THE CORRELATOIN BETWEEN KNOWLEDGE AND ECONOMIC LEVELS WITH HIV/AIDS TRANSMISSION PREVENTION BEHAVIOR ON HOUSEWIVES IN MERSI VILLAGE, PURWOKERTO TIMUR SUB-DISTRICT, BANYUMAS REGENCY
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.7,JULI, 2022

Diterima: 2022-01-14. Revisi: 28 -05- 2021 Accepted: 25-07-2022
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PEREKONOMIAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TRANSMISI HIV/AIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN MERSI, KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR, KABUPATEN BANYUMAS
Assyifa Tashya Dwindani, Prima Maharani Putri, Abdul Hakim Nitiprodjo, Anis Kusumawati 1Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Purwokerto e-mail: assyifatashya@gmail.com
ABSTRAK
HIV masih menjadi epidemi bagi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Prosentase penderita HIV positif pada perempuan di Jawa Tengah tahun 2019 terbilang cukup tinggi (33,7%) termasuk ibu rumah tangga. Transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan terkait HIV/AIDS. Tingkat perekonomian berperan dalam mempengaruhi perilaku seseorang dalam upaya pencegahan transmisi HIV/AIDS. Data dari Dinas Kesehatan Banyumas pada tahun 2021, dilaporkan penderita HIV/AIDS di Banyumas sebanyak 62 kasus. Salah satu wilayah dengan kasus HIV/AIDS tinggi adalah wilayah Kelurahan Mersi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik bivariat menggunakan uji Chi-square dan uji multivariat regresi logistik. Analisis bivariat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS didapatkan p value = 0,002 dan analisis antara tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS didapatkan p value = <0,001, yang berarti p value <0,05 dan menandakan H1 dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Kata Kunci : pengetahuan, perekonomian, perilaku pencegahan, HIV/AIDS
ABSTRACT
HIV is still an epidemic for several countries in the world, including Indonesia. The percentage of HIV positive women in Central Java in 2019 was quite high (33.7%) including housewives. Transmission of HIV/AIDS to housewives can occur due to lack of knowledge related to HIV/AIDS. The level of the economy plays a role in influencing a person's behavior in preventing the transmission of HIV/AIDS. Data from the Banyumas Health Office in 2021, reported that there were 62 cases of HIV/AIDS in Banyumas. One of the areas with high HIV/AIDS cases is the Mersi Village area. This study aimed to determine the correlation between knowledge and economic levels with HIV/AIDS transmission prevention behaviour among housewives in Mersi Village, Purwokerto Timur Sub-district, Banyumas Regency. The study was an analytic-observational study with a cross-sectional approach. Chi-square test and multivariate logistic regression test were utilized to see the bivariate statistical test. Bivariate analysis between knowledge level and HIV/AIDS transmission prevention behaviour obtained p value = 0.002 and analysis between economic level and HIV/AIDS transmission prevention behaviour obtained p value = <0.001, which meant the p value <0.05 and indicates H1 is acceptable. In conclusion, there is correlation between knowledge and economic levels with the behaviour of preventing HIV/AIDS transmission among housewives in Mersi Village, Purwokerto Timur Sub-district, Banyumas Regency.
