Persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p38
Vol. 12, No. 1, Juli 2023
Persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
NI LUH MADE TARINA NANDA HARUM PUTRI, I GDE PITANA*, NYOMAN PARINING
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: tarinananda98@gmail.com *pitana@unud.ac.id
Abstract
Perceptions of the Segara Asih Farmers and Fishermen Group on the Development of Marine Tourism at Bias Munjul Beach, Ceningan Kangin Hamlet, Lembongan Village, Klungkung Regency
Nusa Ceningan with an area of 306 hectares has the potential as a place for tourism development, one of which is Munjul Bias marine tourism. Thus, this study aims to analyze perceptions and determine the factors supporting and inhibiting the development of marine tourism at Bias Munjul Beach, Lembongan Village. The research was conducted at Bias Munjul marine tourism from the end of April to July 2021. Data was collected through questionnaires and in-depth interviews. The data analysis used is a qualitative-quantitative descriptive analysis. The results showed that the overall level of perception could be categorized as "Strongly Agree". Then, the supporting factors for the development of Bias Munjul marine tourism are the tourist attractions, the availability of sea transportation, and the high participation of the community. Meanwhile, the biggest inhibiting factor is accessibility and government support. Suggestions that can be given are to immediately improve internal management, increase promotions, optimize facility maintenance, and immediately resolve road access problems, so as to support the development of Bias Munjul marine tourism in the future.
Keywords: perception, marine tourism development
Ditinjau dari kondisi alamnya, Nusa Ceningan yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Klungkung ini memiliki kekayaan alam yang melimpah dan berpotensi sebagai tempat dikembangkannya pariwisata terutama wisata bahari.
Salah satu destinasi wisata bahari di wilayah Nusa Ceningan yang dikembangkan saat ini adalah wisata bahari Bias Munjul yang terletak di sisi utara Pulau Nusa Ceningan.
Di tengah pandemi Covid-19, kondisi pariwisata di Nusa Ceningan sedang mengalami penurunan yang sangat signifikan, baik pada penurunan jumlah kedatangan wisatawan sampai pada keberlanjutan pengembangan objek wisatanya, dimana hal tersebut membuat Pemerintah Daerah mulai berupaya kembali untuk membangkitkan pariwisata yang ada di Desa Lembongan terutama pada Nusa Ceningan.
Pelaksanaan kegiatan wisata bahari sendiri sebagian besar memanfaatkan potensi pantai dan laut sebagai daya dukung kegiatan wisata (Ferdinandus dan Suryasih, 2014). Menurut Bato, dkk (2013), ekowisata bahari merupakan konsep dari pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir dengan menerapkan sistem pelayanan jasa lingkungan yang mengutamakan sumberdaya alam pesisir sebagai objek utama dari pelayanan tersebut. Salah satu syarat dari pengembangan wisata bahari di suatu daerah adalah dengan memperhatikan aspek konservasi, yaitu ecotourism (Amanah dan Utami, 2006).
Dalam upaya pengembangan sebuah objek wisata tentu akan menemukan berbagai hambatan yang dapat memengaruhi pengembangan suatu objek wisata di suatu daerah. Syabranie dan Jusmartinah (2013), menegaskan bahwa faktor pendukung dan penghambat diidentifikasikan sebagai kekuatan dan kelemahan yang merupakan analisis lingkungan internal. Sedangkan analisis lingkungan eksternal mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi sehingga menimbulkan peluang dan ancaman. Dimana salah satu faktor yang diyakini sangat memengaruhi keberlanjutan pengembangan sebuah objek wisata yaitu persepsi dari masyarakat lokal maupun pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan objek wisata di daerah tersebut.
Walgito (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului dengan proses penginderaan berupa diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, yang sering disebut dengan proses sensoris. Selain itu, Hendri Putrananda (2019) menyebutkan bahwa faktor ekonomi juga merupakan salah satu faktor utama yang dapat memengaruhi persetujuan dan penolakan atau positif dan negatifnya persepsi yang ditimbulkan oleh masyarakat terhadap rencana pengembangan kawasan pariwisata.
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan serta pengembangan suatu wisata bahari di suatu wilayah sangatlah penting. Menurut Pangau (2018), dengan menganalisis persepsi masyarakat terhadap pengelolaan dalam pengembangan ekowisata bahari akan sangat menentukan bagaimanakah pendapat, pandangan serta penilaian masyarakat terhadap pengembangan kawasan wisata bahari bagi kelangsungan hidup masyarakat terutama yang berada di wilayah pesisir.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam analisis ini sebagai berikut:
-
1. Bagaimana dampak pariwisata terhadap sosial Subak Teges dilihat dari lima fungsi subak di Subak Teges, Kabupaten Klungkung?
