Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 12, No. 2, Desember 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p03

Perbandingan Pendapatan Usaha Pengolahan Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung

DESAK AYU KOMANG SRI WAHYUNI, I GUSTI AGUNG AYU AMBARAWATI*, I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Comparison of Business Income of Molded Coconut Sugar Processing and Coconut Sugar Ants in Dawan District, Klungkung Regency

Dawan Village and Besan Village are two villages located in Dawan District, Klungkung Regency which have a lot of palm sugar and ant industries. Coconut sugar has a higher selling price due to product certification and differences in quality. The purpose of this study was to determine the income comparison and to find out the constraints faced by craftsmen from the business of processing coconut sugar and coconut sugar in Dawan District, Klungkung Regency. The research was conducted from July to September 2020 with a survey method, namely direct interviews with craftsmen. The total population is 39 molded coconut sugar craftsmen and 20 ant coconut sugar. The samples used were 20 craftsmen each. Determination of the sample method is done by probability sampling with a simple. random sampling technique The analysis used is income analysis and t , which is to find out the comparison of printed coconut sugar income with ant coconut sugar. The data analyzed includes income in one year, namely 2019. The results of the study are based on income analysis, namely the income of printed coconut sugar craftsmen in a year is Rp. 23,570,162/business. Coconut sugar craftsmen have an income of Rp 40,602,774/business. The income of molded coconut sugar craftsmen compared to ant coconut sugar is Rp 17,032,612/business in one year. Comparison income coconut sugar ant higher that is equal to 72%. Based on the results of the t there is a significant difference in income between the molded coconut sugar business and the ant coconut sugar business. The obstacles faced by the craftsmen are raw materials, capital, availability of tapping and marketing personnel.

Keywords: income, molded coconut sugar, ant coconut sugar

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam, salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Pertanian merupakan kunci perekonomian di Indonesia. Indonesia terletak di daerah tropis yang merupakan elemen penting dalam pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang penting bagi Indonesia adalah kelapa.

Kelapa merupakan tanaman tropis dan salah satu tanaman perkebunan dari famili palmae yang setiap bagiannya dapat dimanfaatkan sehingga disebut pohon kehidupan (Khotimah et al., 2014). Contoh penggunaan tanaman kelapa per bagian antara lain (1) sabut untuk keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed, (2) tempurung untuk arang, karbon aktif, (3) buah kelapa untuk kopra, minyak kelapa, santan, kelapa parutan kering, (4) air kelapa untuk cuka, Nata de Coco, (5) batang kelapa untuk membangun bangunan, (6) daun kelapa untuk lidi, sapu, barang anyaman, dekorasi dan (7) nira kelapa untuk gula kelapa (Setjen Pertanian, 2012).

Terdapat banyak produk pertanian yang sangat potensial untuk ditingkatkan nilainya sehingga dapat memperoleh harga jual yang lebih tinggi (Widodo, 2003). Salah satu industri rumah tangga yang mempunyai prospek cerah adalah industri gula kelapa. Gula menjadi sangat penting karena gula mengandung kalori yang dibutuhkan bagi kesehatan dan gula juga digunakan sebagai bahan pemanis utama yang digunakan oleh banyak industri makanan dan minuman (Sugiyanto, 2007).

Produk gula kelapa di pasaran dapat ditemui dalam bentuk gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira kelapa hingga menjadi kental kemudian mencetaknya dalam cetakan bambu yang berbentuk lingkaran atau tempurung kelapa. Sedangkan gula semut, proses pembuatannya lebih panjang yaitu sampai terbentuknya kristal-kristal gula, kemudian dijemur atau dioven hingga kadar airnya mencapai 3% (Bank Indonesia, 2008).

Desa Dawan dan Desa Besan merupakan dua desa yang berada di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung yang memiliki banyak industri gula kelapa. Gula kelapa cetak dan gula kelapa semut memiliki perbedaan harga jual yang dimana harga gula kelapa semut memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual gula cetak. Pengrajin gula kelapa juga masih belum mengadakan perhitungan secara pasti keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan. Maka menarik untuk dikaji besarnya pendapatan yang diperoleh pengrajin dari usaha pengolahan gula kelapa cetak maupun gula kelapa semut serta mengetahui perbandingan pendapatan pengrajin dari usaha gula kelapa cetak maupun gula kelapa semut di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Apakah terdapat perbedaan pendapatan pengrajin gula kelapa cetak dan gula semut di Kabupaten Klungkung?