Keywords : knowledge, economy, prevention behaviour, HIV/AIDS
PENDAHULUAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan RNA retrovirus penyebab penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yang mana terjadi kegagalan sistem imun yang bersifat progresif. HIV/AIDS sampai sekarang masih menjadi fenomena karena jumlah kasus yang dilaporkan lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebenarnya. Selain itu, masih banyak terdapat kasus HIV/AIDS yang belum terdata.1, 2
Virus HIV dapat di temukan dalam cairan tubuh yaitu terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).3 Virus ini menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk melawan infeksi yang masuk, sehingga orangorang yang terkena penyakit HIV/AIDS dapat rentan terkena berbagai macam penyakit lainnya.4
Diperkirakan 0,8% orang dewasa berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV dengan angka kejadian lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. HIV masih menjadi epidemi bagi beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.5 Tercatat jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ke-4 dengan kasus baru HIV pada tahun 2019 sebanyak 5.630 kasus. Sedangkan kasus baru AIDS dilaporkan 1.613 kasus.6
Prosentase penderita HIV positif pada perempuan di Jawa Tengah sebesar 33,7%.7 Prosentase tersebut terbilang cukup tinggi sehingga perlu mendapat perhatian lebih terhadap kasus HIV/AIDS pada perempuan, salah satunya adalah ibu rumah tangga. Penyebab berisikonya ibu rumah tangga terhadap transmisi HIV/AIDS sebagian besar karena ditransmisikan oleh suami mereka sendiri, yang melakukan hubungan seks secara sembarangan. Jika infeksi HIV terjadi pada perempuan selama masa kehamilan dan menyusui, maka risiko transmisi dapat terjadi dari ibu kepada anaknya.8
Transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan terkait HIV/AIDS. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pengetahuan pada wanita usia subur di Indonesia meliputi usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, daerah tempat tinggal, status ekonomi, dan keterpajanan terhadap media massa.9 Pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS dapat berasal dari pendidikan atau sumber lain, seperti petugas kesehatan, keluarga, teman, dan lain-lain yang dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS.10
Tingkat ekonomi dapat berperan dalam tingkat pengetahuan seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam upaya pencegahan transmisi HIV/AIDS.11,12 Tingkat ekonomi dapat dilihat dari pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, serta kepemilikan kekayaan.13, 14 Pendapatan diperoleh melalui suatu pekerjaan atau profesi yang ditekuni oleh setiap individu. Lingkungan dan wilayah tempat tinggal juga mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat. 15
Pada tahun 2019, Kabupaten Banyumas memiliki kasus HIV sebanyak 327 kasus dimana prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 25-49 tahun. Pada tahun 2019, diperoleh data kasus baru AIDS 181 kasus, dengan kematian akibat AIDS sebanyak 19 kasus.16 Data dari Dinas Kesehatan Banyumas pada tahun 2021, dilaporkan penderita HIV/AIDS di Banyumas sebanyak 62 kasus. Salah satu wilayah dengan kasus HIV/AIDS tinggi adalah wilayah Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.
METODE PENELITIAN
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional ini dilaksanakan di Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas pada bulan Desember 2021. Subjek penelitian adalah ibu rumah tangga dengan kriteria inklusi bersedia mengikuti penelitian, ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kelurahan Mersi, serta tergolong Wanita Usia Subur dengan batas usia 15-49 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi jika tidak ada ditempat saat penelitian dilakukan. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling.
Penelitian menggunakan kuesioner tertutup sebagai instrumen penelitian. Terdapat sebanyak 20 pertanyaan untuk kuesioner tingkat pengetahuan, 8 pertanyaan untuk kuesioner tingkat perekonomian, dan 10 pertanyaan untuk kuesioner perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Subjek penelitian melakukan pengisian kuesioner dengan memilih jawaban yang telah tersedia di lembar kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah, serta dianalisis. Analisis bivariat menggunakan uji Chi square, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.
HASIL
Dari hasil penelitian didapatkan 89 ibu rumah tangga dengan rata-rata usia yaitu 38,02 tahun.
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
Variabel |
Nilai Deskriptif |
Usia (tahun), mean ± SD |
38,02 ± 7,86 |
Tingkat Pengetahuan. n (%) | |
Baik |
62 (69,66%) |
Cukup |
24 (26,96%) |
Kurang |
3 (3,37%) |
Tingkat Perekonomian, n (%) | |
Tinggi |
29 (32,58%) |
Sedang |
53 (59,55%) |
Rendah |
7 (7,86%) |
Perilaku Pencegahan | |
Transmisi HIV/AIDS, n (%) | |
Melakukan |
65 (73,03%) |
Tidak melakukan |
24 (26,96%) |
Tabel 1 menunjukkan, sebagian besar responden termasuk ke dalam tingkat perekonomian sedang dan tingkat pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa responden yang kurang mengetahui informasi terkait HIV/AIDS.
