ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 13 NO.01, JANUARI, 2024


Received: 2023-09-11 Revision: 2023-11-28 Accepted: 25-12-2023

GAMBARAN MORFOHISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN SETELAH DIINDUKSI ASPIRIN DAN EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)

Indah Dinamayanti Matondang1, Husnarika Febriani1, Syukriah1

  • 1    Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jl. Lapangan Golf No. 120, Deli Serdang, Indonesia e-mail: indahmatondang00@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan aspirin dengan dosis berlebihan dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal dan disfungsi kerja organ ginjal. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) mengandung senyawa yang berperan sebagai antiiflamsi dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfohistologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan setelah diinduksi aspirin dan ekstrak daun kenikir. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu KN (kelompok normal), KP(Aspirin 200mg/kgBB selama 10 hari), dan kelompok perlakuan ekstrak daun kenikir dengan dosis bertingkat yaitu P1 (700 mg/kgBB), P2 (800 mg/kgBB), P3 (900 mg/kgBB) selama 14 hari. Data dianalisis dengan Uji One Way ANOVA dan uji Duncan. Terjadi degenerasi dan nekrosis pada ginjal sehingga menyebabkan perubahan morfologi khususnya pada warna yang berubah menjadi merah pucat. Hasil skoring (p<0,05) tingkat kerusakan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok KN dengan kelompok yang diinduksi aspirin. Diameter pada tubulus proksimal kelompok KP meningkat menunjukan bahwa aspirin dapat merusak tubulus ginjal kemudian pada kelompok P1,P2,P3 terjadi meregenerasi sel tubulus yang membengkak secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kenikir mampu memperbaiki gambaran morfologi dan histopatologi ginjal tikus yang diinduksi aspirin. Ekstrak daun kenikir dengan dosis 900 mg/kgBB adalah dosis yang paling efektif dalam memperbaiki kondisi ginjal.

Kata kunci : aspirin., ginjal., kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).

ABSTRACT

The use of aspirin at excessive doses can cause damage to the kidneys and dysfunction of the kidneys. Kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) contain compounds that act as anti-inflammatories and antioxidants. This study aims to determine the morphohistological picture of the kidneys of male white rats (Rattus norvegicus) after aspirin induction and kenikir leaf extract. This study used 25 male white rats which were divided into 5 groups, namely KN (normal group), KP (Aspirin 200mg / kgBB for 10 days), and kenikir leaf extract treatment group with stratified doses, namely P1 (700 mg / kgBB), P2 (800 mg / kgBB), P3 (900 mg / kgBB) for 14 days. The data were analyzed with the One Way ANOVA Test and the Duncan test. Degeneration and necrosis occur in the kidneys, causing morphological changes, especially the color which changes to pale red. The scoring results (p<0.05) of the level of damage showed a significant difference between the KN group and the aspirin-induced group. The diameter of the proximal tubules in the KP group increased, indicating that aspirin could damage the renal tubules, then in the P1, P2, P3 groups, regeneration of tubular cells increased significantly (p<0.05). Based on the results of the study, it can be concluded that kenikir leaf extract was able to improve the morphological picture and histopathology of aspirin-induced rat kidneys. Kenikir leaf extract at a dose of 900 mg/kgBB is the most effective dose in improving kidney condition.

Keywords : aspirin., kidney., kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).