  • 2.    Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan usaha pengolahan gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa semut?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui perbedaan pendapatan usaha pengolahan gula kelapa cetak dan gula semut di Kabupaten Klungkung.

  • 2.    Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam mengembangkan usaha pengolahan gula kelapa cetak dan gula kelapa semut.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dawan Klod dan Desa Besan yang terletak di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dilakukan secara sengaja (purposive) dengan yang berlangsung dari bulan Juli sampai September 2020.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah jumlah produk dan penjualan produk gula kelapa cetak dan semut yang dihasilkan dalam tahun 2019 sedangkan data kualitatif yang digali adalah berupa gambaran umum Kabupaten Klungkung, kendala-kendala yang dialami para pengrajin gula kelapa. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dengan wawancara kepada para petani gula kelapa. Data sekunder diperoleh dari publikasi dari instansi-instansi yang berhubungan dengan masalah penelitian dari BPS, Kantor Kecamatan, Kantor Kepala Desa.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fenomenayang ada pada objek penelitian (Tika, 2005). Observasi dilakukan pada pengrajin gula kelapa yang mengusahakan gula kelapa cetak dan gula kelapa semut serta dan melakukan wawancara langsung serta dengan melakukan dokumentasi.

  • 2.4    Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Total populasi berjumlah 39 pengrajin gula kelapa cetak dan 20 pengrajin gula kelapa semut. Sampel yang digunakan sebanyak masing-masing 20 pengrajin. Penentuan metode sampel dilakukan secara probability sampling dengan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2017) probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Definisi Operasional variabel adalah suatu dimensi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut,Sugiyono (2014).

Tabel 1.

Variabel, Indikator, Parameter dan Pengukuran

No

Variabel

Indikator

Parameter

Pengukuran

1.

Penerimaan

-      Jumlah

penerimaan yang diterima pertahun

-       Produksi

-       Quantity

Kuantitatif

2.

Total Biaya

-      Biaya

keseluruhan yang dikeluarkan

  • -      Biaya

tetap (pembelian perabotan dan penyusutan)

  • -      Biaya

variable (nira, laru, kapur sirih, kayu bakar, kemasan, tenaga kerja dan transportasi)

Kuantitatif

3.

Pendapatan

-       Hasil

bersih yang diterima pada setiap penjualan

-      Penerima

an

- Biaya total

Kuantitatif

4.

Kendala

-      Masalah

yang dialami para penggrajin selama proses produksi

  • -    Kendala teknis

  • -    Kendala non teknis

Kualitatif

  • 2.6    Metode Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program SPSS. Untuk melihat seberapa besar pendapatan masing-masing pengrajin dari usaha gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa semut di kecamatan Dawan menggunakan analisis pendapatan adapun rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006).

I = TR - TC..........................................................(1)

Keterangan :

I      : Pendapatan (Rp). Pendapatan dihitung pertahun

TR : Total Penerimaan/Total Revenue (Rp). Penerimaan dihitung dengan rumus TR

= P X Q..........................................................(2)

TC : Total Biaya/ Total Cost (Rp). Total biaya dihitung dengan rumus

TC = FC + VC.......................................................(3)

Untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut di Kecamatan Dawan menggunakan analisis Uji t perbandingan. Uji t digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata- rata antar dua

kelompok sampel yang berkolerasi dan sampel independent. Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan analisis statistik uji beda rata-rata atau t-hitung (independent sample t-test) dengan uji satu arah yang digunakan untuk penelitian yang

membandingkan dua variabel.

(n1-l)V + (n2-W 4 . h

…………….(4)

Keterangan :

  • X1 dan X2                  : Rata-rata sampel pertama dan sampel kedua

S12 dan S22                  : Varian sampel 1 dan varian sampel 2

U1                       : Banyaknya sampel pengukuran kelompok pertama

  • U2                       : Banyaknya sampel pengukuran kelompok kedua

Kesimpulan pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Uji t dengan keterangan:

  • H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata pendapatan gula kelapa cetak dengan pendapatan gula kelapa semut.

  • H1: Terdapat perbedaan rata-rata pendapatan gula kelapa cetak denganpendapatan gula kelapa semut

Berikut adalah uji independent sampel t-test yang telah dilakukan.

