ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.7,JULI, 2022


Diterima: 2022-05-17. Revisi: 28 -06- 2022 Accepted: 25-07-2022

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN SUPLEMEN UNTUK MEMELIHARA DAYA TAHAN TUBUH SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Jocelyn Ivana1, Desak Ketut Ernawati2, Bagus Komang Satriyasa2, Ida Ayu Alit Widhiartini2

  • 1.    Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2.    Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana e-mail: jocelyn_ivana@yahoo.com

ABSTRAK

Ketika COVID-19 pertama kali muncul, semua orang berusaha mencari cara untuk mencegah diri agar tidak terinfeksi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui obat tradisional dan suplemen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan penggunaan obat tradisional dan suplemen tersebut. Penelitian cross-sectional ini menggunakan simple random sampling untuk mengambil sampelnya. Setelah semua data terkumpul, maka data diolah dengan uji regresi untuk mengetahui apakah penggunaan obat tradisional dan suplemen memiliki korelasi dengan variabel lain seperti angkatan, jenis kelamin, tingkat pengetahuan tentang COVID-19, tingkat pengetahuan tentang obat tradisional, dan tingkat pengetahuan tentang suplemen. Hasil penelitian menemukan terdapat beberapa variabel yang memiliki korelasi seperti tingkat pengetahuan terhadap COVID-19 mempengaruhi penggunaan meniran (p value = 0,001, Exp = 0,117), jenis kelamin (p value = 0,037, Exp = 1,679) dan angkatan 2019 (p value = 0,048, Exp = 1,778) mempengaruhi penggunaan kunyit, tingkat pengetahuan terhadap COVID-19 mempengaruhi penggunaan temulawak (p value = 0,031, Exp = 0,392), serta jenis kelamin (p value = 0,046, Exp = 2,077) dan tingkat pengetahuan terhadap COVID (p value = 0,001, Exp = 4,401) mempengaruhi Vitamin C. Jahe merupakan obat tradisional yang paling banyak digunakan (45,6%) sedangkan Vitamin C merupakan suplemen yang paling banyak digunakan responden (89,5%).

Kata kunci : COVID – 19., Obat Tradisional., Penggunaan., Pengetahuan., Suplemen

ABSTRACT

When COVID-19 strikes the world, all community members finding ways to prevent from getting infected. One of the ways is to increase our body immune system though traditional medicine and supplements. This study aimed to find out a correlation between knowledge levels of traditional medicine and supplements as well as their consumptions. This cross-sectional research used a simple random sampling proccess for sample selection. After all the data collected, regression analysis was conducted to assess the correlation between the use of traditional medicine and supplement and other variables such as year, gender, knowledge level of COVID-19, knowledge level of traditional medicine, and knowledge level of supplements. This study found some variables that had correlations such as the level of knowledge of COVID-19 affects the consumption of meniran (p value = 0.001, Exp = 0.117), gender (p value = 0.037, Exp = 1.679) and class of 2019 (p value = 0.048, Exp = 1.778) affect the use of turmeric, the level of knowledge of COVID-19 also affects the use of curcumin (p value = 0.031, Exp = 0.392), as well as gender (p value = 0.046, Exp = 2.077) and level of knowledge about COVID (p value = 0.001 , Exp = 4,401) affect the use of Vitamin C. Ginger was the most frequently used traditional medicine (45.6%) while the majority of respondents (89.5%) used Vitamin C as supplement during the pandemic.

Keywords: COVID – 19., Knowledge., Supplements., Traditional Medicine., Usage

PENDAHULUAN

COVID-19 merupakan penyakit yang mewabah sejak akhir Desember 2019 dan memiliki gejala menyerupai pneumonia. Pada tanggal 6 Februari 2020, WHO mencatat 28.276 kasus terkonfirmasi dengan 565 kasus meninggal di 25 negara berbeda. Wabah ini diketahui disebabkan oleh novel beta-coronavirus1. Manifestasi klinis yang timbul akibat COVID-19 berbeda beda sesuai tingkat keparahannya. Pasien dengan tingkat keparahan rendah mungkin tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala pneumonia ringan. Pasien dengan tingkat keparahan lebih parah akan mengalami gejala seperti dyspnea atau berkurangnya saturasi oksigen dalam darah. Pasien dengan kondisi kritis dapat mengalami kegagalan pernafasan, syok septis, ataupun kegagalan beberapa organ tubuh2.

Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah melakukan isolasi, menghindari kontak langsung dengan penderita, menghindari berpergian yang tidak dibutuhkan, dan menjaga jarak dengan orang lain terutama jika sedang batuk atau bersin. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer yang mengandung alcohol minimal 60% juga merupakan langkah preventif agar tidak terjangkit COVID-19. Menggunakan masker terutama masker medis juga merupakan tindakan pencegahan yang disarankan3. Tubuh menusia memiliki sistem imun yang dapat melindungi diri dari berbagai patogen, termasuk virus. Jika imun tubuh berfungsi dengan baik, infeksi virus seperti COVID-19 dapat diatasi dengan baik. Mengonsumsi makanan yang sehat memiliki peran penting dalam meningkatkan sistem imun, terutama jika mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral4.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat beberapa suplemen yang disarankan untuk dikonsumsi agar menjaga daya tahan tubuh di masa pandemi, diantaranya adalah Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Zink, dan Selenium5. Vitamin C dapat meningkatkan respon imun innate yang dapat membantu memerangi infeksi virus. Selain itu, Vitamin C memiliki efek immunomodulator, anti inflammatory, dan antioxidan6. Vitamin D dapat memodulasi pertumbuhan sel, daya tahan tubuh, dan berfungsi sebagai antiinflamasi. Vitamin D juga telah terbukti bermanfaat dalam mencegah infeksi saluran nafas melalui uji klinis. Vitamin E memiliki aktivitas antioksidan dan dapat meningkatkan respon imun seperti proliferasi limfosit. Zink penting dalam perkembangan imun tubuh, kekurangan Zink berdampak pada rentannya tubuh terhadap infeksi dan mempengaruhi respon imun pada berbagai

tingkatan. Defesiensi Selenium dapat menganggu daya tahan tubuh, seperti menghambat proliferasi sel T5.

Obat obatan tradisional juga dapat dimanfaatkan untuk memelihara daya tahan tubuh. Penggunaan obat tradisional sudah tidak asing di Indonesia, dan pengalaman empiris membuktikan berbagai khasiatnya. Selain pengalaman empiris, obat tradisional juga diteliti lebih lanjut dan terbukti memiliki aktivitas farmakologik yang baik untuk tubuh, seperti imunostimulan yang merangsang imun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara in vivo, meniran terbukti memiliki aktivitas immunostimulan, antivirus, antiinflamasi dan antioksidan. Jahe memiliki aktivitas immunostimulan dan antiinflamasi berdasarkan penlitian pada mencit dan tikus. Kunyit memiliki aktivitas immunomodulator, imunostimulan, antivirus, antiinflamasi, dan antioksidan berdasarkan penelitian pada sapi perah, tikus, dan mencit. Pada penelitian pada tikus dan mencit juga ditemukan bahwa temulawak memiliki aktivitas immunostimulan, antioksidan, dan antiinflamasi. Jambu biji juga ditemukan memiliki ativitas immunostimulan, antivirus, antiinflamasi, dan antioksidan7.

Mahasiswa memiliki fungsi khusus dalam masyarakat yaitu sebagai Social Control dan Agent of Change. Social Control berarti mahasiswa dianggap memiliki kemampuan intelektual, peranan sosial, dan sikap kritis yang dapat digunakan untuk menggerakkan kehidupan sosial disekitarnya dengan memberi kritik, saran dan solusi bagi masalah yang ada. Agent of Change berarti mahasiswa merupakan agen dari perubahan itu sendiri, bukan hanya sebagai konseptor namun juga sebagai eksekutor dari perubahan tersebut. Perubahan dapat dimulai dengan melakukan pengegahan penyebaran virus dari diri sendiri, keluarga, lalu lingkungan sekitar8. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mengetahui obat tradisional maupun suplemen yang dapat memelihara daya tahan tubuh agar dapat mengedukasi dan menjadi agen perubahan ke lingkungan disekitarnya di masa pandemi ini.

