Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p53

Vol. 12, No. 1, Juli 2023

Strategi Pengembangan Urban Farming di Kelompok Tani Cempaka, Kota Jakarta Selatan

NOVI EFRIYANTI, RATNA KOMALA DEWI*, IDA AYU LISTIA DEWI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: noviefriyanti98@gmail.com *ratnakomala61@gmail.com

Abstract

Urban Farming Development Strategy in Cempaka Farmers Group, South Jakarta City

The increase in population and the high demand for agriculture have made urban farming an urgency that must be developed by urban communities. Urban farming activities in the Cempaka Farmer Group require an appropriate strategy formulation in order to develop. The purpose of this study is to identify internal and external factors, then alternative strategies and determine priority strategies for urban farming development in Cempaka Farmers Group, South Jakarta City. Priority strategies are obtained through matrix analysis of IFE, EFE, SWOT, and QSPM. The results of the analysis obtained on internal factors, the main strength in farmer groups is that they already have the group's vision and mission (0.197). The main weakness is that the production of urban farming is still lacking and many are not worth selling (0.083). On external factors, the main opportunity is the existence of government assistance in the form of programs, training, and agricultural tools for urban agriculture actors (0.370). The biggest threat is agricultural land that does not belong to the Cempaka Farmer Group (0.164). Based on the results of the priority analysis of the chosen strategy, namely carrying out activities in farmer groups to the maximum with the help of outside parties, the government, and currently developing technology.

Keywords: strategies, internal, external, urban farming

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1.   Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya. Alasan tersebut dikarenakan wilayah Indonesia berbentuk kepulauan dan letak topografi beragam mulai dari gunung, lembah, dan laut yang luas. Keadaan seperti ini membuat Indonesia dapat menghasilkan beragam jenis hasil pertanian dan memberikan sumber pencaharian bagi masyarakat pada sektor pertanian.

Sektor pertanian masih akan terus berperan besar dalam ekonomi nasional. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal

Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Semester satu tahun 2020 penduduk Indonesia sebanyak 268.583.016 jiwa dengan DKI Jakarta sebagai ibukota menampung dengan total 10.467.000 jiwa. Angka yang ditunjukkan berjumlah besar. Menurut Rifqi et al (2016) jika dihubungkan dengan sektor pertanian seharusnya DKI Jakarta memiliki peran besar untuk menyediakan pangan bagi penduduknya.

Jakarta Selatan memiliki lahan pertanian yang terbatas sedangkan kebutuhan pangan yang dibutuhkan cukup tinggi. Tingginya kemiskinan serta besarnya tingkat urbanisasi penduduk yang datang ke Kota Jakarta Selatan akan menyebabkan kerawanan terhadap ketersediaan pangan, krisis ekonomi dan permasalahan lingkungan di masa depan. Pada situasi tersebut dapat dilihat bahwa pertanian kota akan menjadi satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di Jakarta Selatan. Pertanian kota menjadi urgensi yang harus dilakukan karena semakin meningkatnya tekanan pada sumber-sumber produksi pangan, dan akan berkembangnya jumlah masyarakat miskin kota dimasa depan (Rifqi et al, 2016).

Pertanian kota merupakan kegiatan bertani, beternak, perikanan dan kehutanan untuk menghasilkan produk tanaman dan ternak melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di perkotaan. Menurut Mougeot (2005) pertanian perkotaan merupakan industri yang berlokasi di daerah atau pinggiran kota yang bergerak mulai dari penanaman hingga produk dihasilkan baik pangan maupun nonpangan didistribusikan kepada konsumen. Pada kenyataannya kegiatan peternakan, perikanan dan kehutanan jarang dijumpai di perkotaan. Hal itu dikarenakan karakteristik yang kompleks serta banyaknya penolakan dari masyarakat setempat terhadap aktivitasnya (bau, bising, tertular penyakit) sehingga kegiatan bertani lebih diminati masyarakat perkotaan.

Golden (2013) menyebutkan beberapa karakteristik urban farming yaitu memiliki bentuk yang berbeda, selaras dengan komunitas sekitar, budidaya yang dilakukan secara alami dan berada di dekat sumberdaya pemasaran. Selanjutnya, penggunaan lahan yang sempit, kapasitas produksi sulit untuk ditentukan, latar belakang pelaku yang beragam dan kedekatan pasar dengan konsumen. Tipe urban farming dalam buku Widyawati (2013) memiliki tiga jenis yaitu sistem tradisional, konvensional dan pertanian berkelanjutan.