  • 1.    Dasar pengambilan keputusan

  • a. Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut

  • 2.    Jika nilai Sig.(2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan antara usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut Hipotesis

  •    H0: µ1 = µ2, artinya tidak terdapat perbedaan pendapatan usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut

  •    H1: µ1 ≠ µ2, artinya terdapat perbedaan pendapatan usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut

Dengan keterangan:

µ1: pendapatan gula kelapa cetak

µ2: pendapatan gula kelapa semut

Kendala-kendala proses produksi yang dialami pengrajin gula kelapa menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menerangkan data yang dapat membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi dan data yang berhasil dikumpulkan.

  • 3    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Gambaran Umum Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga gula kelapa yang ada di Desa Dawan Klod dan Desa Besan Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung merupakan industri turun temurun dan ketersedian tanaman kelapa sebagai bahan baku (hasil sadapan berupa nira) secara alami, tumbuh di dalam lahan bersama dengan tanaman lain tanpa adanya perawatan. Pekerjaan yang mereka lakukan merupakan pekerjaan utama Pembuatan gula kelapa dilakukan setiap 3-4 kali seminggu oleh para pengrajin yang dilakukan dipagi hari sampai sore hari.

  • 3.2    Perbedaan Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut di Kecamatan Dawan

    • 3.2.1    Biaya produksi gula kelapa cetak dan gula kelapa semut

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi gula kelapa cetak dan gula kelapa semut. Besanya biaya yang dikeluarkan tergantung dari jumlah produksi. Biaya produksi terdiri atas bahan baku, biaya penyusutan alat, bahan penolong, bahan bakar, pengemasan, tenaga kerja, transportasi dan pengayakan bagi pengrajin gula kelapa semut.

Tabel 2.

Rata-Rata Biaya Tetap Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019

Uraian

Pengrajin Gula Kelapa Cetak

Pengrajin Gula Kelapa Semut

Jumlah (Rp)

Persentase (%)

Jumlah(Rp)

Persentase (%)

Peralatan

2.282.000

81

3.075.700

82

Penyusutan

543.038

19

676.406

18

Rata-rata

2.825.038

3.752.106

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Berdasarkan Tabel 2 rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengrajin gula kelapa cetak dama satu tahun sebesar Rp 2.825.038/usaha Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengrajin gula kelapa semut dalam satu tahun sebesar Rp 3.752.106/usaha. Biaya tetap terdiri dari biaya pembelian peralatan dan biaya penyusutan Biaya peralatan terdiri dari pembelian parang, jerigen, gayung, ember, saringan dan wajan dan pengayakan. Biaya peralatan sangat besar dikarenakan pembelian wajan sangat mahal dan umumnya memiliki umur teknis yang tidak lama.

Adapun rincian biaya variabel yang dikeluarkan pengrajin gula kelapa cetak gula kelapa semut dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Rata-Rata Biaya Variabel Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019

Uraian

Pengrajin Gula Kelapa Cetak

Pengrajin Gula Kelapa Semut

Jumlah (Rp)

Persentase (%)

Jumlah (Rp)

Persentase (%)

Bahan baku

6.019.200

17

7.384.320

15

Bahan penolong

1.440.000

4

1.440.000

3

Bahan bakar

4.176.000

11

4.708.800

10

Kemasan

1.728.000

5

2.880.000

6

Tenaga Kerja

18.720.000

52

23.040.000

48

Transportasi

4.320.000

12

8.640.000

18

Rata-rata

36.244.800

48.093.120

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 3 dalam satu tahun pengrajin gula kelapa cetak mengeluarkan total rata-rata biaya variabel sebesar Rp36.244.800/usaha sedangkan untuk pengrajin gula kelapa semut dalam satu tahun mengeluarkan total rata-rata biaya variabel sebesar Rp48.093.120/usaha. Biaya variabel yang paling terbesar industri gula kelapa cetak dan gula kelapa semut sama-sama berasal dari biaya tenaga kerja. Biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengrajin gula kelapa cetak dalam setahun sebesar Rp 18.720.000/usaha atau 52% untuk rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pengrajin gula kelapa semut dalam setahun sebesar Rp 23.040.000/usaha atau 48%.

  • 3.2.2    Total biaya produksi gula kelapa cetak dan gula kelapa semut

Total biaya produksi industri rumah tangga gula kelapa cetak dan gula kelapa semut diperoleh hasil dari pertambahan antara jumlah biaya biaya tetap dengan jumlah biaya variabel pertahun.

Tabel 4.

