GAMBARAN KELUHAN MENOPAUSE PADA PERAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2021
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.4,APRIL, 2022
Diterima: 2020-12-15. Revisi: 11 -01- 2021 Accepted: 19-04-2022
GAMBARAN KELUHAN MENOPAUSE PADA PERAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR
PERIODE 2021
Nyoman Dedy Ari Wahyudi Jaya1, IB Gede Fajar Manuaba2, I Gde Sastra Winata2, I Nyoman Gede Budiana2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Menopause merupakan peristiwa normal yang dialami oleh setiap wanita yang menandakan masa reproduksi seorang wanita telah usai. Peristiwa tersebut dikarenakan indung telur mengalami proses penuaan, sehingga produksi hormon estrogen menurun dan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar hormon FSH dan LH. Gejala-gejala menopause bisa sangat mengganggu, terutama karena terjadi pada saat wanita memiliki peran penting dalam keluarga dan di tempat kerja. Perubahan hormon yang dimulai selama menopause mempengaruhi banyak sistem biologis. Berdasarkan hal tersebut, sangat penting bagi masyarakat khususnya wanita untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul ketika mengalami menopause agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi menopause. Penelitian ini merupakan penelitian desktriptif dengan desain studi cross-sectional, yang dilaksanakan di RSUP Sanglah Denpasar dengan sampel yakni perawat wanita yang telah menopause dan memenuhi kriteria inklusi. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa rasio kejadian keluhan-keluhan menopause pada perawat wanita yang telah menopause di RSUP Sanglah Denpasar ialah sebagai berikut: 16,7% keluhan vasomotor, 58,3% keluhan kognitif, 40% keluhan urogenital, 51,7% keluhan gangguan tidur, 13,4% keluhan seksual, 50% keluhan muskuloskeletal, dan 46,7% keluhan emosional. Sehingga, kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini yakni keluhan menopause terbanyak yang dialami oleh perawat di RSUP Sanglah Denpasar ialah keluhan kognitif dengan rasio kejadian 58,3%.
Kata kunci : Rasio., Keluhan., Menopause.
ABSTRACT
Menopause is a normal event experienced by every woman which indicates a woman's reproductive period has ended. This event is because the ovaries experience an aging process, so that the production of the hormone estrogen decreases and causes an increase in the levels of the hormones FSH and LH. Menopausal symptoms can be very disturbing, especially because they occur at a time when women have an important role in the family and at work. The hormonal changes that begin during menopause affect many biological systems. Based on this, it is very important for the community, especially women, to know the symptoms that arise when experiencing menopause so that they can prepare themselves for menopause. descriptive study with a cross-sectional study design, which was carried out at Sanglah Hospital Denpasar with a sample of female nurses who had menopause and met the inclusion criteria. From the research conducted. From the research conducted, it was found that the ratio of the incidence of menopausal symptoms to postmenopausal female nurses at Sanglah Hospital Denpasar is as follows: 16.7% vasomotor symptoms, 58.3% cognitive symptoms, 40% urogenital symptoms, 51.7% sleep disturbances, 13.4% sexual symptoms, 50% musculoskeletal symptoms, and 46.7% emotional symptoms. The conclusion that can be drawn in this study is that the most menopausal symptom experienced by nurses at Sanglah Hospital Denpasar was cognitive symptom with an incidence ratio of 58.3%.
Keywords : Ratio, Symptoms, Menopause
PENDAHULUAN
Menopause merupakan peristiwa normal yang dialami oleh setiap wanita yang menandakan masa reproduksi seorang wanita telah usai. Peristiwa tersebut dikarenakan indung telur mengalami proses penuaan, sehingga produksi hormon estrogen menurun dan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar hormon FSH dan LH. Peningkatan hormon FSH mengakibatkan fase folikular dari siklus menstruasi memendek hingga tidak terjadi lagi. Secara klinis hal ini didiagnosa setelah 12 bulan dari amenorrhoe dihitung sejak menstruasi terakhir yang dikarenakan adanya peningkatan jumlah folikel yang mengalami atresia sampai akhirnya tidak ada folikel yang tersisa dan tidak disebabkan oleh keadaan patologis.1
Gejala-gejala menopause bisa sangat mengganggu, terutama karena terjadi pada saat wanita memiliki peran penting dalam keluarga dan di tempat kerja. Perubahan hormon yang dimulai selama menopause mempengaruhi banyak sistem biologis. Dengan demikian, tanda dan gejala menopause termasuk gangguan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor etnis, geografis dan individu. Selain itu, penelitian terbaru telah menyoroti bagaimana gejala menopause tertentu dapat dikaitkan dengan timbulnya gangguan lain dan karenanya dapat berfungsi sebagai prediktor risiko kesehatan masa depan pada wanita pascamenopause.
