ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.7,JULI, 2022

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



Diterima: 2022-06-06. Revisi: 28 -06- 2022 Accepted: 25-07-2022

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN USIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TRANSMISI HIV/AIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ARCAWINANGUN KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

Syifa Aulia Sanad, Prima Maharani Putri, Anis Kusumawati, Abdul Hakim Nitiprodjo Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRAK

WHO dan UNAIDS menetapkan Indonesia menjadi zona paling bahaya terhadap infeksi HIV/AIDS. Hasil analisis UNAIDS pada Data Survei demografi kesehatan tahun 2013- 2018 di 45 negara termasuk Indonesia melaporkan bahwa tingkat pengetahuan perempuan tentang HIV yang benar masih dalam kategori rendah. Tingkat pengetahuan HIV cenderung lebih rendah pada perempuan dengan tingkat pendidikan rendah dan berpenghasilan dibawah standa r. Salah satu jenis pekerjaan dengan angka terjangkitnya HIV/AIDS paling tinggi di Indonesia yakni ibu rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional di Kelurahan Arcawinangun Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan jumlah sampel 100 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji regresi logistik. Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas dengan uji analisis regresi logistik didapatkan nilai ρ-value = 0,815. Sehingga, disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan., usia, perilaku pencegahan., HIV/AIDS

ABSTRACT

WHO and UNAIDS declared Indonesia as the most dangerous zone for HIV/AIDS infection. The results of the UNAIDS analysis on the 2013-2018 health demographic survey data in 45 countries including Indonesia revealed that the level of women's knowledge about HIV was still in the low category. The level of HIV knowledge tends to be low among women with lower education levels and substandard incomes. One type of work with the highest HIV/AIDS prevalence rate in Indonesia is housewives. The purpose of this study was to determining the relationship between education level and age with HIV/AIDS transmission prevention behaviour among housewives in Arcawinangun Village, East Purwokerto District, Banyumas Regency. This research deployed an observational study with a cross sectional design in Arcawinangun Village, East Purwokerto District, Banyumas Regency. The slovin formula with a sample size of 100 respondents was used as the sampling. Data were collected by using a behavioural questionnaire regarding the prevention of HIV/AIDS transmission. The data analysis technique used in this research was logistic regression test. The results were derived from the analysis of the relationship between education level and age with the behavior of preventing HIV/AIDS transmission among housewives in Arcawinangun Village, East Purwokerto District, Banyumas Regency and were seen in logistic regression analysis test that obtained ρ-value = 0.815. There is an insignificant relationship between education level and age with HIV/AIDS transmission prevention behaviour among housewives in Arcawinangun Village, East Purwokerto District, Banyumas Regency.

Keywords: Educational level., age., prevention behaviour., HIV/AIDS

PENDAHULUAN

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang menyerang manusia dalam bentuk virus, virus tersebut dikenal dengan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit HIV/AIDS merupakan kasus atau fenomena gunung es, atau dipahami sebagai sebuah kasus dengan jumlah pelaporan yang kecil dibandingkan dengan pengidap yang terlaporkan. Kurang lebih sebanyak 40 juta jiwa yang terkena HIV/AIDS, dan dari 20 juta jiwa meninggal dunia akibat serangan virus tersebut.10

Data menunjukan bahwa prevalensi persebaran HIV terbanyak di wilayah asia tenggara dengan tren epidemik yang beragam di beberapa negara yang ada. WHO dan UNAIDS menetapkan kepada tiga negara di wilayah Asia menjadi zona paling bahaya, karena menjadi pusat infeksi HIV. Negara-negara yang dimaksud yakni China, Indonesia, dan India.11

Data HIV/AIDS di Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Kesehatan RI (Pusdatin Kemenkes RI) bahwa sampai dengan bulan maret tahun 2017 jumlah pengidap HIV di Indonesia tercatat 242.699 jiwa, dan sebesar 87.453 dinyatakan AIDS. Dibandingkan dengan periode 2014 sebelumnya, terdapat peningkatan. Berdasarkan data, tahun 2014 mencatat jumlah pengidap HIV di Indonesia sebesar 150.296 jiwa, dan 55.799 dinyatakan AIDS.3

