Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809          Vol. 12, No. 1, Juli 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p51

Analisis Risiko Usahatani Buah Naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi

DEVILENIA SRIWAHYUNINGRAT PANGESTU, I MADE SUDARMA*, RATNA KOMALA DEWI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232, Bali Email: devileniaaa@gmail.com *sudarmaimade@yahoo.com

Abstract

Risk Analysis of Dragon Fruit Farming in Pucangsari Farmers Group in Jambewangi Village Sempu District Banyuwangi Regency

Dragon fruit is one of the leading commodities in Banyuwangi Regency, East Java. One of the dragon fruit producing villages in Banyuwangi is Jambewangi Village. The purpose of the study are to analyze the increase in dragon fruit farming income, to find sources of risk, and to analyze the risk of production, price and income in the Pucangsari Farmer Group, Jambewangi Village, Sempu District, Banyuwangi Regency. This research used quantitative and qualitative analysis. The results shows that the average income of dragon fruit farmers is IDR 24,756,575,7/year with an average land area of 0,7 hectares. In general, the low risk level is evidenced by the value of KV production of 0,08, price of 0,01, income of 0,07, meaning that farmers avoid the risk of production, price and income in dragon fruit farming. Through this research, this is suggest to dragon fruit farmers who are members of the Pucangsari Farmer's Group to form agricultural cooperatives, the government expects to help provide training in processing dragon fruit into various products that can increase the selling value of dragon fruit in harvest season and for further researchers, it is hoped that they can conduct research on risk management strategies for dragon fruit farming so that the results of the discussion become more complete from this research.

Keywords: dragon fruit, income, farming, risk

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Buah naga tengah menjadi salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Luas panen komoditas buah naga diketahui dari tahun

2015-2019 mengalami peningkatan yaitu dari 1.213,30 hektar menjadi 1.362 hektar. Produktivitas buah naga pada tahun 2015-2019 mengalami perubahan yang signifikan yaitu tahun 2015-2018 mengalami peningkatan dari 251 kwintal/hektar menjadi 334,02 kwintal/hektar, sedangkan tahun 2018-2019 produktivitas buah naga mengalami penurunan yaitu dari 334,02 kwintal/hektar menjadi 262 kwintal/hektar (Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, 2019).

Desa Jambewangi memiliki potensi komoditas buah naga terbesar di Kecamatan Sempu dilihat dari luas lahan yang telah diusahakan sebanyak 173 hektar (Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sempu, 2020). Salah satu kelompok tani yang aktif membudidayakan buah naga di Desa Jambewangi adalah Kelompok Tani Pucangsari. Pucangsari dikenal sebagai kelompok tani yang memiliki sertifikasi organik dengan nomor Reg.293-LSO-005-IDN-12-18 (Bachtiar et al., 2019). Anggota yang tergabung dalam Kelompok Tani Pucangsari belum memiliki sertifikasi organik, namun sebagian telah memiliki registrasi kebun GAP (Good Agricultural Practices).

Usahatani buah naga di Kabupaten Banyuwangi sering mengalami kendala, seperti yang dialami oleh petani buah naga di Desa Jambewangi. Permasalahan yang sering dihadapi petani yaitu adanya ketidakstabilan produksi, harga jual yang berfluktuatif dan posisi penawaran pihak petani kurang kuat. Kondisi ini dapat mengindikasikan terjadinya risiko yang akan berdampak pada tingkat pendapatan petani. Oleh karena itu, risiko pada kegiatan usahatani penting untuk dilakukan analisis agar petani mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada usahatani buah naga.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah:

  • 1.    Berapakah besarnya pendapatan usahatani buah naga yang diterima oleh anggota Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi?

  • 2.    Apa saja sumber risiko yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi?

