Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p46

Vol. 12, No. 1, Juli 2023

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Petani terhadap Tindakan Petani Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (Studi Kasus: Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung)

PAMELA ALDA RESTHA, NI WAYAN SRI ASTITI*, NYOMAN PARINING

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: pamelaalda25@gmail.com *sri_astiti@unud.ac.id

Abstract

The Correlation between Farmer’s Knowledge and Attitudes towards Their Behavior in the Use of Personal Protective Equipment (Case study in Ayunan Village, Abiansemal District, Badung Regency)

The study employs an analytical survey by employing cross sectional approach in order to investigate and to describe the correlation between farmer’s knowledge and attitudes towards their behavior in the use of spray pesticide personal protective equipment in Ayunan Village, Abiansemal District, Badung Regency by the year of 2020. There are 334 farmers who become members of Subak in Ayunan Village, used as population of the study. The number of research samples is 35 farmers. The data is analyzed by using chi square test. The study employs a simple random sampling with a questionnaire as the instrument. According to the results of the Product Moment Correlation test, the significance value of the pearson correlation of respondents' knowledge is 0.000 < 0.05. It can be concluded that there is a correlation between farmer’s knowledge and behavior in the use of PPE. In the attitude variable, the significance value of the pearson correlation is 0.000 < 0.05, so it can be concluded that there is a correlation between attitudes and behavior of farmers in the use of PPE.

Keywords: knowledge, attitude, behavior, personal protective equipment

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1.   Latar Belakang

Sebagai bahan beracun, pestisida mempunyai dampak terhadap kesehatan petani apabila tidak dikelola dengan bijaksana. Penggunaan pestisida secara berlebihan dan terus – menerus dapat menimbulkan berbagai gangguan pada lingkungan, ekosistem, dan kesehatan masyarakat. Gangguan lingkungan akibat penggunaan pestisida khususnya lingkungan pertanian menyebabkan turunnya kepekaan hama,

terbunuhnya musuh alami, meracuni tanaman, dan terjadi resurjenis hama (Djodjosumarto, 2008). Penggunaan pestisida secara berlebihan dan tidak terkendali sering kali memberikan resiko keracunan, yang akan menimbulkan beberapa kerugian antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk – produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, dan keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia yang dapat berakhir pada kematian (Prihadi, 2007). Afriyanto (2008) menyebutkan bahwa penggunaan pestisida dengan disemprotkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti keracunan pestisida, gangguan sistem pernapasan, dan dapat menimbulkan kematian jika tidak segera diberikan pertolongan.

Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida adalah petani kurang memperhatikan penggunaan APD dalam melakukan penyemprotan dalam menggunakan pestisida. APD adalah perlengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang yang sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (Anonim, 2011). Penggunaan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan sangat penting sekali agar terhindar dari kecelakan kerja. Dalam praktiknya masih banyak petani yang belum mengetahui tentang bagaimana bahaya yang dapat terjadi apabila petani menggunakan pestisida secara berlebihan. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain penggunaan dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida (Sugiartoto, S, and Warsono 1999).

Desa Ayunan memiliki luas lahan pertanian yang cukup luas yaitu 121 Hektar dan mayoritas penduduk Desa Ayunan bekerja disektor pertanian dari keseluruhan penduduk yang berjumlah 2.320 jiwa (Ayunan. 2016). Penduduk Desa Ayunan sebagian besar bekerja sebagai petani dengan komoditas yang ditanam adalah padi, bunga pacah dan cabai merah besar. Berdasarkkan jenis komoditas yang ditanam, penggunaan pestisida tidak bisa dihindarkan mengingat komoditas yang ditanam oleh petani di Desa Ayunan merupakan komoditas yang mudah terserang hama sehingga memungkinkan untuk terpapar pestisida menjadi besar. Berdasarkan pengamatan, Berdasarkan survei awal yang dilakukan selagi penulis menjalankan kegiatan KKN Di desa Ayunan melalui metode pengamatan langsung diketahui bahwa beberapa perilaku petani dalam menggunakan pestisida masih kurang tepat. Baik sebelum melakukan penyemprotan maupun setelah melakukan penyemprotan. Sebagian besar petani di Desa Ayunan tidak memikirkan mengenai dosis penggunaan pestisida yang dianjurkan. Mereka bahkan cenderung meningkatkan dosis pestisida sesuai dengan takaran mereka sendiri. Tidak jarang mereka juga mengaduk pestisida dengan tangan jika disekitar mereka tidak terdapat kayu ataupun alat bantu lainnya. Beberapa petani mengaku sengaja melebihkan takaran pestisida yang digunakan agar lebih efektif

