ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.4,APRIL, 2022


Diterima: 2021-12-09 Revisi: 16-12-2021Accepted: 2022-04-16

KARAKTERISTIK BENDA ASING ESOFAGUS DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI 2019 – DESEMBER 2020

William1, I Putu Santhi Dewantara2, Agus Rudi Asthuta2 Sari Wulan Dwi Sutanegara 2

  • 1.    Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

  • 2.    Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Benda asing esofagus merupakan makanan atau benda yang tajam maupun tumpul yang terhenti di esofagus dan tidak dapat melewati saluran cerna secara spontan dan merupakan kasus kegawatdaruratan. Penderita benda asing esofagus banyak ditemukan pada anak-anak, dimana koin merupakan benda tersering yang ditemukan di daerah servikal atau dibawah krikofaringeus, beragamnya karakteristik pasien dan sedikitnya penelitian terkait benda asing esofagus di Indonesia. Tujuan: Mengetahui jumlah kasus benda asing esofagus dan karakteristik pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi benda asing, keluhan utama, durasi tertelan, jenis benda asing, penatalaksanaan dan komplikasi terbanyak di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2019 – Desember 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian studi potong lintang secara retrospektif. Hasil: Terdapat 89 kasus penelitian yang didapat secara total sampling, dimana sebagian besar pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 pasien (51,7%), berdasarkan kelompok usia anak-anak merupakan kasus tersering sebanyak 40 pasien (44,9%), dan keluhan utama tersering pada seluruh pasien adalah keluhan berupa disfagia sebanyak 52 kasus (58,5%), dan koin merupakan benda asing yang paling banyak ditemukan yaitu 30 kasus (33,6%). Pars cervicalis merupakan lokasi tersering ditemukanya benda asing yaitu dengan jumlah 55 kasus (61,7%), 79 kasus (88,8%) pasien benda asing esofagus menjalani esofagoskopi sebagai penatalaksanaannya, dan 34 pasien (38,2%) tidak mengalami komplikasi dikarenakan sebagian besar benda asing berhasil di ekstrasi dalam durasi waktu 0 – 24 jam, yaitu sebanyak 54 kasus (60,7%). Kesimpulan: Benda asing terjadi terbanyak pada anak-anak dengan jenis benda asing berupa koin, sehingga pentingnya edukasi kepada orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan anak-anaknya saat bermain dengan benda yang berpotensial nonorganik seperti koin masuk ke dalam rongga tubuh terutama esofagus, dan edukasi kepada masyarakat luas mengenai makan tidak terburu buru dan hati hati.

Kata kunci: Benda asing., esophagus., RSUP Sanglah Denpasar., esofagoskopi., karakteristik.

ABSTRACT

Background: Esophageal foreign bodies are food or sharp or blunt objects that stop in the esophagus and cannot pass through the gastrointestinal tract spontaneously and are an emergency case. Patients with esophageal foreign bodies are often found in children, where coins are the most common object found in the cervical area or below the cricopharyngeal, various patient characteristics and the lack of research related to esophageal foreign bodies in Indonesia. Objective: To obtain the total cases of esophageal foreign body and patient characteristics based on age, gender, location of foreign body, chief complaint, duration of ingestion, type of foreign body, management and most complications at Sanglah Hospital, Denpasar for the period January 2019 – December 2020. Methods: This Study uses a descriptive method with a retrospective cross-sectional study design. Results: There were 89 cases obtained by total sampling, the most of the patients were female as many as 46 patients (51.7%), based on the age group of children were the most frequent cases as many as 40 patients (44.9%), and the most common chief complaint were dysphagia which were 52 cases (58.5%), and coins were the most common foreign bodies found in 30 cases (33.6%). Pars cervicalis is the most common location of impaction, with 55 cases (61.7%), 79

cases (88.8%) of patients underwent esophagoscopy as treatment, and 34 patients (38.2%) were without complications. Foreign bodies were successfully extracted within a duration of 0-24 hours in 54 cases (60.7%).

Conclusion: Foreign bodies occur mostly in children with the forms of coin, so the importance of educating parents to increase their children's awareness when playing with potentially non-organic objects such as coins entering the body cavity, especially the esophagus, and educating the public about eating not in a hurry and with caution.

Keywords: Foreign body., esophagus., Sanglah Hospital Denpasar., esophagoscopy., characteristics.