Bidang kesehatan adalah salah satu bidang yang memiliki tingkat stres kerja paling tinggi. Resiko stres dimiliki oleh seluruh profesi yang bekerja di Rumah Sakit, akan tetapi perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.2 American National Association for Occupational Health menyatakan bahwa stres kerja pada perawat menempati urutan teratas dalam temuan 40 kasus stres kerja.3 Stres yang tinggi dan berkelanjutan menyebabkan gangguan hormonal serta dapat mempercepat terjadinya menopause.4
Berdasarkan hal tersebut, sangat penting bagi masyarakat khususnya wanita untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul ketika mengalami menopause agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi menopause. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan studi pustaka mengenai gambaran keluhan menopause pada perawat di RSUP Sanglah Denpasar.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi desktriptif dengan desain studi cross-sectional. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar. Pengumpulan data dilaksanakan selama 4 bulan, terhitung dari bulan Juli-Oktober 2021. Sampel dipilih dengan menggunakan metode nonprobability sampling teknik total sampling. Sampel penelitian ini adalah setiap perawat wanita yang telah menopause di RSUP Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi untuk sampel penelitian, yakni menyetujui informed consent dan sudah menopause secara alamiah. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang memuat identitas pasien serta keluhan menopause yang terdiri dari keluhan vasomotor, keluhan
kognitif, keluhan urogenital, keluhan gangguan tidur, keluhan seksual, keluhan muskuloskeletal, dan keluhan emosional.
Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana telah memberikan Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) pada penelitian ini dengan nomor
1102/UN14.2.2.VII.14/LT/2021 tertanggal 19 April 2021 serta Amandemen Perubahan Periode Penelitian dengan nomor 2283/UN14.2.2.VII.14/LT/2021 tertanggal 24 Agustus 2021.
HASIL
Pada penelitian ini, jumlah sampel yang berhasil didapatkan oleh peneliti yakni sebanyak 60 orang perawat wanita yang telah menopause secara alamiah di wilayah kerja Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Jalan, dan Instalasi Rawat Inap RSUP Sanglah Denpasar. Adapun distribusi responden berdasarkan wilayah kerja ialah sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah Kerja
Wilayah Kerja |
F (n=60) |
Persentase (%) |
Bedah Sentral |
3 |
5 |
Rawat Inap |
26 |
43,3 |
Rawat Jalan |
31 |
51,7 |
Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia F (n=60) Persentase
(%)
46-50 tahun 3 5
>50 tahun 57 95
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami keluhan vasomotor berupa hot flushes adalah sebanyak 10 orang (16,7%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan vasomotor adalah sebanyak 50 orang (83,3%). Rasio kejadian keluhan vasomotor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Keluhan Vasomotor
Gangguan Hot Flushes |
F (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
10 |
16,7 |
Tidak Mengalami |
50 |
83,3 |
Jumlah responden yang mengalami gangguan kognitif yakni 35 orang (58,3%). Sementara sisanya 25 orang (41,7%) tidak mengalami keluhan kognitif ketika menopause. Rasio kejadian keluhan kognitif dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Keluhan Kognitif | ||
Gangguan Kognitif |
F (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
35 |
58,3 |
Tidak Mengalami |
25 |
41,7 |