  • 3.    Bagaimana tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  • 1.    Untuk menganalisis besarnya pendapatan usahatani buah naga yang diterima oleh anggota Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

  • 2.    Untuk mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

  • 3.    Untuk menganalisis tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

  • 2.     Metodologi Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Pucangsari, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Februari-April 2021.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum Desa Jambewangi dan memperoleh informasi mengenai sumber risiko usahatani buah naga. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui hasil analisis pendapatan dan tingkat risiko usahatani.

Sumber data pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui dari Kelompok Tani Pucangsari, Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, BPP Kecamatan Sempu dan Kantor Desa Jambewangi. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

  • 2.3    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah petani buah naga merah yang tergabung pada Kelompok Tani Pucangsari Desa Jambewangi dan memiliki registrasi kebun GAP dengan total anggota berjumlah 33 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampling jenuh atau sensus, yaitu dengan menjadikan semua populasi sebagai sampel sebanyak 33 petani buah naga.

  • 2.4    Variabel dan Pengukuran Data

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini, meliputi pendapatan usahatani, sumber risiko usahatani dan tingkat risiko usahatani. Pada variabel pendapatan dan tingkat risiko usahatani menggunakan pengukuran secara kuantitatif, sedangkan untuk variabel sumber risiko usahatani menggunakan pengukuran kualitatif.

  • 2.5    Metode Analisis Data

    2.5.1    Analisis pendapatan

Penggunaan analisis pendapatan bertujuan untuk menganalisis besarnya pendapatan usahatani buah naga yang diterima oleh anggota Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

  • 1.    Analisis Biaya

TC = TFC + TVC ……………………..……(1)

Keterangan:

TC = Total Cost (Biaya Total, dinyatakan dalam Rp)

TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap, dinyatakan dalam Rp)

TVC = Total Variabel Cost (Total Biaya Variabel, dinyatakan dalam Rp)

  • 2.    Analisis Penerimaan

TR = P x Q ……………………………...…….(2)

Keterangan:

TR = Total Revenue (Penerimaan Total, dinyatakan dalam Rp) P = Price (Harga, dinyatakan dalam Rp)

Q = Quantity (Jumlah produksi)

  • 3.    Analisis Pendapatan

Pd = TR – TC ……………….……………(3)

Keterangan:

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue (Penerimaan Total, dinyatakan dalam Rp) TC = Total Cost (Biaya Total, dinyatakan dalam Rp)

  • 2.5.2    Deskriptif kualitatif

Penggunaan metode deskriptif kualitatif pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. Metode deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara mendalam mengenai kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan (Sutopo, 2006).

  • 2.5.3    Analisis koefisien variasi

Penelitian ini menggunakan analisis koefisien variasi dengan tujuan untuk menganalisis tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan yang dihadapi oleh petani buah naga di Kelompok Tani Pucangsari Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

  • 1.    Ragam dan Simpangan Baku

Ragam:

2 = ∑(Q-Qi)2 …………………...…………. (4) (n-1)

Simpangan Baku:

Vα = √Vα2 …………………….……………. (5) Keterangan:

2  = Ragam

Q    = Produksi (Kg/Ha)/ Harga (Rp/Kg)/ Pendapatan (Rp/Ha)

Qi    = Produksi Rata-rata (Kg/Ha)/ Harga Rata-rata (Rp/Kg)/ Pendapatan Rata-rata

(Rp/Ha)

n     = Jumlah Sampel Petani

  • 2.    Koefisien Variasi (KV)

KV = ………………………………….…. (6)

Keterangan:

KV   = Koefisien Variasi

Vα   = Simpangan Baku

Qi = Produksi Rata-rata (Kg/Ha)/ Harga Rata-rata (Rp/Kg)/ Pendapatan Rata-rata (Rp/Ha)

  • 3.    Batas Bawah

L = Qi - 2Vα …………………………….…. (7) Keterangan:

L    = Batas Bawah

Qi = Produksi Rata-rata (Kg/Ha)/ Harga Rata-rata (Rp/Kg)/ Pendapatan Rata-rata (Rp/Ha)

Vα = Simpangan Baku

Apabila nilai KV<0,5, maka nilai L>0, begitu pula apabila KV>0,5, maka nilai L<0. Hal ini menunjukkan (Misqi & Karyani, 2020):

  • a.    Jika KV<0,5 petani terhindar dari risiko produksi/harga/pendapatan dalam melaksanakan usahatani buah naga.