FAO (2003) menyatakan bahwa urban farming sebagai sumber sistem pangan dan opsi ketahanan pangan perkotaan, kegiatan produktif untuk memanfaatkan ruang terbuka dan limbah perkotaan dan salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja penduduk perkotaan. Pada hal itu dapat dikatakan bahwa urban farming mempunyai peluang dan prospek yang baik untuk pengembangan berbasis agribisnis berwawasan lingkungan (Putri, 2018).

Aktivitas peningkatan urban farming di DKI Jakarta setidaknya berjalan karena adanya program dari pemerintah. Program Pertanian Perkotaan yang dibuat pemerintah setidaknya membantu para pelaku pertanian perkotaan untuk memulai kegiatan urban farming. Pemerintah melakukan kegiatan course yang diikuti berbagai kelompok tani di DKI Jakarta demi meningkatkan perkembangan urban

farming di daerah masing-masing. Pemerintah juga mendorong agar warga turut berperan aktif dalam penghijauan kota, pemanfaatan lahan tidur dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi warga kota.

Urban farming di Jakarta Selatan masih dilakukan sebagian kecil masyarakat. Menurut artikel Republika alasan beberapa masyarakat melakukan urban farming yaitu untuk dikonsumsi sendiri atau bisa juga untuk dijual (Madani, 2019). Masyarakat melakukan kegiatan urban farming biasanya tergabung dalam kelompok tani di sekitar lingkungan tempat tinggal. Kegiatan urban farming pada kelompok selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan dapat juga menjadi salah satu cara menambah pendapatan mereka.

Kelompok tani merupakan kelembagaan pertanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya serta ditumbuhkembangkan dari, oleh dan petani yang saling mengenal, akrab, saling percaya mempunyai kepentingan dalam berusahatani, kesamaan baik dalam hal tradisi, pemukiman maupun hamparan lahan usahatani (Pertanian, 2012)

Kegiatan urban farming dalam kelompok tani di Jakarta Selatan menjadi salah satu fokus yang digiatkan dan digencarkan oleh pemerintah. Kegiatan di kelompok dilakukan seperti memanfaatkan lahan sempit atau lahan kosong di sekitar rumah menjadi lahan pertanian. Contoh hasil tanaman yang dibudidayakan seperti pakcoy, kangkung, selada, samhong, cabai, dan kol. Penyuluhan juga diberikan secara berkala untuk memberikan pengetahuan tentang pertanian pada masyarakat. Kelompok tani yang sudah matang juga telah menjual hasil pertaniannya di internet dan dan mendapatkan sertifikat untuk produk yang dijual.

Kecamatan Pesanggrahan menurut Walikota Jakarta Selatan menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi yang baik dalam pengembangan urban farming di Jakarta. Kelompok tani di Kecamatan Pesanggrahan berjumlah enam kelompok yaitu Kelompok Tani Cempaka, Gang Hijau, Generik Asmat, Akkom dan Nusa Indah. Jumlah seluruh anggota yang ada pada enam kelompok itu sebanyak 75 orang dengan Kelompok Tani Cempaka paling besar berjumlah 40 orang.

Kelompok Tani Cempaka merupakan salah satu kelompok petani dengan Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan di Kelompok Tani Cempaka seharusnya sudah memberikan hasil yang baik pada anggotanya, tetapi keadaan di lapangan masih memiliki banyak permasalahan dan kendala. Beberapa permasalahan di Kelompok Tani Cempaka yaitu pengetahuan anggota yang tebatas, teknologi belum digunakan secara maksimal, kurang terencananya kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok tani serta partisipasi masih kurang maksimal dari anggota. Kegiatan urban farming di Kelompok Tani Cempaka masih kurang maksimal jika dibandingkan dengan kelompok tani lainnya.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan perlu dilakukan penelitian yang digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan apa yang tepat untuk mengembangkan urban farming di Kelompok Tani Cempaka. Setelah didapatkan

strategi yang tepat diharapkan dapat memberi dampak yang baik terhadap pengembangan urban farming pada Kelompok Tani Cempaka.

  • 1.2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dituliskan perumusan masalah sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimana faktor internal dan eksternal urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kota Jakarta Selatan?