membunuh hama tanaman. Hal tersebut terjadi karena tingkat pengetahuan petani terhadap bahaya pestisida masih sangat rendah. Selain itu kerap kali ketika melakukan penyemprotan petani tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap. Kebanyakan petani hanya menggunakan pakaian lengan panjang, dan tidak menggunakan masker, topi, dan sepatu. Selain itu, petani juga kurang memperhatikan arah angin. Petani sering kali tidak langsung mandi setelah melakukan penyemprotan. Hal ini dikarenakan penyemprotan biasanya dilakukan di pagi hari dan setelah menyemprot mereka masih harus melakukan aktivitas lain seperti menyiangi tanaman. Sebelum melanjutkan pekerjaan, petani biasanya hanya mencuci tangan dan kemudian beristirahat sebentar sembari merokok di sekitar lahan pertanian. Petani mandi pada sore hari setelah selesai melakukan pekerjaan di ladang mereka. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka sangat relefan untuk diteliti mengenai bagaimana tindakan petani bila dihubungkan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri.

  • 1.2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunan APD di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung?

  • 2.    Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dan tindakan petani dalam penggunaan APD di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung?

  • 3.    Bagaimanakah hubungan sikap petani terhadap tindakan petani  dalam

penggunaan APD di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?

  • 1.3.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka ditetapkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Guna mendeskripsikan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunaan APD.

  • 2.    Guna menganalisis hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan petani dalam penggunaan APD di Desa Ayunan Kecamatan Abiansmal Kabupaten Badung.

  • 3.    Guna menganalisis hubungan antara sikap petani terhadap tindakan petani dalam penggunaan APD di Desa Ayunan Kecamatan Abiansmal Kabupaten Badung.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ayunan Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Adapun pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Maret sampai bulan April 2021.

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu suatu metode yang dilakukan secara sengaja yang didasarkan atas pertimbangan– pertimbangan tertentu.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dilihat dari data yang dinyatakan dalam bentuk keterangan dan uraian dari pihak klian Desa Ayunan, Klian Subak Ayunan, dan anggota subak yaitu petani Subak Ayunan. Data kualitatif pada penelitian ini meliputi data data mengenai letak geografis wilayah, koemntar- komentar responden maupun gambar gambar kegiatan petani pada saat melakukan penyemprotan. Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi usia, masa kerja, tingkat pengetahuan responden, sikap responden dan tindakan responden terhadap penggunaan alat pelindung diri.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain metode survei, wawanca, observasi, dan dokumentasi.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung berjumlah 35 orang. Adapun karakteristik respoden yang akan diteliti meliputi usia responden, tingkat pendidikan, dan juga masa kerja responden.

Berdasarkan hail penelitian didapati usia responden termuda adalah 32 tahun dan yang tertua adalah 64 tahun. Hasil data berdasarkan umur tersebut menjelaskan bahwa paling banyak responden penelitian berumur antara 43-63 tahun, yaitu sebanyak 26 orang atau 74,2 %, yang paling sedikit adalah responden dengan umur antara <42 tahun, yaitu sebanyak 1 orang atau 3% dan umur 64 tahun, yaitu sebanyak 8 orang atau 22,8% (Tabel 4.1). Responden dalam penelitian ini rata – rata berusia 43 – 63 tahun. Secara rinci kisaran usia responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Ayunan, Kabupaen Badung

No.

Usia

Jumlah

Orang

(%)

1.

< 42

1

2,8

2.

43 - 63

26

74,2

3.