  • b.    Jika KV>0,5 terdapat peluang risiko produksi/harga/pendapatan bagi petani dalam melaksanakan usahatani buah naga.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Tingkat Pendapatan Usahatani

Hasil analisis biaya usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu tahun 2020 disajikan dalam bentuk Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa total biaya usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu saat di musim panen raya sebesar Rp 9.204.931,865 sedangkan di luar musim panen mengeluarkan biaya sebesar Rp 13.698.719,725, sehingga total biaya usahatani keseluruhan sebanyak Rp 22.903.651,59/tahun. Biaya terbesar dari biaya tetap terletak pada biaya penyusutan peralatan. Pada posisi kedua terdapat biaya penyusutan tiang. Tiang penyangga buah naga berasal dari turus hidup yaitu dengan menggunakan pohon santan atau pohon randu. Posisi terendah pada biaya tetap berupa biaya pajak lahan. Adapun biaya variabel, Tabel 1 menunjukkan bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan sebagai kebutuhan kegiatan usahatani buah naga di musim panen raya sebesar Rp 7.994.840,96 sedangkan di luar musim panen sebesar Rp 12.488.628,82 sehingga total biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 20.483.469,78/tahun.

Tabel 1.

Biaya Usahatani Buah Naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Tahun 2020

N o

Komponen Biaya

Musim Panen Raya

Luar Musim Panen

Nilai (Rp)

Persentase (%)

Nilai (Rp)

Persentase (%)

A

Biaya Tetap

Pajak Lahan

37.272,725

0,40

37.272,725

0,27

Penyusutan Tiang

159.393,94

1,73

159.393,94

1,16

Penyusutan Peralatan

1.013.424,24

11,01

1.013.424,24

7,40

Total Biaya Tetap

1.210.090,905

1.210.090,905

B

Biaya Variabel Bibit

950.000

10,32

950.000

6,93

Pupuk

1.865.265,2

20,26

1.950.113,64

14,24

Obat-obatan

1.103.818,18

12,0

893.363,64

6,52

Tenaga Kerja Dalam dan Luar

4.075.757,58

44,28

3.122.424,24

22,8

Keluarga

Pulsa Listrik

0

0

5.572.727,3

40,68

Total Biaya Variabel

7.994.840,96

12.488.628,82

Total Biaya

9.204.931,865

100

13.698.719,725

100

Sumber: Data Primer Diolah (2021)

Hasil penerimaan usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu tahun 2020 disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.

Penerimaan Usahatani Buah Naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Tahun 2020

No

Uraian

Satuan

Musim Panen Raya (On-Season)

Luar Musim Panen (Off-Season)

1

Produksi

Kg

6.796,97

3.398,48

2

Harga Jual

Rp/Kg

2.256,06

9.674,2

3

Nilai

Rp

15.152.878,79

32.507.348,5

4

Total Penerimaan

Rp

47.660.227,29

Sumber: Data Primer Diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa total penerimaan petani buah naga sebesar Rp47.660.227,29 per tahun dengan rata-rata luas lahan garapan 0,7 hektar. Ketika musim panen raya tiba harga buah naga cenderung turun, sedangkan di luar musim panen harga buah naga cenderung tinggi. Penerimaan petani juga bergantung pada ukuran dan kualitas buah, sehingga berpengaruh pada pendapatan petani.

Hasil pendapatan usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu tahun 2020 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.

