Factors that Associated with Anxiety Levels of Health Workers in the COVID-19 Era at the Abiansemal III Health Center Badung Regency
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.8,NOVEMBER, 2023

Diterima: 2022-12-10 Revisi: 2023-06-30 Accepted: 25-07-2023
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN TENAGA KESEHATAN ERA COVID-19 DI PUSKESMAS ABIANSEMAL III KABUPATEN BADUNG
Kadek Ayu Dwijuliasri1, Made Agus Sugianto, 2, Ni Luh Gde Ari Natalia Yudha,2
-
1. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura
-
2. Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Sains dan Teknologi Universitas Dhyana
Pura
e-mail: juliasridwi96@gmail.com
ABSTRAK
Saat ini dunia sedang berjuang menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Selain angka kematian pada masyarakat, angka kematian pada tenaga kesehatan akibat penyakit ini tiap harinya juga semakin bertambah. Kondisi ini tentunya menjadi kekhawatiran bagi seluruh masyarakat, begitupula para tenaga kesehatan yang memiliki kewajiban sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan yang harus tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien selama pandemi COVID 19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan era COVID-19 di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan potong lintang. Sample penelitian adalah 69 orang tenaga kesehatan dari 106 pegawai di Puskemas Abiansemal III. Variabel penelitian meliputi karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), pengetahuan, shift kerja, ketersediaan alat pelindung diri dan jumlah pasien yang dilayani. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner secara daring yang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2021. Data dianalisis menggunakan uji fisher’s exact dengan nilai kemaknaan α < 0,05. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III mengalami kecemasan ringan (78,3%). Jumlah tenaga kesehatan perempuan (84,1%) lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kesehatan laki-laki, Sebagian besar tenaga kesehatan berumur 26-35 tahun (84,1%), memiliki pengetahuan baik (87%), memiliki shift kerja yang baik (88,9%), merasa ketersediaan alat perlindung diri sudah mencukupi (66,7%) dan jumlah pasien yang dilayani cenderung sedikit (69,6%). Analisis uji fisher’s exact diketahui bahwa hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan p = 0,009 dan hubungan antara ketersediaan alat pelindung diri dengan tingkat kecemasan p = 0,003. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan ketersediaan alat pelindung diri dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung.
Kata kunci : Tenaga Kesehatan., Tingkat Kecemasan., Covid-19.
ABSTRACT
Currently the world is struggling to face Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic. Beside the death rate in the community, the death rate for health workers due to this disease is also increasing every day. This condition is certainly a concern for the entire community, as well as health workers who have an obligation as the frontline health services who must continue to provide health services to patients during the COVID-19 pandemic. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety of health workers in the COVID-19 era at the Abiansemal III Public Health Center, Badung Regency. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. The research sample was 69 health workers from 106 employees at the Abiansemal Health Center III. Research variables include respondents' characteristics (age and gender), knowledge, work shifts, availability of personal protective equipment and the number of patients served. Data were collected using an online questionnaire which was conducted in March-April 2021. Data were analyzed using fisher's exact test with a significance value of < 0.05. The results showed that most of the health workers at the Abiansemal III Public Health Center experienced mild anxiety (78.3%). The number of female health workers (84.1%) is more than male health workers. The majority of health workers are 26-35 years old (84.1%), have good knowledge (87%), have good work shifts ( 88.9%), felt that the availability of personal protective equipment was sufficient (66.7%) and the number of patients served tended to be small (69.6%). Fisher's exact test analysis revealed that the relationship
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN TENAGA KESEHATAN ERA COVID-19... Kadek Ayu Dwijuliasri1, Made Agus Sugianto, 2, Ni Luh Gde Ari Natalia Yudha,2
between sex and anxiety levels was p = 0.009 and the relationship between the availability of personal protective equipment and anxiety levels was p = 0.003. From these results, it can be concluded that there is a significant relationship between gender and the availability of personal protective equipment with the level of anxiety of health workers at the Abiansemal III Public Health Center, Badung Regency.