≥ 64

8

22,86

Jumlah

35

100

Sumber: Data primer

Data pendidikan responden dalam penelitian ini menggambarkan bahwa responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 20 orang atau 57% dari total responden. Sedangkan responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak delapan orang atau 22,9% dari total seluruh responden, dan responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak tujuh orang atau 20% dari total responden. Mayoritas responden berpendidikan SD dikarenakan sebagian besar penduduk di Desa Ayunan berusia 43 – 63 tahun. Responden dengan rentang usia ini memiliki tingkat motivasi yang rendah guna mengenyam pendidikan serta tingkat ekonomi yang rendah sehingga mereka lebih mengutamakan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tentuya akan mempengaruhi kualitas SDM di Desa Ayunan. pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan tersebut apabila merasa merasa bermanfaat bagi dirinya. Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan- pesan kesehatan melalui penyuluhan maupun media masa. Data tersebut tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Ayunan, Kabupaen Badung

No.

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Orang

(%)

1.

SD

20

57,1

2.

SMP

8

22,9

3.

SMA

17

48,57

4.

S1

0

0

Jumlah

35

100

Sumber: Data primer

Secara umum sebagian besar responden dalam penelitian ini telah bekerja selama lebih dari 10 tahun yakni sebanyak 31 orang atau 88% dari total responen, sedangkan responden yang masa kerjanya dibawah 10 tahun sebanyak 4 orang atau 12%.

Hal tersebut berarti sebagian besar responden sudah memiliki keahlian dan ketrampilan yang cukup dibandingkan dengan responden yang memiliki masa kerja sedikit. Makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya makin singkat masa kerja, maka makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan ketrampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki makin rendah.

Tabel 3.

Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Subak Desa Ayunan, Kabupaten Badung

No.

Masa Kerja

Jumlah

Orang

(%)

1.

Kurang dari 10 tahun

4

12

2.

Lebih dari 10 tahun

31

88

Jumlah

35

100

Sumber: Data primer

  • 3.2    Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan petani di Desa Ayunan sangat baik dengan total skor mencapai 2400. Sikap petani terhadap penggunaan APD tergolong dalam kategori baik dengan total skor 2630. Tindakan petani tergolong sangat baik dengan total skor mencapai 1944. Hal tersebut berarti petani di Desa Ayunan telah memiliki pengetahuan yang sangat baik dan mampu menunjukan sikap yang positif mengenai APD. Petani di Desa Ayunan juga telah melakukan tindakan yang semestinya dilakukan pada saat kontak dengan pestisida dan menggunakan APD secara lengkap.

Masing – masing pencapaian skor dari indikator pengetahuan, sikap dan tindakan petani terinci pada Tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani dalam Penggunaan APD

No

Indikator Variabel

Nilai Skor

Persentase Skor

%

Kriteria/

Kategori

Jumlah Responden Per Kriteria

SKB

KB

C

B

SB

1

Pengetahuan

2699

85,68

Sangat Tingi

-

-

-

28%

71%

2

Sikap

2633

83,58

Baik

-

-

-

60%

40%

3

Tindakan

1944

85,45

Sangat baik

-

-

-

34%

65%

Sumber: Data diolah

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan petani mendapatkan total skor 85,6%. Hal tersebut berarti tingkat pengetahuan petani sangat tinggi, dimana petani rata – rata sudah mangetahui dan memahami terkait bahaya pestisida dan pentingnya penggunaan APD secara baik. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil jawaban responden diketahui bahwa responden telah memahami apa definisi alat pelindung diri, fungsi dari masing – masing alat pelindung diri, serta syarat – syarat APD yang baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan diketahui bahwa selama ini banyak petani yang tidak menyadari bahwa beberapa gejala keracunan yang

disebabkan oleh pestisida merupakan gejala dari penyakit lain mengingat beberapa gejala keracunan pestisida tidaklah spesifik dan menyerupai gejala penyakit lain terutama pada kasus keracunan dengan tingkat yang ringan. Maka, masih diperlukan adanya usaha guna meningkatkan tingkat pengetahuan responden terutama mengenai jalan masuknya kontaminasi pertisida ke dalam tubuh dan bahaya yang ditimbukan akibat terjadinya keracunan pestisida.