Total Biaya Produksi Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019

Uraian

Pengrajin Gula Kelapa Cetak      Pengrajin Gula Kelapa Semut

Jumlah        Persentase       Jumlah        Persentase

(Rp)           (%)           (Rp)            (%)

Biaya Variabel

Biaya tetap

36.244.800          93         48.093.120          93

2.825.038           7          3.752.106           7

Total biaya

39.069.838         100         51.845.226         100

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Tabel 4 menunjukkan rata-rata biaya total pengrajin gula kelapa cetak dalam setahun sebesar Rp 39.069.838/usaha sedangkan untuk pengrajin gula kelapa semut mengeluarkan biaya total sebesar Rp 51.845.226/usaha dalam setahun. Biaya yang terbesar yang dikeluarkan para pengrajin untuk usaha pengolahan gula kelapa cetak maupun gula kelapa semut adalah biaya variabel. Biaya variabel gula kelapa cetak sebesar Rp 36.244.800/usaha atau 93% sedangkan biaya variabel gula kelapa semut sebesar Rp 48.093.120/usaha atau 93%. Biaya tetap gula kelapa cetak sebesar Rp 2.825.038/usaha atau 7% sedangkan biaya tetap gula kelapa semut sebesar Rp 3.752.106/usaha atau 7%.

  • 3.2.3    Penerimaan produksi gula kelapa cetak dan produksi gula kelapa semut

Hasil penelitian diketahui bahwa harga jual gula kelapa cetak yaitu Rp 25.000/kg dan harga jual gula kelapa semut yaitu Rp 60.000/kg.

Tabel 5.

Rata-Rata Penerimaan Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019

Uraian

Gula Kelapa Cetak (Rp)

Gula Kelapa Semut (Rp)

Jumlah Produk

2.506

1.541

Harga

25.000

60.000

Penerimaan

62.640.000

92.448.000

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5 jumlah produksi gula kelapa cetak lebih besar dibandingkan jumlah produksi gula kelapa semut dengan jumlah produk sebanyak 2.506 kg. Namun mutu gula kelapa semut lebih baik dibandingkan mutu gula kelapa cetak walaupun jumlah produk gula kelapa semut lebih rendah dengan jumlah produk sebanyak 1.541 kg. Harga jual gula kelapa cetak sebesar Rp 25.0000/kg sehingga penerimaan yang diterima pengrajin gula kelapa cetak dalam satu tahun adalah Rp 62.640.000/usaha. Untuk harga jual gula kelapa semut sebesar Rp 60.000/kg maka penerimaan yang diterima pengrajin gula kelapa semut dalam satu tahun sebesar Rp 92.448.000/usaha.

  • 3.2.4    Pendapatan gula kelapa cetak dan gula kelapa semut

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi selama satu kali proses produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah persatu kali proses produksi.

Tabel 6.

Rata-Rata Pendapatan Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019

Uraian

Gula Kelapa Cetak

Gula Kelapa Semut

Penerimaan

62.640.000

92.448.000

Total biaya

39.069.838

5.1845.226

Pendapatan

23.570.162

40.602.774

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pengrajin gula kelapa semut lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pendapatan pengrajin gula kelapa cetak dengan pendapatan sebesar Rp 40.602.774/usaha dalam satu tahun dengan penerimaan sebesar Rp 92.448.000 dikurangi total biaya sebesar Rp 5.1845.226 sedangkan untuk pengrajin gula kelapa cetak mendapatkan pendapatan sebesar Rp 23.570.162/usaha dalam satu tahun dengan penerimaan sebesar Rp 62.640.000 dikurangi total biaya sebesar Rp 39.069.838. Hal ini dikarenakan jumlah produksi gula kelapa semut lebih sedikit dibandingkan produksi gula kelapa cetak sehingga biaya total gula kelapa semut lebih tinggi namun harga jual gula kelapa semut lebih tinggi maka dari itu pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan gula kelapa cetak.

  • 3.2.5    R/C Ratio

R/Cratio merupakan singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Suatu usaha dapat dinyatakan layak apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu artinya penerimaan lebih besar dari total biaya.

Tabel 7.

R/C Ratio Gula Kelapa Cetak dan Gula Kelapa Semut Tahun 2019 Uraian         Gula Kelapa Cetak     Gula Kelapa Semut

Total penerimaan

Total biaya

62.640.000

39.069.838

92.448.000

51.845.226

R/C

1,6

1,8

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2020

Dilihat dari Tabel 7 bahwa hasil R/C Ratio pada usaha gula kelapa cetak sebesar 1,6 dan usaha gula kelapa semut sebesar 1,8. Karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 1 maka usaha gula kelapa cetak dan semut dapat menguntungkan bagi pengrajin dan layak untuk dijalankan.