Keywords : Health worker., Anxiety level., Covid-19
PENDAHULUAN
Saat ini dunia sedang berjuang menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Penyebaran virus ini melalui droplet cairan saluran nafas pasien penderita. Jumlah kasus positif dan kematian akibat pandemi COVID-19 semakin hari semakin meningkat. Selain angka kematian pada masyarakat, angka kematian pada tenaga kesehatan, seperti dokter, bidan dan juga perawat akibat COVID-19 tiap harinya juga semakin bertambah. Berdasarkan Data Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) per tanggal 29 September 2020, didapatkan rasio angka kematian pada tenaga medis dibandingkan dengan total kematian positif COVID-19 di Indonesia menjadi salah satu tertinggi bila dibanding negara-negara lain, yaitu 2,1%. Terlepas dari segala masalah diatas, tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien selama pandemi COVID 19. Petugas kesehatan bekerja di garis depan untuk merawat pasien selama pandemi COVID-19 sehingga rentan terpapar virus tersebut 20.
Kondisi ini selain menjadi kekhawatiran bagi seluruh masyarakat, juga menjadi kekhawatiran para tenaga kesehatan 4. Berdasarkan hasil penelitian selama pandemi terdapat 89% tenaga kesehatan yang berisiko tinggi mengalami gejala gangguan psikologis salah satunya kecemasan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lai et all selama awal pandemi COVID-19 juga menyebutkan, prevalensi depresi, kecemasan, dan gejala terkait stres pada 1.257 tenaga kesehatan di 34 rumah sakit di Tiongkok ditemukan masing-masing sebesar 50,7% (depresi), 44,7% (kecemasan), dan 73,4% (gejala terkait stress) 3. Kecemasan merupakan respon manusia terhadap ancaman atau bahaya 14 .
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, kata kecemasan atau disebut dengan anxiety adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung. Tingkat kecemasan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan gejala yang dialami mulai dari gejala ringan, sedang, berat sampai panik. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart yang meliputi faktor internal seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan eksternal seperti penyakit, tekanan dari luar diri maupun status sosial serta faktor lainnya9. Oleh
karena itu penting untuk diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan berhubungan dengan tingkat kecemasan tersebut.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional analitik yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan era COVID-19. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan sebagai variabel dependent dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingakt kecemasan seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, shift kerja, kejujuran pasien, ketersediaan APD dan jumlah pasien yang dilayani sebagai variabel independent.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai di Puskesmas Abiansemal III sebanyak 106 orang. Sampel ditentukan dengan cara mengambil responden yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III sebanyak 69 orang. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan pegawai aktif Puskesmas Abiansemal III, minimal pendidikan D III Kesehatan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner dibagikan secara daring dengan mengunakan google form yang dibagi menjadi 5 bagian yakni bagian pertama adalah karakteristik responden, bagian kedua kuesioner tingkat kecemasan yang diadopsi dari Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), bagian ketiga kuesioner pengetahuan tenaga kesehatan tentang COVID-19, bagian keempat kuisioner shift kerja, bagian terakhir adalah kuisioner ketersedian alat pelindung diri (APD).
Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji fisher’s exact untuk menentukan hubungan antara variabel umur, jenis kelamin, pengetahuan, shift kerja, ketersediaan alat pelindung diri dan jumlah pasien yang dilayani terhadap variabel kecemasan tenaga kesehatan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS versi 25.0 (IBM Corp).