  • 1.    PENDAHULUAN

Benda asing esofagus merupakan makanan atau benda yang tajam maupun tumpul yang terhenti di esofagus dan tidak dapat melewati saluran cerna secara spontan.1 Kasus ini adalah salah satu kegawatdaruratan di bidang Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher (THT-KL) yang kerap terjadi dan dapat ditemukan pada semua usia di seluruh dunia. Sebanyak 80-90% kasus benda asing esofagus akan melewati saluran cerna secara spontan; sedangkan 10-20% membutuhkan penanganan esofagoskopi atau memerlukan intervensi bedah.2

Beberapa laporan menyebutkan, sekitar 100.000 kasus benda asing esofagus terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Diperkirakan 1.500 hingga 1.600 pasien meninggal setiap tahun disebabkan oleh benda asing esofagus dan perforasi esofagus merupakan komplikasi yang paling ditakuti.3

Sebagian besar penderita benda asing esofagus yang datang ke unit gawat darurat adalah anak-anak. Derecci dkk., melaporkan jenis benda asing pada anak tersering adalah koin dimana 37% dari 64 penderita benda asing esofagus. Sedangkan pada orang dewasa, ingesti benda asing yang tidak disengaja dapat terjadi. Benda asing yang sering ditemukan pada orang dewasa adalah makanan berupa daging dan serpihan tulang, biji buah-buahan, dan gigi palsu 4

Biasanya benda asing esofagus tersangkut pada tiga daerah penyempitan fisiologis yaitu penyempitan krikofaringeal, aorta dan esofageal, namun lokasi tersering adalah pada superior esofagus dekat sfingter krikofaringeus.2 Menurut Soepardi dkk., sekitar 70% dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan pada daerah servikal, di bawah sfingter krikofaringeus.6

Semua kalangan usia dapat mengalami benda asing esofagus. Prevalensi kasus sering ditemukan pada anak-anak. Beragamnya karakteristik pasien dan sedikitnya penelitian mengenai benda asing esofagus di Indonesia membuat penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik penderita benda asing esofagus di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2019 – Desember 2020, berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi benda asing, keluhan utama, durasi tertelan, jenis benda asing, penatalaksanaan dan komplikasi.

  • 2.    BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang (crosssectional study)  dari segi waktu secara retrospektik.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2022.V11.i4.P11

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien benda asing esofagus yang terdaftar dan terdiagnosis sebagai pasien di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan rekam medis periode Januari 2019 – Desember 2020.

Teknik Pengambilan sampel yang digunakan penelitian ini adalah total sampling yaitu menggunakan keseluruhan jumlah populasi atau pasien yang sudah lolos kriteria inklusi dan eksklusi sebagai populasi sampel. Adapun kriteria inklusi penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdaftar dan terdiagnosis benda asing esofagus pada rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2019 – Desember 2020 dan terdapat variabel bebas yang dicari yaitu usia, jenis kelamin, lokasi benda asing, keluhan utama, durasi tertelan, jenis benda asing, penatalaksanaan dan komplikasi. Pasien yang tidak memiliki variabel yang dicari dalam rekam medis merupakan kriteria eksklusi pada penelitian.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 89 pasien dari data sekunder yang berasal dari rekam medis RSUP Sanglah Denpasar Januari 2019 – Desember 2020. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan diagram bar. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan kelaikan etik oleh Komisi Etik Penelitian FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar dengan nomor surat 238/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.

  • 3.    HASIL

Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sejumlah 89 pasien.

Tabel 1.     Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda

asing esofagus menurut jenis kelamin

Jenis        Jumlah

Persentase

Kelamin      Pasien (n)

(%)

Laki-laki           43

48,3

Perempuan        46

51,7

Total           89

100,0

Dilihat pada Tabel 1 berdasarkan karakteristik jenis kelamin pasien benda asing esofagus didapatkan 43 dari 89 orang (48,3%) adalah

laki-laki dan 46 dari 89 orang adalah perempuan (51,7%).

Tabel 2.     Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda

asing esofagus menurut kelompok usia

Kelompok Usia (Tahun)

Jumlah

Pasien (n)

Persentase (%)

Anak-anak

40

44,9

(0-19tahun)

Dewasa

38

42,7

(20-60 tahun)

Lanjut usia

11

12,4

(>60 tahun)

Total

89

100,0

Berdasarkan distribusi kelompok usia pasien benda asing esofagus, dilihat pada Tabel 2 paling banyak ditemukan pada anak-anak yaitu usia 0-19 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 40 (44,9%), sedangkan pada orang dewasa ditemukan 38 kasus (42,7%) dan pada lanjut usia ditemukan 11 kasus (12,4%). Kasus terbanyak ditemukan pada usia 4 tahun sebesar 7 %.