  • 3.2.6    Perbedaan tingkat pendapatan petani gula kelapa cetak dan gula semut di

    Kecamatan Dawan

Hasil uji statistik dari kedua sampel data yaitu data pendapatan pengrajin gula kelapa cetak dan data pendapatan pengrajin gula kelapa semut. Hasil group statistic menunjukkan hasil perbedaan pendapatan gula kelapa cetak sebesar Rp 25.553.200.00 dengan N sebanyak 20 responden. Untuk data pendapatan gula kelapa semut mempunyai nilai mean sebesar Rp 39.367.630,00 dengan N sebanyak 20 responden. Terlihat dari jumlah mean yang sangat berbeda karena nilai mean tersebut menandakan bahwa rata-rata pendapatan gula kelapa semut lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan gula kelapa cetak.

Hasil uji independent sample t-test t pada kolomequal variances assumed di nilaiSig.(2-tailed) sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari nilai alpha penelitian sebesar 5% atau 0.05. Untuk penentuan keberhasilan/pengambilan keputusan menguji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada kolom t-test for equality of means. Pada kolom t-test for equality of means diperoleh nilai thitung 4.429 > ttabel 1.686 maka dapat disimpulkan hipotesisnya nilai thitung 4.429 > ttabel 1.686 dengan Sig. 0,000 <0,05sehingga H0 ditolak dan menerima H1 maka bisa disimpulkan bahwa penelitian ini ada perbedaan pendapatan usaha gula kelapa cetak dengan usaha gula kelapa semut di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.

  • 3.3    Kendala-kendala yang dialami petani gula kelapa cetak dan gula kelapa semut

Pengrajin gula kelapa cetak dan gula kelapa semut dalam mengembangkan usaha gula kelapa cetak dan gula kelapa semut memiliki kendala yang berbeda-beda dalam menjalankan usaha produksi gula kelapa. Ada dua macam kendala yang dialami para pengrajin yaitu kendala teknis dan non teknis.

  • 3.3.1    Kendala teknis

Kendala teknis merupakan kendala atau kesulitan yang berasal dari alat-alat penunjang untuk berproduksi. Kendala ini hanya dialami oleh pengrajin gula kelapa semut. Pengrajin gula kelapa semut mengalami kendala teknis di alat pengayakan untuk berproduksi. Alat pengayakan yang digunakan oleh pengrajin gula kelapa semut memerlukan waktu yang lama hal ini disebabkan karena menggunakan alat pengayakan manual dibandingkan dengan penggunaan alat pengayakan yang modern tidak memerlukan waktu yang lama.

  • 3.3.2    Kendala non teknis

Kendala non teknis merupakan kendala atau kesulitan yang terjadi diluar dari alat-alat penunjang ataupun diluar dari kendala teknis. Kendala-kendala yang dialami pengrajin yaitu sebagai berikut.

  • 1.    Bahan baku yang digunakan para pengrajin gula kelapa yaitu nira kelapa sebagai bahan baku utama. Para pengrajin tidak melakukan perawatan dan pemeliharaan pada pohon kelapa dengan optimal dan hanya dilakukan

sekedarnya saja yang akhirnya mempengaruhi nira dimana pengrajin mendapatkan nira dengan kuantitas sedikit dan kualitas rendah.

  • 2.    Kendala modal ini dialami oleh semua pengrajin gula kelapa cetak dan pengrajin gula kelapa semut dimana pengrajin gula kelapa sudah menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usaha namun belum memadai. Selain mengalami kendala modal para pengrajin juga mengalami susah mendapatkan modal dari pinjaman lembaga keuangan untuk menjalankan usaha.

  • 3.    Standar mutu dalam produk sangatlah penting. Permasalahan penjaminan mutu pada produk gula kelapa cetak dan produk gula kelapa semut karena sarana produksi yang masih belum memenuhi standar GMP (Good Manufacturing Pratice).

  • 4.    Kendala ketersediaan tenaga kerja untuk proses produksi dialami oleh pengrajin gula kelapa semut. Untuk pengrajin gula kelapa semut mengalami kendala untuk para tenaga kerja pada saat proses pengayakan yang dimana para tenaga kerja harus mengeluarkan tenaga yang cukup besar dalam melakukan pengayakan serta menggunakan waktu tidak efisien karena memerlukan waktu yang lama. Hal ini disebabkan pada teknologi yang digunakan masih manual.

