Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p08

Vol. 12, No. 1, Juli 2023

Strategi Membangun Destinasi Ekowisata di Kawasan Subak Sungsang Desa Tibubiu Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan

DEWA AYU PUTU ADI LISTYA UTAMI, NI WAYAN SRI ASTITI*, NYOMAN PARINING

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Strategy to Build Ecotourism Destinations in Subak Sungsang Area of Tibubiu Village, Kerambitan District, Tabanan Regency

Subak Sungsang is located in Tibubiu village, Kerambitan subdistrict, which has the potential to be developed as an ecotourism destination. The research aims to internal and external factors, also formulate general, alternative, and priority strategies. This research using several analyses, such as IFAS, EFAS, IE matrix, SWOT matrix and QSPM analysis. The results showed that strengths and weakness which come from internal factors are ritual activities or religious culture individually continue to run and the absence of managers for tourism in Subak Sungsang. In other hand, the opportunities and threats which come from external factors are concerns from farmers and tourists towards the subak area and the tendency of people who turn to tourism. General strategy is derived from the total IFAS score of 3,00 and the total EFAS score of 2,26 which is located in cell V (hold and maintain). Alternative strategy consists ten alternative strategies. Priority strategies for the development of Subak Sungsang into ecoturism destination are maintaining natural resources, preserving religious rituals and improving the quality of human resources Subak Sungsang. Advice that can be given is implemeting priority strategies. This strategy can be considered to develop Subak Sungsang as ecotourism destination. In the future, deep and further research is expected to examine supporting factors and inhibitory factors.

Keywords: strategy, ecotourism, subak sungsang, internal factors, external factors

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Provinsi Bali sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia yang terdahulu hingga saat ini menjadi primadona di kalangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, hal ini dikarenakan Bali memiliki pesona atau

keistimewaan tersendiri yaitu kekayaan alam yang melimpah serta budaya yang masih kental di kehidupan masyarakat Bali. Salah satu kekayaan alam Bali yang terkenal di Indonesia maupun dunia yaitu subak. Menurut Sutawan (2001) terdapat beberapa tantangan-tantangan yang mengancam eksistensi subak di Bali yaitu : adanya persaingan pemasaran hasil-hasil pertanian yang semakin tajam, terjadinya penciutan areal persawahan beririgasi diakibatkan oleh alih fungsi lahan, semakin terbatasnya ketersediaan air, terjadinya pencemaran sumberdaya air, menyerahkan kembali tanggung jawab berupa pengelolaan jaringan irigasi kepada petani, serta kurangnya minat pemuda menjadi petani. Hal ini pun menjadi acaman bagi keberadaan subak di Kabupaten Tabanan.

I Gusti Putu Wiadnyana selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tabanan menyatakan bahwa tahun 2011 hingga 2017 rata-rata alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan di Tabanan mencapai 53,40 ha per tahun atau 0,25 persen per tahun. Terdapat enam kecamatan Tabanan yang dominan melakukan alih fungsi lahan pada tahun 2011 hingga 2017 yaitu Kecamatan Tabanan, Kediri, Selemadeg, Selemadeg Timur, Selemadeg Barat, dan Kerambitan (Nusabali.com, 2019). Guna mengatasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Tabanan khususnya Kecamatan Kerambitan yang berimbas pada eksistensi subak, maka perlu menjadikan kawasan subak sebagai salah satu tujuan alternatif wisata. Berdasarkan Sriyadi (2016 dalam Wulandari dkk 2020) fungsi lahan pertanian selain menjadi media untuk memproduksi pangan dapat juga difungsikan sebagai tempat rekreasi dengan mengintegrasikan pariwisata dan pertanian. Salah satu bentuk pengintegrasian pariwisata dan pertanian adalah ekowisata. Dalam pengembangan suatu kawasan menjadi ekowisata, harus memperhatikan hal ini :  (1)

mengembangkan suatu kawasan menjadi tujuan wisata yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya yang dimiliki serta budaya masyarakat lokal, (2) mengedepankan perencanaan pemetaan wilayah, (3) menekankan tentang ukuran batas maksimal penggunaan suatu area berdasarkan toleransinya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami (Zulkifli, 2018).