Berdasarkan hasil penelitian sikap responden tergolong baik dengan total skor mencapai 83,58. Hal tersebut berarti rata – rata responden sudah mampu menunjukan sikap yang cukup positif terhadap penggunaan APD. Namun meskipun demikian masih perlu adanya upaya peningkatan atau perbaikan sikap petani di Desa Ayunan terhadap penggunaan APD. Hal tersebut didasari oleh hasil wawancara responden yang menunjukan bahwa masih terdapat responden yang menunjukan sikap negatif terhadap item – item mengenai APD yang terdapat pada kuisioner. Berdasarkan jawaban responden dalam lembar jawaban kuisoner diketahui bahwa terdapat 22 atau 62,8% responden yang menjawab kurang setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penyakit gangguan pernafasan disebabkan oleh pestisida. Terdapat dua atau 5,7% responden yang menyatakan kurang setuju dan dua atau 5,7% responden lainnya yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa kita dilarang untuk maka dan minum pada saat kontak dengan pestisida. terdapat satu atau 2,8% responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan sembilan atau 25,7% responden lainnya yang menyatakan kurang setuju dengan pernyataan bahwa penutup hidung dan mulut dapat melindungi saluran pernafasan dari pestisida.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan responden didapatkan nilai total skor mencapai 85,4 yang berarti tindakan responden tergolong sangat baik. Rata – rata responden telah menggunakan APD secara lengkap dan melakukan tindakan yang seharusnya dikakukan pada saat petani kontak dengan pestisida. Namun meski demikian berdasarkan hasil jawaban responden dalam lembar kuisioner (lampiran) diketahui bahwa terdapat empat atau 11,4% responden yang tidak selalu menggunakan masker pada saat kontak dengan pestisida. Umumnya petani hanya menggunakan masker pada saat melalukan penyemprotan di lahan dan mengabaikan penggunaan masker pada saat proses pencampuran pestisida. Terdapat sembilan atau 25,71% responden yang masih abai terhadap kebersihan dengan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan pestisida. Responden merasa tangannya sudah cukup bersih dengan mencuci tangan tanpa sabun sehingga mengabaikan pentingnya penggunaan sabun padahal pestisida merupakan bahan kimia yang beracun sehingga benda benda yang terpapar pestisida perlu dibersihkan dengan cara yang tepat seperti dicuci di air mengalir dan menggunakan sabun. Terdapat 11 atau

31,4% responden yang masih tetap makan dan minum sekalipun belum membersihkan diri detelah proses penanganan pestisida padahal hal-hal tersebut dapat membahayakan kesehatan responden.

  • 3.3    Hubungan Pengetahuan Terhadap Tindakan Petani Dalam Penggunaan APD

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Pearson Product Moment Correlation yaitu bentuk analisis yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan analisis data berikut hasil hubungan antara Pengetahuan, Perilaku dan Penggunaan APD. Setelah dilakukan analisis, maka didapatkan hasil pada Tabel 5.

Tabel 5.

Uji Pearson Product Moment Correlation Pengetahuan dan Tindakan Petani dalam Penggunaan APD Pengetahuan Petani Tindakan petani

Pengetahuan Petani

Tindakan petani

Pengetahuan Petani

Pearson Correlation

1

.755**

Sig. (2-tailed)

.000

N

35

35

Tindakan petani

Pearson Correlation

.755**

1

Sig. (2-tailed)

.000

N

35

35

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 5, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan petani dalam penggunaan alat pelindung diri dimana nilai pearson correlationnya 0,00<0,05 dan bernilai positf. Semakin tinggi pengetahuan maka perilaku petani dalam penggunaan APD semakin baik. Petani yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi mengenai pentingnya penggunaan APD dan bahaya pestisida akan lebih patuh dalam menggunakan APD, sedangkan petani yang memiliki pengetahuan rendah terhadap penggunaan APD cendrung lebih acuh dalam penggunaan APD. Penelitian ini juga mempunyai hasil yang sama dengan penelitian Darmayanti, dkk (2015), dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan petani pengguna pestisida dengan tingkat kepatuhannya dalam menggunakan alat pelindung diri (p=0,000). Dalam jurnal oleh Yuantari, dkk (2013), menyimpulkan bahwa pengetahuan yang kurang tepat dalam menggunakan pestisida akan berpengaruh pada perilaku atau praktik yang kurang tepat pula.