PENDAHULUAN

Aspirin adalah salah satu jenis obat antiinflamasi non steroid atau OAINS yang dapat bekerja sebagai antiinflamasi (anti radang), analgetik (pereda nyeri) serta antipiretik (penurun panas)1. Obat ini juga efektif dalam pengobatan baik akut maupun kronis, kondisi nyeri dan peradangan, seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis, spondilitis ankilosa, asam urat, keseleo, sakit gigi dan dismenorea2. Proses metabolisme aspirin dengan dosis yang berlebihan maka akan menyebabkan waktu paruh asam salisilat di dalam plasma semakin tinggi dan meningkatkan risiko timbulnya efek samping3. Ginjal merupakan salah satu organ yang terpenting dalam tubuh menusia kerena berfungsi dalam mengeksresikan sebagian besar produk akhir metabolisme yang terjadi di dalam tubuh seperti sisa metabolisme dan obat-obatan. Efek samping yang sering terjadi dari penggunaan aspirin seperti iritasi lambung, gangguan fungsi trombosit, nefropati analgesik dimana terjadi penurunan aliran darah ke ginjal (prostaglandin bersifat vasodilatasi arteri ginjal) dan kecepatan filtrasi glomeruli berkurang4. Hasil penelitian Bouzenna et al. (2016) menyatakan bahwa pongobatan yang dilakukan dengan menggunakan aspirin dapat menyebabkan toksisitas pada ginjal yang ditunjukkan dengan peningkatan konsentrasi kreatinin serum, urea, dan protein. Hal ini disebabkan karena adanya keracunan aspirin atau asam salisilat sehingga terjadinya disfungsi ginjal yang berhubungan dengan degenerasi glomerulus dan tubulus pada ginjal.

Tanaman herbal yang berada di sekitar lingkungan seringkali dimanfaatkan masyarakat sebagai obat-obatan. Kandungan kimia yang terdapat pada suatu tanaman dipercaya memiliki khasiat dalam mengobati berbagai penyakit. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) merupakan salah satu dari berbagai tanaman yang sering digunakan masyarakat sebagai tanaman obat tradisional. Menurut Dwiyanti et al. (2014) menyebutkan bahwa daun Cosmos caudatus Kunth. dapat dijadikan sebagai obat penguat tulang, penambah nafsu makan, serta mengobati penyakit gastritis. Khasiat lainnya yaitu dapat meningkatkan peredaran darah, mengurangi panas tubuh, sebagai agen anti penuaan, serta untuk mengobati penyakit menular7 antidiabetes, antiobesitas, antimikroba, antiinflamasi, antihipertensi, dan antikanker8. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfohistologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan setelah diinduksi aspirin dan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yakni dari bulan September sampai bulan November 2021. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan. Penelitian dan Penggunaan hewan coba telah disetujui oleh komite etik penelitian hewan fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas sumatera utara (Animal reaserch ethics committees/ AREC) dengan nomor surat 0661/KEPH-FMIPA/2021.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, masker, sarung tangan, kandang tikus, wadah tempat makan tikus, seperangkat alat bedah, baki bedah, timbangan digital, beaker glass, gelas ukur, blender, sonde lambung, cawan petri, pipet tetes, dan spuit 1 ml dan 3 ml, kertas saring, botol flakon, cutter, cassette jaringan, pisau mikrotom, mikrotom, object glass, cover glass, rotary evaporatory, staining jar, tissue processor, mikroskop, kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan usia 3 bulan, daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), Aspirin dosis 200 mg/kg BB tikus, Aquades, NaCl Fisiologis 0,9 %, alcohol 70%, 80%, 90%, etanol 70%, 96%, BNF 10%, xylol, paraffin, Hematoksilin-Eosin (HE), albumin meyer, HCl 0.5%, pakan dan sekam.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu : kelompok normal (KN), kelompok positif (KP) diberi aspirin, kelompok perlakuan ekstrak daun kenikir dengan dosis bertingkat yaitu 700 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, 900 mg/kg BB.

Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir

Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dipisahkan dari batangnya dan dikeringkan ditempat yang tidak terkena matahari langsung selama 14 hari. Daun kenikir yang telah kering dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh serbuk halus (simplisia). Serbuk simplisia kemudian dimaserasi dengan menggunakan etanol 96% selama 3 hari dan diaduk 1 jam sekali pada 6 jam pertama selama proses perendaman. Perbandingan serbuk simplisia dengan etanol adalah 1:10 (200 gram simplisia : 2 liter etanol ) Setelah tahap meserasi telah selesai kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi. Filtrat dipekatkan dengan vacum rotary evaporator pada suhu 60ºC. Proses pemekatan ini dilakukan sampai didapatkan ekstrak dengan tekstur yang kental dan berwarna coklat kehitaman.