Gambar 1 menunjukan disfagia adalah keluhan utama terbanyak yaitu 52 dari 89 orang (58,4%), selanjutnya adalah odinofagia 18 kasus (20,2%) dan 12 pasien mengeluhkan muntah (13,4%), dan terdapat keluhan utama mual, hipersaliva sebanyak 2 kasus (2,2%), dan paling sedikit 1 kasus (1,1%) untuk keluhan sesak nafas, stridor, dan batuk.

Lokasi benda asing pada pasien benda asing esofagus sering ditemukan pada pars cervicalis setinggi 14-16 cm dari insisivus atas yaitu 55 kasus dari 89 (61,7%) yang disajikan pada Tabel 3. Pada pars thoracalis setinggi 25-27 cm dari insisivus atas ditemukan dua puluh kasus (22,5%), pada pars abdominalis setinggi 36-38 cm dari insisivus atas sebanyak tiga kasus (3,4%), dan sebelas kasus (12,4%) benda asing tidak berhasil ditemukan atau melewati proses pencernaan.

Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda asing esofagus menurut lokasi benda asing

Lokasi Benda Asing

Jumlah

Pasien (n)

Persentase (%)

Pars cervicalis setinggi 14-16 cm

55

61,7

dari insisivus atas. Pars thoracalis setinggi 25-27 cm

20

22,5

dari insisivus atas Pars abdominalis setinggi 36-38 cm

3

3,4%

dari insisivus atas Tidak ditemukan

11

12,4%

Total

89

100,0

Tabel 4.     Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda

asing esofagus asing esofagus

menurut durasi tertelan benda

Durasi Tertelan

Jumlah

Persentase

Benda Asing

Pasien

(%)

Esofagus

(n)

Dalam 0 - 24 jam

54

60,7

Dalam 1-7 hari

34

38,2

> 1 Minggu

1

1,1

Total

89

100,0

Tabel 5.         Distribusi frekuensi karakteristik pasien

benda asing esofagus menurut penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Jumlah

Pasien (n)

Persentase (%)

Esofagoskopi

79

88,8

Esofagostomi

5

5,6

Torakotomi

2

2,2

Tidak dilakukan

penanganan lebih

3

3,4

lanjut

Total

89

100,0

Berdasarkan distribusi durasi tertelanya benda asing esofagus, dilihat pada Tabel 4 benda asing yang berhasil diekstrasi dalam 0 - 24 jam sejak tertelan adalah 54 kasus (60,7%), sedangkan yang dalam 1-7 hari terdapat 34 kasus (38,2%) dan terdapat satu kasus yang memakan waktu lebih dari satu minggu hingga berhasil di ekstrasi (1,1%).

Pada Tabel 5 menunjukan penatalaksanaan yang paling sering dilakukan adalah esofagoskopi dengan 79 penanganan (88,8%), diikuti dengan esofagotomi sebanyak lima kali (5,6%). Terdapat dua kasus (2,2%) ditangani dengan torakotomi, dan tiga kasus tidak dilakukan penanganan lebih lanjut (3,4%).

Berdasarkan Gambar 2 menunjukan komplikasi tersering pada kasus benda asing esofagus adalah ekskoriasi yaitu 27 pasien (30,4%), sedangkan 34 pasien didapatkan tanpa komplikasi (38,2%). Adapun sembilan kasus gabungan komplikasi pada ekskorasi dengan edema (10,2%) diikuti dengan tiga komplikasi ulkus (3,4%), dan enam komplikasi edema (6,8%). Terdapat juga komplikasi seperti abes, iktum, dan laserasi dengan masing masing 2,2% atau dua kasus, dan komplikasi terjarang dengan satu kasus (1,1%) adalah abses dengan edema, ekskoriasi edngan ulkus, laserasi dengan pendarahan, dan mikropeforasi

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa jenis benda asing esofagus paling banyak ditemukan adalah koin dengan jumlah kasus sebanyak 30 (33,6%), Tulang ayam sebanyak 23 kasus (26%), gigi palsu sebanyak 13 kasus (14,6%). Dan ditemukan tulang ikan sebanyak tujuh kasus (7,9%), tulang babi sebanyak empat kasus (4,5%), dan jarum sebanyak dua kasus (2,2%). Adapun yang paling sedikit ditemukan adalah

apel, bakso, biji manggis, daging ayam, daging sapi, kacang, karet headset, tulang kuwir, tulang sapi dan umbi masing-masing sebanyak satu kasus (1,1%). Jenis benda asing yang

paling banyak ditemukan adalah benda asing non-organik (51,7%).