Kawasan yang dapat dikembangkan menjadi ekowisata di Kecamatan Kerambitan adalah Subak Sungsang. Subak Sungsang merupakan salah satu subak yang berada di wilayah Kecamatan Kerambitan khususnya di Desa Tibubiu yang dimana memiliki potensi dalam pengembangan subak menjadi destinasi ekowisata.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Apa sajakah faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki Subak Sungsang dalam pembangunan destinasi ekowisata?

  • 2.    Bagaimanakah strategi umum yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata?

  • 3.    Bagaimanakah strategi alternatif yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata?

  • 4.    Bagaimanakah strategi prioritas yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki Subak Sungsang dalam pembangunan destinasi ekowisata.

  • 2.    Merumuskan strategi umum yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata.

  • 3.    Merumuskan strategi alternatif yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata.

  • 4.    Merumuskan strategi prioritas yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Subak Sungsang Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, dengan waktu penelitian selama dua bulan yaitu Mei 2021 hingga Juni 2021.

  • 2.2    Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini menggunakan dua jenis yaitu jenis data kualitatif dan jenis data kuantitaif. Jenis data kualitatif merupakan jenis data yang berupa tulisan, kata-kata, maupun dalam bentuk gambar (Sugiyono, 2006 dalam Pratiwi, 2017). Jenis data kualitatif berupa gambaran umum Desa Tibubiu, sejarah subak, potensi subak, wilayah subak. Jenis data kuantitatif yang digunakan ialah jumlah anggota subak, luas lahan subak, dan karakteristik informan. Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang didapat langsung dari sumbernya (Moleong, 2012). Sumber data sekunder yang digunakan berasal dari jurnal, literatur, buku-buku, serta dari internet.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu observasi, wawancara semi-terstruktur dan dokumentasi.

  • 2.4    Informan Penelitian

Peneliti menetapkan informan dengan purposive sampling atau berdasarkan bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian (Prananda, 2018). Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Tibubiu, Ketua subak (Pekaseh), Sekretaris (Penyarikan), Bendahara (Petengen), dan 3 anggota Subak Sungsang.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Analisis Data

Variabel pada penelitian ini yaitu faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif, analisis IFAS, analisis EFAS, matriks IE, matriks SWOT, dan analisis QSPM. Analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif. Analisis IFAS digunakan untuk melakukan penilaian dan pembobotan atas faktor internal yang diperoleh (Qanita, 2020). Analisis EFAS digunakan untuk melakukan penilaian dan pembobotan atas faktor eksternal yang diperoleh (Qanita, 2020). Matriks IE menggunakan skor total pembobotan IFAS dan skor total pembobotan EFAS yang akan menghasilkan sembilan sel (Putra, 2019 dalam Qanita, 2020). Matriks SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif startegis (Rangkuti, 2017). Analisis QSPM bertujuan untuk mengevaluasi pilihan-pilihan strategi alternatif yang dapat dilaksankan secara objektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah di identifikasikan pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2014 dalam Hasibuan dan Amela, 2019).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang dimiliki Subak Sungsang dalam Pembangunan Destinasi Ekowisata

      • 3.1.1    Identifikasi faktor internal

Adapun faktor-faktor internal yang dimiliki Subak Sungsang yaitu kekuatan dan kelemahan:

Kekuatan : (1) Memiliki keindahan subak yang masih terjaga, (2) Petani masih menggunakan peralatan pertanian dengan baik, (3) Aktivitas petani mulai dari menanam hingga panen dilakukan secara konsisten, (4) Aktivitas ritual atau budaya keagamaan secara individu tetap berjalan, (5) Melaksanakan kegiatan ritual secara bersama-sama atau kolektif, (6) Melakukan segala aktivitas di subak secara gotong royong, (7) memiliki sumber air yang memadai, (8) Adanya jalur jogging track dan cycling yang cukup memadai, (9) Memiliki lokasi strategis dan aksesibilitas yang sangat mudah, (10) Subak Sungsang berada di kawasan pariwisata.

Kelemahan : (1) Anggota subak belum memahami, mengenal, mengetahui konsep ekowisata, (2) Kurangnya minat generasi muda menjadi petani penerus di Subak Sungsang, (3) Belum adanya pengelola untuk wisata di Subak Sungsang, (4) Sebagian besar anggota Subak Sungsang berstatus sebagai penyakap, (5) Anggota subak belum mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan subak menjadi ekowisata.