Pemberian Aspirin dan Ekstrak Daun Kenikir

Aspirin diberikan pada hewan coba kontrol positif serta pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 dengan dosis 40 mg/tikus dengan metode sonde lambung (per oral). Pemberian aspirin selama 10 hari berturut-turut dan hari berikutnya dilanjutkan dengan pemerian ekstrak daun kenikir selama 14 hari. Ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) diberikan pada hewan coba pada kelompok perlakuan P1, P2, P3 dengan dosis bertingkat 700 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, 900 mg/kg BB dengan cara oral menggunakan sonde lambung.

Pengamatan Morfologi

Tikus dieuthanasia pada hari ke-2 setelah selesai pemberian ekstrak + puasa 8-9 jam dan kemudian dibedah untuk diambil ginjalnya. Selanjutnya organ dicuci

menggunakan NaCl Kemudian organ ginjal diangkat lalu diamati morfologinya berupa perubahan warna dan perubahan permukaan pada ginjal tikus putih pada setiap perlakuan.

Pengamatan Histopatologi dan Histomorfometri

Pengamatan preparat histopatologi ginjal dilakukan dalam lima lapang pandang dengan mikroskop perbesaran 400x. diamati kerusakan pada glomerulus ginjal dengan melihat ada atau tidak nekrosis glomerulus. Sedangkan pada pengamatan tubulus didata dengan menggunakan sistem skoring dengan nilai skor 1 = Tidak ada perubahan/normal; skor 2 = Degenerasi tubulus; skor 3 = Nekrosis tubulus. Pada pengamatan histomorfometri dilakukan menggunakan software image J. Parameter yang akan diukur berupa diameter tubulus proksimal9.

  • 2.7 Analisis Data

Hasil pengamatan pada morfologi ginjal disajikan secara deskriptif sedangkan data pada histopatologi skoring dan histomorfometri ginjal diolah secara statistik menggunakan uji anova dengan software SPSS 29. Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji duncan.

HASIL

Gambaran Morfologi Ginjal

Perubahan struktur makroskopis pada ginjal akibat pemberian zat toksik seperti aspirin juga dapat dilihat dari perubahan warna dan permukaan pada ginjal. Hasil penelitian (Tabel 1, Gambar 1) menunjukkan adanya perbedaan warna ginjal pada kelompok kontrol normal (KN) dan kelompok kontrol positif (KP), dimana kelompok kontrol normal memiliki warna merah kecoklatan sedangkan pada kelompok kontrol positif (KP) memiliki warna merah pucat. Pada kelompok kontrol positif (KP) juga berbeda nyata dengan kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 yang diberi ekstrak daun kenikir dengan dosis 700 mg/kgBB, 800 mg/kgBB dan 900 mg/kgBB. Dapat disimpulkan bahwa pada kelompok kontrol normal (KN) dan pada kelompok perlakuan P1, P2, P3 memiliki warna merah kecoklatan. Sedangkan permukaan ginjal pada seluruh kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan yaitu licin.


Gambar 1. Ginjal tikus setelah induksi aspirin dan ekstrak daun kenikir. KN (kontrol normal), KP (kontrol positif aspirin) P1 (dosis ekstrak 700mg/kgbb), P2 (dosis ekstrak daun kenikir 800mg/kgbb), P3 (ekstrak daun kenikir 900mg/kgbb).

Tabel 1. Morfologi Ginjal                                          P3       Merah kecoklatan        Licin

Kelompok perlakuan

Morfologi ginjal

Warna

Permukaan

KN

Merah kecoklatan

Licin

KP

Merah pucat

Licin

P1

Merah kecoklatan

Licin

P2

Merah kecoklatan

Licin

Ginjal merupakan salah satu organ ekskresi yang berperan dalam memfilter cairan darah dengan cara membuang zat-zat sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh. Adanya sel-sel yang rusak pada ginjal seperti degenerasi dan nekrosis juga dapat menyebabkan perubahan morfologi khususnya warna pada organ ginjal yang dapat berubah menjadi berwarna merah pucat (KP pada Gambar 1) karena

zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh secara berlebihan10.