  • 2.    Bagaimana strategi alternatif pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kota Jakarta Selatan?

  • 3.    Bagaimana strategi prioritas pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kota Jakarta Selatan?

  • 1.3.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan  faktor-faktor  eksternal bagi

pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kecamatan Pesanggarahan, Kota Jakarta Selatan.

  • 2.    Merumuskan alternatif strategi pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kecamatan Pesanggarhan, Kota Jakarta Selatan.

  • 3.    Merumuskan prioritas strategi pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan.

  • 1.4   Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Bagi Kelompok Tani Cempaka diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan strategi pada penyelesaian masalah yang dihadapi baik pada lingkungan eksternal dan internal.

  • 2.    Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan kebijakan.

  • 3.    Bagi peneliti diharapkan menjadi referensi terutama pada aspek dengan cakupan wawasan.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Cempaka terletak di Jalan Damai Kapling PDK Nomor 7 RT 11 RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2021 sampai dengan Agustus 2021. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan tertentu.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dilihat dari data yang dinyatakan dalam bentuk gambaran umum lokasi, identitas informan kunci, kondisi umum kegiatan, faktor penghambat, dan faktor pendukung kegiatan di Kelompok Tani Cempaka. Data kuantitatif meliputi jumlah anggota Kelompok Tani Cempaka, pengambilan data melalui kuisioner dan modal awal Kelompok Tani Cempaka.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Sugiyono (2013) sumber primer adalah sumber data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung atau dari responden. Data primer yang digunakan adalah gambaran dari lokasi penelitian dan faktor- faktor internal dan eksternal dari kegiatan urban farming pada Kelompok Tani Cempaka.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain wawancara, observasi, kepustakaan.

  • 2.4    Informan Kunci Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Penelitian merujuk di Kelompok Tani Cempaka, Kecamatan Pesanggrahan didasarkan pada pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pemilihan responden untuk penelitian ini merupakan responden atau informan kunci yang dianggap berpengalaman, mengetahui secara detail perkembangan Kelompok Tani Cempaka dari berdiri hingga saat ini serta mengetahui berbagai informasi pokok internal yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Informan kunci dalam penelitian ini terdiri daru dua jenis, yaitu berasal dari internal dan eksternal. Pihak internal berjumlah sepuluh orang yang merupakan pengurus di Kelompok Tani Cempaka. Pihak eksternal terdiri dari staf ahli atau penyuluh pertanian dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian, Kecamatan Pesanggrahan yang berjumlah tiga orang. Keseluruhan informan kunci dalam penelirian di Kelompok Tani Cempaka sebanyak 13 orang.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Metode Analisis Data

Variabel strategi pengembangan urban farming menggunakan lima indikator yang di lihat dari identifikasi lingkungan, strategi SWOT dan Strategi prioritas. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Identifikasi Faktor Internal dan Ekstenal

      3.1.1    Analisis faktor lingkungan internal

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dari Kelompok Tani Cempaka. Adapun identifikasi lingkungan internal Kelompok Tani Cempaka dapat dilihat dari Tabel 1

Tabel 1.

Analisis Matriks IFE Kelompok Tani Cempaka

Faktor-Faktor Internal

Bobot

Peringkat

Skor

Kekuatan

1.

Memiliki visi dan misi kelompok tani

0,061

3,23

0,197

2.

Anggota berasal dari berbagai latar belakang yang beragam

0,052

2,85

0,147

3.

Adanya kegiatan rutin menjual hasil komoditi setiap minggu disekitah wilayah urban farming

0,057

3,31

0,187

4.

Pembagian tugas dalam kelompok tani sudah dilakukan

0,060

3,08

0,184

5.

Jumlah anggota kelompok tani paling besar di Kecamatan Pesanggrahan

0,052

3,38

0,176

6.

Harga jual komoditi terjangkau

0,058

3,23

0,186

7.

Sarana   dan   prasarana  pertanian   mudah

didapatkan

0,053

3,15

0,166

8.

Keragaman media penanaman

0,053

3,31

0,175

9.

Sudah  dilakukan  penambahan  nilai  pada

beberapa produk yang dihasilkan

0,055

2,62

0,143

10.

Terbuka terhadap penelitian dan pengembangan

0,052

3,15

0,163

11.

Hubungan baik antar anggota kelompok tani

0,055

3,46

0,189

Kelemahan

1.

