ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.11,NOVEMBER, 2022


Diterima:2021-11-29 Revisi:2022-08-28 Accepted: 25-09-2022

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

I Gusti Ayu Anom Swari, I Wayan Weta ,Wayan Citra Wulan Sucipta, Putri,Komang Ayu Kartika Sari Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter

Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan(IKK/IKP) e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Tekanan darah tinggi adalah kondisi meningkatkatnya tekanan darah pada pasien yang biasanya terjadi pda pasien usia lanjut. Menurut beberapa aspek, yang mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi adalah salah satunya kepatuhan dalam menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pengobatan hipertensi pada lansia di Puskesmas I Denpasar Timur. Penelitian ini dengan rancangan cross-sectional descriptive di Puskesmas I Denpasar Timur. Sampel penelitian yang digunakan adalah seluruh lanisa yang menderita hipertensi dan telah didiagnosis hipertensi dan sudah menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas I Denpasar Timur. Tekni penentuan sampel yaitu dengan jenis convenience sampling dengan minimal 32 sampel. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner MMS-8 dan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri. Data yang terkumpul nantinya diolah secara dekriptif dengan SPSS. Kebanyakan responden tidak mematuhi pengobatan tekanan darah tinggi. Responden yang patuh sebagain besar berjenis kelamin laki-laki (33,3%), tingkat pendidikan tamat SD (50%), pekerjaan pegawai negeri (100%), status kawin (29,6%), tidak ada penyakit lain (30,8%), lama minum obat >3 bulan (33,3%), meminum 1 sampai 2 jenis obat (30,8%), tidak mendapat dukungan keluarga (50%), ada dukungan tenaga kesehatan (28,6%), skor tingkat pengetahuan tentang hipertensi dan pengobatannya yaitu >4 (30,4%), dan akses layananan yang mudah (44,4%). Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa responden memiliki tingkat kepatuhan yang rendah.

Kata Kunci: Kepatuhan., Pengobatan., Hipertensi., Lansia

ABSTRACT

Background: Hypertension is a condition where blood pressure increases in patients, which usually occurs in elderly patients. According to several aspects, one of which affects the quality of life of people with hypertension is adherence to treatment. The purpose of this study was to describe the level of adherence to hypertension treatment in the elderly at Puskesmas I East Denpasar. This study used a cross-sectional descriptive design at Puskesmas I, East Denpasar. The research sample used was all elderly people who suffered from hypertension and had been diagnosed with hypertension and had undergone hypertension treatment at Puskesmas I East Denpasar. The sampling technique used is convenience sampling with a minimum of 32 samples. The research instrument used was the MMS-8 questionnaire and a questionnaire made by the researcher himself. The collected data will be processed descriptively with SPSS. Most of the respondents did not comply with hypertension treatment. Most of the obedient respondents were male (33.3%), education level graduated from elementary school (50%), civil servant occupation (100%), marital status (29.6%), no other diseases (30.8%), taking medication >3 months (33.3%), taking 1 to 2 types of medicine (30.8%), not receiving family support (50%), having support from health workers (28.6%), the score of knowledge level about hypertension and its treatment is >4 (30.4%), and easy access to services (44.4%). can be concluded in this study that respondents have a low of compliance.

Keywords: Compliance., Treatment., Hypertension., Elderly

PENDAHULUAN

Pada dekade terakhir ini terjadi pergeseran demografi dari penduduk dunia yang ditandai dengan semakin meningkatnya penduduk berusia lanjut. Sehingga diprediksi dua miliar penduduk dunia akan tergolong dalam lansia.Dengan bertambahnya usia maka kemampuan fisik manusia juga akan semakin menurun, hal ini akan menyebabkan lebih mudahnya lansia terserang penyakit dibandingkan dengan penduduk dibawah 60 tahun. Penyakit pada lansia sering dikaitkan dengan penyakit degeneratif1.

Penyakit degeneratif umumnya disebabkan karena pola gaya hidup yang kurang baik, termasuk stress dan juga faktor asupan makanan yang kurang baik. Prevalensi penyakit degeneratif ditunjukkan peningkatan seperti: diabetes mellitus, alzheimer’s disease, kanker dan hipertensi.1

Data tahun 2011 menunjukkan bahwa 22,8% penduduk dunia atau sekitar satu setengah miliar orang memiliki gangguan tekanan darah tinggi. Dari 22,8% tersebut, 80% adalah penderita gangguan tekanan darah tinggi yang sudah mencapai usia 60 tahun lebih dan 20% mengalami hipertensi di bawah 60 tahun. Ditinjau dari jenis kelamin, laki-laki mengalami kejadian lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan prevalensi 23,8% dan 22,9%.Sedangkan pada tahun 2014, penderita hipertensi meningkat menjadi 29% dari seluruh total penduduk dunia. Dari 29% tersebut, 78,6% adalah penderita dengan usia diatas 60 tahun, sedangkan angka kejadian hipertensi di bawah 60 tahun meningkat menjadi 21,4%. Ditinjau dari jenis kelamin, prevalensi laki-laki dan wanita sama-sama meningkat menjadi 30% dan 28,1% dibandingkan Riskesdas tahun 2013 yang sebesar 25,8%2.

Prevalensi hipertensi di provinsi Bali berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 adalah sebesar 30,97%, jauh meningkat dibandingkan data Riskesdas tahun 2013 yang hanya sebesar 21,17%. Hal ini menempatkan provinsi Bali

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah crosssectional descriptive. Pengambilan data akan dilakukan satu kali terhadap lansia penderita hipertensi di Puskesmas I Denpasar Timur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah jenis sampel Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya,demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi Variabel pada penelitian ini adalah kepatuhan pengobatan, karakteristik sosiodemografis responden meliputi jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan,dan pekerjaan,riwayat penyakit, dukungan keluarga,tenaga kesehatan,akses layanan kesehatan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data

termasuk 20 provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi di banding provinsi lainnya di Indonesia3.