Indah Dinamayanti Matondang1, Husnarika Febriani1, Syukriah1

)


Gambaran Histopatologi Ginjal

Hasil pengamatan histopatologi dilihat berdasarkan hasil skoring pada tingkat kerusakan yang diamati pada ginjal tikus. Analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok KN dengan kelompok KP (p<0,05). Jumlah sel normal ginjal pada kelompok KN lebih banyak (100±0,00) dibandingkan jumlah sel normal pada kelompok KP (8,20±3,42), jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan P1, P2 dan P3 kelompok KP memiliki

Tabel 2. Tingkat Kerusakan Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus)

p<0,05.


Kelompo k

Normal

Degenerasi Tubulus

Nekrosis

KN

100±0,00a

0,00±0,00a

0,00±0,00a

KP

8,20±3,42d

88,40±25,62e

148,80±32,85c

P1

56,80±15,77c

47,60±18,35d

58,20±21,48b

P2

67,40±8,90cb

35,60±18,94cd

44,40±17,28b

P3

78,80±12,65b

21,60±8,53ab

31,80±27,21b

Keterangan : abcd Notasi huruf menunjukan beda signifikan

Gambar 2. Gambaran histopatologi ginjal Tikus (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Aspirin dan Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Dengan Pewarnaan HE perbesaran 400X. Keterangan: KN=tanpa perlakuan, KP=Pemberian Aspirin 200mg/kgBB, P1=Pemberian Aspirin 200mg/kgBB+Ekstrak Daun Kenikir 700mg/kgBB, P2=Pemberian Aspirin 200mg+Ekstrak Daun Kenikir 800mg/kgBB, P3=Pemberian Aspirin 200mg+Ekstrak Daun Kenikir 900mg/kgBB. Glomerulus normal (panah orange), Tubulus proksimal normal (panah coklat), Tubulus distal normal (panah hitam), Nekrosis glomerulus (panah kuning) Degenerasi sel (panah merah), Nekrosis sel tubulus (panah biru).

Penurunan sel normal pada ginjal yang terjadi pada kelompok KP disebabkan karena induksi aspirin yang diberikan pada hewan coba. Proses metabolisme aspirin dengan dosis yang berlebihan akan menyebabkan waktu paruh asam salisilat di dalam plasma semakin tinggi dan meningkatkan risiko timbulnya efek samping11. Aspirin

bekerja dengan cara menghambat sistem enzim siklooksiginase (COX). COX-1 berfungsi dalam homeostatik sedangkan COX-2 bertanggung jawab dalam biosintesis prostagladin. Prostagladin pada ginjal memiliki peran dalam beberapa proses dalam fisiologi ginjal termasuk auto-regulasi aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus,

modulasi pelepasan renin, medioator terjadinya inflamasi, transfor ion tubulus dan metabolisme air12.  Dampak

b i         i i d         d i ti i d i l it

GAMBARAN MORFOHISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN SETELAH DIINDUKSI ASPIRIN DAN EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)..

dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Siahaan et al. (2016) yang menyatakan bahwa kelompok kontrol positif menunjukan adanya gambaran degenerasi dan nekrosis sel tubulus. Aspirin yang masuk kedalam tubuh secara berlebihan akan menjadi zat toksik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal karena zat toksik yang terakumulasi di dalam ginjal menyebabakan sel epitel dan sel endotel mengalami cidera oksidatif sehingga menganggu kinerja ginjal (P1, P2, P3 pada Gambar 2). Sediaan histologi ginjal tikus pada kelompok kontrol normal (KN) dapat dilihat bahwa glomerulus dan tubulus-tubulus ginjal dalam keadaan normal. Sediaan histologi ginjal kelompok kontrol positif (KP) terlihat adanya kerusakan ginjal berupa nekrosis glomerulus, nekrosis tubulus proksimal dan degenerasi tubulus).