Dari penelitian, didapatkan bahwa frekuensi responden yang mengalami gangguan urogenital saat menopause adalah sebanyak 24 orang (40%) Sedangkan sebanyak 36 orang (60%) tidak mengalami gangguan urogenital ketika menopause. Rasio kejadian keluhan urogenital dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Keluhan Urogenital | ||
Gangguan |
F (n=60) |
Persentase |
Urogenital |
(%) | |
Mengalami |
24 |
40 |
Tidak Mengalami |
36 |
60 |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 31 orang (51,7%) mengeluhkan sulit beristirahat pada malam hari, sedangkan sebanyak 29 orang (48,3%) tidak mengalami keluhan berupa gangguan tidur saat menopause. Rasio kejadian keluhan gangguan tidur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Keluhan Gangguan Tidur | ||
Gangguan Tidur |
F (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
31 |
51,7 |
Tidak Mengalami |
29 |
48,3 |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 8 (13,4%) dari 60 orang responden merasakan rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual serta penurunan hasrat seksual. Sedangkan sebanyak 52 orang (86,6%) tidak mengalami gangguan seksual ketika menopause. Rasio kejadian keluhan seksual dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Keluhan Seksual | ||
Gangguan Seksual |
F (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
8 |
13,4 |
Tidak Mengalami |
52 |
86,6 |
Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebanyak 30 orang (50%) mengalami nyeri pada punggung ketika melakukan aktivitas, sedangkan 30 orang (50%) tidak mengalami keluhan yang berkaitan dengan gangguan muskuloskeletal. Rasio kejadian keluhan muskuloskeletal dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Keluhan Muskuloskeletal
Gangguan Muskuloskeletal |
Frekuensi (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
30 |
50 |
Tidak Mengalami 30 50
Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 28 orang (46,7%) mengalami keluhan emosional. Sedangkan 32 orang (53,3%) lainnya tidak mengalami keluhan emosional menopause. Rasio kejadian keluhan emosional dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Keluhan Emosional
Gangguan Emosional |
Frekuensi (n=60) |
Persentase (%) |
Mengalami |
28 |
46,7 |
Tidak Mengalami |
32 |
53,3 |
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dan yang telah dipaparkan pada tabel-tabel di atas, diketahui bahwa rasio kejadian keluhan vasomotor yakni 16,7%, rasio kejadian keluhan kognitif yaitu sebanyak 58,3%, rasio kejadian keluhan urogenital 40%. Kemudian, rasio kejadian keluhan gangguan tidur 51,7%, rasio kejadian keluhan seksual 13,4%, rasio kejadian keluhan muskuloskeletal 50%, dan rasio kejadian keluhan emosional 46,7%.
PEMBAHASAN
Keluhan vasomotor berupa hot flushes atau rasa panas pada bagian dada dan diikuti dengan berkeringat secara mendadak dialami oleh 16,7% responden (Tabel 3). Jika melihat teori keluhan vasomotor, hot flushes serta berkeringat yang terkadang diikuti oleh gemetar merupakan gejala paling umum dan paling mengganggu selama menopause karena onset tampak acak pada siang hari dan bahkan malam hari. Gejala ini dialami oleh sekitar 75% wanita.5 Hot flushes terkait dengan peningkatan suhu kulit dan vasodilatasi yang menghasilkan keringan, peningkatan konduktansi kulit, dan penurunan resistensi kulit. Rasa panas ini membuat rasa tidak nyaman, namun akan cepat hilang dan tidak membahayakan.6 Pada penelitian ini, 84,2% responden (Tabel 3) tidak mengalami gangguan vasomotor berupa hot flushes, sehingga hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan teori tersebut.
