinaan dan pengembangan kelompok berada pada kategori tinggi. Diketahui bahwa pembinaan dan pengembangan kelompok dilakukan dengan pertemuan secara rutin. Kelompok selalu berupaya untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan anggotanya dan selalu diadakannya sosialisasi meskipun tak semua hadir dalam kegiatan tersebut namun informasi mampu tersebar pada anggota. Salah satu program pembangunan pertanian yaitu meningkatkan kualitas petani melalui penyampaian teknologi. Cara yang digunakan oleh penyuluh pertanian untuk menyampaikan teknologi kepada petani yang lebih efektif melalui pendekatan kelompok tani. Penyuluh melakukan pertemuan untuk meningkatkan interaksi dan kebersamaan dengan para petani.

  • 5.    Kekompakan kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekompakan kelompok berada pada katagori tinggi yaitu sebesar 99,88%. Hal ini menunjukkan bahwa kekompakan kelompok yang terbina cukup baik. Pembentukan kelompok tani yang didasarkan pada kesamaan tempat domisili membuat saling mengenal dan akrab di antara anggota. Pengukuran dari unsur dinamika kekompakan kelompok menunjukkan kerjasama di antara anggota kelompok cukup baik dan kepemimpinan ketua kelompok yang cukup mumpuni serta mampu berkomunikasi baik dengan anggota menjadikan kekompakan kelompok dapat terbina dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nugroho, B.A. (2018) bahwa pengembangan pengetahuan, penjaringan ide, pembuatan terobosan, dan sebagainya bisa dilakukan melalui komunikasi dalam kelompok tani. Pada umumnya anggota merasa senang bergabung dengan kelompok. Konflik yang dapat membubarkan kelompok tani jarang terjadi, karena setiap permasalahan yang terjadi selalu diselesaikan secara bersama dalam kelompok dan terciptanya keharmonisan didalam kelompok.

  • 6.    Suasana kelompok

Menurut Dahama dan Bhatnagar dalam Arifin (2015:59) suasana kelompok meliputi suasana hati, irama atau perasaan yang terdapat di dalam kelompok, di mana keadaan fisik kelompok itu sangat penting dalam menumbuhkan suasana kelompok, yaitu lingkungan fisik dan nonfisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya. Suasana tersebut dapat berupa keramah-tamahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak, dan suasana fisik, seperti kerapian/keberantakan, keteraturan, dan lain-lain.

Hasil pengukuran unsur dinamika suasana kelompok diperoleh kategori dinamis, artinya dinamika suasana kelompok tani berjalan dengan baik sesuai dengan perolehan hasil dari pengamatan di lapangan pada hubungan antara anggota dalam

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023 kelompok mampu terjalin sangat dekat di karenakan masyarakat di desa tersebut masih kental dengan adat dan rasa kekeluargaan. Hubungan sesama anggota dan kadar interaksi didalam kelompok dirasakan cukup baik, tidak adanya rasa saling mengancam dan tidak adanya permusuhan antar anggota. Mayoritas anggota kelompok bertetangga sehingga selalu bertegur sapa saat bertemu di jalan, bertemu ketika pulang dari sawah atau datang ke rumah ketua kelompok tani jika ada kebutuhan atau keperluan. Suasana kelompok yang kondusif dan demokratis berkaitan dengan kemajuan dan pencapaian tujuan kelompok tani.

  • 7.    Tekanan kelompok

Hasil pengukuran dari unsur dinamika ketegangan/tekanan pada seluruh kelompok tani di Desa Belanting menunjukkan hanya kadang-kadang saja menimbulkan perselisihan dan konflik. Konflik dan perselisihan yang terjadi di dalam kelompok hanyalah masalah kecil, misalnya tidak diterimanya saran dan kritik yang disampaikan anggota. Tidak adanya aturan dan sanksi tertulis dalam kelompok, semua di kembalikan kepada kesadaran diri masing-masing anggota kelompok tani. Tidak adanya sanksi tertulis tersebut mengakibatkan kelompok tani tersebut bertindak semaunya, semisal dalam pengambilan saprodi yang lewat dari tanggal yang telah ditetapkan.