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Mersi
Perilaku Pencegaha n |
Tingkat Pengetahuan |
Total n (%) |
X2 (p value ) | ||
Baik n (%) |
Cuku p n (%) |
Kuran g n (%) | |||
Melakukan |
52 |
12 |
1 |
65 |
12,56 |
(58,4 2) |
(13,4 8) |
(1,12) |
(73,0 3) |
(0,00 2) | |
Tidak |
10 |
12 |
2 |
24 | |
melakukan |
(11,2 3) |
(13,4 8) |
(2,24) |
(26,9 6) | |
Total |
62 (69,6 6) |
24 (26,9 6) |
3 (3,37) |
89 (100) |
Analisis menggunakan uji Chi-square dalam pengolahan data. Responden terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan melakukan atau tidak melakukannya pencegahan transmisi HIV/AIDS. Hasil uji Chi-square menunjukkan p value = 0,002 (kurang dari 0,05). Hasil
Tabel 4. Analisis Multivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perekonomian dengan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Mersi
Model |
Deviance |
AIC |
BIC |
df |
X2 |
p |
H0 |
103,760 |
105,760 |
108,249 |
88 | ||
H1 |
78,721 |
88,721 |
101,164 |
84 |
25,040 |
<0,001 |
Pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Pada tabel 4. menunjukkan uji regresi logistik yang telah dilakukan melalui bantuan perangkat lunak JASP menghasilkan p value kurang dari 0,001. Dengan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS.
tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi.
Tabel 3. Hubungan Tingkat Perekonomian dengan
Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Mersi
Perilaku Pencegah an |
Tingkat Perekonomian |
Total n (%) |
X2 (p value) | ||
Ting gi n (%) |
Seda ng n (%) |
Renda h n (%) | |||
Melakuka |
26 |
38 |
1 |
65 |
16,38 |
n |
(29,2 |
(42,6 |
(1,12) |
(73,0 |
(<0,001) |
1) |
9) |
3) | |||
Tidak |
3 |
15 |
6 |
24 | |
melakuka |
(3,37 |
(16,8 |
(6,74) |
(26,9 | |
n |
) |
5) |
6) | ||
Total |
29 |
53 |
7 |
89 | |
(32,5 |
(59,5 |
(7,86) |
(100) | ||
8) |
5) |
P value dari uji chi—square didapatkan kurang dari 0,001 (kurang dari 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi.
DISKUSI
Penelitian ini dilakukan pada responden dengan batas usia 15-49 tahun, dimana usia ini merupakan kelompok wanita usia subur yang aktif secara seksual. Hasil menunjukkan rata-rata usia responden adalah 38,02 tahun. Usia mempengaruhi seseorang dalam berpikir. Seseorang akan lebih mudah memperoleh pengetahuan karena pola pikir mereka berkembang seiring bertambahnya usia. Ibu rumah tangga memiliki risiko cukup besar untuk tertular HIV/AIDS. Hal tersebut dapat dikarenakan penularan melalui pasangan mereka sendiri serta kurangnya informasi dan upaya pencegahan terkait transmisi HIV/AIDS.
Tingkat pengetahuan responden didapatkan dari pengisian kuesioner yang mengandung 20 pertanyaan tertutup mengenai HIV/AIDS. Hasil menunjukkan bahwa dari 89 responden, sebagian besar ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Mayoritas responden mendapat informasi dari petugas kesehatan. Namun seiring berkembangnya teknologi, tidak menutup kemungkinan bahwa informasi banyak diperoleh melalui internet yang dapat diakses melalui telepon genggam.
Kuesioner tingkat perekonomian diukur menggunakan skala Bistok Saing dengan menjumlahkan skor jawaban responden. Kuesioner memuat data mengenai pendidikan terakhir responden, pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan kepemilikan kekayaan. Hasil menunjukkan dari total 89 responden, sebanyak 29 responden (32,58%) termasuk ke dalam tingkat perekonomian tinggi, sebanyak 53 responden (59,55%) termasuk tingkat perekonomian sedang, serta sebanyak 7 responden (7,86%) termasuk tingkat perekonomian rendah. Mayoritas responden memiliki tingkat perekonomian sedang. Hal ini dikarenakan wilayah Kelurahan Mersi dekat dengan perkotaan dan pendapatan keluarga responden sebagian besar lebih dari Rp 1.200.000 disertai kepemilikan kekayaan yang cukup baik.
