ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.6,JUNI, 2022


Diterima: 2021-07-03. Revisi: 07 -11- 2021 Accepted: 02-06-2022

HUBUNGAN OLAHRAGA AEROBIK DAN STATUS GIZI DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Grace Abigail Sutanto1, I Wayan Weta,2 iDyah Pradnyaparamita Duarsa2

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter,iFakultas KedokteraniUniversitas Udayana 2Departemen IlmuiKedokteraniKomunitas dan IlmuiKedokteraniPencegahan, Fakultas

KedokteraniUniversitasiUdayana Email: [email protected]

ABSTRAK

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh melakukan tuntutan tugasnya tanpa mengalami kelelahan yangisignifikan.     Kebugaran     yang     baik     penting     dimiliki     sumberidayaimanusiaiuntuk

dapatibekerjaisecaraimaksimal. Penelitianiiniibertujuan untuk mengetahuiipengaruhiolahraga aerobik dan status gizi terhadap kebugaran fisik mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan populasi terjangkau mahasiswa program studi sarjana kedokteran Universitas Udayana angkatan 2016-2018. 260

responden dipilih dengan teknik proportional simple random sampling berdasarkan absen dari kelas yang berkaitan yaitu 86 mahasiswa dari angkatan 2016, 84 mahasiswa dari angkatan 2017, dan 90 mahasiswa dari angkatan 2018. Hubungan antar variabel dianalisis dengan ujiiChi-Square. Variabel olahraga dihitung berdasarkan kuesinoer Baecke, status gizi berdasarkan massa index tubuh, dan kebugaran berdasarkan denyut nadi. Didapatkan hubunganiyang signifikaniantara olahraga aerobik dan kebugaran fisik (pi<0,001) dan didapatkan hubungan yang tidak signifikan antar status gizi dan kebugaran fisik dimana ada 2 perbandingan pada statusigizi yaituistatus giziikurang dibandinginormal (p=0,742) dan status giziilebih dibanding normal (p=0,215) dimana status gizi normal adalah dari rentang 18,5-24,99. Dapat disimpulkan olahraga aerobik berpengaruh terhadap kebugaran fisik, sedangkan status gizi tidak.

Kata Kunci: Olahraga Aerobik., Status Gizi, Kebugaran

ABSTRACT

Physicalifitness is the abilityiof the body to do demands of its duties without experiencing meaningful fatigue. Good fitness is needed to be owned by human resources to work optimally. This studyiaimed toidetermine the influence of aerobic exercise and nutritional status to student's physical fitness. This research used a cross-sectional approach with the medical students from Udayana University class 2016-2018 as the target population. 260 respondents were selected with proportional simple random sampling technique using the class attendance roll which were 86 students from class 2016, 84 students from class 2017, and 90 students from class 2018. The relationship between each variable was seen using Chi-Square Test. Aerobic exercise of respondents were seen using Baecke questionnaire, nutritional status were seen using body mass index, and physical fitness were counted by their pulse. It showed a significant relation between aerobic exercise and physical fitness (p< 0.001) and ainon-significant relationibetween nutritional statusiand physical fitness, which in nutritional status there are 2 comparison that is between undernourished and normal nutritional status (p=0.742) andibetween overnourished andinormal nutritionalistatus (p=0.215) which in this case the range for normal nutritional status is from 18,5-24.99. It can be concluded that aerobic exercise influenced physical fitness while nutritional status not. Keywords: Aerobic exercise., Nutritional Status, Fitness