Berdasarkan data di Kemenkes RI sejak tahun 2015 terdapat 6.081 kasus baru AIDS. Sedangkan kasus infeksi HIV sejumlah 30.935 kasus. Berdasarkan kelompok umur persentase kasus AIDS tertinggi pada usia 20 – 29 tahun (32%), 30 - 39 tahun (29,4%), 40 – 49 tahun (11,8%), 50 – 59 tahun (3,9%), dan 15 – 19 tahun (3%) (Fauziah, 2017). Pada kelompok usia produktif yaitu kelompok umur 25 – 49 tahun dengan kelompok umur 20 – 24 tahun cenderung meningkat dan paling banyak terjadinya infeksi HIV.3

Survei demografi kesehatan yang dilakukan pada periode 2013 sampai dengan 2018 berdasarkan analisis yang dilakukan oleh UNAIDS menemukan sebanyak 45 negara di dunia dan di dalamnya tercantum Negara Indonesia, menegaskan bahwa pemahaman perempuan yang memiliki pendidikan rendah akan isu HIV masih dikatakan rendah. Lokalisasi dan Bayur menjelaskan bahwa pemahaman suatu informasi yang ditangkap oleh seorang individu dipengaruhi oleh tingginya pendidikan yang ditempuhnya.Tingginya pendidikan yang ditempuh akan memperbaiki individu dari segi pertumbuhannya, perkembangannya, pemahamannya, pengetahuannya, dan perubahan hidupnya, termasuk juga kedewasaan individu. Jadi dari penjelasan di atas dapat ditarik benang merah, bahwasannya perilaku seseorang tergantung pada pendidikan yang ditempuh.12

Upaya pencegahan masalah HIV/ AIDS masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan pengetahuan akan masalah tersebut masih rendah. Salah satu jenis pekerjaan dengan angka terjangkitnya HIV/AIDS paling tinggi di Indonesia yakni pekerja rumah tangga atau ibu rumah tangga.

Berdasarkan Data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), yang diambil dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, memperlihatkan bahwa ibu rumah tangga adalah kelompok dengan tingkat keterjangkitan HIV/AIDS yang paling tinggi, yakni sebanyak  6.539.  kemungkinan

keterjangkitan HIV atau AIDS bagi ibu rumah tangga secara logis akan kecil, hal ini di dasari oleh kuantitas mobilisasi yang dilakukannya sangat kecil pula, terlebih lagi bilamana dibandingkan dengan wanita karier dengan ukuran mobilitas yang lebih besar, maka secara logis kelompok wanita karier ini lah yang memiliki potensi terjangkitnya HIV atau AIDS dengan ukuran yang besar. Namun logika tersebut berlainan dengan fakta lapangan. Fenomena unik yang demikian menjadikan kelompok ibu rumah tangga layak menjadi objek penelitian.12 Dalam dekade 2021 fakta yang terjadi di Kabupaten Banyumas memperlihatkan bahwa sejumlah 62 individu terserang HIV atau AIDS, kasus tersebut setelah dilakukan pengkajian maka kasus terbesar berada di Kecamatan Purwokerto Timur. Sejalan dengan realitas yang terjadi di lokasi tersebut maka penting untuk dilakukannya riset mengenai hubungan tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para subjek penelitian. Setiap subjek penelitian ini diharapkan mengisi kuesioner tersebut secara lengkap. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas pada bulan Desember 2021 yang diseleksi berdasarkan kriteria inklusi berupa berstatus sebagai ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Arcawinangun, berusia diantara 12-65 tahun, bersedia menjadi subjek dengan mengisi lembar persetujuan dan dengan kriteria eksklusi yaitu ketika penelitian berjalan subjek tidak terdapat di lokasi.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi data demografis pasien yang meliputi nama, usia, pendidikan terakhir, Riwayat keluarga dengan HIV/AIDS, Riwayat terkena HIV/AIDS, dan kuesioner perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang terdapat 10 pertanyaan. Uji analisis penelitian ini menggunakan uji chi-Square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik untuk analisis multivariat. Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

HASIL

Jumlah sampel yang ada pada penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden yang diambil sesuai kriteria yang telah ditentukan. Pengambilan sampel ini dilakukan di Kelurahan Arcawinangun pada bulan Desember 2021.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak

0

0

sekolah

SD atau

20

20

Madrasah Ibtidaiyah SMP atau

18

18

Madrasah Tsanawiyah SMA, SMK

50

50

atau Madrasah Aliyah Sarjana

12

12

Jumlah

100

100

Tabel 1 menunjukan dari 100 ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, sebagian besar pendidikan responden adalah SMA, SMK atau Madrasah Aliyah sebanyak 50 responden dan tidak ada responden yang tidak sekolah.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Umur