-
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Kabupaten Klungkung?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian dalam analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
-
1. Untuk menganalisis persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Kabupaten Klungkung.
-
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Kabupaten Klungkung.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik berupa masukan, kajian maupun bahan pertimbangan bagi masyarakat terutama anggota Kelompok Tani Nelayan Segara Asih dan pemerintah, yang nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan informasi pendukung atau pelengkap sebagai rujukan pengambilan sikap untuk memutuskan suatu kebijakan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guna keberlanjutan dari pemanfaatan pengembangan wisata bahari.
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Kabupaten Klungkung pada. Adapun pengambilan data di lapangan dilaksanakan akhir bulan April sampai Juli 2021. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja).
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi metode survei, observasi, wawancara terstruktur, wawancara mendalam (in depth interview), studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Tani Nelayan Segara Asih yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling, yaitu dengan menggunakan metode sensus atau sampling jenuh yang berarti mengambil seluruh elemen atau unsur dalam populasi sebagai sampel (Trisnani, 2019).
Sedangkan, untuk penentuan informan kunci dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun 7 (tujuh) informan kunci dalam penelitian ini, antara lain: I Wayan Suwidi (Pejabat Sementara Desa Lembongan), I Kadek Astawan (Penanggung Jawab PT. Bali Eka Jaya), I Ketut Karya Buana (Ketua Kelompok Tani Nelayan Segara Asih), Suhendi Dwicahyo (Pengunjung), Erika (Pengunjung), Gede Donni Sudiawan (Tour Guide), dan Komang Ari Sukarjaya (boat driver Eka Jaya Fast Boat).
Variabel persepsi terhadap pengembangan wisata bahari menggunakan tiga indikator yang dilihat dari tiga komponen persepsi dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sedangkan, variabel faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan wisata bahari dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif kuantitatif.
Pengukuran variabel persepsi menggunakan skala likert yang dilakukan dengan pemberian skor atas tanggapan responden terhadap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Sugiyono (2013) menyebutkan bahwa “Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif”. Maka, terdapat lima bobot skor jawaban responden yang diberikan seperti yang telah dijabarkan di bawah ini.
-
a. Sangat setuju (SS) dengan bobot skor 5
-
b. Setuju (S) dengan bobot skor 4
-
c. Kurang setuju (KS) dengan bobot skor 3
-
d. Tidak setuju (TS) dengan bobot skor 2
-
e. Sangat tidak setuju (STS) dengan bobot skor 1
Tabel 1 .
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) |
Laki-laki |
38 |
100 |
Perempuan |
0 |
0 |
TOTAL |
38 |
100 |
Sumber : Data Primer (2021)
Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pada penelitian ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 100%. Hal ini dikarenakan responden penelitian sendiri berasal dari seluruh anggota aktif Kelompok Tani Nelayan Segara Asih yang berjumlah 38 orang.
Tingkat umur responden sangatlah memengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas maupun konsep berpikir. Seperti yang telah dikemukakan oleh Lindaan (2016). Usia penduduk berdasarkan atas produktivitasnya terdiri atas tiga bagian, yang meliputi: (1) rentang usia 0-14 tahun tergolong pada usia belum produktif; (2) rentang usia 15-64 tahun merupakan rentang usia kerja atau usia produktif; dan (3) usia 65 tahun ke atas adalah usia tidak produktif (Badan Pusat Statistik, 2018). Berikut hasil sebaran data karakteristik responden berdasarkan umur yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden
Golongan usia |
Rentang usia |
Jumlah |
Persentase (%) |
Belum produktif |
0-14 tahun |
0 |
0 |
Produktif |
15-64 tahun |
38 |
100 |
Tidak produktif |
≥65 tahun |
0 |
0 |
TOTAL |
38 |
100 |
Sumber : Data Primer (2021)
Merujuk pada hasil data karakteristik responden berdasarkan umur responden yang telah disajikan pada tabel di atas, disimpulkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini berada pada interval usia 15-64 tahun sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 100%. Menurut pada perspektif ekonomi, sebaran data di atas menunjukkan bahwa saat ini seluruh responden berada pada rentang usia produktif.
Hal itu dikarenakan adanya syarat dalam keanggotaan pada Kelompok Tani Nelayan Segara Asih, dimana syarat usia minimum untuk dapat tercatat sebagai anggota kelompok yaitu dimulai dari usia 25 tahun dengan tanpa batas maksimal umur (Wawancara dengan I Ketut Karya Buana, 19 Mei 2021).