PENDAHULUAN

Di era digital ini, perkembangan teknologi sudah tidak terbendung lagi. Banyak dampak baik yang ditimbulkannya tetapi diisisiilain adaijuga dampak negatif yang terjadi. Tersedianya jasa pengantaran online baik makanan serta transportasi memungkinkan masyarakat untuk lebih jarang bergerak sehingga menjalani pola hidup sedentari. Pola hidup sedentari ini banyak dikaitkan dengan diagnosa sindrom metabolik yang sekarang sudah dapat ditemukan pada anak muda karena rendahnya aktivitas fisik, pola hidup sedentari berkepanjangan, dan kebugaran kardiorespirasi yang rendah.12 Ini khususnya banyak terjadi di kalangan pelajar dikarenakan padatnya waktu studi.3 Untuk mencegah pola hidup sedentari, aktivitas fisik yang dianjurkaniberupaiolahragaiaerobikidenganiintensitas sedang minimal 30 menit selama 5 hari dalam satu minggu atau aerobik dengan intensitas tinggi selama 20 menit selama 3 hari dalam satu minggu.9 Berdasarkan Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, jumlah total mahasiswa di Indonesia mencapai 8 juta orang.7 Mahasiswa inilah yang akan menjadi tenaga kerja Indonesia kedepannya. Namun, jika pola hidup mahasiswa tidak baik maka sumber daya manusia yang tidak dapat bekerja secara maksimal.

Hasil dari penelitian Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 secara nasional 16 dari 33 propinsi di Indonesia masyarakatnya kurang beraktivitas fisik. Berdasarkan karakteristik responden, diketahuiipersentaseiyang kurang aktivitas fisik 52% berusia 15-24 tahun, 52,6% tamat SMA, dan 60,3% tamat perguruan tinggi.1 Terdapat juga penelitian lain yang dilaksanakan di siswi kelas II Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pangudi Luhur Tarcisius yang mendukung hasil survei dari Riskesdas dimana ditemukan 78,1% kebugaran siswanya kurang, 15,6% sedang, dan hanya 6,3% yang baik6. Penelitian lain yang dilakukan pada remaja putri usia 18-19 tahun di FakultasiKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia juga menunjukkan 86,7% mahasiswi tergolong tidak bugar.4

Untuk memiliki kebugaran yang baik diperlukan keseimbangan antara olahraga dan nutrisi yang tepat untuk tubuh. Dengan statusigizi yang tidak normal, tubuh akan terganggu dalam melakukaniaktivitas. Misalnya orang yang mengalami obesitas akan kesulitan saat berolahraga karena olahraga memerlukan tenaga yang cukup besar. Namun dengan olahraga yang tepat dan teratur, kebugaran fisik dapat dijaga.5

Berdasarkan data statistik diatas, penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran kegiatan olahraga aerobik, status gizi, dan kebugaran fisik

di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dimana mahasiswanya pada dasarnya telah mengetahui bagaimana cara hidup yang sehat dan benar dari sisi makanan dan olahraga namun kemungkin mengalami kesulitan untuk menjaganya dikarenakan padatnya jadwal perkuliahan serta untuk mengetahui bagaimana hubungan olahraga aerobik dengan kebugaran fisik serta hubungan status gizi dengan kebugaran fisik.

BAHAN DAN METODEi

Penelitian ini merupakan studiicross-sectional denganisampel yaitu mahasiswa program studi sarjanaikedokteraniUniversitas Udayana angkatan 20162018. Sampel diambilimenggunakan teknik proportionalisimple randomisampling dengan total 260 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi berupa mahasiswa ProgramiStudi Sarjana Kedokteran FakultasiKedokteran Universitas Udayana angkatani2016, 2017, dan 2018 yang berstatus mahasiswa aktif danibersedia berpartisipasi dalam penelitianidengan menandatangani informed consent serta kriteria eklusi berupaisubjek yang memiliki riwayat penyakit jantung dan paru-paru atau sedang mengonsumsi obat-obatan atau sedang tugas di luar kampus. Pengumpulan data dimulai pada bulan April 2019 sampai Juli 2019 yang bertempat di ruang kelas ProgramiStudiiSarjanaiKedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan data primer. Variabel yang dianalisis yaitu olahraga aerobik, status gizi, dan kebugaran fisik. Olahraga aerobik diukur dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner Baecke. Status gizi diukur secara langsung dari tinggi dan berat badan menggunakan timbangan analog dan meteran lalu dihitung menggunakan rumus indeks massa tubuh. Kebugaran fisik diukur dengan menghitung denyut nadi setelah melakukan Harvard Step Test kemudian menggunakan rumus Fitness Index.