Pendapatan Usahatani Buah Naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Tahun 2020

No

Uraian

Satuan

Musim Panen Raya (On-Season)

uar Musim Panen (Off-Season)

1

Total Penerimaan

Rp

15.152.878,79

32.507.348,50

2

Tota Biaya

Rp

9.204.931,87

13.698.719,73

3

Nilai

Rp

5.947.946,9

18.808.628,8

4

Total Pendapatan

Rp

24.756.575,7

Sumber: Data Primer Diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu sebesar Rp24.756.575,7/tahun dengan rata-rata luas lahan 0,7 hektar. Tabel 3 menunjukkan bahwa pendapatan yang besar petani peroleh pada saat di luar musim panen (offseason). Peristiwa ini mengakibatkan para petani lebih bergairah untuk melakukan perawatan usahatani buah naga di musim tersebut.

  • 3.2    Sumber Risiko Usahatani Buah Naga

Menurut Baroroh dan Fauziyah (2021), terdapat beberapa sumber risiko yang sering terjadi pada sektor pertanian, antara lain risiko produksi, risiko harga, risiko keuangan, risiko institusi dan risiko manusia.

  • 3.2.1    Risiko produksi

Berdasarkan wawancara kepada petani, diperoleh informasi bahwa sumber risiko produksi pada usahatani buah naga berasal dari faktor iklim, gangguan OPT, dan kurangnya tingkat keberhasilan penyerbukan bunga. Gangguan OPT pada usahatani buah naga menjadi sumber risiko produksi yang paling banyak petani hadapi. Hama yang sering menyerang buah naga di lokasi penelitian yaitu semut, bekicot, kutu putih, tupai, dan burung. Penyakit buah naga yang sering menyerang di lahan petani yaitu penyakit cacar dan busuk lunak batang. Tidak hanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman buah naga, terdapat juga OPT lainnya berupa gulma. Penanganan yang dapat dilakukan petani untuk meminimalisir terjadinya risiko yaitu dengan melakukan penyemprotan insektisida, fungisida, dan herbisida.

  • 3.2.2    Risiko harga

Risiko yang bersumber dari harga berasal dari harga jual buah naga yang berfluktuatif, posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat, dan maraknya yang melakukan kegiatan usahatani buah naga. Berdasarkan hasil wawancara kepada petani, fluktuasi harga buah naga merupakan salah satu risiko produksi yang sering dihadapi petani. Pada musim panen raya petani dihadapkan oleh harga buah naga yang anjlok berkisar Rp1.200,00-Rp4.000,00/kilogram. Berbeda saat produksi di luar musim dengan bantuan teknologi lampu petani memperoleh harga jual berkisar

Rp3.750,00-Rp18.000,00/kilogram. Keluhan petani sering terjadi saat musim panen raya buah naga. Penanganan yang dilakukan yaitu menjelang pemanenan petani dapat menahan penjualannya beberapa hari untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.

  • 3.2.3    Risiko institusi

Risiko yang bersumber dari institusi berasal dari kurang adanya pendampingan dan penyuluh pertanian di Desa Jambewangi dan lambannya pembangunan atau fasilitasi pertanian yang dilakukan Pemerintah berupa jalan. Berdasarkan hasil wawancara, lambannya pembangunan jalan di Desa Jambewangi menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman dan Faqihuddin (2020), bahwa lambatnya pembangunan fasilitasi pertanian dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam memaksimalkan perolehan produksi. Desa Jambewangi memiliki daerah yang sangat luas, menjadikan pembangunan jalan lama direalisasikan. Saat ini bertepatan pergantian Kepala Desa, maka mulai adanya perhatian mengenai pembangunan jalan yang rusak.

  • 3.2.4    Risiko keuangan

Risiko yang bersumber dari keuangan berasal dari kekurangan modal dalam melakukan usahatani buah naga dan pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang besar. Berdasarkan hasil wawancara, banyak petani yang mengalami kekurangan modal dalam kegiatan usahataninya. Terlebih ketika petani mengeluarkan biaya pemasangan lampu tentunya akan membutuhkan modal yang cukup besar. Banyak petani yang baru melakukan pemasangan lampu atas pertimbangan bahwa saat musim panen raya pendapatan yang diperoleh rendah, sehingga mendorong petani untuk melakukan pemasangan lampu agar memperoleh pendapatan yang besar di luar musim panen.