Gambar 1.  Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda asing esofagus menurut keluhan utama

Komplikasi


Gambar 2. Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda asing esofagus menurut komplikasi

Tabel 6. Distribusi frekuensi karakteristik pasien benda asing esofagus berdasarkan jenis benda asing dan usia

Kategori

Benda Asing

Jenis Benda Asing

Anak-anak (n/%)

Dewasa (n/%)

Lanjut usia (n/%)

Total (n/%)

Organik

Apel

1 (2,5%)

-

-

1 (1,1%)

Bakso

-

-

1 (9,1%)

1 (1,1%)

Biji manggis

-

1 (2,6%)

-

1 (1,1%)

Daging ayam

-

1 (2,6%)

-

1 (1,1%)

Daging sapi

-

1 (2,6%)

-

1 (1,1%)

Kacang

1 (2,5%)

-

-

1 (1,1%)

Tulang ayam

2 (5%)

15 (39,5%)

6 (54,5%)

23 (26%)

Tulang babi

-

4 (10,5%)

-

4 (4,5%)

Tulang ikan

1 (2,5%)

4 (10,5%)

2 (18,2%)

7(7,9%)

Tulang kuwir

1 (2,5%)

-

-

1 (1,1%)

Tulang sapi

-

-

1 (9,1%)-

1 (1,1%)

Umbi

-

-

1 (9,1%)

1 (1,1%)

Jumlah

6 (15%)

26 (68,4%)

11 (100%)

43 (48,3%)

Non-organik

Gigi palsu

1(2,5%)

12 (31,6%)

-

13 (14,6%)

Jarum

2 (5%)

-

-

2 (2,2%)

Karet headset

1 (2,5%)

-

-

1 (1,1%)

Koin

30 (75%)

-

-

30 (33,6%)

Jumlah

34 (85%)

12 (31,6%)

0 (0%)

46 (51,7%)

Total (n/%)

40 (100%)

38 (100%)

11 (100%)

89 (100%)

  • 4.    PEMBAHASAN

Berdarkan penelitian yang dilakukan sejak 19 Februari sampai dengan 10 April 2021 di RSUP Sanglah Denpasar, penulis mendapatkan 89 rekam medis pasien yang terdiagnosis benda asing dan sesuai dengan kriteria inklusi dan dapat diolah sedemikian rupa.

Pada Tabel 1 mengenai karakteristik benda asing esofagus menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan jumlah namun tidak terlalu signifikan yaitu laki laki dengan 43 kasus dan perempuan dengan 46 kasus, dengan perempuan sebagai kasus terbanyak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Mahardika dan Asthuta pada periode tahun 2013-2015 yang memperoleh 61,9% adalah laki laki sebagai sampel terbanyak.7 Namun penelitian yang berlokasi di Bagian/SMF THT-KL RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2010 -Desember 2014 menunjukan kecenderungan yang serupa yaitu kasus lebih sering terjadi pada perempuan, dimana menurut Marasebessy jenis kelamin tidak terlalu mempengaruhi angka kejadian benda asing esofagus.8

Penelitian di KL RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado oleh Marasseby mendapat 32,7% kasus ditemukan benda asing https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2022.V11.i4.P11

pada rentangan kelompok usia 0-10 tahun atau anak-anak.8 Dimana pada Tabel 2 menunjukan angka kejadian pada kelompok usia anak-anak terbanyak adalah 44,9%, dan hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya di RSUP Sanglah Denpasar yang dilakukan oleh Mahardika dan Asthuta, dimana kelompok anak anak dengan rentangan usia 0-19 tahun merupakan angka kejadian tertinggi yaitu 52,4% dari 42 kasus.7 Tingginya kejadian pada anak-anak disebabkan sifat psikoseksual (fase oral) dan eksploratif anak yang memiliki kebiasaan untuk memasuk-kan benda asing ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengenali lingkungan sekitar-nya dan juga proses menelan anak-anak yang belum sempurna dimana belum tumbuhnya gigi molar, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.2,7 Sedangkan pada kelompok usia dewasa dapat disebabkan oleh faktor kecerobohan, gangguan psikiatrik, retardasi mental, intoksikasi alkohol, makan yang terburu-buru, dan proses mengunyah yang tidak sempurna, sehingga pada penelitian ini didapat kasus yang berselisih 2 kasus (42,7%) dengan kelompok usia anak-anak.2,9

Penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Saki dkk., terhadap 705 pasien secara retrospektif di Imam Khomeini 73

hospital of Ahwaz Jondishapour University of Medical Sciences pada Maret 1994 - Juni 2006, mendapatkan disfagia dan odinofagia merupakan keluhan utama yang membuat pasien dibawa untuk disembuhkan.10 Disfagia pada penelitian ini mendapatkan 52 pasien atau 58,4%, penelitian lain yang di lakukan oleh Anita dkk., di RSUP Sanglah juga mendapatkan disfagia sebagai keluhuan terbanyak dengan 66 kasus dari 115 pasien diikuti dengan odinofagia sebesar 37,3%.11 Adanya berbagai keluhan klinis yang berbeda dapat dipengaruhi oleh jenis benda asing, Orji dkk., menyebutkan benda asing seperti gigi palsu, uang logam, dan daging mengalami gejala terbanyak berupa disfagia, sedangkan nyeri menelan cenderung ditemukan pada benda logam selain koin, tulang ikan, ayam, atau sapi.12 Keluhan utama tersebut biasanya didapat melalui laporan secara subjektif oleh pasien, dan keluhan lainya pada anak anak biasanya bersifat asimptomatis dikarenakan dilihat secara langsung oleh pengasuh atau orangtua telah memasukan benda kedalam mulut.9

Benda asing yang tersangkut pada pars cervicalis atau tepat dibawah muskulus krikofaringeus menghasilkan gejala disfagia dan nyeri pada daerah suprasternal ketika menelan.10,11 Hal ini sesuai pada hasil penelitian dimana 61,7% dari 89 kasus menemukan benda asing terhenti di bagian pars cervicalis, sehingga keluhan yang paling banyak ditemukan adalah disfagia. Pada penelitian sebelumnya di Indonesia oleh Mahardika & Asthuta di RSUP Sanglah periode 2013-2015 mendapatkan 85,7% berada di bagian krikofaringeus, dan penelitian oleh Rahim di RSUP H Adam Malik Medan mendapatkan 88,8% ditemukan di 1/3 esofagus bagian atas.7,13 Menurut Anita dkk., dan Mahardika & Asthuta banyaknya benda asing yang tersangkut pada pars cervicalis terutama di krikofaring menjelaskan bagian 1/3 esofagus atas merupakan lokasi tersempit dengan lumen berukuran 14 mm.7,11 Pada penelitian ini tidak menemukan kesamaan dengan penelitian di Medan dimana adanya hubungan yang bermakna antara lokasi benda asing dengan usia dimana 66,7% benda asing pada pars cervicalis merupakan banyak ditemukan pada anak-anak sementara pada dewasa lokasi tersering ditemukan di sepertiga tengah esofagus dengan 87,5% kasus terdapat pada kelompok dewasa dan 12,5% pada kelompok anak-anak.14 Adapun benda asing yang tidak ditemukan di dalam lumen esofagus mungkin telah melewati saluran cerna secara spontan.6

Sebagian besar tindakan hinga benda asing berhasil di ekstrasi dilakukan dalam kurun waktu 24 jam, dimana 60,7% atau 54 kasus dan durasi tertelan terlama adalah > 1 minggu sebanyak 1 kasus (1.1%). Hal ini sesuai dengan jurnal American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE) yang menyatakan bahwa durasi tertelan benda asing rata-rata 12-48 jam dan jika lebih dari 48 jam harus di segera dilakukan pembedahan, jikalau tidak akan menimbulkan komplikasi yang cukup serius seperti ulkus, laserasi, hingga peforasi.15,16 Pada penelitian ini benda asing yang ditemui pada pasien yang mengalami durasi paling lama yaitu >1 minggu adalah gigi palsu terdapat pada kategori lansia hal ini disebabkan beberapa hal seperti; fasilitas rumah sakit daerah untuk tindakan esofagoskopi yang belum memadai, letak dan keadaan geografis daerah yang tidak memungkinkan untuk

mencapai rumah sakit dalam waktu singkat, ketidaktahuan dan ketidakawasan akan tertelannya benda asing, mencoba mengeluarkan sendiri dan mencari pengobatan tradisional terlebih dahulu.11