Kegiatan belum terealisasikan dengan baik di kelompok tani

0,043

2,08

0,089

2.

Kurangnya  pengawasan  dan  pemeliharaan

tanaman

0,044

2,15

0,095

3.

Jaringan pemasaran baru di ruang lingkup sekitar kelompok tani

0,050

2,38

0,118

4.

Promosi belum gencar lagi dilakukan

0,044

1,92

0,085

5.

Modal kegiatan terbatas

0,048

2,08

0,099

6.

Teknologi yang digunakan kurang maksimal

0,043

2,15

0,092

7.

Hasil produksi urban farming masih kurang dan banyak tidak layak jual

0,040

2,08

0,083

8.

Penataan tanaman masih kurang terstruktur

0,040

2,23

0,088

9.

Pengetahuan anggota mengenai urban farming masih belum merata

0,044

2,15

0,094

Total

1,000

2,759

Berdasarkan hasil matriks IFE diatas diketahui bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka yaitu adanya visi dan misi dengan skor 0,197. Sedangkan kelemahan utama yaitu hasil produksi urban farming masih

kurang dan banyak yang gagal dengan skor 0,083. Jumlah perhitungan skor didapatkan total 2,759. Menurut David (2012) angka tersebut menunjukkan bahwa faktor internal Kelompok Tani Cempaka kuat. Jadi dapat diketahui bahwa diposisi tersebut kelompok tani dapat menggunakan kekkuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan di Kelompok Tani Cempaka.

  • 3.1.2    Analisis faktor lingkungan eksternal

Faktor-faktor yang menjadi peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dari Kelompok Tani Cempaka. Adapun identifikasi lingkungan ekternal Kelompok Tani Cempaka dapat dilihat dari Tabel 2.

Tabel 2.

Analisis Matriks EFE Kelompok Tani Cempaka

Faktor-Faktor Eksternal

Bobot

Peringkat

Skor

Peluang

1.

Kegiatan perekonomian di Jakarta Selatan baik

0,110

3,31

0,363

2.

Keamanan lingkungan mendukung

0,107

3,38

0,363

3.

Adanya kegiatan bazzar yang  dilakukan

bersama kelompok tani lain

0,109

3,38

0,323

4.

Meningkatnya trend urban farming

0,103

3,00

0,307

5.

Adanya bantuan pemerintah berupa program, pelatihan dan alat pertanian untuk pelaku urban farming

0,113

2,85

0,370

6.

Teknologi berkembang semakin canggih

0,097

3,15

0,305

Ancaman

1.

Cuaca tidak menentu

0,090

2,23

0,199

2.

Lahan pertanian bukan milik Kelompok Tani Cempaka

0,088

1,85

0,164

3.

Rumitnya  prosedur  dalam  memasarkan

komoditi dalam cakupan yang lebih luas

0,092

2,00

0,184

4.

Tingkat persaingan tinggi dengan kelompok tani lainnya

0,091

2,15

0,196

Total

1,000

2,775

Berdasarkan hasil matriks EFE diatas diketahui bahwa peluang utama yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka beroleh dari adanya bantuan pemerintah berupa program, pelatihan dan alat pertanian untuk pertanian kota dengan skor sebesat 0,370. Sedangkan ancaman utama yaitu hasil dari lahan pertanian bukan milik kelompok tani sebesar 0,164. Jumlah perhitungan skor didapatkan total 2,775. Menurut David (2012) angka tersebut menunjukkan bahwa faktor internal Kelompok Tani Cempaka kuat. Jadi dapat diketahui bahwa diposisi tersebut kelompok tani dapat menggunakan kekkuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan di Kelompok Tani Cempaka.

  • 3.1.3    Matriks internal dan eksternal

Nilai matriks IE didasarkan pada nila analisis matriks IFE dan EFE. Berdasarkan analisis matriks IFE didapatkan skor 2,759 sedangkan matriks EFE sebesar 2,775. Skor matriks IFE berada di sumbu X dan matriks EFE di sumbu Y. Hasil analisis menunjukkan bahwa posisi Kelompok Tani Cempaka berada di sel V yang bisa diartikan pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1.

Total nilai EFE yang ■ diberi bobot

4,0

Kuat           Rata-Rata-        Lemah

3,0—4,0         2:0-2:99       1,0—1,99

Total......      Tinggi          3,0

nilai.......      3,0—4,0

EFE.......      Menengali     2,0

vang 'diberi ■ 2.0—2.99

bobot         Rendali         1.0

L0-L99

(D

(I∏)

(IV)

f2.77S

(V)

(VI)

(VU)

(VIII)

(ix)

Gambar 1.