Nekrosis glomerulus yang terjadi pada ginjal (panah kuning pada Gambar 2) ditandai dengan terjadinya atrofi yang menyebabkan glomerulus menjadi kecil atau menyusut di dalam kapsula bowman. Tekanan interstial yang ada di dalam kapsula bowman menjadi pemicu terjadinya atrofi pada glomerulus. Adanya peningkatan tekanan interstial terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus menjadi permeabel terhadap protein. Gangguan yang terjadi pada glomerulus sendiri akan menyebabkan terhambatnya laju filtrasi glomerulus khususnya dalam memfiltrasi darah dan mempengaruhi reabsorbsi yang berlangsung pada tubulus serta menyumbat tubulus sehingga dapat menghambat pembentukan urin15.

Tubulus ginjal merupakan salah satu sel utama pada ginjal yang sangat rentan mengalami kerusakan apabila mengkonsumsi obat-obatan AINS (anti inflamasi non steroid) dalam dosis yang tinggi, termasuk aspirin. Tingkat kerusakan (Tabel 2) menunjukkan hasil dimana kelompok KP memiliki jumlah sel yang mengalami degenerasi tubulus (88,40±25,62) dan nekrosis tubulus (148,80±32,85) paling banyak dibanding dengan kelompok KN dan kelompok perlakuan P1,P2 dan P3. Kerusakan yang terjadi pada tubulus ginjal berupa nekrosis dan degenerasi sel (ditunjuk oleh panah biru dan merah pada Gambar 2).

Degenerasi merupakan suatu kondisi dimana sel normal kehilangan strukturnya yang kemudian akan mengalami kematian sel. Sediaan histologi ginjal tikus menunjukkan adanya ruang-ruang jernih kosong di dalam sel tubulus proksimal serta adanya pembengkakan yang menandakan ginjal mengalami kerusakan berupa degenerasi sel (ditunjukkan oleh panah merah pada Gambar 2). Selain degenerasi sel, pemberian aspirin juga menyebabkan http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2024.V13.i01.P07

terjadinya nekrosis sel tubulus proksimal. Kerusakan ini menyebabkan sel tidak mampu mengeliminasi air dan trigliserida karena terganggunya proses reabsorbsi yang berlangsung di tubulus ginjal. Nekrosis ditandai dengan mengecilnya inti sel, nukleus tidak terlihat16 inti lebih padat, berwarna gelap (piknosis), inti terbagi atas fregmen-fregmen atau robek (karioreksis), inti tidak berwana dan memudar (kariolisis)17. Sediaan histologi ginjal tikus menunjukan adanya nekrosis tubulus proksimal dimana lumen tubulus proksimal mengalami penyempitan (ditunjukkan oleh panah biru pada Gambar 2). Penyempitan yang terjadi pada sel tubulus proksimal karena sel epitel tubulus membengkak dengan sitoplasma granuler akibat adanya pergeseran air ekstraseluler yang masuk ke dalam sel. Pergeseran tersebut disebabkan karena adanya zat toksik yang membuat muatan listrik pada permukaan sel epitel berubah, transfor aktif ion dan asam organik dari ginjal sehingga menyebabkan tubulus mengalami kerusakan. Penyempitan pada tubulus proksimal juga dapat menyebabkan tubulus proksimal menutup. Adanya kerusakan ini berkaitan dengan biosintesis prostagladin. Proses biosintesis prostagladin yang diduga kuat akibat dari penggunaan aspirin18.

Berdasarkan tabel 2. hasil uji statistik tingkat kerusakan ginjal pada kelompok kontrol positif (KP) dengan kelompok perlakuan P3 berbeda nyata dengan nilai signifikan P3 p<0,05. Kelompok KP (pemberian Aspirin 200mg/kgBB.) merupakan kelompok yang mengalami kerusakan paling tinggi. Pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dengan dosis 700 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, 900mg/kgBB pada kelompok perlakuan P1 , P2 serta P3 meningkatkan jumlah sel tubulus dan glomerulus yang normal. Hasil analisis menunjukan bahwa kelompok P3 dengan pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dengan dosis 900 mg/kgBB. merupakan kelompok perlakuan yang paling efektif dalam memperbaiki kerusakan ginjal.