Data yang didapat kemudian diolah menggunakan program untuk pengolahan data yaitu StatisticaliPackage for theiSocial Science (SPSS) versii21 untuk mencari sebaran frekuensi, menguji normalitas data, dan kemudian dilakukan analisis dengan metode Chi-square untukimengetahuiihubunganiantarivariable. Prosedur penelitianiini sudah memilikiiizin dari Komisi Etik Penelitiani (KEP) Fakultas KedokteraniUniversitas Udayana dengan nomor surat 856/UN14.2.2VII.14/LP/2019. i

HASILi

Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari 260 responden yang berupa mahasiswa angkatan 2016-2018 di ruang kelas pada bulan April sampai Juli 2019. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kebugaran fisik dan variabel bebas berupa olahraga aerobik dan status gizi mahasiswa.

Tabel 1. Karakteristik responden

Variabel

Frekuensi

Proporsi

Olahraga

Kurang (<15)

153

58,8 %

Cukup (>=15)

107

41,2 %

Status gizi

Kurang (<18.5)

27

10,4%

Normal (18,5-

157

60,4 %

24,99)

Lebih (>24,99)

76

29,2%

Kebugaran fisik Rendah (<68)

23

8,8 %

Cukup (68-82)

64

24,6 %

Baik (>82)

173

66,5 %


kebugarannya rendah namun untuk yang olahraganya kurang, masih banyak yang tergolong kebugarannya rendah.

Tabel 3. Hubungan status gizi dengan kebugaran fisiki


Status Gizii

Kebugarani

Rendah  Cukup

Baik

p.*

n (%)

n (%)

n (%)

Kurang

5 (18,5)

3 (11,1)

19

(70,4)

0,742

Normal

8 (5,1)

41

(26,1)

108

(68,8)

referensi

Lebih

10

20

46

0,215

(13,2)

(26,3)

(60,5)


Berdasarkan tabel 1, dari nilai olahraga pada kuesioner Baecke, 58,8% mahasiswa tergolong kurang dan 41,2% tergolong cukup. Berdasarkan penggolongan status gizi, didapatkan 60,4% mahasiswa memiliki indeks massa tubuh normal, 10,4% kurang, dan 29,2% lebih. Berdasarkan kebugaran fisik, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi ada pada rentang baik dengan proporsi 66,5% kemudian cukup 24,6% dan rendah dengan proporsi 8,8%.

Tabel 2. Hubungan olahraga aerobik terhadap kebugaran fisik

Olahraga Aerobik

Kebugaran

Rendah n (%)

Cukup n (%)

Baik    p.*

n (%)

20

45

88

Kurang

(13,1)

(29,4)

(57,5)

19

85        ,

Cukup

3 (2,8)

(17,8)

(79,4)

*dianalisis dengan uji Chi-Square

Berdasarkan 3 kategori dari kebugaran dan 2 kategori dari olahraga maka dalam tabel 2 dapat dilihat bahwa saat nilai responden olahraga kurang, frekuensi tertinggi kebugaran ada pada baik dengan proporsi 57,5%, kemudian cukup dengan proporsi 29,4%, dan frekuensi terendahnya ada pada kategori kebugaran rendah dengan proporsi 13,1%. Sedangkan untuk responden yang nilai olahraganya sudah cukup, frekuensi tertinggi kebugaran juga terdapat pada baik dengan proporsi 79,4% kemudian cukup dengan proporsi 17,8%. dan terakhir kebugaran rendah dengan proporsi 2,8%. Jika dilihat memang kedua kategori olahraga menghasilkan frekuensi kebugaran tertinggi di baik, namun jika dilihat dari proporsi setiap kategori kebugaran maka sangat terlihat bahwa jika olahraganya cukup maka yang termasuk ke golongan kebugaran baik sangat tinggi dimana hampir mencapai 80% jika dibandingkan dengan olahraga yang kurang. Untuk 2 kategori kebugaran lainnya juga dapat dilihat bahwa yang berolahraga cukup sangat sedikit yang