  • 3.1.2    Identifikasi faktor eksternal

Adapun faktor-faktor eksternal yang dimiliki Subak Sungsang yaitu peluang dan ancaman :

Peluang : (1) Adanya peluang pasar untuk wisatawan, villa, hotel, rumah makan, dan restoran, (2) Kegiatan wisata yang bersifat outdoor dimasa new normal,

  • (3)    Adanya kepedulian dari petani dan wisatawan terhadap kawasan subak, (4) Adanya dukungan dari pemerintah maupun desa dalam pengembangan subak menjadi ekowisata.

Ancaman : (1) Meningkatnya alih fungsi lahan di Subak Sungsang, (2) Adanya wisata sejenis yang ada di sekitar Subak Sungsang, (3) Kecenderungan masyarakat beralih ke pariwisata, (4) Adanya pencemaran air dan udara di sistem irigasi subak.

  • 3.1.3    Analisis IFAS

Analisis IFAS merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor internal yang dimiliki Subak Sungsang dalam pembangunan destinasi ekowisata. Analisis ini digunakan untuk memperoleh bobot, penilaian, serta skor dari masing-masing faktor internal. Berikut hasil perhitungannya yang tertuang dalam Tabel 1 :

Tabel 1.

Bobot, Rating, dan Skor IFAS Strategi Membangun Destinasi Ekowisata di Kawasan Subak Sungsang Desa Tibubiu Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan

No

Faktor Internal

Bobot

Rating

Skor

1

Kekuatan (Strength)

1.

Memiliki keindahan subak yang masih terjaga

0,08

3,5

0,28

2.

Petani masih menggunakan peralatan pertanian dengan baik

0,06

3

0,20

3.

Aktivitas petani, mulai dari menanam hingga panen dilakukan secara konsisten

0,07

3,1

0,23

4.

Aktivitas ritual atau budaya keagamaan secara individu tetap berjalan

0,08

3,6

0,30

5.

Melaksanakan kegiatan ritual secara bersama-sama atau kolektif

0,07

3,3

0,25

6.

Melakukan segala aktivitas di subak secara gotong-royong

0,06

3

0,20

7.

Memiliki sumber air yang memadai

0,06

2,6

0,16

8.

Adanya jalur jogging track dan cycling yang cukup memadai

0,05

2,5

0,14

9.

Memiliki lokasi strategis dan aksesibilitas yang sangat mudah

0,06

3

0,20

10.

Subak Sungsang berada di kawasan pariwisata

0,06

3

0,20

Total Kekuatan

0,70

2,21

2

Kelemahan (Weakness)

1.

Anggota subak belum memahami, mengenal, dan mengetahui konsep ekowisata

0,05

2,3

0,12

2.

Kurangnya minat generasi muda menjadi petani penerus di Subak Sungsang

0,06

2,8

0,18

3.

Belum adanya pengelola untuk wisata di Subak Sungsang

0,08

3,6

0,30

4.

Sebagian besar anggota Subak Sungsang berstatus sebagai penyakap

0,03

1,6

0,06

5.

Anggota subak belum mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan subak menjadi ekowisata

0,04

2,1

0,10

Total Kelemahan

0,29

0,79

Total keseluruhan

1

3,00

Sumber : Analisis data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas ritual atau budaya keagamaan secara individu menjadi kekuatan utama yang dimiliki Subak Sungsang, yang dimana memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 0,30 dari bobot 0,08 dengan rating 3,6. Pada faktor kelemahan, belum adanya pengelola untuk wisata di Subak Sungsang merupakan faktor kelemahan utama yang dimiliki Subak Sungsang dengan skor tertinggi sebesar 0,30 dengan bobot sebesar 0,08 dan berada di rating 3,6.

Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa total skor kekuatan lebih besar (2,21) dibandingkan dengan total skor kelemahan (0,79). Hal tersebut menunjukkan bahwa fakor internal Subak Sungsang dalam keadaan baik dimana dapat memanfaatkan kekuatan yang ada guna mengatasi faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Subak Sungsang.

  • 3.1.4    Analisis EFAS

Analisis EFAS merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor eksternal yang dimiliki Subak Sungsang dalam pembangunan destinasi ekowisata. Analisis ini digunakan untuk memperoleh bobot, penilaian, serta skor dari masing-masing faktor eksternal. Berikut hasil perhitungannya yang tertuang dalam Tabel 2 :

Tabel 2.