Hasil uji fitokimia pada ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) positif mengandung Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid. Senyawa metabolit tersebut akan membantu memperbaiki kerusakan ginjal akibat induksi aspirin. Aktivitas flavonoid sebagai antioksidan dapat mencegah stres oksidatif, mematikan zat kimia yang masuk menjadi hancur dan memperbaiki sel yang rusak. Flavonoid akan secara langsung menetralisir radikal dengan cara menghambat peningkatan reactive oxygen species (ROS) dan meningkatkan aktivitas Superoxyde Dismustase (SOD) yang merupakan antioksidan endogen yang ada pada glomerulus dan tubulus sehingga memberikan perlindungan terhadap membran sel selain itu dapat mencegah peroksidasi lipid dan dapat meregenerasi sel serta memulihkan fungsi sel-sel pada ginjal yang mengalami disfungsi sehingga jaringan ginjal menjadi lebih baik dan normal19.

  • 3.3 Diameter Tubulus Proksimal Ginjal

Hasil analisis data (Tabel 3) diameter tubulus

proksimal menunjukan adanya perbedaan antara kelompok KN (58,40±7,24) dengan kelompok KP (70,99±1,73). Adanya peningkatan diameter pada tubulus proksimal kelompok KP membuktikan bahwa aspirin dapat merusak tubulus ginjal dengan terjadinya pelebaran diameter pada tubulus proksimal.

Tabel 3. Diameter tubulus proksimal ginjal tikus

Kelompok

Diameter Tubulus Proksimal (µm)

KN

58,40±7,24a

KP

70,99±1,73c

P1

66,71±5,54bc

P2

64.03±5,68ab

P3

59,88±1,38a

Keterangan : abcd Notasi huruf menunjukan beda signifikan

p<0,05.

PEMBAHASAN

Bertambahnya ukuran diameter pada tubulus proksimal disebabkan karena adanya pergeseran air ekstraseluler ke dalam sel sehingga sel-sel epitel proksimal membengkak dengan sitoplasma granuler. Pembengkakan terjadi karena aspirin yang masuk kedalam ginjal secara berlebihan akan memicu peningkatan produksi Reaktive Oxygen Species (ROS) pada mitokondria. Peningkatan ROS akan membentuk radikal bebas lanjutan dan rantai reaksi radikal bebas sehingga terganggunya proses oksidasi-fosforilasi, rantai transfor elektron dan penurunan ATP intraseluler sehingga terjadi peningkatan glikolisis untuk menjamin ketersediaan ATP intraseluler yang berpengaruh terhadap penurunan cadangan glikogen, akumulasi asam laktat, penurunan PH dan aktivitas enzim intraseluler. Perubahan biokimia tersebut dapat memicu peroksidasi lipid yang dapat meningkatkan influk Na+ dan H2O ke dalam sel yang akibatnya dapat menyebabkan pembengkakan dan degenerasi sel pada glomerulus maupun pada tubulus proksimal ginjal20.

Pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) pada kelompok perlakuan P1,P2,P3 memberikan pengaruh nyata dalam meregenerasi sel tubulus yang membengkak setelah diinduksi aspirin dengan dosis akut. Hasil analisis data (Tabel 3) menunjukkan diameter tubulus proksimal pada Kelompok P3 (59,88±1,38) tidak berbeda nyata dengan kelompok KN (58,40±7,24). Pemberian ekstrak kenikir pada kelompok P3 dengan dosis 900mg/kgBB dapat dikatakan sebagai dosis yang paling efektif dalam mengurangi pelebaran diameter tubulus proksimal yang membengkak akibat induksi aspirin. Senyawa antioksidan seperti flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun kenikir akan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan, mengikat ion logam serta mendegradasi peroxidase menjadi senyawa non radikal serta mencegah reaksi peningkatan influk Na+ dan H2O ke dalam sel

sehingga dapat membantu sel dalam meregenerasi sel

tubulus yang membengkak dan pelebaran diameter tubulus proksimal dapat berkurang21.