BAHAN DAN METODE

Jenis rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan potongan lintang untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan penggunaan obat tradisional serta suplemen untuk memelihara daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan google form sebagai instrumen penyebaran kuesioner kepada responden untuk mengumpulkan data dimana dilakukan tanpa memberikan perlakuan atau intervensi terhadap sampel penelitian. Penelitian ini telah dinyatakan layak etik dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor protokol 2021.01.1.0726.

Pengambilan data untuk penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali dari bulan Agustus 2021 hingga Oktober 2021. Teknik pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling dimana dibutuhkan 264 sampel mahasiswa aktif dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini tidak menggunakan bahan apapun dalam proses pengambilan sampel. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2018, 2019, dan 2020. Kriteria eksklusi sampel adalah mahasiswa yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

Variabel penelitian pada penelitian ini diklasifikasi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas meliputi jenis kelamin, angkatan, tingkat pengetahuan tentang COVID-19, tingkat pengetahuan tentang obat tradisional, dan tingkat pengetahuan tentang suplemen. Variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat penggunaan obat tradisional dan tingkat penggunaan suplemen. Tingkat pengetahuan tentang COVID-19, obat tradisional, dan suplemen diukur masing-masing melalui 10 pertanyaan benar dan salah.

Kategori tingkat pengetahuan COVID-19, obat tradisional, dan suplemen ditentukan melalui nilai rerata dari kuesioner dengan rumus yang disebutkan di buku ‘Penyusunan Skala Psikologi edisi 2’ yang kemudian dikategorikan kembali menjadi 2 kategori yaitu baik dan rata – rata. Kategori baik meliput kategori tinggi dan sedang, sedangkan kategori rata rata meliput kategori rendah. Obat tradisional yang diteliti pengetahuan dan penggunaannya adalah meniran, jahe, kunyit, temulawak, dan jambu biji. Suplemen yang diteliti meliputi vitamin C, vitamin D, vitamin E, selenium, dan zink.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan SPSS for windows versi 25 dari hasil rekapan kuesioner dengan multinomial logistic regression. Hubungan yang diteliti dalam penelitian ini adalah masing masing variabel bebas dengan penggunaan setiap obat tradisional dan suplemen.

HASIL

Sampel yang didapat selama masa penelitian berjumlah 344 responden. Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dan angkatan dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2.

Rerata dan Standar Deviasi skor pengetahuan tentang COVID-19, obat tradisional, dan suplemen terlampir pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata dan Standar Deviasi Skor Kuesioner

N

Rerata

Standard Deviasi

Pengetahuan COVID-19

344

8,98

0,991

Pengetahuan

Obat Tradisional

344

8,52

1,453

Pengetahuan Suplemen

344

8,39

1,442

Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan tentang COVID-19, obat tradisional, dan suplemen yang didapatkan dari hasil rerata serta standar deviasi skor

kuesioner dapat dilihat pada tabel 2, tabel 3, dan tabel 4

Tabel 2. Kategori Pengetahuan COVID-19

Angkatan

Kategori Pengetahuan COVID-19

Rerata (Skor < 8)

Baik (Skor > 8)

2018

8(7,6%)

97(92,4%)

2019

10(9,5%)

95(90,5%)

2020

12(9,0%)

122(91,0%)

Tabel 3. Kategori Pengetahuan Obat Tradisional

Angkatan

Kategori Pengetahuan Obat Tradisional

Rata – rata (Skor < 8)

Baik (Skor > 8)

2018

20 (19,0%)

85 (81,0%)

2019

25 (23,8%)

80 (76,2%)

2020

37 (27,6%)

97 (72,4%)

Tabel 4. Kategori Pengetahuan Suplemen

Angkatan

Kategori Pengetahuan Suplemen

Rata – rata (Skor < 8)

Baik (Skor > 8)

2018

19 (18,1%)

86 (81,9%)

2019

24 (22,9%)

81 (77,1%)

2020

27 (20,1%)

107 (79,9%)

Distribusi penggunaan obat tradisional yang dikonsumsi selama masa pandemi COVID-19 oleh responden dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penggunaan Obat Tradisonal