  • 5.    Kendala para pengrajin gula kelapa cetak dan pengrajin gula kelapa semut adalah pemasaran. Pemasaran untuk gula kelapa semut memiliki kendala dimana para konsumen sudah terbiasa mengkonsumsi ataupun menggunakan gula kelapa cetak dibandingkan gula kelapa semut untuk kebutuhan sehari-hari selain itu harga jual gula kelapa cetak relative lebih murah dibandingkan dengan harga jual gula kelapa semut. Maka dari itu para pengrajin gula kelapa semut diharuskan menjual produknya keluar Kabupaten Klungkung.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yaitu adanya perbedaan antara pendapatan gula kelapa cetak dengan pendapatan gula kelapa semut. Rata-rata pendapatan yang diterima pengrajin gula kelapa cetak dalam satu tahun yaitu sebesar Rp 23.570.162/orang sedangkan rata-rata pendapatan untuk pengrajin gula kelapa semut dalam satu tahun sebesar Rp 40.602.774/orang. Pengrajin gula kelapa semut mengalami kendala teknis yaitu pada pengayakan yang dimana pengayakan masih menggunakan alat tradisional sedangkan pengrajin gula kelapa cetak tidak mengalami kendala teknis. Pengrajin gula kelapa cetak dan gula kelapa semut mengalami kendala non teknis seperti bahan baku dari hasil penyadapan yang didapatkan sangat sedikit selain itu kendala yang dialami pengrajin gula kelapa cetak dan gula kelapa semut adalah modal. Modal dari diri sendiri tidak memadai sehingga para pengrajin mencari modal dengan meminjam ke lembaga keuangan namun sangat susah untuk mendapatkannya karena proses yang panjang dan tidak memenuhi persyaratan. Ketersediaan tenaga sadap hal ini menjadi kendala

dikarenakan para pengrajin hanya menyadap pohon yang umurnya masih muda saja sedangkan jarang menyadap pohon yang umurnya sudah tua. Dalam usaha gula kelapa semut adanya kendala dalam pemasaran dikarenakan para konsumen sudah terbiasa mengkonsumsi gula kelapa cetak dibandingkan gula kelapa semut.

  • 4.2    Saran

Diharapkan dengan penelitian ini pengrajin dapat mencari dan memanfaatkan peluang yang optimal seperti meningkatkan kualitas olahan produk sehingga dapat memiliki nilai tambah dan dapat membuka jendela perdagangan global melalui eksportasi gula kelapa ke manca negara. Untuk meningkatkan pendapatan sebaiknya para pengrajin gula kelapa cetak beralih untuk memproduksi gula kelapa semut dikarenakan pada hasil penelitian ini pendapatan gula kelapa semut lebih tinggi dibandingkan pendapatan gula kelapa cetak. Gula semut saat ini sudah berkembang dari tahun ke tahun akan banyak diminati oleh masyarakat bahkan untuk saat ini telah banyak digunakan di restoran maupun hotel-hotel berbintang serta maraknya kedai-kedai minuman yang tersebar bermunculan sejalan dengan trend gaya hidup yang sedang digandrungi kaum milenial dimana menarik konsumen dikalangan muda maupun tua sebagai pengganti gula pasir dalam pembuatan minuman seperti kopi dan teh karena aroma yang khas dan penggunaanya yang mudah dan cepat larut serta dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama serta Diharapkan baik pengrajin gula kelapa cetak maupun petani gula kelapa semut agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas ataupun standar mutu.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengrajin gula kelapa cetak dan pengrajin gula kelapa semut di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil dalam penyusunan naskah jurnal ini sehingga naskah jurnal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI.

Jakarta : Rineka Cipta

Bank Indonesia. 2008. Gula Aren (Gula Semut dan Cetak). Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK). Jakarta

Khotimah, Siti. 2014. Analisis Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember

Pabundu Tika, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Setjen Pertanian. 2012. Outlook Komoditas Perkebunan. Jakarta: Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung : Alfabeta

Soekartawi. 2006. Analisis UsahaTani. Jakarta: UI Press

Sugiyanto C. 2007. Permintaan Gula di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 8, no. 2 Desember 2007

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.

Widodo, S. 2003. Peran Agribisnis Usaha Kecil dan Menengah untuk Memperkokoh

Ekonomi Nasional. Liberty. Yogyakarta.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

701