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan membedakan orang tersebut dengan mereka yang tidak memiliki pendidikan dan suatu pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun non formal (Lindaan, 2016). Berikut hasil sebaran data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan |
Jumlah |
Persentase (%) |
SD |
7 |
18,42 |
SMP |
6 |
15,79 |
SMA |
21 |
55,26 |
DIPLOMA 1,2,3 |
1 |
2,63 |
S1 |
3 |
7,89 |
TOTAL |
38 |
100 |
Sumber : Data Primer (2021)
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 55,26%. Selanjutnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 7 dan 6 orang, dengan persentase sebesar 18,42% dan 15,79%, serta hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pendidikan sampai pada D2 dan S1. Hal tersebut dikarenakan tinggi rendahnya tingkat pendidikan tidak terlalu berperan secara signifikan dalam pencarian lapangan pekerjaan di Desa Lembongan, yang paling diutamakan adalah pengalaman masing-masing individu.
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden
Utama |
Jumlah |
Persentase (%) |
Sampingan |
Jumlah |
Persentase (%) |
Pegawai |
Pegawai | ||||
Negeri Sipil |
0 |
0 |
Negeri Sipil |
0 |
0 |
(PNS) |
(PNS) | ||||
Pegawai |
7 |
18,42 |
Pegawai |
0 |
0 |
Swasta |
Swasta | ||||
Wirausaha |
4 |
10,53 |
Wirausaha |
2 |
5,26 |
Petani Rumput |
23 |
60,53 |
Petani Rumput |
10 |
26,32 |
Laut |
Laut | ||||
Nelayan Ikan |
2 |
5,26 |
Nelayan Ikan |
11 |
28,95 |
Pengepul |
2 |
5,26 |
Pengepul |
0 |
0 |
Lainnya |
0 |
0 |
Lainnya |
0 |
0 |
TOTAL |
38 |
100 |
TOTAL |
23 |
60,53 |
Sumber : Data Primer (2021)
Ditinjau dari Tabel 4, menunjukkan bahwa dari 38 responden dalam penelitian ini hanya 23 orang dengan persentase 60,53% yang memiliki pekerjaan sampingan, sedangkan sebesar 39,47% responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Dimana pada pekerjaan sampingan lebih di dominasi oleh nelayan ikan yaitu sebanyak 11 orang atau sebesar 47,83%, dilanjutkan dengan petani rumput laut sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 43,48%. Serta, pekerjaan sampingan sebagai wirausaha sebanyak 2 orang yaitu sebesar 8,70%.
Keberlangsungan kegiatan pariwisata tidak akan terlepas dari kebutuhan transportasi sebagai fasilitas utama yang mendukung. Dalam pelaksanaan kegiatannya, wisata bahari Bias Munjul sendiri menerapkan sistem kekeluargaan yang mana lebih memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk membantu dalam pemenuhan transportasi laut. Berikut adalah sebaran data jumlah kepemilikan transportasi laut dari anggota Kelompok Tani Nelayan Segara Asih yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5.
Data Jumlah Kepemilikan Transportasi Laut Anggota Kelompok Tani Nelayan Segara Asih
No |
Jenis transportasi laut |
Total unit |
1. |
Sampan |
45 |
2. |
Perahu bermesin |
26 |
3. |
Speed boat |
7 |
TOTAL |
78 |
Sumber : Data Primer (2021)
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan transportasi laut pada responden dalam penelitian ini tergolong tinggi. Hal tersebut dipengaruhi dengan tingkat penggunaan transportasi laut yang sangat tinggi di daerah tersebut. Selain penggunaan untuk kegiatan sehari-hari seperti melaut untuk menangkap ikan dan menanam rumput laut, transportasi laut seperti halnya perahu bermesin dan speed boat sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan kepariwisataan terutama kegiatan wisata bahari.