Jenis Obat

Pengunaan

Ya        Tidak

Tradisional

N  %   N   %

Meniran

15

4,4

329

95,6

Jahe

157

45,6

187

54,4

Kunyit

114

33,1

230

66,9

Temulawak

62

18,0

282

82,0

Jambu Biji

89

25,9

255

74,1

Distribusi penggunaan suplemen yang dikonsumsi selama masa pandemi COVID-19 oleh responden dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penggunaan Suplemen

Jenis Suplemen

Pengunaan

N

Ya

%

Tidak

N

%

Vitamin C

308

89,5

36

10,5

Vitamin D

246

71,5

98

28,5

Vitamin E

180

52,3

164

47,7

Selenium

80

23,3

264

76,7

Zink

159

46,2

185

53,8

Hasil analisa uji multinomial regression terhadap penggunaan obat tradisional meniran, jahe, kunyit, temulawak, dan jambu biji dapat dilihat pada tabel 7, tabel 8, tabel 9, tabel 10, dan tabel Hasil uji regresi menunjukan beberapa variabel memiliki hubungan. Hal ini yang ditunjukan dengan p value < 0,05. Variabel independen yang memiliki hubungan ditandai dengan tanda (*).

Tabel 7. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Meniran

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis Kelamin

0,719

0,233 –2,217

0,566

Angkatan

2018

0,293

0,007 – 11,458

0,511

2019

3,891

0,107 – 141,559

0,459

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19*

0,117

0,034 – 0,404

0,001

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

0,344

0,099 – 1,195

0,093

Tingkat Pengetahuan Suplemen

0,987

0,256 – 3,805

0,985

Tabel 8. Hasil Analisa terhadap Pengunaan Jahe

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis Kelamin

1,236

0,791 –1,932

0,351

Angkatan

2018

1,080

0,643 – 1,817

0,771

2019

1,356

0,805 – 2,285

0,252

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19

0,542

0,250 – 1,177

0,121

Tingkat

Pengetahuan Obat Tradisional

1,267

0,741 – 2,164

0,387

Tingkat Pengetahuan Suplemen

1,478

0,842 – 2,594

0,173

Tabel 9. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Kunyit

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis

Kelamin*

1,679

1,032 – 2,733

0,037

Angkatan

2018

1,014

0,591 – 1,004

0,961

2019*

1,778

1,004 – 3,150

0,048

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19

0,633

0,286 – 1,400

0,259

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

1,047

0,590 – 1,856

0,876

Tingkat Pengetahuan Suplemen

1,504

0,811 – 2,790

0,195

Tabel 10. Hasil Analisa terhadap Temulawak

Penggunaan

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis

Kelamin

0,639

0,361 – 1,132

0,125

Angkatan

2018

0,769

0,407 – 0,972

0,419

2019

2,094

0,972 – 4,515

0,059

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19*

0,392

0,168 – 0,917

0,031

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

0,845

0,430 – 1,659

0,624

Tingkat Pengetahuan Suplemen

1,355

0,638 – 2,880

0,429

Tabel 11. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Jambu Biji

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis

Kelamin

0,729

0,443 – 1,200

0,214

Angkatan

2018

1,210

0,681 – 2,151

0,516

2019

1,738

0,947 – 1,192

0,075

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19

1,183

0,480 – 2,910

0,715

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

1,094

0,599 – 2,000

0,769

Tingkat Pengetahuan Suplemen

0,895

0,482 – 1,663

0,726

Hasil analisa uji multinomial regression terhadap penggunaan suplemen vitamin C, vitamin D, vitamin E, selenium, dan zink dapat dilihat pada tabel 12, tabel 13, tabel 14, tabel 15, dan tabel 16. Hasil uji regresi menunjukan beberapa variabel memiliki hubungan. Hal ini yang ditunjukan dengan p value < 0,05. Variabel independen yang memiliki hubungan ditandai dengan tanda (*).