HASIL
Tabel 1. Analisis Univariat
Variabel |
f |
% | |
Umur 20-35 tahun |
41 |
59,4 | |
>35 tahun |
28 |
40,6 | |
Jenis Kelamin Laki-Laki |
11 |
15,9 | |
Perempuan |
58 |
84,1 | |
Pengetahuan Baik |
60 |
87,0 | |
Cukup |
9 |
13,0 | |
Kurang |
0 |
0 | |
Shift Kerja Baik |
13 |
12,8 | |
Kurang Baik |
56 |
81,2 | |
Ketersediaan APD Mencukupi |
46 |
66,7 | |
Tidak Mencukupi |
23 |
33,3 | |
Jumlah Pasien yang Dilayani Sedikit (<20 orang) |
48 |
69,6 | |
Banyak (≥20 orang) |
21 |
30,4 | |
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas |
6 |
8,7 | |
Cemas Ringan |
54 |
78,3 | |
Cemas Sedang |
9 |
13,0 | |
Cemas Berat |
0 |
0 | |
Panik |
0 |
0 |
Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 54 orang (78,3%) sedangkan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 9 orang (13%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (87,7%). Berdasarkan karakteristik umur hampir semua umur mengalami kecemasan ringan yakni umur 26-45 tahun (84,1 %) dan umur 46-65 tahun (8,6 %). Tenaga kesehatan jenis kelamin perempuan (84,1 %) dan mengalami kecemasan ringan sebanyak 48 orang (82,2%). Tabel 2. Analisis Bivariat
Sebagian besar tenaga kesehatan yang mengalami kecemasan ringan memiliki pengetahuan baik (82,2%) dan mengatakan ketersediaan APD sudah mencukupi (89, 1%). Untuk jumlah pasien yang dilayani oleh tenaga kesehatan yang mengalami kecemasan ringan tidak ada perbedaan yang signifikan yakni yang melayani sedikit (79,2%) dan banyak (76,2%) serta tenaga kesehatan yang bekerja dengan shift memiliki shift kerja yang baik (88,9 %) dan kurang baik (83,3%).
Variabel |
p-value |
Umur Jenis kelamin Pengetahuan Shift Kerja Ketersediaan APD Jumlah Pasien yang dilayani |
0,601 0,009 0,251 0,231 0,003 1,000 |
Pada tabel 2. hasil uji fisher’s exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p = 0,009) dan ketersediaan APD (p = 0,003) dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan, namun tidak
terdapat hubungan antara umur (p=0,601), pengetahuan (p=0,251), shift kerja (p=0,231) dan jumlah pasien yang dilayani (p=1,000) dengan tingkat kecemasan tenaga
kesehatan era COVID-19 di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung.
PEMBAHASAN
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidup 8. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan kecemasan setiap individu. Hasil penelitian menunjukkan factor jenis kelamin dan ketersediaan APD berhubungan dengan tingkat kecemasan sedangkan factor umur, pengetahuan, shift kerja dan jumlah pasien yang dilayani tidak memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan. Sesuai dengan teori menurut Kaplan dan Sadock, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua. Umur mempengaruhi sesorang dalam bersikap dan bertindak. Umur yang semakin matang dan dewasa maka seseorang lebih siap dalam menghadapi suatu masalah. Ketika usia masih muda bahkan masih anak-anak maka seseorang akan kesulitan dalam beradaptasi dengan keadaaan lingkungan 7.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, dimana usia 3645 termasuk masa dewasa akhir dimana masa tersebut merupakan penentuan dalam pencapaian stabilitas sosial ekonomi dan memperoleh derajat hidup yang lebih baik 15, sehingga memerlukan energi yang lebih maksimal yang sering menimbulkan stres fisik dan psikis 16. Sejalan dengan bertambahnya usia, makin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Hal ini dapat memicu timbulnya stress dan gangguan mental seseorang 19. Jenis kelamin perempuan merupakan prediktor signifikan dari semua tindakan kecemasan. Menurut Potter & Perry, ada perbedaan moral dan intelektual antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung melakukan sesuatu dengan menggunakan perasaan dan laki-laki cenderung melakukan sesuatu dengan menggunakan logika. Oleh karena itu, perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pada laki-laki 15.
Pengetahuan adalah salah satu hal yang penting diperhatikan dalam rangka penanganan kasus COVID-19. Pengetahuan khususnya dalam mencegah transmisi penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat berguna dalam menekan penularan virus tersebut 10. Pengetahuan yang baik terkait COVID-19 diperoleh dari kegiatan bimbingan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Badung serta melalui media massa. Berbeda dengan hasil penelitian Suwandi, Gheralyn Regina dan Evelin Malinti, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki remaja tentang COVID-19 dengan tingkat kecemasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
yang baik tentang COVID-19 tidak menjamin kecemasan yang dialami pasti ringan. Begitupula sebaliknya, bila pengetahuan tentang COVID-19 yang dimiliki sebatas cukup, belum tentu remaja tersebut akan mengalami kecemasan berat 17. Banyaknya tenaga kesehatan yang mengalami kecemasan walaupun memiliki pengetahuan yang baik bisa saja dipengaruhi oleh tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi, termasuk waktu kerja yang lama, jumlah pasien yang meningkat dan praktik terbaik yang terus berubah seiring perkembangan informasi tentang COVID-19 6.