Analisis Matriks IE Kelompok Tani Cempaka

  • 3.2   Strategi Alternatif Pengembangan Urban Farming di Kelompok Tani

    Cempaka, Kota Jakarta Selatan

Matriks  SWOT  mengahasilkan  alternatif strategi yang didapatkan

berdasarkan penggabungan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Berikut delapan alternatif strategi pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Analisis Matriks IE Kelompok Tani Cempaka

Strategi SO

Strategi WO

  • 1.  Strategi mempertahankan dan meningkatkan

program kelompok tani dengan memanfaatkan trend urban farming serta baiknya perekonomian di Jakarta Selatan.

Strategi melaksanakan kegiatan di kelompok tani

  • 2.  secara maksimal dengan bantuan pihak luar,

pemerintah dan teknologi yang berkembang saati ini.

1.  Strategi pengajuan bantuan modal pada

pemerintah.

Strategi     mengadakan     pelatihan

.  mengenai urban farming pada seluruh

anggota kelompok tani.

Strategi peningkatan promosi dengan

3.  menggunakan     teknologi     yang

berkembang semakin canggih.

Strategi ST                                      Strategi WT

1.

Strategi menjaga kekompakan dan hubungan baik 1. Strategi mengoptimalkan pengawasan anggota serta pihak luar dalam menghadapi dan tugas pada aktivitas di kelompok tantangan yang ada tani

2.

Strategi meningkatkan inovasi produk agar dapat menarik konsumen lebih banyak lagi

  • 3.3    Strategi Prioritas Pengembangan Urban Farming di Kelompok Tani

    Cempaka, Kota Jakarta Selatan

Strategi Alternatif berdasarkan hasil matriks SWOT kemudian diolah dengan menggunakan analisis QSPM untuk mendapatkan strategi prioritas untuk pengembangan urban farming di Kelompok Tani Cempaka. Hasil perhitungan TAS pada setiap strategi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Peringkat Alternatif Strategi Hasil Analisis Matriks QSPM

No.

Alternatif Strategi

TAS

Prioritas No

1.

Mempertahankan dan meningkatkan program kelompok tani dengan memanfaatkan trend urban farming serta baiknya perekomonian di Jakarta Selatan.

4,709

5

2.

Melaksanakan kegiatan di kelompok tani secara maksimal dengan bantuan pihak luar, pemerintah dan teknologi yang berkembang saat ini.

5,183

1

3.

Pengajuan bantuan modal pada pemerintah.

4,944

3

4.

Mengadakan pelatihan mengenai urban farming pada seluruh anggota kelompok tani.

4,865

4

5.

Peningkatan promosi dengan menggunakan teknologi yang berkembang semakin canggih..

4,690

6

6.

Menjaga kekompakan dan hubungan baik anggota serta pihak luar dalam menghadapi tantangan yang ada.

4,491

8

7.

Meningkatkan inovasi produk agar dapat menarik konsumen lebih banyak lagi.

4,639

7

8.

Mengoptimalkan pengawasan dan tugas pada aktivitas di kelompok tani.