*dianalisis dengan uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jika status gizi responden normal maka 68,8% memiliki kebugaran yang baik, 26,1% cukup, dan 5,1% rendah sedangkan jika status gizi responden kurang, frekuensi kebugaran tertinggi juga didapatkan pada baik dengan proporsi 70,4% kemudian kurang 18,5% dan rendah 11,1%. Jika status gizi responden lebih, frekuensi kebugaran tertinggi juga pada baik dengan proporsi 60,5% kemudian cukup 26,3% dan rendah 13,2%. Jika diperhatikan maka sebenarnya responden dengan status gizi normal, kurang, ataupun lebih sebagian besar ada dalam proporsi yang memiliki kebugaran baik namun perbedaan paling terlihat teradapat di kategori kebugaran rendah dimana hanya 5,1% pada status gizi normal sedangkan pada status gizi kurang 18,5% dan status gizi lebih 13,2%.i

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa (58,8%) kurang berolahraga dan hanya 41,2% yang cukup berolahraga. Penelitian iniisejalan dengan penelitian sebelumnyaiyang telah dilakukan di FK Udayana dimana didapatkan 38,3% mahasiswa beraktivitas fisik rendah, 33,6% sedang, dan 28,1% berat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FK Udayana kurang berolahraga.2

Status gizi mahasiswa pada penelitian ini yang kurang sebesar 10,4%, normal sebesar 60,4%, dan yang lebih sebesar 29,2%. Hasiliini juga sejalan dengan penelitianisebelumnya yang dilakukan oleh Fredericus Suharjana di FIK UNY dimana sebagian besar mahasiswa (82,1%)memiliki status gizi cukup baik dan 17,9%i kurang baik.13 Namun penelitian ini kurang sesuai dengan survei yang dilakukan di PT. Apac Inti Corpora Semarang dimana 45% memiliki status gizi kurang, 35% normal, dan 20% lebih.14 Ini mungkin disebabkan dari perbedaan usia walaupun keduanya dalam usia produktif atau status kesehatan responden secara umum.

Kebugaran mahasiswa pada penelitian ini yang tergolong rendah sebesar 8,8%, cukup 24,6%, dan baik

66,5%.iHasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di PGSD Pendidikan Jasmani Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY yang menemukan bahwa 69,6% mahasiswanya memiliki kebugaran baik dan hanya 30,4% yang tidak bugar.13 Namunihasiliini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya. iPenelitian di FKIP Universitas Muhammadiyah menemukan kebugaran mahasiswanya 76% memberikan hasil sangat kurang, 14% kurang, 10% cukup, dan tidak ada yang memberikan hasil baik dan sangat baik.10 Penelitian lain di ProgramiStudiiKesehatan Masyarakat UIN SyarifiHidayatullahiJakarta mahasiswanya 38,3% bugar dan 61,7% tidak bugar.8 Hal ini mungkin dapat disebabkan perbedaan status kesehatan mahasiswa secara umum, adanya perbedaan cara pengukuran kebugaran yang digunakan pada penelitian, ataupun hal internal maupun hal external lainnya. Seperti pada penelitian yang dilakukan di FKIP, disana hanya di ambil sampel sejumlah 52 orang yang semuanya adalah laki-laki, kemudian untuk pengukuran kebugarannya digunakan tesilari 2,4 km dari Cooper. i

Dalam penelitian iniitidak dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat proporsi karbohidrat, lemak, protein, serta mikronutrien lainnya yang dikonsumsi oleh masing-masing mahasiswa, pola istirahat mahasiswa, serta apakah ada kebiasaan merokok pada mahasiswa dimana ketiga faktor ini juga dapat mempengaruhi kebugaran seseorang saat di tes. Penghitungan status gizi yang hanya menggunakan IMT tanpa memperhitungkan hal lainnya seperti usia dan jenis kelamin. Dimana telah dibuktikan bahwailaki-lakiimemiliki nilai VO2 max yangilebihitinggiidibandingkan dengan perempuan yang dikarenakan kadar haemoglobin yang lebih tinggi serta pada perempuan juga ditemukan kadar lemakitubuhiyang lebih tinggi serta massaiotot yang lebih rendah.11