-
3.2 Persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih Terhadap Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Bias Munjul
Persepsi menjadi salah satu aspek terpenting dalam keberlanjutan perkembangan suatu pariwisata, dimana persepsi sendiri merupakan hasil olah daya pikir yang direpresentasikan dalam berupa tanggapan, pandangan, perasaan atau emosi, sikap sampai pada tindakan baik secara subjektif maupun objektif. Berikut telah disajikan rekapitulasi persepsi KTN Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Rekapitulasi Persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih Terhadap Pengembangan
Wisata Bahari di Pantai Bias Munjul | ||||
No. |
Indikator |
Skor total |
Pencapaian skor (%) |
Kategori |
1 |
Aspek kognitif |
158,6 |
83,45 |
Setuju |
2 |
Aspek afektif |
158,2 |
83,27 |
Setuju |
3 |
Aspek konatif |
163,2 |
85,91 |
Sangat setuju |
Rata-rata skor keseluruhan |
160 |
84,21 |
Sangat setuju |
Sumber : Data Primer (2021)
Pada aspek kognitif, didapat hasil rata-rata keseluruhan jawaban responden pada aspek kognitif, yaitu sebesar 158,6 dengan persentase 83,45%, dimana indikator tersebut masuk ke dalam kategori “Setuju”. Maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi yang timbul dari Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul pada aspek kognitif ini tergolong baik. Perolehan skor yang tinggi menandakan bahwa responden memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tinggi juga akan pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul.
Selanjutnya, pada aspek afektif didapat hasil rata-rata keseluruhan jawaban responden sebesar 158,2 dengan persentase 83,27%, dimana indikator tersebut masuk ke dalam kategori “Setuju”. Dapat disimpulkan bahwa persepsi yang timbul dari Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul pada aspek afektif ini tergolong baik. Tanggapan positif yang timbul dari responden, sebagian ada pada perasaan yang dirasakan oleh responden mulai dari sejak berjalannya wisata bahari Bias Munjul tersebut. Akan tetapi, masih terdapat persepsi negatif yang timbul berupa emosi yang ditunjukkan oleh responden sendiri, seperti halnya pada kerugian yang seringkali dialami oleh petani rumput laut. Tentunya hal itu akan menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat terkait keberlanjutan dari pengembangan objek wisata bahari Bias Munjul.
Terakhir, hasil rata-rata keseluruhan jawaban responden yang didapat pada aspek konatif adalah sebesar 163,2 dengan persentase 85,91%, dimana indikator tersebut masuk ke dalam kategori “Sangat Setuju”. Tanggapan yang diberikan oleh responden atas pernyataan-pernyataan yang telah disajikan menghasilkan persepsi yang sangat positif. Respon positif yang timbul dari responden sebagian besar ditunjukkan melalui perilaku dan motivasi yang dimiliki oleh responden. Selain itu, motivasi yang timbul berkat dari adanya pengembangan objek wisata bahari ini sendiri dapat mencerminkan bahwa pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul telah membawa pengaruh positif bagi masyarakat sekitar. Begitu juga dengan sikap yang ditunjukkan oleh responden yang mengarah ke arah positif. Dengan demikian, melihat pada respon nyata yang ditunjukkan oleh KTN Segara Asih, tentu
saja dapat menjelaskan bahwa pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul sudah diterima dengan baik, sehingga hal tersebut akan menjadi faktor terpenting dalam keberlanjutan pengembangannya.
-
3.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Bias Munjul
-
3.3.1 Faktor pendukung
-
Terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang mendukung pengembangan wisata bahari Bias Munjul, antara lain:
-
1. Kondisi atraksi wisata yang masih alamiah dan natural.
-
2. Tersedianya aktivitas rekreasi yang bervariasi.
-
3. Tersedianya fasilitas yang memadai, seperti toilet, tempat istirahat, dermaga jalur penyeberangan, tong sampah, beberapa spot berfoto, plang informasi, dan pelayanan yang ramah dan cepat tanggap.
-
4. Tersedianya alat komunikasi yang cukup memadai.
-
5. Tersedianya transportasi laut penunjang kegiatan wisata yang sangat memadai.
-
6. Kualitas lingkungan yang cukup bersih.
-
7. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup bagus.
-
8. Tingkat partisipasi masyarakat yang sangat tinggi.
-
9. Adanya pembangunan pelabuhan Bias Munjul yang dapat menunjang keberlanjutan pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul kedepannya.
Beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi penghambat dalam pengembangan wisata bahari Bias Munjul, antara lain:
-
1. Kurangnya ketersediaan air bersih dan listrik.
-
2. Kurangnya perawatan pada beberapa sarana dan prasarana.
-
3. Sulitnya pengolahan sampah hasil kegiatan wisata.
-
4. Belum tersedianya homestay, rumah oleh-oleh, dan restoran/rumah makan.
-
5. Ketidakjelasan manajemen internal pengelola, menyebabkan kurangnya
penataan pada arsip dan dokumentasi wisata.
-
6. Kurangnya promosi yang dilakukan baik pada media yang digunakan,
frekuensi, maupun jangkauan promosinya.