Tabel 4 menunjukkan keluhan-keluhan kognitif yang dialami oleh responden. Keluhan-keluhan tersebut berupa penurunan daya ingat dan penurunan konsentrasi. Adapun data yang diperoleh yakni terdapat 35 orang responden yang mengalami keluhan kognitif saat menopause. Dari 35 orang tersebut, sebanyak 37,1% mengalami penurunan daya ingat, 2,9% mengalami penurunan konsentrasi, dan 60% mengalami kedua keluhan tersebut. Selama menopause, beberapa perubahan neuroendokrin sistem susunan saraf pusat terjadi akibat penurunan kadar hormon seks steroid. Proses degenerative sel neuron (kesatuan saraf) terjadi pada hampir seluruh bagian otak, terutama yang berkaitan dengan fungsi ingatan.7 Kekurangan hormon estrogen mengakibatkan kemampuan kognitif seperti daya ingat akan bertambah buruk, hal ini dikarenakan terjadinya pengurangan aliran darah ke otak dan gangguan fungsi sel-sel saraf.8 Nurningsih pada penelitiannya di Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur tahun 2012, diketahui bahwa 68 responden (71,6%) dari 95
Nyoman Dedy Ari Wahyudi Jaya1, IB Gede Fajar Manuaba2, I Gde Sastra Winata2, I Nyoman Gede Budiana2
responden yang menopause juga mengalami penurunan daya ingat.9
Tabel 5 menunjukkan data keluhan-keluhan urogenital yang dialami oleh responden. Adapun keluhan yang dimaksud yakni mengalami kekeringan pada vagina serta rasa gatal pada vagina dan mengalami kesulitan menahan buang air kecil. Dari 24 orang yang mengalami adanya keluhan seksual tersebut, 12,5% mengalami kekeringan pada vagina serta rasa gatal pada vagina, 58,3% mengalami kesulitan menahan buang air kecil, dan 29,2% mengalami keduanya. Lain halnya pada penelitian di Desa Sanggrahan Rw 09, Banyuraden, Sleman, Yogyakarta tahun 2018. Ditemukan bahwa mayoritas responden (80%) mengalami gejala ringan berupa kekeringan pada vagina.10 Adanya perubahan pada lapisan dinding vagina (kering) merupakan akibat dari adanya penurunan kadar hormon estrogen. Pada masa menopause, vagina akan terlihat lebih kering dan kurang elastis, sehingga berdampak pada timbulnya rasa sakit saat berhubungan seksual.10 Begitu pula dalam penelitian di Desa Laban, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik tahun 2016, sebagian besar responden (64,5%) tidak merasakan keluhan pada perkemihannya, baik kesulitan maupun ketidakmampuan mengontrol buang air kecil.11 Seiring bertambahnya usia, pada saat bersin dan batuk urin sering kali tidak dapat ditahan, hal ini karena dinding serta lapisan otot polos uretra wanita yang banyak mengandung reseptor estrogen mengalami gangguan penutupan uretra akibat kadar estrogen yang berkurang. Salah satu dampak yang ditimbulkan yakni terjadi perubahan pada pola aliran urine serta inkotinensia urine.12
Keluhan gangguan tidur dialami oleh 31 orang responden (51,7%), sementara 29 orang sisanya (48,3%) tidak mengalami gangguan tidur (Tabel 6). Penurunan kualitas tidur yang dialami wanita menopause memiliki kemungkinan disebabkan oleh gejala yang berhubungan dengan menopause berupa hot flushes pada malam hari berupa terjadinya kegelisahan motorik yang lebih besar sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas tidur. Menurut Monteleone et al, keluhan gangguan tidur dilaporkan oleh sekitar 60-70% wanita menopause.5
Pada Tabel 7 dijabarkan bahwa sebanyak 86,6% responden tidak mengalami rasa nyeri saat berhubungan seks serta penurunan hasrat seksual. Hanya 13,4% responden atau 8 orang perawat yang mengalami keluhan seksual tersebut. Saat menopause, vagina akan terlihat kurang elastis dan lebih kering, sehingga berdampak pada timbulnya rasa sakit saat berhubungan seksual. Adanya perubahan pada lapisan dinding vagina (kering) merupakan akibat dari adanya penurunan kadar hormon estrogen..13 Pada penelitian ini, hanya sedikit responden yang mengeluhkan permasalahan seksual berupa rasa sakit yang hebat ketika berhubungan seksual. Adanya rasa tabu dan malu responden dalam hal mengungkapkan keluhan terkait permasalahan seksual dapat menjadi alasan sedikitnya rasio kejadian pada keluhan seksual tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terkait keluhan muskuloskeletal, pada Tabel 8 disebutkan bahwa 50% responden mengalami nyeri punggung saat menopause, sementara sisanya yakni 50% tidak mengeluhkan nyeri punggung. Nyeri otot dan tulang merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh wanita usia menopause akibat penurunan β-endorfin. Menurut penelitian Eka Fitriasih, ditemukan sekitar 86,7% wanita menopause mengalami nyeri/linu pada persendian.14