Bobot, Rating, dan Skor EFAS Strategi Membangun Destinasi Ekowisata di Kawasan Subak Sungsang Desa Tibubiu Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan

No

Faktor Eksternal

Bobot

Rating

Skor

1

Peluang (Oportunities)

1. Adanya peluang pasar untuk wisatawan, villa, hotel,

0,14

2,5

0,36

rumah makan, dan restoran

2. Kegiatan wisata yang bersifat outdoor dimasa new

0,13

2,3

0,31

normal

3. Adanya kepedulian dari petani dan wisatawan terhadap

0,17

3

0,52

kawasan subak

4. Adanya dukungan dari pemerintah maupun desa dalam

0,10

1,8

0,19

pengembangan subak menjadi ekowisata

Total peluang

0,56

1,40

2

Ancaman (Threats)

1. Meningkatnya alih fungsi lahan di Subak Sungsang

0,08

1,5

0,13

2. Adanya wisata sejenis yang ada di sekitar Subak

0,08

1,5

0,13

Sungsang

3. Kecenderungan masyarakat beralih ke pariwisata

0,14

2,5

0,36

4. Adanya pencemaran air dan udara di sistem irigasi

0,11

2

0,23

subak

Total ancaman

0,43

0,85

Total keseluruhan

1

2,26

Sumber : Analisis data primer 2021

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa adanya kepedulian dari petani dan wisatawan terhadap kawasan subak merupakan faktor peluang yang dimiliki Subak

Sungsang dengan skor tertinggi sebesar 0,52 dengan bobot sebesar 0,17 dan rating 3. Kecenderungan masyarakat beralih ke pariwisata, merupakan faktor ancaman yang memiliki skor tertinggi sebesar 0,36 dengan bobot 0,14 dan rating 2,5.

Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa total skor peluang lebih besar (1,40) dibandingkan dengan total skor ancaman (0,85), hal ini menunjukkan bahwa Subak Sungsang berada pada kondisi yang baik dimana faktor peluang tersebut dapat digunakan untuk mengatasi ancaman.

  • 3.2    Strategi Umum yang digunakan untuk Pengembangan Subak Sungsang

Menjadi Destinasi Ekowisata

  • 3.2.1    Matriks IE

Matriks IE merupakan analisis data untuk merumuskan strategi umum sesuai dengan letak atau posisi dari subak tersebut. Matriks IE ini berisi sembilan sel yaitu (a) sel I, II, dan IV menggambarkan kondisi sebagai grow dan build, (b) sel III, V, dan VII menggambarkan kondisi hold dan maintain, (c) sel VI, VIII, dan XI menggunakan strategi harvest dan divestiture (Putra, 2019 dalam Qanita, 2020). Matriks ini diperoleh dari total skor IFAS (3,00) dan total skor EFAS (2,26). Berikut strategi umum yang dapat diterapkan berdasarkan matriks IE :

TOTAL SKOR IFAS

4,0 (kuat) 3,0 (Rata-rata) 2,0 (Lemah)

(3,00)

TOTAL

SKOR

EFAS

Kuat 4,0

Menengah 3,0

(2,26)

Rendah 2,0

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Gambar 1.

Matriks IE dalam membangun destinasi ekowisata di Subak Sungsang

Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa dalam membangun destinasi ekowisata di Subak Sungsang berada di sel ke V. Sel ini diartikan sebagai hold dan maintain (Putra, 2019 dalam Qanita, 2020). Pada sel ke V ini, maka strategi umum yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

  • 3.3    Strategi Alternatif untuk Pengembangan Subak Sungsang Menjadi Destinasi Ekowisata

Berdasarkan strategi umum yang telah diperoleh melalui hasil perhitungan

IFAS dan EFAS, maka selanjutnya mencari strategi alternatif untuk pengembangan

Subak Sungsang menjadi ekowisata dengan menggunakan bantuan analisis data berupa matriks SWOT. Matriks SWOT ini akan memperoleh empat set alternatif strategis yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT.

  • a.    Strategi SO (Strength Oportunities) dibuat berdasarkan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki Subak Sungsang untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

  • b.    Strategi ST (Strength Threats) ini dibuat dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi berbagai ancaman yang ada.

  • c.    Strategi WO (Weakness Oportunities) diterapkan berdasarkan memanfaatkan peluang yang ada pada Subak Sungsang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

  • d.    Strategi WT (Weakness Threats) didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada pada Subak Sungsang serta menghindari ancaman.