Indah Dinamayanti Matondang1, Husnarika Febriani1, Syukriah1

disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus Kunth.) berpengaruh memperbaiki gambaran morfologi warna dan permukaan ginjal tikus (Rattus norvegicus) setelah diinduksi aspirin. Pemberian ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) berpengaruh dalam memperbaiki sel ginjal yang mengalami nekrosis glomerulus, degenerasi sel tubulus dan nekrosis tubulus ginjal tikus (Rattus norvegicus) setelah diinduksi aspirin dan pemberian ekstrak ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) 900 mg/kgBB merupakan dosis yang paling efektif dalam memperbaiki kerusakan sel glomerulus dan tubulus proksimal.

Saran dari penelitian ini Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis toksisitas ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap organ ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan serta penelitian lebih lanjut mengenai studi histomorfometri ginjal tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi aspirin.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses dan penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.   Zalhral, Almiral Putri daln Novital Calrolial. 2017.

Obalt   Alnti-inflalmalsi   Non-steroid   (OAlINS):

Galstroprotektif vs Kalrdiotoksik. Jurnall Maljority. Vol. 6 (3) :153-154

  • 2.  Alprioku, J. S. alnd F. I. Uche. 2013. Renall Effects

of Non-Steroidall Alnti Inflalmmaltory Drugs in Allbino Ralts. British Journall of Phalrmalceuticall Resealrch. Vol. 3 (3) : 315

  • 3.  Milaldiyalh,  isnaltin.  2012.  Theralpeutic  Drug

Monitoring (TDM)  paldal Penggunalaln Alspirin

sebalgali Alntireumaltik. Vol. 4 (2) : 212-215

  • 4.    Woro, sujalti. 2016. Falrmalkologi. Jalkalrtal selaltaln: Pusdik SDM kesehaltaln

  • 5.   Bouzennal, halfsial et.all., 2016. Protective effects of

Pinus hallepensis L. essentiall oil on alspirin-induced alcute liver alnd kidney dalmalge in femalle wistalr allbino ralts. Journall of oleo science. Vol. 65 (8) : 701

  • 6.  Dwiyalnti, walriskal, Muslimin I., Guntur T. 2014.

Pengalruh  Ekstralk  Dalun  Kenikir  (Cosmos

caludaltus) terhaldalp Pertumbuhaln Balkteri Balcillus cereus secalral In Vitro. Jurnall Lenteral Bio. Vol. 3 (1) : 2

scoping review. Journall of Resealrch in Medicall Sciences.: 1000-1004

  • 8.    You, yee xing, Suzalnal S., Nor Faldilalh R., Halsnalh H., Halnis M. Y., Malzlyfalrinal M., Normalh Che D. alnd Mohalmald Y. M. 2021. Effects of 12 Weeks Cosmos caludaltus Supplement almong Older Aldults with Mild Cognitive Impalirment: Al Ralndomized, Double-Blind  alnd  Plalcebo-Controlled  Triall.

Journall Nutrients. 13, 434

  • 9.   Kalmallialni, Baliq Reni, et all., 2019. Galmbalraln

Histopaltologi Tikus Wistalr Dialbetes Melitus Eksperimentall yalng Diberikaln Ekstralk Etalnol Dalun Kelor. Jurnall Buletin Veteriner Udalyalnal. Vol.11 (1) : 73

  • 10.    Cerialnal, rial daln Widyal salri. 2016. Perubalhaln Struktur Malkroskopis  Halti daln Ginjall Mencit

yalng diberi Ekstralk Baltalng Sipaltalh-paltalh (Cissus qualdralngulal Sallish). Prosiding Seminalr Nalsionall Biotik