Tabel 9 menunjukkan keluhan emosional pada responden. Pada penelitian ini, 28 responden mengalami keluhan emosional. 82,2% dari 28 orang tersebut merasa mudah marah terhadap perihal kecil, 7,1% mengalami perasaan sedih yang berkepanjangan, dan 10,7% lainnya mengalami kedua keluhan tersebut. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa perubahan emosional atau dapat disebut sebagai (mood swing) seperti mudah marah dan sedih berkepanjangan cukup banyak terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Hormon steroid seksual berperan penting dalam perubahan suasana hati seseorang. Pada wanita menopause, gejala mudah tersinggung, sering merasa sedih, cepat marah hingga depresi dapat timbul akibat turunnya kadar hormon estrogen.8 Menurut penelitian di Tanjung Priok, keluhan psikis yang banyak dirasakan adalah tertekan/depresi sebanyak 56,7% serta mudah marah/tersinggung 63,3%.14
Pada penelitian di Desa Sanggrahan, Yogyakarta, ditemukan bahwa mayoritas (80%) wanita menopause mengeluhkan kering vagina dengan tingkat ringan pada keluhan urogenital yakni sebanyak 24 responden.10 Kemudian, pada penelitian di Desa Laban, Gresik, diperoleh hasil bahwa mayoritas responden yakni 28 orang (90,3%) mengeluhkan gangguan muskuloskeletal (rematik) seperti sakit persendian serta rasa tidak nyaman pada otot dan tulang.11 Nurningsih dalam penelitiannya di Kelurahan Cijantung, Jakarta Timur juga menemukan hasil bahwa keluhan muskuloskeletal berupa rasa tidak nyaman pada sendi/otot merupakan keluhan paling umum yang dialami oleh responden, yakni sebanyak 92,6% atau 88 orang.9
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kejadian keluhan-keluhan menopause pada perawat wanita yang telah menopause di RSUP Sanglah Denpasar ialah sebagai berikut: 16,7% keluhan vasomotor, 58,3% keluhan kognitif, 40% keluhan urogenital, 51,7% keluhan gangguan tidur, 13,4% keluhan seksual, 50% keluhan muskuloskeletal, dan 46,7% keluhan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Ceylan, B., & Özerdoğan, N. Factors Affecting Age of Onset of Menopause and Determination of Quality of Life in Menopause. Turkish Journal of Obstetrics and Gynecology. 2015;12(1):43.
-
2. Budiyanto, B., dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. KESMAS. 2019;8(3):1-18.
-
3. Puspitasari, D. I., dkk. Tingkat Stres Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat pada Masa Pandemi Covid-19. Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan. 2021;11(1):25-29.
-
4. Haniza, H., dkk. Hubungan Tingkat Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita Usia 40-50 Tahun (Premenopause) di Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2018;3(1):133-143.
-
5. Monteleone, P., dkk. Symptoms of Menopause—Global Prevalence, Physiology and Implications. Nature Reviews Endocrinology. 2018;14(4):199.
-
6. Siregar, M.F.G. 2014. Perimenopausal and Post-Menopausal Complaints in Paramedics Assessed by Menopause Rating Scale in Indonesia. IOSR-JDMS. 2014;13(12):38-42.
-
7. Jayanti, I. Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish. 2019.
-
8. Asih, D. A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Perempuan Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan [Tesis]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2017.
-
9. Nurningsih. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause dengan Keluhan Wanita saat Menopause Di Kelurahan Cijantung Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012 [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2012.
-
10. Zolekhah, D. dan Sholihah, N.R. Tingkat Keluhan Berdasarkan Menopause Rating Scale Pada Ibu Menopause. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan.
2018;5(1):7-16.
-
11. Widjayanti, Y. Gambaran Keluhan Akibat Penurunan Kadar Hormon Estrogen Pada Masa Menopause (Studi Deskriptif di Wanita Hindu Dharma Indonesia Pura Jagad Dumadi Desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik). Adi Husada Nursing Journal. 2016;2(1):96-101.
-
12. Kumalasari, I. dan Andhyantoro, I. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2012.
-
13. Calapi, F. D., dan Sari, D. I. 2014. Perubahan Fisik, Perilaku Seksual, dan Psikologis pada Wanita yang Mengalami Menopause. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. 2014;7(1):53-62.
-
14. Fitriasih, E. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Klimakterium Pada Wanita Kelompok Umur 40– 65 Tahun Binaan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara. Depok: FKM UI. 2010.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2022.V11.i4.P17
109
Discussion and feedback