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitianiini dapat diketahuiibahwa sebagian besar mahasiswa programistudi sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masih kurang berolahraga, memiliki status gizi normal, serta memiliki kebugaran yang baik.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan adanya hubunganiyangisignifikaniantara olahraga aerobik dan kebugaran fisik dan juga adanya hubungan yang tidakisignifikaniantaraistatus gizi dan kebugaran fisik. Dimana akhirnya dapat disimpulkan bahwa kebugaran fisik dipengaruhi oleh olahraga aerobik sedangkan tidak dipengaruhi oleh status gizi.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Badan     Penelitian     dan     Pengembangan

KesehataniDepartemeniKesehatan,          Republik

Indonesia. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007; 2007.h19.

  • 2.    Habut M.Y. HubunganiIndeks Massa Tubuh dan AktivitasiFisik   TerhadapiKeseimbangan Dinamis

padaMahasiswa  Fakultas Kedokteran  Universitas

Udayana. Universitas Udayana, Bali. 2016.

  • 3.    Hanum, T., Dewi, A., Erwin. Hubunganiantara Pengetahuan dan Kebiasaan Mengkonsumsi Fast Food dengan Status Giziipada Remaja. Universitas Riau, Riau. 2015.

  • 4.    Indrawagita, L. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Asupan Gizi Dengan Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009. Universitas Indonesia, Depok. 2009.

  • 5.    Irianto, F.Y. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Olahraga denganiTingkatiKebugaran Jasmani (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. 2013.

  • 6.    Iryanti, N.P. Hubungan Status Gizi dan KejadianiAnemia denganiKesegaraniJasmani pada Remaja Putri Kelas X dan XI di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Universitas Muhammmadiyah, Surakarta. 2015.

  • 7.    KementerianiRiset, Teknologi,dan Pendidikan Tinggi. StatistikiPendidikan Tinggi. Jakarta: Pusat Data dan InformasiiIlmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; 2018.h100.

  • 8.    Muizzah, L. HubunganiKebugaran Jasmani dengan Status Gizi daniAktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN SyarifiHidayatullah     Jakarta     Tahun     2013.

UniversitasiIslam Negeri Syarif Hidayatullah, Banten. i2013.

  • 9.    Nelson, M, dkk. 2007. Physical Activity and Public Health in Older Adults: Recommendation fromithe American College of Sports  Medicineiand  the

American Heart Association (ACSM/AHA). Geriatric Nursing, 28(6), pp.339-340.

  • 10.    Nurudin, A.A. Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa PJKRiUniversitas Muhammadiyah Sukabumi Tahun Akademik 2016/2017. UniversitasiMuhammadiyah, Surabaya.

  • 11.    PermatasariiD dan Engkus Kusdinar Achmad. Hubungan Jenis Kelamin, Status Gizi, AktivitasiFisik, dan Asupan Gizi dengan Nilai VO2 maxipada Siswa SMAN 39 Jakarta Tahun 2013. Universitas Udayana, Depok. 2013.

  • 12.    Oliveira, iR dan Guedes, D. Physical Activity, Cardiorespiratory Fitness and Metabolic Syndromeiin Adolescents. Revista Brasileira de Medicina do Esporte. 2018; 24(4):253-257.

  • 13.    Suharjana, F. 2012. Kebugaran Kardiorespirasi dan Indek Massa Tubuh Mahasiswa KKN-PPL PGSD Penjas FIK UNYiKampus Wates tahuni2012. 2013;9(2).

  • 14.    Utami, S.R. 2012. Status Gizi, Kebugaran Jasmani dan ProduktivitasiKerja pada Tenaga Kerja Wanita. Universitas      Negeri      Semarang      Jurnal

KesehataniMasyarakat, 2012;8(1):74-80.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i6.P04

23