Frekuensi

Persentase (%)

Remaja awal

1

1

(12-16 tahun) Remaja akhir (17-25 tahun)

0

0

Dewasa awal

11

11

(26-35 tahun) Dewasa akhir

42

42

(36-45 tahun) Lansia awal

33

33

(46-55 tahun) Lansia akhir (56-65 tahun)

13

13

Jumlah 100 100

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukan dari 100 ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Sebagian besar merupakan dewasa akhir (26-35 tahun) dan tidak ada responden yang termasuk remaja akhir (17-25 tahun).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS

Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

89

89

cukup

11

11

Kurang

0

0

Jumlah

100

100

Pada Tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa dari 100 ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Sebagian besar responden memiliki perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang baik sebanyak 89 orang, sebagian kecil memiliki perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang cukup sebanyak 11 orang, dan tidak ada responden yang termasuk kurang.

Tabel 4. Tabel Kontingensi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS

Perilaku

Pendidikan

Total

Dasar

Menengah

Tinggi

Baik

33

45

11

89

Cukup

5

5

1

11

Total

38

50

12

100

Tabel 5. Hasil Uji Chi-squared Tests Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS

value            df            ρ-value

X2         0,319           2             0,853

N        100

Pada tabel diatas, pada responden yang memiliki pendidikan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang baik dominan pada tingkat pendidikan menengah dengan jumlah 45 orang dan responden yang memiliki pendidikan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang cukup terdapat 5 orang pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Karena hasil uji chi-square pada output software JASP berikut nilai p-valuenya 0,853 > 0,25 maka hasil tidak signifikan (terima H0). Sehingga, Belum cukup data untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.

6. Tabel 6 Kontingensi Hubungan antara Usia dengan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS.

Perilaku

Usia

12-16     17-25     26-35     36-45     46-55     56-65         Total

Baik Cukup Total

1          0         10        36        32        10           89

0           0            1            6            1            3               11

1          0         11         42         33         13            100

Tabel 7. Hasil Uji Chi-squared Tests Hubungan antara Usia dengan Perilaku Pencegahan Transmisi HIV/AIDS

value

df

ρ-value

X2

4,705

4

0,319

N

100

Tabel 8. Logistic Regression

Model

Deviance

AIC

BIC

df

X2

p

H0

69,303

71,303

73,908

99

H1

68,893

74,893

82,708

97

0,410

0,815

Pada Tabel 6 dan 7 diatas, responden pada variabel usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang baik dan cukup dominan pada rentang usia 36-45 (Dewasa akhir) sebanyak 36 orang dan 6 orang. Karena hasil uji chi-square pada output software JASP berikut nilai p-valuenya 0,319 > 0,05 maka hasil tidak signifikan (terima H0). Sehingga, Belum cukup data untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di

Kelurahan Arcawinangun Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.

Pada Tabel 8 diatas, dikarenakan hasil uji regresi logistik pada output                                             software

JASP berikut nilai ρ-value 0,815 > 0,05 maka hasil tidak signifikan                   (terima                   H0).

Belum cukup data untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.

DISKUSI

Perilaku dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh manusia baik secara langsung, maupun tidak langsung. Baik didasarkan atas rencana, ataupun dengan spontan. Dalam teori perilaku menyampaikan bahwa seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain, yang berada di lingkungan sekitarnya. Agar memiliki pengetahuan yang sama, serta Peran ibu pun dibutuhkan dalam perilaku pencegahan HIV/AIDS, dengan memberikan kasih sayang dan perhatian

kepada anaknya sehingga anak tidak terjerumus dalam mencari kesenangan atau perhatian secara tidak baik, seperti pergaulan bebas dan hubungan seks bebas.2