Benda asing esofagus yang sering ditemukan pada penelitian ini adalah benda asing non-organik sebesar 51,7%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang serupa yang pernah diadakan di Indonesia yaitu oleh Soekirman dimana benda asing anorganik 86% dan organik 24%, serta Anita mendapatkan benda asing anorganik 92% dan organik 8%.6,11 Berdasarkan Tabel 6 bahwa jenis benda asing esofagus yang paling banyak ditemukan adalah koin atau uang logam dengan 33,6% dari 89 kasus, dan pada paling sering ditemuka pada usia anak-anak yaitu 75% dari 40 anak. Menurut teori dari Gilyoma & Chalya, faktor lingkungan atau budaya dimana anak-anak sering menerima hadiah berupa koin atau uang logam, kebiasaan anak bermain dengan uang logam, dan kecerobohan orang tua dalam meletakan koin dan mengawasi anak dalam bermain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi.14,17 Sedangkan tulang ayam merupakan benda asing organik yang sering ditemukan dengan 39,5 % dari 38 kasus pada orang dewasa, hal ini memiliki kesesuaian dengan penelitian di India oleh Prasad dkk., yaitu tulang ayam adalah penyebab tersering dimana 20 kasus dari total 38 kasus.18 Penelitian oleh Koirala dkk., juga mendapatkan hasil yang serupa yaitu uang logam memiliki angka kejadian yang paling tinggi pada anak- anak yaitu sekitar 82,1%, dan tulang adalah kasus terbanyak pada usia dewasa yaitu berkisar 91,4 % dari kasus penderita dewasa.19 Banyaknya ditemukan tulang ayam pada orang dewasa disebabkan makanan dengan olahan ayam merupakan salah satu sumber protein hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat Indonesia.20 Dari tahun ke tahun, tingkat konsumsi daging ayam cenderung mengalami peningkatan mengingat daging ayam cukup mudah diolah menjadi berbagai macam masakan, dimana menurut Badan Pusat Statstik Republik Indonesia (BPS RI) tingkat produksi ayam pada tahun 2019 adalah 3,5 juta ton, dengan estimasi jumlah konsumsi total rumah tangga adalah 1,73 ton, dan Bali sendiri menempati urutan ke- 11 dari 34 provinsi di Indonesia dengan 78 390 produksi daging ayam.20 Kasus ditemukanya gigi palsu pada orang dewasa dapat disebabkan oleh pasien dengan edentulous atau kondisi kehilangan gigi sebagian, dikarenakan kurangnya sensasi pada mukosa oral, kontrol hipofaring yang buruk, dan kurangnya kesadaran atau kepatuhan terhadap perbaikan dan pemeriksaan rutin gigi palsu.21 Adanya kesesuaian pada penelitian oleh Orji dkk., dimana gejala yang sering ditemukan adalah disfagia, sesuai dengan benda asing yang paling banyak ditemukan yaitu uang logam dan gigi palsu.12

Penatalaksanaan dengan esofagoskopi memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi baik pada anak-anak maupun dewasa, karena esofagoskopi merupakan prosedur untuk mengekstrasi benda asing di lokasi bagian proksimal esofagus, dan juga dapat membebaskan jalur nafas.9,16 Pada Tabel 5 menunjukan pasien benda asing esofagus sebagian besar menjalani esofagoskopi, yakni sebanyak 88,8% pasien (79 kasus), dan terdapat tujuh kasus mengalami kesulitan dalam mengekstrasi benda asing sehingga

dikonsulkan dengan sejawat Bedah Toraks dan Kardiovaskuler, diantaranya lima kasus yang dilakukan esofagotomi dan dua kasus torakotomi. Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya di RSUP Sanglah oleh Sumertini & Sucipta, dimana 82 pasien benda asing esofagus melakukan tindakan esofagoskopi kaku (90,48%), dan 2,38% harus menjalani esofagotomi, karena gagal dilakukan ekstraksi dengan esofagoskopi kaku.9 Menurut teori oleh Ambe, bahwa 80% dari benda asing dapat melewati esofagus secara alamiah, 20% kasus memerlukan tindakan endoskopik dan kurang dari 1% memerlukan pembedahan, sehingga 3,4% pasien benda asing esofagus pada penelitian ini tidak memerluhkan penatalaksanaan lebih lanjut. Gilyoma dkk., menyatakan bahwa terapi sering dilakukan untuk benda asing esofagus adalah esofagoskopi, dan pembedahan dilakuan jika pasien menggalami perforasi di esofagus, terjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani dengan tindakan endoskopi atau setelah tindakan endoskopi gagal.17