Penerapan shift kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Puskesmas Abiansemal III merupakan puskesmas rawat jalan sehingga sebagian besar pasien datang pada pagi hari untuk mendapatkan pelayanan di poli. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya persedaaan signifikan shift kerja yang dijalani tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan. Sejalan dengan penelitian dari Mintardi, dimana tidak ada hubungan berarti atau signifikan antara shift kerja dengan tingkat kecemasan pada perawat di RSUD Brebes 13. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilhare dan Bolkar yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan tingkat kecemasan pada pekerja wanita di sebuah pabrik di India 11.
Dalam masa pandemi COVID-19 ini, tenaga kesehatan merasa tertekan dan khawatir sehingga kecemasan meningkat dalam menjalankan tugas karena ketersediaan APD. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara ketersediaan APD dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan. Untuk itulah penyediaan alat pelindung diri yang tepat, sangat penting 12. Menurut penelitian Fadli dkk, ketersediaan alat pelindung diri memiliki pengaruh 51,7% terhadap kecemasan tenaga kesehatan. Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan ketersediaan alat pelindung diri terhadap kecemasan tenaga kesehatan yang bertugas di pelayanan kesehatan. Dengan kurangnya ketersediaan alat pelindung diri lengkap menurut protokol WHO, tenaga kesehatan cenderung memiliki gangguan kecemasan dibandingkan dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan 4.
Penurunan kapasitas kerja dipicu karena adanya beban kerja dan kelelahan kerja akibat jumlah pasien yang dilayani meningkat atau beban kerja karena adanya peningkatan jumlah pekerjaan yang diberikan. Menurut Inter-Agency Standing Committee (IASC), tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi, termasuk waktu kerja yang lama, jumlah pasien yang meningkat dan praktik terbaik yang terus berubah seiring perkembangan informasi tentang COVID-19 dapat menjadi faktor penyebab stres tambahan selama wabah COVID-19 menjadi lebih berat. Namun berdasakan hasil penelitian walaupun jumlah pasien yang dilayani cenderung sedikit jumlah tenaga kesehatan yang mengalami kecemasan baik ringan maupun sedang cukup banyak. Hal tersebut dapat
disebabkan karena adanya respon psikologis yang dialami oleh petugas kesehatan terhadap pandemi penyakit menular semakin meningkat karena perasaan cemas tentang kesehatan diri sendiri karena kurangnya ketersediaan APD dan penyebaran virus ke keluarga mereka 6.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III mengalami kecemasan ringan. Faktor jenis kelamin dan ketersediaan APD berhubungan dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan era COVID-19 di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung sedangkan faktor umur, pengetahuan, shift kerja, dan jumlah pasien yang dilayani tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan tenaga kesehatan era COVID-19 di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung.
Puskesmas Abiansemal III di harapkan dapat mengoptimalisasi dalam penggunaaan APD sehingga dapat mencegah terjadinya kekurangan APD akibat pemborosan atau penggunaan APD yang tidak tepat. Stategi yang dapat dilakukan meliputi memilimalisasi kebutuhan APD dalam setting perawatan kesehatan.dengan memanfaatkan telemedicine (pelayanan melalui telepon), penggunaan APD yang rasional dengan mengindari penggunaan APD yang tidak tepat, serta mengelola rantai pasokan APD dengan membuat perkiraan kebutuhan APD dan memantau serta mengendalaikan distribusi APD.
Dalam upaya menghindari dan mengurangi risiko kekurangan APD pemerintah dapat melakukan penambahan kuota import APD, peningkatan kapasitas produksi APD termasuk dengan melibatkan industri rumah tangga dan mengatur jalur distribusi dan mengoptimalkan distribusi APD. Selain itu, meningkatkan dukungan kepada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan selama pandemi COVID-19 dengan menambah jumlah pelatihan-pelatihan terkait penggunaan APD serta menfasilitasi tenaga kesehatan dengan asuransi kesehatan baik untuk dirinya maupun keluarga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Abiansemal III Kabupaten Badung yang telah meluangkan waktunya dalam proses penelitian ini serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Chua, S., Cheung, V., Mcalonan, G., Tang, S.,
Cheung, C., McAlonan, G. M., Chang, M. T. 2004. “Psychological Effects of the SARS Outbreak in Hong Kong on High-Risk Health Care Workers. The Canadian Journal of Psychiatry”. 49(6), 391–393. https://doi.org/ 10.1177/070674370404900609
-
2. Dorland WA, Newman. 2010. “Kamus Kedokteran
Dorland edisi 31”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
-
3. Elbay, R. Y., Kurtulmuş, A., Arpacıoğlu, S., & Karadere, E. 2020. “Depression, Anxiety, Stress
Levels of Physicians and Associated Factors In Covid-19 Pandemics. Psychiatry Research”, 113130.