Berdasarkan hasil matriks SWOT Tabel 3, diperoleh beragam alternatif-alternatif strategi pengembangan subak menjadi destinasi ekowisata. Adapun alternatif-alternatif yang diperoleh yaitu :

  • 1.    Strategi SO (Strength Oportunities) : (a) Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang, (b) Melakukan promosi melalui media sosial untuk memperkenalkan Subak Sungsang kepada masyarakat, (c) Meningkatkan kesadaran petani dan wisatawan dalam pelestarian Subak Sungsang, (d) Meningkatkan sinergi antara prajuru subak dengan krama Subak Sungsang.

  • 2.    Strategi ST (Strength Threats) : (a) Menciptakan inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Subak Sungsang, (b) Menjaga kebersihan lingkungan Subak Sungsang baik dari prajuru maupun krama subak.

  • 3.    Strategi WO (Weakness Oportunities) : (a) Memberikan penyuluhan terkait dengan ekowisata kepada krama subak, (b) Memberikan motivasi dan dorongan kepada generasi muda agar tertarik menjadi petani milenial, (c) Menciptakan struktur organisasi khusus untuk pengelolaan wisata Subak Sungsang.

  • 4.    Strategi WT (Weakness Threats) : Menjalin hubungan yang baik antara krama subak dengan pemuda-pemudi desa dan pemerintah daerah.

Tabel 3.

Matriks SWOT Pengembangan Subak Sungsang Menjadi Destinasi Ekowisata

IFAS

Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

Faktor Skor

Faktor Skor

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

  • 5.

  • 6.

  • 7.

  • 8.

  • 9.

10.

Memiliki keindahan subak 0,28 yang masih terjaga

Petani masih menggunakan 0,20 peralatan pertanian dengan baik Aktivitas petani, mulai dari 0,23 menanam hingga panen dilakukan secara konsisten

Aktivitas ritual/keagamaan 0,30 secara individu tetap berjalan

Melaksanakan kegiatan 0,25 ritual secara bersama-sama atau kolektif

Melakukan segala aktivitas 0,20 di subak secara gotong-royong

Memiliki sumber air yang 0,16 memadai

Adanya jalur jogging track 0,14 dan cycling yang cukup memadai

Memiliki lokasi strategis 0,20 dan aksesibilitas yang sangat mudah

Subak Sungsang berada di 0,20 kawasan pariwisata

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

  • 5.

Anggota subak belum 0,12 memahami, mengenal, dan mengetahui konsep ekowisata Kurangnya minat 0,18 generasi muda menjadi petani penerus di Subak Sungsang Belum adanya 0,30 Pengelola untuk wisata di Subak Sungsang

Sebagian besar anggota 0,06 Subak Sungsang berstatus Sebagai penyakap

Anggota subak belum 0,10 mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan subak menjadi ekowisata

EFAS

Peluang (O)

Strategi S-O

Strategi W-O

Faktor Skor

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

Adanya peluang 0,36 pasar untuk wisatawan, villa, hotel, rumah makan atau restoran

Kegiatan wisata 0,31 yang bersifat outdoor dimasa new normal Adanya 0,52 kepedulian dari petani dan wisatawan terhadap kawasan subak

Adanya dukungan 0,19 dari pemerintah maupun desa dalam pengembangan subak menjadi ekowisata

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang

(S1,S3,S4,S5,S7,S8,S9,S10,O1)

Melakukan promosi melalui media sosial untuk memperkenalkan Subak Sungsang kepada masyarakat

(S1,S3,S4,S5,S7,S8,S9,S10,O2)

Meningkatkan kesadaran petani dan wisatawan dalam pelestarian Subak Sungsang (S1,S6,S7,S8,S9,S10,03) Meningkatkan sinergi antara prajuru subak dengan krama Subak Sungsang (S2,S3,S7,S8,S9,S10,O4)

  • 1.

  • 2.

  • 3.

Memberikan penyuluhan terkait dengan ekowisata kepada krama subak (W1,W5,O4)

Memberikan motivasi kepada generasi muda agar tertarik menjadi petani milenial (W2,O1,O2)

Menciptakan struktur organisasi khusus untuk pengelolaan wisata Subak Sungsang (W3,O1,O2,O3)

Ancaman (T)

Strategi S-T

Strategi W-T

Faktor Skor

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

Meningkatnya 0,13 alih fungsi lahan di Subak Sungsang Adanya wisata 0,13 Sejenis yang ada di Sekitar Subak Sungsang Kecenderungan 0,36 masyarakat yang beralih ke pariwisata Adanya 0,23 pencemaran air dan udara di sistem irigasi subak

  • 1.