Berdasarkan analisis bivariat dengan uji Chi-square, hasil p value = 0,002 (p kurang dari 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Asshela dkk, yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Noviva dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Sosromenduran.
Pengetahuan merupakan salah satu sumber untuk membentuk perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan akan berperan dalam pembuatan keputusan seseorang sebelum melakukan suatu perilaku sehingga dapat mencegah perilaku yang berkaitan dengan transmisi HIV/AIDS. Salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah informasi/media massa. Banyaknya informasi yang diterima baik melalui pengaruh orang lain atau media massa seperti televisi, koran, internet akan menambah pengetahuan seseorang.9 Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kualitas pengetahuan dan kesadaran tentang HIV/AIDS dan berkontribusi untuk pencegahan transmisi HIV/AIDS salah satunya melalui penggunaan kondom yang benar.18 Semakin tinggi pendidikan, maka semakin berpeluang untuk memiliki pengetahuan yang lebih besar. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki risiko tertinggal akan
informasi dan memungkinkan untuk terjadi kesalahpahaman dalam menangkap informasi.19
Dari data yang diperoleh, tingkat pengetahuan sebagian besar responden tergolong tinggi (69,66%). Berdasarkan hasil kuesioner menunjukan bahwa responden telah memperoleh informasi yang cukup baik mengenai HIV/AIDS. Informasi tersebut umumnya diperoleh melalui petugas kesehatan, leaflet, televisi, internet, buku, dan koran.
Pengetahuan terkait HIV/AIDS bermanfaat untuk mengenali penyakit lebih lanjut, dari penyebab sampai cara transmisi penyakit. Pengetahuan dapat meningkat dengan berbagai upaya salah satunya adalah penyuluhan. Penyuluhan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan maupun kelompok masyarakat yang peduli kesehatan. Dari informasi yang diperolehnya, menjadikan seseorang lebih menyadari akan bahaya penyakit dan melakukan perlindungan diri untuk mencegah penyakit tersebut terjadi kepada dirinya.19 Kesadaran seseorang bahwa suatu perilaku tertentu akan berisiko terjadinya transmisi HIV/AIDS dipengaruhi dari pengetahuan mereka dan diikuti dengan adanya pengalaman pribadi terkait perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.10
Lawrence Green mengemukakan terdapat tiga faktor penentu perilaku seseorang. Faktor peredisposisi sebagai faktor yang memacu seseorang dalam bertindak atau dapat dikatakan motivasi yang dimiliki seseorang atas perilakunya. Faktor ini meliputi persepsi, sikap, faktor sosiodemografi. Pengetahuan tergolong ke dalam faktor predisposisi yang dapat menentukan perilaku. Selanjutnya yaitu faktor pemungkin yang terkait dengan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, ketersediaan petugas kesehatan, akses dan kemudahan pelayanan kesehatan termasuk biaya, transportasi, dan jarak ke fasilitas kesehatan terdekat. Faktor penguat merupakan dukungan sosial, dukungan ataupun kritik dari teman dan orang sekitar, serta umpan balik dari petugas kesehatan.20
Pengalaman dan hubungan sosial berperan dalam tingkat pengetahuan seseorang. Adanya hubungan sosial yang mencakup lingkungan keluarga ataupun masyarakat dapat menentukan kemampuan seseorang dalam memahami dan menerima suatu informasi. Informasi ini didapatkan dari berbagai sumber seperti tenaga kesehatan dan media massa. Adanya keterlibatan media massa sebagai sumber informasi dalam terbentuknya pengetahuan dibuktikan pada penelitian Ilham dkk. Media massa memiliki peran sebagai media dalam pembentukan pengetahuan, sarana pembelajaran, dan membentuk perlaku kesehatan.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value kurang dari 0,001 (p kurang dari 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Dalam penelitian Tasa dkk, disebutkan penghasilan keluarga mempengaruhi pemanfaatan layanan voluntary counseling
test (VCT), yang mana pelayanan ini digunakan untuk mencegah terjadinya transmisi HIV/AIDS.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fitrianingsih dkk, yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara tingkat ekonomi dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga. Begitu pula dengan penelitian Susilowati dkk, dengan analisis mutivariat bahwa perekonomian tidak berpengaruh terhadap angka kejadian HIV/AIDS. Pada penelitian tersebut banyak responden dengan tingkat ekonomi tinggi yang terinfeksi HIV/AIDS dikarenakan adanya seks bebas dan penggunaan narkoba.