Tabel 12. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Vitamin C

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Jenis

Kelamin*

2,077

1,013 –4,260

0,046

Angkatan

2018

1,305

0,538 – 3,168

0,556

2019

1,296

0,542 – 3,099

0,560

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19*

4,401

1,782 – 10,870

0,001

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

0,889

0,375 – 2,108

0,789

Tingkat Pengetahuan Suplemen

1,464

0,632 – 3,394

0,374

Tabel 13. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Vitamin D

Variabel    Exp

Pengetahuan                3,241

COVID-19

Independen

(B)

IK95%

p value

Tingkat

Pengetahuan               0,391 –

Obat            0,718      1,321          0,287

Tradisional

Jenis Kelamin

1,046

0,642 –1,704

0,856

Angkatan

2018

1,637

0,915– 2,929

0,097

Tingkat                   0 957 –

Pengetahuan     1,975      ,              0,066

Suplemen                 4,080

2019

1,629

0,913 – 2,907

0,098

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19

1,563

0,701 – 3,482

0,275

Tabel 16. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Zink

Tingkat Pengetahuan Obat

0,776

0,427 –1,410

0,405

Variabel     Exp

IK95%       p value

Independen    (B)

Jenis Kelamin    1,116   0,717 –1,739       0,626

Tradisional

Angkatan

Tingkat

2018       1,016   0,605– 1,707       0,951

Pengetahuan

1,245

0,685 – 2,261

0,473

2019       0,962   0,574 – 1,613       0,884

Suplemen

2020

Tabel 14. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Vitamin E

Tingkat

Pengetahuan     1,794   0,805 – 3,998       0,153

COVID-19

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Tingkat

Pengetahuan    0,858   0,506 –1,455       0,569

Obat

Tradisional

Jenis

Kelamin

1,061

0,683 – 1,649

0,792

Angkatan

Tingkat

Pengetahuan     1,391   0,798 – 2,425       0,245

Suplemen

2018

1,198

0,714– 2,009

0,494

2019

1,326

0,792 –

2,219

0,284

Hasil uji regresi menunjukkan penggunaan meniran dipengaruhi dengan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dimana responden dengan tingkat pengetahuan baik memiiki kecenderungan 0,1 kali mengonsumsi meniran dibanding responden dengan tingkat pengetahuan rata-rata. Penggunaan kunyit untuk meningkatkan daya tahan tubuh ditemukan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan angkatan, dimana jenis kelamin perempuan cenderung 1,6 kali menggunakan kunyit dibandikan laki-laki. Angkatan 2019 dikemukan cenderung 1,7 kali menggunakan kunyit dibandingkan angkatan 2018 dan 2020. Hasil analisa juga menemukan bahwa penggunaan temulawak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan terhadap COVID-19, dimana responden dengan tingkat pengetahuan baik memiiki kecenderungan 0,4 kali mengonsumsi temulawak dibanding

2020

Tingkat Pengetahuan COVID-19

1,259

0,587 – 2,703

0,554

Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional

0,900

0,532 – 1,524

0,696

Tingkat Pengetahuan Suplemen

1,409

0,814 – 2,438

0,220

Tabel 15. Hasil Analisa terhadap Penggunaan Selenium

Variabel Independen

Exp (B)

IK95%

p value

Vitamin C ditemukan dipengaruhi oleh dua variabel yaitu jenis kelamin dan tingkat pengetahuan terhadap COVID-19. Responden

Jenis Kelamin

0,9321

0,553 – 1,567

0,788

perempuan cenderung 2 kali menggunakan Vitamin C dibanding responden laki-laki, dan responden dengan tingkat pengetahuan

Angkatan

baik memiiki kecenderungan 4,4 kali mengonsumsi Vitamin C

2018

1,059

0,574– 1,952

0,855

dibanding responden dengan tingkat pengetahuan rata-rata.