  • 8.    Efektivitas kelompok

Berdasarkan Tabel 3, perolehan hasil pengukuran dari unsur dinamika efektivitas kelompok tani di Desa Belanting menunjukan kategori yang dinamis dengan persentase 97,5%. Sesuai dengan pengamatan dilapangan bahwa petani diberikan kesempatan dan kebebasan dalam menyampaikan atau mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan anggota kelompok guna kemajuan kelompok. Kepemimpinan yang memadai artinya petani merasa puas atas kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dengan pengaruh yang dimiliki. Anggota berkeinginan untuk terus bergabung dalam kelompok, hal ini menunjukan bahwa adanya timbal balik yang diterima oleh anggota kelompok yang bergabung dalam kelompok tani di Desa Belanting. Responden merasakan manfaat dan kepuasan, mereka mendapatkan kemudahan dalam bantuan pertanian berupa bibit, pupuk, maupun alat-alat mesin pertanian.

  • 9.    Maksud tersembunyi/terselubung

Maksud tersembunyi (hidden purpose) adalah suatu maksud atau keinginan-keinginan individu yang tidak dapat disampaikan secara transparan atau terbuka baik maksud tersembunyi kelompok, pemimpin kelompok bahkan anggota kelompok. Maksud-maksud tersembunyi ini mempengaruhi dinamika kelompok dan tujuan kelompok yang telah diketahui (terbuka). Jika tujuan tersembunyi dari anggota kelompok tidak tercapai, maka tujuan yang terbuka pun biasanya sulit tercapai. Hasil pengukuran pada unsur dinamika maksud tersembunyi/terselubung kelompok

memperoleh hasil dinamis, artinya dinamika pada unsur maksud tersembunyi/terselubung kelompok tani berjalan baik. Responden menyatakan bahwa selalu ada tujuan tersembunyi dari pemimpin maupun dari anggota, namun hal tersebut tidak begitu menimbulkan pengaruh dalam kelompok.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Total skor persentase secara keseluruhan pada kelompok tani di Desa Belanting memperoleh 96,30% berada pada interval pengukuran 77,77% - 100% dan berkategori dinamis. Kedinamisan tersebut ditunjukkan dengan interaksi dan kerjasama antar anggota yang terjalin dengan baik. Kelompok Tani Mele Pacu memperoleh skor tertinggi dengan persentase 98,53% dan skor terendah yakni Kelompok Tani Tekad Sejahtera dengan persentase 94,91%. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah anggota masing-masing kelompok dan lokasi kelompok tani tersebut. Kelompok tani yang lebih dekat dengan pusat desa lebih cepat dalam mendapat informasi dan lebih tanggap dalam penerapan inovasi. Indikator tertinggi yakni pada pembinaan dan pengembangan kelompok memperoleh skor 100%, hal ini dikarenakan selalu diadakan pertemuan dan kegiatan serta tersedia fasilitas bagi anggota kelompok. Indikator terendah pada tekanan kelompok memperoleh skor 91,49 hal ini dikarenakan tidak adanya sanksi tertulis dalam kelompok. Skor rendah juga pada indikator struktur kepengurusan kelompok yang hanya sebagai formalitas saja.

  • 4.2    Saran

Dinamika kelompok tani di Desa Belanting harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Diharapkan dapat dibuatkan aturan, sanksi dan jobdescription masing-masing pengurus maupun anggota sehingga dapat meningkatkan tanggung jawab dalam kelompok. Penyuluh sebagai wakil pemerintah diharapkan lebih memperhatikan petani didaerah penelitian untuk mengembangkan program-program penyuluhan dengan berfokus pada penguatan kelompok sehingga kelompok tani mendapatkan pendampingan yang memadai.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan e-journal ini. Semoga bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Arifin, B. S. 2015. Dinamika Kelompok. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hariadi, S. S. 2011. Dinamika Kelompok: Teori dan Aplikasinya untuk Analisis Keberhasilan Kelompok Tani Sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi, dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Huraerah, A., & Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok : Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Kelbulan, E., Tambas, J., & Parajouw, O. 2018. Dinamika Kelompok Tani Kalelon di Desa Kauneran Kecamatan Sonder. Agri-SosioEkonomi Unsrat, 14(3), 55 -66.

Lestari, M. 2011. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani dalam Berusaha Tani di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Maulana, M., & Susilowati, S. H. 2012. LUAS LAHAN USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI : Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan Reforma Agraria. Analisis Kebijakan Pertanian, 10(1), 17 - 30.

Nugroho, B. A. 2018. KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK (Studi Kasus Pemberdayaan Petani Dalam Kelompok Tani). Jurnal An-Nida, 10(1), 1-11.

Ranti, D. 2009. Peranan Program Pemberdayaan Pertanian Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swadaya Ummah terhadap Peningkatan Pendapatan Petani di Kelurahan Kulim Kecamatan Tanayan Raya Kota Pekanbaru. Skripsi, Universitas Riau, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Pekanbaru.

Soekarwati. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

1068