Pada penelitian oleh Sumertini & Sucipta ditemukannya berbagai komplikasi seperti ekskoriasi, edema, abses, ulkus dan laserasi, dan tidak menutup kemungkinan ditemukan gabungan beberapa komplikasi seperti ekskoriasai dan edema.9 Untuk komplikasi yang sering ditemukan di RSUP Sanglah periode Januari 2012 - Desember 2013 adalah ekskoriasi dan edema dengan masing masing 16,67%, dan 19 pasien (45,34%) tidak ada komplikasi.7 Penelitian lainnya oleh Ardianti & Sucipta, juga mendapatkan 21 kasus mengenai ekskoriasi, diikuti dengan edema 18 kasus, dan 17 kasus gabungan dari keduanya.14 Pada penepotoan ini terdapat 22 pasien tidak mengalami komplikasi, menurut teori oleh Ikenberry dkk., dengan teori oleh Sumertini & Sucipta, hal ini disebakan oleh benda asing yang berhasil dikeluarkan dalam 24 jam, jika terlambat dapat meningkatkan resiko komplikasi termasuk peforasi, dan keterampilan dalam mengekstrasi oleh operator yang telah berpengalaman untuk mencegah komplikasi pasca tindakan.9,16 Hal ini sesuai dengan penelitian yaitu ekskoriasi merupakan komplikasi tersering dengan 27 pasien (30,4%), dan 34 pasien (38,2%) berhasil dilakukan penanganan sebelum komplikasi. Ditemukan juga pada penelitian 2 kasus komplikasi laserasi yang disebabkan oleh gigi palsu, karena bentuk gigi palsu yang tajam dan disertai kawat sebagai pengait, sehingga memudahkan untuk terjadinya berbagai komplikasi baik laserasi, edema, ulkus maupun perforasi.11,16 Benda tajam yang ditemukan seperti tulang ikan, ayam, dan jarum dimana memegang 35% kemungkinan terjadi berbagai komplikasi salah satunya adalah ekskoriasi.11 Menurut teori oleh Balci dkk., mengatakan hal terpenting dalam penatalaksanaan adalah mengetahui durasi benda asing yang tersangkut, jika interval lebih dari 24 jam akan meningkatkan resiko berupa erosi, edema, dan ulkus, sehingga benda asing esofagus merupakan kasus emergensi dimana dapat menutup jalur nafas dan harus di tangani dengan segera dengan mengeluarkan benda asing tersebut.22

  • 5.    SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan karakteristik pasien benda asing esofagus di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2019 – Desember 2020 dari 89 pasien adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan (51,7%), dengan kelompok usia anak - anak (44,9%), dengan disfagia atau kesulitan menelan (58,5%), ditemukan di lokasi tersering pars cervicalis setinggi 14-16 cm dari insisivus atas (61,7%), dengan rentangan waktu 0 – 24 jam benda asing berhasil diekstrasi (60,7%), dengan koin merupakan benda asing tersering ditemukan pada keseluruhan kasus (33,6%) dan esofagoskopi merupakan penangganan yang sering dilakukan di RSUP Sanglah dalam menangani kasus benda asing esofagus (88,8%), sehingga sebagian besar pasien tidak mengalami komplikasi (38,2%).

Mengingat kasus benda asing esofagus merupakan kasus kegawatdaruratan, diharapkan masyarakat dapat melakukan    pencegahan    dengan    meningkatkan

kewasapadaan dalam mengawasi anak dalam memasuki benda ke mulut, dan tidak terburu buru dalam mengunyah makanan. Dan adanya edukasi dari RSUP Sanglah terhadap masyarakat Bali untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mengawasi anak bermain dan pentingya makan dengan hati-hati dan tidak terburu buru kepada masyarakat luas untuk mengurangi insiden kasus benda asing organik pada orang dewasa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman penulis, dan semua pihak yang mendukung terselesaikannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.     Zuleika P, & Ghanie A. Karakteristik Benda Asing

Esophagus di Bagian T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2013 - Desember 2015.