  • 2.

Menciptakan inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Subak Sungsang (S1,S4,S5,S8,T1,T2,T3) Menjaga lingkungan Subak Sungsang baik dari prajuru maupun krama subak (S6,S8,T4)

1.

Menjalin hubungan yang baik antara krama subak dengan pemuda-pemudi desa maupun pemerintah daerah (W1,W2,W5,T1,T3)

Sumber : Analisis data primer, 2021

  • 3.4 Strategi Prioritas yang digunakan untuk Pengembangan Subak Sungsang Menjadi Destinasi Ekowisata

Setelah memperoleh alternatif-alternatif strategi dari matriks SWOT, selanjutnya mencari strategi prioritas yang digunakan unuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata. Alternatif-alternatif strategi akan digunakan untuk menentukan strategi prioritas melalui analisis QSPM. QSPM bertujuan untuk mengevaluasi pilihan-pilihan strategi alternatif yang dapat dilaksanakan secara objektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah di identifikasikan pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2014 dalam Hasibuan, 2019). QSPM diperoleh dari hasil pengkalian masing-masing bobot faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan nilai daya tarik (AS). Dari hasil perhitungan tersebut akan memperoleh nilai total daya tarik (TAS).

AS atau Attractiveness Score merupakan nilai-nilai numerik yang menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam himpunan alternatif. Berdasarkan Setyorini (2016 dalam Qanita, 2020) terdapat ketentuan penilaian AS yaitu : (a) nilai 1 = tidak menarik, (b) nilai 2 = agak menarik, (c) nilai 3 = cukup menarik, (d) nilai 4 = sangat menarik. TAS atau Total Attractiveness Score menunjukkan relatif daya tarik masing-masing strategi alternatif. Nilai total TAS kemudian diakumulasi untuk mendapatkan tingkat skor dari berbagai alternatif strategi. Tingkatan skor alternatif strategi yang berada paling tinggi akan menentukan strategi tersebut merupakan strategi yang terbaik.

Tabel 4

Peringkat alternatif strategi hasil dari analisis QSPM

No

Alternatif Strategi

Total TAS

Peringkat

1

Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang

5,84

1

2

Melakukan promosi melalui media sosial untuk memperkenalkan Subak Sungsang kepada masyarakat

4,88

4

3

Meningkatkan kesadaran petani dan wisatawan dalam pelestarian Subak Sungsang

4,90

3

4

Meningkatkan sinergi antara prajuru subak dengan krama Subak Sungsang

4,21

9

5

Menciptakan inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Subak Sungsang

3,70

10

6

Menjaga lingkungan Subak Sungsang baik dari prajuru maupun krama subak

4,68

7

7

Memberikan penyuluhan terkait dengan ekowisata kepada krama subak

4,39

8

8

Memberikan motivasi dan dorongan kepada generasi muda agar tertarik menjadi petani milenial

4,86

5

9

Menciptakan struktur organisasi khusus untuk pengelolaan wisata Subak Sungsang

5,02

2

10

Menjalin hubungan yang baik antara krama subak dengan pemuda-pemudi desa dan pemerintah daerah