  • 11.    Milaldiyalh,  isnaltin.  2012.  Theralpeutic  Drug

Monitoring (TDM)  paldal Penggunalaln Alspirin

sebalgali Alntireumaltik. Vol. 4 (2) : 212-215

  • 12.    Milaldiyalh,  isnaltin.  2012.  Theralpeutic  Drug

Monitoring (TDM)  paldal Penggunalaln Alspirin

sebalgali Alntireumaltik. Vol. 4 (2) : 212-215

  • 13.    Umoh, idorenyin u et.all., 2019. The effect of fresh stem juice extralct of Costus alfer on the cytohistomorphology of the kidney in alspirin-trealted Wistalr ralts. Journall of Alpplied Biology & Biotechnology. Vol. 7 (02) : 79-81

  • 14.    Sialhalaln, gralce S, Poppy M..L, Lily L.L. 2016. Galmbalraln Histologi Ginjall Tikus Wistalr (Ralttus norvegicus) Yalng Diinduksi Gentalmisin Daln Diberikaln Ubi Jallalr Ungu (Ipomoeal baltaltals L. Poir). Jurnall e-Biomedik.Vol 4 (1)

  • 15.    Ralfe, malrial alstuti S.R, Cyintial D.G, Nemaly Al.N. 2020. Galmbalraln Histopaltologi Ginjall Tikus Putih (Ralttus norvegicus) Jalntaln Yalng diberi Infusal Palre  Lokall  Pulalu  Timor.  Jurnall  Veteriner

Nusalntalral. Vol 3(1) : 66

  • 16.    Lalgho E.E., I malde K., Alnalk algung G.J. 2017. Galmbalraln  Histopaltologi  Ginjall  Tikus Putih

(Ralttus norvegicus) yalng Diberi Almoxicillin Dikombinalsikaln dengaln Deksalmetalson daln Alsalm Mefenalmalt Palscal Operalsi. Jurnall Indonesial Medicus Veterinus. Vol 6 (4): 267

  • 17.    Falhrimall Y., Ralhmalwalti daln Dwinnal Al. 2016. Galmbalraln  Histopaltologis  Ginjall  Tikus Putih

(Ralttus norvegicus) Jalntaln yalng Diinfeksikaln Trypalnosomal evalnsi daln Diberi Ekstralk Dalun Sernali (Wedelial bifloral). Jurnall Medikal Veterinal. Vol 10 (2):169

  • 18.    Sisilial, yuni H., Novi F., Risalnti D,. 2016. Efek Protektif Jus Bualh Tomalt Meralh (Lycopersicum esculentum) Daln Tomalt Ungu (Lycopersicum esculentum Valr Indigo Rose.) Terhaldalp Galmbalraln Histopaltologik  Ginjall  Mencit  Jalntaln  (Mus

musculus) Yalng Diinduksi Alspirin. Prosiding Symbion

  • 19.    Jalwi, malde I., I walyaln S., Ni maldee L. 2014. Pencegalhaln Galnggualn Fungsi Ginjall kalrenal Stres Oksidaltif Paldal Tikus Dialbetes dengaln Ubi Jallalr Ungu. Jurnall Veteriner. Vol 15 (2) : 277

  • 20.    Alnindital, rezal. 2019. Uji Seduhaln Dalun Teh Hijalu (Calmelial sinensis L.) paldal Ginjall mencit yalng diberi Monosodium  Glutalmalt  (MSG).  Jurnall

Borneo Of Phalmalscientech. Vol 03 (02):196-197

  • 21.    Devialnal,  alvindal.  2018.  Pengalruh  Pemberialn

Ekstralk Biji Petali (Palrkial speciosal) Terhaldalp Galmbalraln Histopaltologi Ginjall Balgialn Tubulus Proksimall Paldal Tikus Putih (Ralttus norvegicus) Jalntaln Gallur Wistalr yalng Diinduksi Palralcetalmol. Jurnall Halng Tualh Medicall. Vol. 15 (2): 246


http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2024.V13.i01.P07

P a g e 38