  • 3.2.5    Risiko manusia

Risiko yang bersumber dari manusia berasal dari kerusakan alat-alat pertanian, kesehatan petani yang terganggu, hilangnya alat produksi pertanian karena kelalaian atau dicuri, dan perilaku petani dalam kegiatan produksi yang kurang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara, menunjukkan bahwa perilaku petani dalam kegiatan produksi yang kurang maksimal menjadi risiko manusia yang sering terjadi. Curah hujan yang tinggi membuat petani kesulitan melakukan kegiatan polinasi penyerbukan, sehingga banyak pembungaan tidak berhasil dan produksi tidak maksimal. Mulai malasnya petani melakukan perawatan buah naga juga dapat mempengaruhi perolehan hasil usahataninya.

  • 3.3    Tingkat Risiko Produksi, Risiko Harga dan Risiko Pendapatan

Hasil analisis tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan usahatani buah naga pada Kelompok Tani Pucangsari disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4.

Tingkat Risiko Produksi, Risiko Harga dan Risiko Pendapatan Usahatani Buah Naga pada Kelompok Tani Pucangsari

No

Keterangan

Produksi (Kg)

Harga (Rp/Kg)

Pendapatan (Rp)

1

Produksi, Harga, Pendapatan Rata-rata (Qi)

10.195,45

5.965,15

24.756.575,76

2

Ragam (Vα2)

743.926,91

6.553,46

3.232.106.306.402,09

3

Simpangan Baku (Vα)

862,51

80,95

1.797.805,97

4

Koefisien Variasi (KV)

0,08

0,01

0,07

5

Batas Bawah (L)

8.470,43

5.803,25

21.160.963,82

Sumber: Data Primer Diolah (2021)

Pada dasarnya untuk mengetahui petani berpeluang risiko ataupun terhindar dari risiko dapat dilihat melalui hasil perhitungan nilai koefisien variasi. Kriteria keterkaitan risiko dengan keuntungan dapat dilihat melalui nilai KV>0,5, maka nilai L<0 dan apabila nilai KV<0,5, maka nilai L>0 (Naftaliasari et al., 2015).

Tabel 4 pada tingkat risiko produksi menunjukkan nilai koefisien variasi (KV) sebesar 0,08 atau KV<0,5, maka nilai L>0 yang dapat diartikan bahwa petani terhindar dari risiko produksi. Penyebab rendahnya tingkat risiko produksi yaitu tindakan petani dalam mengatasi berbagai sumber risiko produksi yang dihadapinya selama kegiatan usahatani, seperti cara petani melakukan pemeliharaan tanaman baik pemupukan maupun pengendalian hama dan penyakit. Gangguan ini seringkali muncul pada waktu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya karena keberadaannya dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang juga tidak dapat diprediksi oleh para petani (Inah et al., 2017).

Tingkat risiko harga menunjukkan nilai koefisien variasi sebesar 0,01 artinya petani terhindar dari risiko harga. Pada dasarnya petani tidak memiliki posisi penawaran yang kuat akan harga karena semua bergantung pada pasar dan harga ditetapkan oleh tengkulak. Sejalan dengan pendapat Misqi & Karyani (2020) bahwa tengkulak sebagai price maker dan petani sebagai price taker hanya bisa menerima harga yang ditetapkan oleh tengkulak tanpa mempunyai posisi tawar menawar.