Faktor ekonomi menentukan ketersediaan akses informasi dan pemanfaatan sarana prasarana pelayanan kesehatan.15 Tingkat perekonomian tinggi dapat dengan mudah mengakses informasi melaui berbagai media massa seperti televisi, radio, internet. Faktor ekonomi ini dapat dilihat dari pendidikan, penghasilan keluarga, pekerjaan, dan kepemilikan kekayaan.
Pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat perekonomian. Pendidikan dibutuhkan dalam rangka peningkatan pengetahuan seseorang, peningkatan keterampilan kerja, serta menjadikan seseorang untuk berfikir lebih baik.24 Penghasilan keluarga adalah suatu balasan atas jasa yang telah dilakukan oleh seseorang berupa sejumlah uang atau dalam bentuk lainnya. Sumber penghasilan sangat bergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, jumlah tanggungan keluarga menentukan seberapa besar biaya yang dibutuhkan dalam keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin banyak biaya yang diperlukan untuk kebutuhan hidup.25
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat perekonomian sedang dengan penghasilan keluarga diatas UMR. Selain itu, dari kepemilikan kekayaan hampir seluruh responden memiliki rumah dengan status milik sendiri, beberapa alat elektronik dan alat transportasi. Kelurahan Mersi juga merupakan wilayah yang dekat dengan perkotaan sehingga perekonomian masyarakatnya relatif stabil. Masyarakat perkotaan dalam akses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.9
Pada subjek penelitian, yaitu ibu rumah tangga, sangat terikat akan kehadiran pasangannya. Ekonomi keluarga sangat bergantung kepada kepala keluarga. Keterikatan tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam mengendalikan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga karena mereka enggan untuk menolak berhubungan ataupun meminta pasangan untuk menggunakan kondom sebagai perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS.19 Selain itu, tingkat ekonomi yang rendah dapat menyebabkan seseorang rela melakukan pekerjaan yang rentan terhadap transmisi
HIV/AIDS, seperti pada pekerja seks komersial. Hal tersebut dilakukan demi menyambung hidup bagi keluarganya.
Analisis multivariat dengan uji regresi logistik menghasilkan p value kurang dari 0,001. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa H1 diterima, yaitu terdapat hubungan antara kedua variabel yaitu tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS.
Dalam teori Health Belief Model, pengetahuan dan perekonomian merupakan faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi perilaku melalui persepsi individu. Perilaku setiap individu ditimbulkan dari persepsi mereka terhadap masalah kesehatan. Perilaku pencegahan dipengaruhi oleh pikiran dan kesadaran seseorang terhadap kerentanan tertular suatu penyakit dan bahaya penyakit. Kecenderungan untuk melakukan perilaku pencegahan suatu penyakit dapat didahului oleh adanya anggapan bahwa penyakit tersebut memang berbahaya bagi dirinya. Faktor tersebut juga mempengaruhi keyakinan bahwa terdapat manfaat dan hambatan atas perilaku yang dipilih, serta keyakinan pada diri sendiri untuk mampu mengubah perilaku. Faktor modifikasi lainnya yaitu usia, jenis kelamin, etnis, kepribadian.
Perilaku adalah suatu aktivitas yang diperoleh akibat adanya hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan. Respon yang muncul dan berkembang diikuti dengan stimulus tertentu disebut operant response.