4,70

6

Sumber : Analisis data Primer, 2021

Berdasarkan hasil analisis menggunakan QSPM Tabel 4, maka diperoleh peringkat alternatif strategi. Alternatif strategi yang berada pada peringkat pertama adalah Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang dengan total TAS sebesar 5,84. Alternatif strategi yang berada pada peringkat terkahir adalah menciptakan inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Subak Sungsang dengan total TAS sebesar 3,70.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terkait strategi membangun destinasi ekowisata di kawasan Subak Sungsang, maka dapat ditarik simpulannya yaitu faktor internal dan eksternal yang dimiliki Subak Sungsang dalam pembangunan destinasi ekowisata. Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan meliputi : aktivitas ritual atau budaya keagamaan secara individu tetap berjalan dan belum tersedianya pengelola untuk wisata Subak Sungsang, sedangkan faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman meliputi kepedulian dari petani dan wisatawan terhadap kawasan subak serta kecenderungan masyarakat yang beralih ke pariwisata. Strategi umum yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata. Strategi umum diperoleh dari skor total IFAS sebesar 3,00 dan skor total EFAS sebesar 2,26 yang dimana berada di sel V (hold and maintain), yang artinya strategi umum yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi alternatif untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata. Strategi alternatif yang diperoleh terdiri atas : (1) Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang, (2) Melakukan promosi melalui media sosial untuk memperkenalkan Subak Sungsang kepada masyarakat, (3) Meningkatkan kesadaran petani dan wisatawan dalam pelestarian Subak Sungsang, (4) Meningkatkan sinergi antara prajuru dengan krama Subak Sungsang, (5) Menciptakan inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Subak Sungsang, (6) Menjaga lingkungan Subak Sungsang baik dari prajuru maupun krama subak, (7) Memberikan penyuluhan terkait dengan ekowisata kepada krama subak, (8) Memberikan motivasi dan dorongan kepada generasi muda agar tertarik menjadi petani milenial,  (9) Menciptakan struktur organisasi khusus untuk

pengelolaan wisata Subak Sungsang, serta (10) Menjalin hubungan yang baik antara krama subak dengan pemuda-pemudi desa maupun pemerintah daerah. Strategi prioritas yang digunakan untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata. Strategi prioritas yang diperoleh yaitu mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu menerapkan strategi prioritas untuk pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata yaitu Mempertahankan SDA (Sumber Daya Alam), melestarikan ritual keagamaan dan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Subak Sungsang. Strategi ini dapat diterapkan dengan membuat regulasi atau aturan di awig-awig yang mengatur tentang alih fungsi lahan di Subak Sungsang, membuat tong sampah untuk sampah organik dan anorganik, mengadakan pelatihan secara berkala terkait sejarah, bentuk, fungsi dan makna setiap ritual keagamaan baik ritual secara individu maupun kolektif dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan, serta mengadakan pelatihan, pembinaan, dan workshop yang dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan maupun dari intansi terkait. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Subak Sungsang dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan untuk mewujudkan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata, dengan cara melakukan koordinasi pengurus dengan anggota subak melalui musyawarah mufakat, dan membatasi keinginan petani untuk menjual lahan pertanian nya di Subak Sungsang. Untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat mengkaji faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan Subak Sungsang menjadi destinasi ekowisata di Subak Sungsang, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa Tibubiu, Pekaseh, Prajuru, dan anggota Subak Sungsang yang telah banyak memberikan informasi serta data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan teman terdekat penulis yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat, dan dukungan selama proses penelitian ini.

Daftar Pustaka

Hasibuan, S. dan F. Amela. 2019. Implementasi Quantitative Strategic Planning (QSPM) Dalam Merencanakan Strategi Pemasaran Pada Usaha Minuman Happy Bubble Drink Di Kota Binjai. Jurnal Bisnis Administrasi. 8(1) :26-36.

Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nusabali.com .2019. Alih Fungsi Lahan Sawah Paling Banyak di Enam Kecamatan.

https://www.nusabali.com/berita/50203/alih-fungsi-lahan-sawah-paling-banyak-di-enam-kecamatan (diakses tanggal 2 November 2021).

Prananda, I. W. Y. S., S. A. Paturusi, dan I. N. Sudiarta. 2018. Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Ceking Tegalalang, Gianyar. JUMPA. 4(2) : 269-283.

Pratiwi, N. I. 2017. Penggunaan Media Video Call dalam Teknologi Komunikasi.

Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial. 1(2) : 202-224.

Qanita, A. 2020. Analisis Strategi dengan Metode SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) : Studi Kasus Pada D’Gruz Caffe Di Kecamatan Bluto Sumenep. Jurnal Ilmiah Manajemen. 1(2).

Rangkuti, F. 2017. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sutawan, N. 2001. Eksistensi Subak Di Bali: Mampukah Bertahan Menghadapi Berbagai Tantangan. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

Wulandari, N. M. M., I. W. Windia, dan I. M. Sarjana. 2020. Strategi Mewujudkan Ekowisata di Subak Intaran Barat, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 9(1) : 99-108.

Zulkifli,     D.     2018.     Konsep     Pengembangan     Ekowisata.

http://swarapendidikan.co.id/konsep-pengembangan-ekowisata/.

diakses tanggal 14 April, 2021).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

89