Mengacu pada hasil penelitian ini, didapatkan nilai ρ-value lebih besar dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga terhadap upaya aktif untuk mencegah terjadinya penyebaran virus HIV di kelurahan Arcawinangun. Pada pendidikan rendah terdapat 38 responden dengan 33 responden termasuk kategori berperilaku baik dan 5 berperilaku cukup,

pada pendidikan menengah terdapat 50 responden dengan 45 responden berperilaku baik dan 5 cukup, dan pada pendidikan tinggi terdapat 12 responden dengan 11 responden berperilaku baik dan 1 cukup.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Fitrianingsih yang menghasilkan terdapat hubungan antara pendidikan dengan upaya untuk mencegah terjadinya virus HIV di masyarakat. hasil tersebut mengacu pada nilai ρ-value 0,04. Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa salah satu penyebab ibu rumah tangga terinfeksi virus HIV dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan, serta tidak memiliki pengetahuan yang luas untuk menjaga kesehatan dan melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit menular.8

Akan tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Faradina yang menyampaikan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan

peran aktif untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijhati yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada pengetahuan seseorang dalam memahami penyakit HIV. Hal senada juga disampaikan oleh Kambu yang menyampaikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, dalam mengetahui deskripsi dan dampak yang dihasilkan dari virus HIV, serta berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya virus HIV. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini, pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV maupun pengetahuan untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV dikarenakan dari hasil penelitian ini memperoleh nilai ρ-value>0,05.7,9,12

Pada rentang usia 12-16 tahun terdapat satu responden dengan perilaku pencegahan kategori baik, usia 26-35 terdapat 10 responden berperilaku baik dan 1 berperilaku cukup, usia 3645 dominan berperilaku baik dengan jumlah 36 dan berperilaku cukup 6 responden, usia 46-55 yang termasuk kategori perilaku baik terdapat 32 dan perilaku cukup 1 responden, dan usia 56-65 terdapat 10 responden termasuk perilaku baik dan 3 perilaku cukup. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku aktif untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV terutama di kalangan ibu rumah tangga yang tinggal di kelurahan Arcawinangun.

Semakin besar usia seseorang diikuti dengan semakin banyak pengalaman yang dimiliki, hal tersebut sejalan dengan penelitian Wijhati yang menyampaikan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki terkait dengan berbagai dampak yang dihasilkan oleh penularan virus HIV, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Akan tetapi dalam penelitian lain didapatkan data bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka akan mengalami kemunduran fisik, maupun mental, yang diikuti dengan penurunan IQ. Semakin tua seseorang maka pengetahuan yang dimiliki pun akan semakin berkurang, karena semakin melemahnya daya ingat yang dimiliki. Hal ini merupakan hasil penelitian oleh Aslia yang mengatakan bahwa usia tidak memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang dalam memahami gejala, dan upaya untuk mencegah terjadinya HIV.6,12

Hasil penelitian ini memperoleh nilai ρ-value lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS oleh ibu rumah tangga di kelurahan Arcawinangun. Usia, tingkat pendidikan, dan perilaku akan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS. Ibu Rumah Tangga adalah seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Ibu rumah tangga lebih berisiko menderita AIDS dibanding penjaja seks disebabkan oleh suami pengidap HIV dan menulari istrinya melalui hubungan seks.

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan maupun pengalaman yang terjadi dalam hidup, faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang didapatkan dari berbagai informasi yang diperoleh melalui media elektronik seperti televisi, radio, maupun yang berasal dari media cetak seperti koran, dan majalah. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh perilaku sosial serta perbedaan ekonomi yang dimiliki.5

Didapatkan bahwa tingkat pengetahuan wanita tentang dampak yang ditimbulkan dari penyakit HIV, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV di Indonesia termasuk dalam kategori rendah. Tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, artinya tidak sebanding dengan pendidikan yang telah dilakukan sejak usia balita hingga dewasa. Akan tetapi belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV, karena pengetahuan mengenai dampak yang ditimbulkan dari virus HIV tidak didapatkan di sekolah dasar, maupun sekolah menengah pertama. Akan tetapi pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan dari penyakit HIV serta upaya pencegahannya harus dipelajari secara khusus dan berulang. Di kelurahan Arcawinangun perempuan dominan memiliki tingkat pendidikan menengah, akan tetapi hal tersebut bukan merupakan jaminan untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang dampak yang ditimbulkan dari penyakit HIV, serta perilaku yang dapat berisiko terjadi penularan virus HIV.1