  • 3.3    Hubungan Sikap Terhadap Tindakan Petani Dalam Penggunaan APD

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Pearson Product Moment Correlation yaitu bentuk analisis yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan analisis data berikut hasil hubungan antara Pengetahuan, Perilaku dan Penggunaan APD. Setelah dilakukan analisis, maka didapatkan hasil pada Tabel 6.

Tabel 6.

Uji Pearson Product Moment Correlation Sikap dan Tindakan

Sikap Petani

APD

Sikap Petani Pearson Correlation

1

732**

Sig. (2-tailed)

.000

N

35

35

APD       Pearson Correlation

.732**

1

Sig. (2-tailed)

.000

N

35

35

Berdasarkan data Tabel 6 nilai signifikasi pearson correlation sebesar 0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dan perilaku petani dalam penggunaan APD. Hipotesis 2 penelitian diterima.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sikap dengan tindakan petani dalam penggunaan alat pelindung diri memiliki hubungan yang bersifat positif. Semakin baik sikap maka perilaku petani dalam penggunaan APD juga semakin baik. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003),yang menerangkan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanta-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka dan merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Menurut Noorkasiani (2009) tindakan disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor predisposisi yaitu sikap keyakinan, nilai, motivasi, dan pengetahuan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan sarana prasarana. Pengalaman pribadi haruslah memberi kesan kuat untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap dan pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan masyarakat.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan tindakan petani terhadap penggunaan APD sangat baik, sedangkan sikap petani tergolong baik. Tingkat pengetahuan petani mendapatkan skor sebesar 85,6%, sikap petani mendapatkan skor 83,4%, tingkat tindakan mencapai 85,4%. Terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan petani dalam penggunaan alat pelindung diri yang mana didapatkan hasil nilai pearson correlation sebesar 0,00<0,05 dan bernilai positf. Terdapat hubungan antara sikap

terhadap tindakan petani dalam penggunaan alat pelindung diri yang mana didapatkan hasil nilai pearson correlation sebesar 0,00<0,05 dan bernilai positf.

  • 4.2.    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran yaitu petani diharapkan dapat menjaga dan mempertahankan tingkat pengetahuan, dan tindakan serta meningkatkan sikap petani terhadap penggunaan APD. Diharapkan adanya pembinaan maupun pendampingaan bagi petani di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung guna meningkatkan sikap petani terhadap penggunaan APD. Diharapkan Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan melaksanakan penelitian lebih lanjut dengan rancangan penelitian yang berbeda untuk mengetahui permasalahan yang lebih mendalam berkaitan dengan faktor lain yang berhubungan dengan pemakaian alat pelindung diri.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu kepada Kepala Desa Ayunan, Sekdes Desa Ayunan, Klian Subak Ayunan, anggota Subak Ayunan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya

Daftar Pustaka

Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa

Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. (Tesis). Universitas Diponogoro.

Anonim. 2011. Pedoman Pembinaan, Penggunaan Pestisida. Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementrian Pertanian.

Ayunan. 2016. Profil Desa Ayunan. 2016. http://desaayunan.badungkab.go.id/profil

(diakses 30 Desember 2019)

Darmayanti., DAA, K. Tirtayasa, and Saputra, KL. 2015. Hubungan Tingkat Sntsrs Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada Petani Pengguna Pestisida. (Skripsi). Universitas Udayana.

Djojosumarto, P. 2008.Pestisida Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia Jakarta Noorkasiani, Heryati, Isnani, R., 2009, Sosiologi Keperawatan, EGC, Jakarta, pp. Notoatmodjo, S. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Prihadi. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efek Kronis Keracunan

Pestisida Organofosfat Pada Petani Sayuran Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. (Tesis). Universitas Diponogoro.

Sugiartoto., A. Lolit, and Warsono. 1999. Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Solo: Penerbit Yayasan Duta Awam.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Yuantari, Maria G.C, 2013, Tingkat Pengetahuan dalam Menggunakan Pestisida (Studi kasus di Desa Curut Kecamatan penawangan kabupaten Grobogan), Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

511