2019

1,033

0,562 – 1,901

0,916

2020

Tingkat

1,254

0,485 –

0,640

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah ada hubungan antara pengetahuan dan penggunaan obat tradisional dan suplemen dalam upaya meningkatkan daya tahan tubuh selama masa pandemi COVID-19. Responden yang terkumpul sebanyak 344, masing masing dengan tingkat pengetahuan dan penggunaan obat tradisional dan suplemen yang berbeda. Dalam tingkat pengetahuan terhadap COVID-19, 30 responden (8,7%) memiliki tingkat pengetahuan rata-rata dan 314 responden (91,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Untuk tingkat pengetahuan terhadap obat tradisional, 82 responden (23,8%) memiliki tingkat pengetahuan rata-rata dan 262 responden (76,2%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Sedangkan untuk pengetahuan terhadap suplemen terdapat 70 responden (20,3%) dengan tingkat pengetahuan rata-rata dan 274 responden (79,7%) dengan tingkat pengetahuan baik.

Dari keseluruhan responden, jahe menjadi obat tradisional pilihan dengan 157 responden (45,6%) menggunakan jahe untuk meningkatkan daya tahan tubuh selama masa pandemi. Kunyit menjadi obat tradisional kedua dengan 114 pengguna (33,1%), lalu disusul dengan jambu biji dengan 89 responden (25,9%) menggunakan jambu biji. Temulawak menjadi pilihan keempat dengan 62 responden (18,0%) yang menggunakan lalu terakhir meniran dengan hanya 15 responden (4,4%) yang memilih untuk mengonsumsi meniran untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Jakarta dimana urutan penggunaan obat tradisional yang paling banyak digunakan di masa pandemi adalah jahe, lalu diikuti oleh kunyit, temulawak, jambu biji, dan terakhir meniran9.

Vitamin C merupakan suplemen utama pilihan responden dengan 308 responden (89,5%) mengonsumsinya minimal satu kali seminggu. Vitamin D merupakan suplemen dengan pengguna kedua terbanyak dengan 246 responden (71,5%) mengonsumsinya. Suplemen lainnya seperti Vitamin E memiliki 180 responden (52,3%) yang menggunakan, Zink dengan 159 responden (46,2%), dan Selenium dengan 80 responden (23,3%) yang mengonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Penggunaan Vitamin C menjadi suplemen paling banyak yang digunakan di masa pandemi COVID-19. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan di Kebonsari, Surabaya yang menemukan pula Vitamin C sebagai suplemen yang paling banyak digunakan selama masa pandemi COVID-1910.

Penelitian di Bantul, Yogyakarta menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan pada masyarakat11. Penelitian lainnya yang dilakukan di Surabaya menunjukan bahwa pengetahuan yang baik memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan suplemen10. Penelitian di Jakarta menemukan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan pola penggunaan obat tradisional di masa pandemi COVID-

1912. Ketiga penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil analisa yang dilakukan di penelitian ini, dimana tidak ditemukan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang obat tradisional dan suplemen dengan penggunaanya. Akan tetapi, hasil ini konsisten dengan penelitian di desa Keneng, Semarang yang menemukan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan immunomodulator herbal di masa pandemi COVID-1913. Penelitian di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan hal yang sama dimana tidak ditemukan hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan suplemen di masa pandemi COVID-1914.

SIMPULAN

Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang obat tradisional dan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19, sesuai dengan hipotesis penelitian. Penggunaan obat tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19 masih tergolong rendah dimana kurang dari 50% responden yang menggunakan meniran, jahe, kunyit, temulawak, ataupun jambu biji. Penggunaan suplemen terbilang tinggi karena lebih dari 50% responden menggunakan Vitamin C, Vitamin D, ataupun Vitamin E untuk menginkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi. Sedangkan untuk suplemen Zink dan Selenium masih dibawah 50% responden yang menggunakannya. Hal ini tidak dengan hipotesis penelitian yaitu penggunaan obat tradisional dan suplemen terbilang tinggi, kecuali untuk penggunaan Vitamin C, Vitamin D, dan Vitamin E yang sesuai dengan hipotesis penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan obat tradisional dan suplemen. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis penelitian. Akan tetapi, beberapa obat tradisional dan suplemen memiliki variabel yang dapat mempengaruhi penggunaannya. Responden dengan pengetahuan tentang COVID-19 yang baik memiliki kecenderungan 4 kali menggunakan Vitamin C dibanding responden dengan pengetahuan rata-rata. Responden perempuan cenderung 1,6 kali menggunakan kunyit dan 2 kali menggunakan Vitamin C dibanding responden laki-laki. Suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Vitamin C, sedangkan obat tradisional yang paling banyak dikonsumsi adalah jahe.