-
7. Biaya rekreasi wisata yang mahal.
-
8. Kegiatan rekreasi wisata yang bergantung pada kondisi cuaca dan iklim
-
9. Akses jalan menuju lokasi yang masih kurang memadai
-
10. Adanya bencana alam berupa wabah penyakit covid-19
-
11. Belum terbentuknya Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Nusa Ceningan
-
12. Kurangnya dukungan pemerintah baik berupa dana bantuan maupun pemenuhan sarana dan prasarana penunjang pengembangan wisata.
-
13. Banyaknya objek-objek wisata yang lebih menarik dengan atraksi wisata yang lebih beragam, serta memiliki sarana dan prasarana yang lebih mendukung.
Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan atas tiga indikator, yaitu aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman, dan pendapat), aspek afektif (perasaan, emosi, dan penilaian), dan aspek konatif (sikap, perilaku, dan motivasi), maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tingkat persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung berdasarkan pada tiga indikator dapat dikategorikan “Sangat Setuju (SS)”, yang berarti persepsi yang ditimbulkan oleh responden tergolong sangat baik dengan pembagian persepsi pada indikator aspek kognitif dan aspek afektif tergolong baik dan pada aspek konatif persepsinya sangat baik. Faktor yang mendukung pengembangan wisata bahari Bias Munjul adalah pada atraksi wisata yang ditawarkan, ketersediaan transportasi laut yang memadai, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Sedangkan, faktor penghambat terbesarnya adalah pada akses jalan yang kurang memadai serta kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah terkait dana bantuan serta sarana dan prasarana pengembangan wisata.
Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai persepsi Kelompok Tani Nelayan Segara Asih terhadap pengembangan wisata bahari di Pantai Bias Munjul, Dusun Ceningan Kangin, Desa Lembongan, maka saran yang dapat diberikan adalah diharapkan bagi pengelola agar segera membenahi kembali manajemen internal pengelola dan meningkatkan promosi yang dilakukan. Sebagai daya dukung wisata bahari, diharapkan pengelola dapat mengoptimalkan pemeliharaan fasilitas wisata bahari yang sudah tersedia, dengan mulai membenahi infrastruktur sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan. Diharapkan bagi pemerintah untuk dapat memberikan bantuan dalam mengatasi masalah pada fasilitas wisata yang belum memadai, segera dilakukannya perbaikan pada akses jalan menuju lokasi wisata, serta adanya penyelesaian terkait jaringan listrik. Bagi pemerintah, diharapkan juga untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan, perbaikan, pembangunan, serta dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata bahari melalui sosialisasi berkala kepada generasi muda terkait Pokdarwis. Lalu diharapkan untuk lebih menyiapkan anggaran bantuan dalam pengembangan wisata bahari Bias Munjul.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, doa serta motivasi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Besar harapan penulis agar semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penelitian terkait selanjutnya.
Daftar Pustaka
Amanah, S., & H. N. Utami. 2006. Perilaku Nelayan dalam Pengelolaan Wisata Bahari di Kawasan Pantai Lovina, Buleleng, Bali. Jurnal Penyuluhan, 2(2): 83-90.
Badan Pusat Statistik. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Hasil SUPAS 2015 (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Gandewa Pramatya Arta.
Bato, M., F. Yulianda, & A. Fahruddin. 2013. Kajian Manfaat Kawasan Konservasi Perairan bagi Pengembangan Ekowisata Bahari: Studi Kasus di Kawasan Perairan Nusa Penida, Bali. Jurnal Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan, 2(2): 104-113.
Ferdinandus, A. M., & I. A. Suryasih. 2014. Studi Pengembangan Wisata Bahari Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Pantai Natsepa Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Destinasi Pariwisata, 2(2): 1-12.
Lindaan, M. P. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Industri Rumah Panggung di Desa Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal Agri-Sosioekonomi, 12(2A): 349-362.
Pangau, G. M. G. 2018. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Ekowisata Bahari di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal AKULTURASI, 6(11): 791-802.
Putrananda, H. 2019. Persepsi Nelayan Terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata (Studi Kasus Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten). Journal of Scientech Research and Development, 1(1): 12-19.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Syabranie, M., & R. Jusmartinah. 2013. Upaya Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Bulungan. Jurnal Teknik Waktu, 11(1): 1412-1867.
Trisnani, N. 2019. Teknik Sampling dan Survey. Modul, IKIP PGRI Wates.
Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Edisi IV. Yogyakarta: Andi.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
425
Discussion and feedback