4,973

2

Terlihat bahwa yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan adalah memaksimalkan kualitas pelaksanaan kegiatan di kelompok tani dengan bantuan pihak luar, pemerintah dan teknologi yang berkembang saat ini dengan nilai STAS rata-rata 5.183. Prioritas strategi dari nilai STAS paling tinggi hinga rendah dapat diurutkan sebagai berikut: 1) Memaksimalkan kualitas pelaksanaan kegiatan di kelompok tani dengan bantuan pihak luar, pemerintah dan teknologi yang berkembang saat ini. 2) Mengoptimalkan pengawasan dan tugas pada aktivitas di kelompok tani. 3)Melakukan kerja sama dengan pemerintah dalam keterbatasan modal. 4) Penyelenggaraan pelatihan mendalam mengenai urban farming pada seluruh anggota kelompok tani. 5) Mempertahankan segala pencapaian yang telah ada serta memanfaatkan trend urban farming dan baiknya perekonomian di Jakarta Selatan untuk berkembang. 6) Peningkatan promosi dengan menggunakan teknologi yang berkembang semakin canggih. 7) Meningkatkan kreativitas dan inovasi pada penjualan produk agar dapat menarik konsumen lebih banyak lagi. 8) Menjaga kekompakan dan hubungan baik anggota serta pihak luar dalam menghadapi tantangan yang ada.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Kelompok Tani Cempaka maka didapatkan kesimpulan yaitu kekuatan utama di kelompok tani yaitu sudah memiliki visi dan misi kelompok serta kelemahan utama hasil produksi urban farming masih kurang dan banyak yang tidak layak jual. Faktor eksternal berdasarkan peluang yang paling tinggi adanya bantuan pemerintah berupa program, pelatihan, dan alat pertanian untuk pelaku pertanian kota serta ancaman terbesar yaitu lahan pertanian bukan milik Kelompok Tani Cempaka. Strategi alternatif yang diperoleh berdasarkan SWOT diantaranya melaksanakan kegiatan secara maksimal, mengoptimalkan pengawasan dan tugas, pengajuan bantuan, mengadakan pelatihan, mempertahankan dan meningkatkan program, peningkatan promosi, meningkatkan inovasi produk, menjaga kekompakan dan hubungan baik. Prioritas strategi alternatif yang dapat direkomendasikan bagi Kelompok Tani Cempaka berdasarkan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning) dengan nilai total altraktif paling tinggi yang melaksanakan kegiatan di kelompok tani secara maksimal dengan bantuan pihak luar, pemerintah dan teknologi yang berkembang saat ini. Kedua adalah mengoptimalkan pengawasan dan tugas pada aktivitas di kelompok tani. Ketiga yaitu pengajuan bantuan modal pada pemerintah.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adapun saran yang dapat diberikan bagi Kelompok Tani Cempaka membuat promosi dengan media seperti video atau foto-foto yang dapat disebarkan secara online agar masyarakat lebih banyak lagi mengetahui mengenai produk yang dihasilkan. Kemudian memperbaiki segala aktivitas seperti pengawasan dan kontrol kegiatan. Lahan pertanian yang merupakan ancaman bagi Kelompok Tani Cempaka dapat diawasi dengan meminta bantuan pemerintah mengatasi permasalahan jika suatu waktu lahan tidak dapat dipakai dalam kegiatan Kelompok Tani Cempaka.Saran lainnya yaitu dengan mempertimbangkan rekomendasi strategi yang dihasilkan dalam penelitian ini. Semua strategi dapat dilaksanakan jika adanya sinergi dan kerja sama baik dari semua pihak.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada informan kunci dan Kelompok Tani Cempaka serta semua pihak yang membantu penulis dalam proses penelitian hingga termuat dalam e-jurnal.

Daftar Pustaka

David, Fred R. 2012. Manajemen Strategi Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba empat.

FAO. 2003. Trade Reform and Food Security – Conceptualizing the Linkages.

Rome: Food and Agriculture Organisation.

Golden, Sheila. 2013. Urban Agriculture Impacts: Social, Health, and Economic: A Literature Review. Los Angeles: Agricultural Sustainability Institute at UC Davis.

Madani, Mohamad Amin. 2019. “In Picture: Mengintip Urban Farming Di Jakarta

Selatan.”                      Republika.Co.Id.                      2019.

https://republika.co.id/berita/inpicture/jabotabek-inpicture/19/02/14/pmwxyx283-mengintip-urban-farming-di-jakarta-selatan.

Mougeot, Luc J.A. 2005. Agropolis: The Social, Political, and Environmental Dimensions of Urban Agriculture. Agropolis: The Social, Political and Environmental       Dimensions       of      Urban      Agriculture.

https://doi.org/10.4324/9781849775892.

Pertanian, Materi Penyuluhan. 2012. Penguatan Kelembagaan Petani Buku I Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar. Kementrian Pertanian.

Putri, Melisa Riska. 2018. “Pertanian Perkotaan Ibu Kota Menarik Perhatian Dunia.”https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/09/04/pej31 9423- pertanian-perkotaan-ibu-kota-menarik-perhatian-dunia.

Rifqi, Ahmad et al. 2016. Pertanian Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik. Jurnal Jurusan Agroekoteknologi Universitas Trilogi.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Widyawati, Nugraheni. 2013. Urban Farming Gaya Bertani Spesifik Kota. Yogyakarta: Lyli Publisher.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

587