SARAN

Saran yang diberikan kepada responden dan masyarakat adalah agar menggunakan obat tradisional dan suplemen yang memiliki khasiat meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19. Alangkah baiknya jika pengetahuan yang sudah dimiliki diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Penelitian ini dapat dilakukan lebih mendalam lagi, dengan melakukan penelitian pada sampel yang lebih besar ataupun dengan memfokuskan penelitian pada satu jenis obat tradisional atau suplemen

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Wu Y, Chen C, Chan Y. The outbreak of COVID-19:  An overview. Journal of the

Chinese Medical Association. 2020;83(3):217-220.

  • 2.    Cascella M, Rajnik M, Aleem A, Dulebohn S, Napoli R. Features, Evaluation, and Treatment of Coronavirus (COVID-19). StatPearls [Internet].      2022;     Available      from:

http://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32150360

  • 3.    Lotfi M, Hamblin M, Rezaei N. COVID-19: Transmission, prevention, and potential therapeutic opportunities. Clinica Chimica Acta. 2020;508:254-266.

  • 4.    Chowdhury M, Hossain N, Kashem M, Shahid M, Alam A. Immune response in COVID-19: A review. Journal of Infection and Public Health. 2020;13(11):1619-1629.

  • 5.    Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pedoman Penggunaan Herbal dan Suplemen Kesehatan dalam Menghadapi COVID-19 di Indonesia. 1st ed. Jakarta; 2020.

  • 6.    Abobaker A, Alzwi A, Alraied A. Overview of the possible role of vitamin C in management of COVID-19.     Pharmacological     Reports.

2020;72(6):1517-1528.

  • 7.    Badan Pengawas Obat dan Makanan. Buku Saku Obat Tradisional untuk Daya Tahan Tubuh. Jakarta; 2020.

  • 8.    Negara, M. A. P. (2020) Peranan Mahasiswa dalam Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19. Available at: http://fa.uinsgd.ac.id/peranan-mahasiswa-dalam-masyarakat-di-masa-pandemi-covid-19/.

  • 9.    Asyrifa, K., 2021. Gambaran Pengetahuan dan Penggunaan Obat Tradisional sebagai Imunostimulan dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19 pada Masyarakat di Wilayah Jakarta. Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

  • 10.    Mukti, A. W. (2020) “Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Penggunaan Suplemen Kesehatan Warga Kebonsari Surabaya di Masa Pandemi Covid-19”, FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi, 1(1), pp.

20-25.                 Available                at:

http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/farmasis/articl e/view/2656 Mujiburrahman, Riyadi, M. and Ningsih, M., 2020. Pengetahuan Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan

  • 11.    COVID-19       di       Masyarakat. JURNAL

KEPERAWATAN TERPADU, [online] 2(2), pp.130140.     Available     at:     <http://jkt.poltekkes-

mataram.ac.id/index.php/home/article/view/85/69>

  • 12.    Samudra, N., Untari, E. and Wahdaningsih, S., 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pola Penggunaan Obat Tradisional Terhadap Kualitas Kesehatan Masyarakat. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran  UNTAN,  [online] 5(1).

Available                                          at:

<https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/articl e/view/48778> [Accessed 14 November 2021].

  • 13.    Romziyah, B., Pramana, G. and Dyahariesti, N., 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Upaya Pencegahan COVID-19 Menggunakan Immunomodulator Herbal di Desa Kenteng Kecamatan Sssukan Kabupaten Semarang. Universitas Ngudi Waluyo.

  • 14.    Antari, N., Dewi, N., Saputra, I., Prascitasari, N., Arkhania, N., Aswindari, N., Juliari, N., Andarista, N., Kosalawa, A., Jayanti, N., Lestari, M. and Sangging, I., 2021. Korelasi antara Pemahaman COVID-19 dan Penggunaan Suplemen, Mahasiswa Fakultas   Farmasi   Universitas Mahasaraswati

Denpasar. Jurnal Ilmiah    Medicamento,    7(

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2022.V11.i7.P11

68