-
4. Fadli, F., Safruddin, S, Ahmad, A.S., Sumbara, S dan Baharuddin, R. 2020. “Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19”. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 6(1), p. 57–65
-
5. Ikatan Dokter Indonesia. 2020. “Pedoman Standar Perlindungan Dokter Di Era Covid-19”. Diakses pada:
https://www.pdspatklin.or.id/assets/files/pdspatklin_2 020_09_09_18_05_48.pdf tanggal 22 November
-
6. Inter-Agency Standing Committee (IASC). 2020. “Catatan tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah COVID-9 Versi 1.0”. IASC Reference group for Mental Health and Psychosocial Support in Emergency Settings
-
7. Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010.” Buku Ajar Psikiatri Klinik”. Jakarta: EGC
-
8. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J. A. 2010. “Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan Widjaja Kusuma”. Jakarta: Binarupa Aksara.
-
9. Lai, J., Ma, S., Wang, Y., Cai, Z., Hu, J., Wei, N., Wu, J., Du, H., Chen, T., & Li, R. 2020. Factors associated with mental health outcomes among health care workers exposed to coronavirus disease 2019. JAMA Network Open, 3(3), e203976–e203976.
-
10. Law, S., Leung, A. W., & Xu, C. 2020.” Severe acute respiratory syndrome (SARS) and coronavirus disease-2019 (COVID-19): From causes to
preventions in Hong Kong. International Journal of Infectious Diseases”, 94, 156–163.
-
11. Lilhare, R dan Borkar, S. 2011. “A Comparative Study of Stress and Anxiety in Working Women Perfoming Clerical And Shift Hour Duties. International Referred Research Journal Vol III No 30. Gondia
-
12. Lockhart, S. L., Duggan, F. L. V, Wax, F. R. S., Saad, S., & Grocott, H. P. 2020. “Personal protective
equipment (PPE) for both anesthesiologists and other airway managers: principles and practice during the COVID-19 pandemic. Canadian Journal of Anesthesia”. https://doi.org/10.1007/s12630-020-
-
13. Mintardi, Mianova. 2017. “Hubungan Shift Kerja dengan Tingkat Kecemasan Perawat”. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
-
14. Moss, D. 2002. “Psychological perspectives:
Anxietydisorders: Identification and intervention.
Performance Anxiety”. Origins and Management, Januari.
-
15. Potter, & Perry. 2005. “Fundamentl of Nursing:
Concep, Process and Practice (Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek) (3th edition., Vol. 2)”. Jakarta: EGC.
-
16. Sarwono. 2005. Teori-Teori Psikososial. Jakarta: PT. Radja Grafindo Perkasa
-
17. Suwandi, Gheralyn Regina dan Evelin Malinti. 2020. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Terhadap COVID-19 Pada Remaja di SMA Advent Balikpapan”. MANUJU: Malahayati Nursing Journal Volume 2 Nomor 4 Tahun 2020. P-ISSN: 2655-2728 E-ISSN: 2655-4712 DOI:10.3324
-
18. Stuart, G. W. 2009. “Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. 9th ed”. Missouri: Mosby. inc.
-
19. Wardhani, Yurika, F.2009. “Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan Disabilitas dan Kesehatan Mental”. Jakarta. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Depkes RI
-
20. World Health Organization. 2020. “Coronavirus
Disease (COVID-19) outbreak: rights, roles and responsibilities of health workers, including key considerations for occupational safety and health. World Health Organization, Interim Guidance,19.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2023.V12.i11.P11
68
Discussion and feedback