Teori H. L. Blum menyatakan bahwa status kesehatan seseorang sangat erat dengan 4 faktor, yaitu perilaku, keturunan, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Pada Kelurahan Arcawinangun memiliki lingkungan yang sangat aktif mengenai program-program kesehatan sehingga walaupun terdapat beberapa ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi memahami bagaimana perilaku pencegahan dari transmisi HIV/AIDS.4 Jika dilihat dari teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor seseorang memiliki niat dan motivasi untuk melakukan sesuatu, seperti pengetahuan, pendidikan , usia, kepercayaan, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku, seperti sarana dan prasarana kesehatan. Pada Kelurahan Arcawinangun memiliki faktor pemungkin yang baik dimana sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan terdapat pada daerah Kelurahan Arcawinangun dan sangat memperhatikan kesehatan masyarakat pada daerah sekitarnya. Kemudian, yang terakhir terdapat faktor penguat, yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku seseorang.6

Pada Kelurahan Arcawinangun memiliki faktor penguat yang sangat tinggi, dimana kelurahan tersebut memiliki 92

sistem yang aktif dan cukup banyak mengenai programprogram kesehatan selain HIV/AIDS, petugas kesehatan yang berprofesi menuntun masyarakatnya untuk memahami dan berperilaku hidup sehat dan menghindari dari berbagaimana potensi penyakit, dan organisasi kemasyarakatan yang berperan sangat penting pada pengetahuan ibu rumah tangga pada kelurahan tersebut, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan para wanita dengan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia.

Organisasi PKK pada Kelurahan Arcawinangun sangat aktif, mereka melakukan berbagai macam program-program selain program kesehatan seperti HIV/AIDS. Pada Kelurahan Arcawinangun memiliki angka HIV/AIDS tertinggi di Kabupaten Banyumas, sehingga organisasi ini tidak hanya mengadakan program pencegahan dan pemahaman saja tetapi juga membantu dan memberi pemahaman bagi masyarakat yang terkena HIV/AIDS. Sehingga, dapat dilihat bahwa perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS tidak hanya didapatkan dari tingkat pendidikan tinggi ataupun usia yang sudah senior tetapi pemahaman pengetahuan yang baik dan benar bisa didapatkan dari faktor pendukung dan lingkungan sekitar sehingga membuat perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS yang baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pendidikan pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas sebagian besar memiliki tingkat pendidikan menengah dan tidak ada responden yang tidak sekolah. Kelompok usia pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas sebagian besar merupakan dewasa akhir. Perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 89 orang, kategori cukup sebanyak 11 orang, dan tidak ada responden yang termasuk kategori kurang. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS, usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS, tingkat pendidikan dan usia dengan perilaku pencegahan transmisi HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kelurahan Arcawinangun Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas (hipotesis ditolak).

DAFTAR PUSTAKA

  • 1 .Akhiat. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang Penyakit HIV/AIDS di Lokalisasi Teluk Bayur. Jurnal Kesehatan. 2016

  • 2 .Angela, M., Sianturi, S.R., Supardi, S. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMPN 251 Jakarta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 2019; 3:67–72.

  • 3 .Anggina, Y., Lestari, Y., Zairil, Z. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;8:385.

  • 4 .Anggraeni, I.N.R. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Kesehatan Lingkungan di Desa Segiguk. 2018. 5.Ashari, A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 8 Makassar. 2020.

  • 6 .Aslia. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Di Sman 2 Kota Bau-Bau Tahun 2017, jurnal Kebidanan Kebidanan.2017.

  • 7 .Faradina, A., Saleh, I., Taufik, M. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS Oleh ODHA Wanita Usia Reproduksi di Kota Singkawang Tahun 2013. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan. 2013.

  • 8 .Fitrianingsih, R., Dewi, Y.I., Woferst, R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Ners Indonesia. 2018;9:1.

  • 9 .Kambu, Y., Waluyo, A., Kuntarti. Umur Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2016;19:200-207.

  • 10 .Kusumaningsih, I., Arisdiani, T., Prasetya, H.A. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS Dengan Perilaku Seksual Pada Karyawan. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes Ri Pangkalpinang. 2020;8:63.

  • 11 .Singale, Lastianti. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa SMK Negeri 3 Tahuna 1–11. 2013.

  • 12 .Wijhati, E.R. Pengetahuan HIV pada Ibu Rumah Tangga. JHeS (Journal of Health Studies). 2020;4,:85–89.

  • 13 .Yuliza, W. T., Hardisman, H., & Nursal, D. G. A. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Wanita Pekerja Seksual di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;8(2): 376.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i7.P16

93