Palembang: FK Unsri. 2016.

  • 2.    Wallah IP, Mengko SK, dan Tumbel REC. ‘THT-KL

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014 – Desember 2016’, JURNAL E-CLINIC (ECL), 2017;5(2):310-8                              Available

from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/ view/18572/18099.

  • 3.     Garcia I, Varon J, & Surani S. Airway Complications

from an Esophageal Foreign Body. Case reports in pulmonology.2016.https://doi.org/10.1155/2016/3403 952

  • 4.    Dereci S, Koca T, Serdaroglu F, Akcam M. Foreign

body ingestion in children. Turk Pediatri; 2015; 50(4): 234-40.

  • 5.     Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. 14.

In:  StatPearls. [Online] Treasure Island (FL):

StatPearls.                                       2019.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131/

  • 6.     Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung 15. Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2017:264-7

  • 7.    Mahardika PGAS, & Asthuta AR. Karakteristik

pasien benda asing esofagus di rsup sanglah dari 16. tahun 2013-2015. Med Udayana [Internet]. 2020;9(2):46–50.      Available      from      :

https://ojs.unud.ac.id/ind ex .php/eum

  • 8.    Marasabessy SN, Mengko SK, & Palandeng OI.

BENDA ASING ESOGAFUS DI BAGIAN / SMF 17. THT-KL BLU RSUP PROF.Dr.R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010  -

DESEMBER 2014. e-CliniC. 2015;3(1):376-80.

  • 9.     Sumertini SKW, Sucipta IW. Karakteristik penderita 18.

dengan benda asing dalam esofagus di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2012- Desember 2013. Med J. 2017;48(1):27-31. doi: 10.15562 /medicina.v48i1.20                                      19.

  • 10.    Saki N, Nikakhlagh S, Tahmasbi M. dkk. Diagnostic Accuracy of Conventional Radiography for Esophageal Foreign Bodies in Adults. Iran J Radiol. 2008;5(4):199-204                                    20.

  • 11.    Anita S, Saragih AR, Adenin L, Irwani, Yudhistira A. Karakteristik penderita benda asing di esofagus di 21. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Januari 2006-Desember 2011. J Med Sch Univ Sumatera Utara. 2012;45(2):70–82.                    22.

  • 12.    Orji FT, Akpeh, JO, Okolugho NE. Management of esophageal foreign bodies : experience in a developing country. World J Surg. 2012;1083-8.

  • 13.    Rahim, NHB Abd. Profil Penderita Corpus Alineum Esofagus di RSUP H. Adam Malik Periode 2015. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2017

    Ardianti NMA, & Sucipta IW. Distribusi kasus benda asing traktus aerodigestivus di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2012 – Desember 2016. Medicina (B Aires). 2019;50(3):557–62. doi: 10.15562 /medicina.v50i3.577

    Gilger MA, Jain AK, Mc. O, Omber ME. Foreign bodies of the esophagus and gastrointestinal tract in children. 2008. Diunduh dari URL: http://www.uptodate .com/online/content

    ASGE Standards of Practice Committee, Ikenberry SO, Jue TL, Anderson MA, dkk. Management of ingested foreign bodies and food impactions. Gastrointest Endosccopic. ;2011;73(6):1085–91. doi: 10.1016/j.gie. 2010.11.010

    Gilyoma, JM, Chalya PL. Endoscopic procedures for removal of foreign bodies of thhe aerodigestive tract: The Bugando Medical Centre experience. BMC Ear, Nose and Throat Disorders. 2011;11(2):1-5.

    Prasad D, Raju RK, Murty MAN, Singh R. Study of aerodigestive tract foreign bodies. Indian Journal of Basic and Applied Medical Research. 2015;4(2):431-436.

    Koirala K, Rai S, Chettri S, Shah R. Foreign body Foreign Body in the Esophagus-Comparison Boetween Adult and Pediatric Population. Nepal Journal of Medical Science. 2012;1(1):42-4.

    Badan Pusat Statistika Republik Indonesia. Distribusi Perdagangan Komoditas Daging Ayam Ras. 2020

    Faruqi, TM. Gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 – 2014. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2015.

    Balci AE, Eren S, Eren MN. Esophageal foreign bodies under cricopharyngeal level in children: an analysis of 1116 cases. Interactive Cardiovascular and Thoracic Surgery. 2003;3(1):14-18.


https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i4.P11

76