Sedangkan respon yang ditimbulkan karena adanya stimulus tertentu disebut respondent response.11 Perilaku pencegahan berdasar pada hasil pemikiran mengenai pencegahan kesehatan yang didorong dengan adanya kepercayaan, pengetahuan dan sikap. Dalam berperilaku tentu saja tidak luput dari pengaruh orang sekitar ataupun orang lain yang menjadi panutan. Tidak jarang orang yang mengadaptasi perilaku orang lain baik itu perilaku positif maupun perilaku negatif. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi bagaimana seseorang dalam berperilaku. Sumber daya ini meliputi fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, waktu. Selain itu, adanya kebiasaan atau tradisi di kalangan masyarakat juga berperan dalam perilaku seseorang.20 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat perekonomian ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi sebagian besar termasuk tingkat perekonomian sedang dan mayoritas melakukan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat perekonomian dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama, diharapkan
untuk dapat dikembangkan dengan variabel penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Aslia. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Di SMAN 2 Kota Bau-Bau Tahun 2017. [Kendari]: Politeknik Kesehatan Kendari; 2017.
-
2. Octavianty L, Rahayu A, Rosadi D, Rahman F. Pengetahuan, Sikap dan Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2015;11(1):53.
-
3. Priastana IKA, Sugiarto H. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja. Indonesian Journal of Health Research. 2018;1(1):1–5.
-
4. Purwanti S. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang IVA dengan Perilaku Pemeriksaan IVA. Jurnal Keperawatan. 2020;12.
-
5. del Rio C. The global HIV epidemic: What the pathologist needs to know. Seminars in Diagnostic Pathology. 1 Juli 2017;34(4):314–7.
-
6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020. 497 hal.
-
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2019;3511351(24):230.
-
8. Muflihah IS, Lestari E, Margaiana W, Atmarina D. Perbedaan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah diberi Sosialisasi Pencegahan HIV / AIDS di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmu Kebidanan. 2016;98–104.
-
9. Widyastuti E, Prabawa A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Wanita Usia Subur di Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013.
-
10. Marlinda Y, Azinar M. Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS. JHE (Journal of Health Education). 2017;2(2):185–93.
-
11. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
-
12. Asshela M, Prastiwi S, Putri RM. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nursing News. 2017;2:438–44.
-
13. Maruwae A, Ardiansyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Transmigran. Oikos Nomos: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis.
2020;13(1):39–53.
-
14. Muharry A, Kumalasari I. Social Epidemiology Analysis of Overweight in Toodler at Sukagumiwang Public Health Center Indramayu District. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2018;14(2):264–71.
-
15. Ridayati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Masyarakat Pemukiman Kumuh
Menggunakan Regresi Berganda. Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XV Tahun 2020. Yogyakarta; 2020.
-
16. Dinkes Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Vol. 53. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2020. 1689–1699 hal.
-
17. Noviva H. Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di RW XIV Kelurahan Sosromenduran Kota Yogyakarta. 2017;1–14.
-
18. Zoboli F, Martinelli D, Di Stefano M, Fasano M, Prato R, Santantonio TA, dkk. Correlation between knowledge on transmission and prevention of HIV/STI and proficiency in condom use among male migrants from Africa and Middle East evaluated by a Condom Use Skills score using a wooden penile model. BMC Research Notes. 2017;10(1):1–6.
-
19. Fitrianingsih R, Dewi YI, Woferst R. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Ners Indonesia. 2019;9(1):59.
-
20. Pakpahan M, Siregar D, Susilawaty A, Tasnim, Mustar, Ramdany R, dkk. Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan. Watrianthos R, editor. Medan: Yayasan Kita Menulis; 2021.
-
21. Ilham LF, Hapsari Y, Herlina L. Hubungan Pengetahuan Tentang Infeksi HIV terhadap Perilaku Pencegahan HIV Pranikah Pada Santri SMA Sederajat di Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram. Jurnal kedokteran. 2020;9(1):102–11.
-
22. Tasa Y, Ludji IDR, Paun R. Pemanfaatan Voluntary Counseling and Testing oleh Ibu Rumah Tangga Terinfeksi Human Imunodeficiency Virus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;4(1):96–105.
-
23. Susilowati T, Sofro MA, Sari AB. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian HIV/AIDS di Magelang. Prosiding: Seminar Nasional Rekam Medis & Informasi Kesehatan Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1. 2019;85–95.
-
24. Tini. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perekonomian Masyarakat di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 2020.
-
25. Mujtaba A. Perekonomian Keluarga Komponen Penting Dalam Ekonomi. Ekonomi Pembangunan. 2007;67(6):14–21.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2022.V11.i7.P04
23
Discussion and feedback