Tingkat risiko pendapatan menunjukkan bahwa nilai koefisien variasi sebesar 0,07 yang dapat diartikan bahwa petani terhindar dari risiko pendapatan. Rendahnya tingkat risiko pendapatan petani buah naga ini sejalan dengan hasil penelitian Andayani & Rosmawati (2017) di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang menyatakan tingkat risiko pendapatan buah naga rendah dengan nilai koefisien variasi 0,0001. Meskipun pendapatan petani dikatakan tidak berpeluang risiko, tetapi ketika musim panen raya tiba petani akan memperoleh pendapatan yang rendah.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Pendapatan rata-rata Kelompok Tani Pucangsari dalam berusahatani buah naga sebesar Rp24.756.575,7/tahun dengan rata-rata luas lahan 0,7 hektar. Sumber risiko usahatani buah naga yang dihadapi Kelompok Tani Pucangsari, meliputi gangguan organisme pengganggu tanaman, harga jual berfluktuatif, lambannya pembangunan jalan, kekurangan modal dalam kegiatan usahatani buah naga, dan perilaku petani dalam kegiatan produksi kurang maksimal. Tingkat risiko yang dihadapi oleh anggota Kelompok Tani Pucangsari secara umum rendah yang dapat diketahui melalui hasil nilai koefisien variasi bernilai kurang dari 0,5. Nilai koefisien variasi produksi sebesar 0,08, harga sebesar 0,01 dan pendapatan sebesar 0,07. Artinya petani terhindar dari risiko produksi, harga maupun pendapatan dalam melaksanakan kegiatan usahatani buah naga.

  • 4.2    Saran

Petani buah naga yang tergabung pada Kelompok Tani Pucangsari diharapkan untuk membentuk suatu lembaga koperasi petanian dan mempunyai pemasaran sendiri dengan mengumpulkan hasil panennya, supaya para tengkulak tidak dapat mempermainkan harga buah naga. Pemerintah diharapkan dapat membantu memberikan pelatihan atau penyuluhan tentang pengolahan buah naga menjadi berbagai produk yang dapat meningkatkan nilai jual buah naga di musim panen raya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai strategi manajemen risiko usahatani buah naga, agar pembahasannya lebih lengkap.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya penulisan e-jurnal ini yaitu Kelompok Tani Pucangsari, Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, BPP Kecamatan Sempu, Kantor Desa Jambewangi. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Andayani, & Rosmawati, H. 2017. Analisis Resiko Pendapatan Usahatani Buah Naga Merah di Kabupaten Ogan Komering Ulu. JASEP, 3(1): 40–46.

Bachtiar, R. R., Holik, A., & Widakdo, D. S. 2019. Analisis Fungsi dan Efisiensi Tataniaga Buah Naga Organik Desa Jambewangi, Kabupaten Banyuwangi. Seminar Nasional INOBALI, 384–397.

Balai Penyuluh Pertanian (BPP). 2020. Potensi Komoditas Buah Naga di Kecamatan Sempu Tahun 2020. Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi.

Baroroh, S. Q., & Fauziyah, E. 2021. Manajemen Risiko Usahatani Jeruk Nipis di Desa Kebonagung Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 5(2): 494–509.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi. 2019. Kabupaten Banyuwangi.

Retrieved from Data Pertanian, Perkebunan dan Peternakan: https://www.banyuwangikab.go.id/profil/pertanian.html

Inah, A. M., Hani, E. S., & Sudarko, S. 2017. Analisis Risiko Pada Usahatani Tomat Di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Agribest, 1(2): 136–151.

Misqi, R. H., & Karyani, T. 2020. Analisis Risiko Usahatani Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.) di Desa Sukalaksana Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. MIMBAR AGRIBISNIS, 6(1): 65–76.

Naftaliasari, T., Abidin, Z., & Kalsum, U. 2015. Analisis Risiko Usahatani Kedelai di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. JIIA, 3(2): 148–156. Nuryaman, H., & Faqihuddin, F. 2020. Risiko Usahatani Padi pada Wilayah Bantaran Sungai Citanduy (Kasus di Desa Manggungsari, Kecamatan

Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya). Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 6(2): 612–631.

Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Penerapannya dalarn Penelitian. Edisi-2. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

563