Kasus hipertensi di Kota Denpasar cenderung meningkat dari tahun ke tahun, meski ada kecenderungan menurun dalam tahun 2020.Puskesmas Denpasar Timur 1 adalah Puskesmas dengan kasus hipertensi tertinggi3.

Terdapat beberapa aspek dalam yang mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi, salah satunya adalah kepatuhan dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan pengobatan adalah patuhnya pasien dalam meminum obat dengan teratur sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Jika penderita tidak mengikuti dalam memeriksakan tekanan darah dan mengkonsumsi obat, maka tekanan darah dapat menjadi tidak terkendali sehingga muncul komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan ensefalopati atau kerusakan pada otak. Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien hipertensi dalam pengobatan hipertensi adalah tingkat pendidikan,pengetahuan,dukungan keluarga dan juga tingkat motivasi.Pengetahuan itu yang harus diketahui dengan penderita hipertensi berupa gejala hipertensi,faktor resiko hipertensi,gaya hidup dan pentingnya melakukan pengobatan secara teratur dan berkesinambungan dalam waktu yang lama hingga mengetahui bahaya yang dapat timbul apabila tidak mengkonsumsi obat secara teratur. Akan tetapi dukungan keluarga juga sangat berperan penting bagi kesembuhan penderita hipertensi,dan pengetahuan penderita hipertensi sangat berperan untuk mencegah terjadinya hipertensi kembali6,7

Kepatuhan terhadap pengobatan penting untuk dilakukan oleh lansia yang mengalami hipertensi agar komplikasi penyakit dapat dicegah. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai kepatuhan pengobatan hipertensi pada lansia yang mejalani pengobatan di Puskesmas Denpasar Timur 1 yang memiliki “Gambaran Tingkat Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas I Denpasar Timur”.

meliputi kuesioner yang terdiri dari kuesioner MMS-8 untuk mengukur tingkat kepatuhan pengobatan hipertensi dan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti untuk mengukur karakteristik sosiodemografis, riwayat penyakit, pengobatan, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas I Denpasar Timur beralamat di Jalan Pucuk No. 1, Sumerta Kecamatan Denpasar Timur, Provinsi Bali, pada Bulan Juli 2021.

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2021 di Puskesmas I Denpasar Timur. Kuesioner yang telah disebarkan mendapatkan responden sebayak 28 orang, kuesioner (angket) disebarkan secara langsung dan diisi sendiri oleh pasien yang berkunjung ke Puskesmas I Denpasar Timur.

Tabel 1. Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik

Jumlah f             (%)

Usia

60-79 tahun

  • >80 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Pendidikan

Tidak Sekolah

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Diploma/S1/S2/S3

Pekerjaan

Buruh Bangunan

Pegawai Negeri

Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga

Tidak Bekerja/Sudah Pensiun

Status Pernikahan

Kawin

Tidak Kawin

Ada tidaknya penyakit lain (Riwayat Penyakit)

Tidak ada

Ada

Lama Minum Obat

0-3 bulan

  • >3 bulan

Jumlah Jenis Obat

1 sampai 2 jenis obat

Lebih dari 2 jenis obat

Dukungan Keluarga

Ada Dukungan Keluarga

Tidak Ada Dukungan Keluarga

Dukungan Tenaga Kesehatan

Ada Dukungan Tenaga Kesehatan

Tidak Ada Dukungan Tenaga Kesehatan

Tingkat Pegetahuan

0 sampai dengan 4

>4

Akses Layanan

Akses sulit

Akses mudah

Kepatuhan Minum Obat

Tidak Patuh

Patuh

27              96,4

1                   3,6

9               32,1

19              67,9

1                   3,6

6               21,4

4                14,3

8               28,6

9               32,1

1                   3,6

1                   3,6

1                   3,6

25              89,3

27              96,4

1                   3,6

13              46,4

15              53,6

19              67,9

9               32,1

26              92,9

2                 7.1

18               64,3

10              35,7

28              100

0                0

5                17,9

23               82,1

10              35,7

18               64,3

20              71,4

8               28,6

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden lebih banyak berusia 60-79 tahun (96,4%), berjenis kelamin perempuan (67,9%), tamat Diploma/S1/S2/S3 (32,1%), tidak bekerja atau sudah pensiun (89,3%), sudah kawin (96,4%), ada penyakit lain (53,6%), lama meminum obat 0-3 bulan (67,9%), meminum 1 sampai 2 jenis obat (92,9%), mendapat dukungan keluarga (64,3%), mendapat dukungan tenaga

kesehatan (100%), tingkat pengetahuan dengan skor >4 (82,1%), memiliki akses layanan yang mudah dijangkau (18%), dan tidak patuh dalam minum obat (71,4%).

Hasil tabulasi silang antara kepatuhan minum obat dan karakteristik responden mendapatkan responden yang patuh dalam minum obat hipertensi sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki (33,3%), tingkat pendidikan tamat

SD (50%), pekerjaan pegawai negeri (100%), status kawin (29,6%), tidak ada penyakit lain (30,8%), lama minum obat >3 bulan (33,3%), meminum 1 sampai 2 jenis obat (30,8%), responden yang tidak mendapat dukungan keluarga (50%), dukungan tenaga kesehatan (28,6%), dengan skor tingkat pengetahuan tentang hipertensi dan pengobatannya yaitu >4 (30,4%), dan akses layananan yang mudah (44,4%).

PEMBAHASAN

Dalam penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas I Denpasar Timur ini mendapatkan hasil bahwa responden lebih banyak tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi (71,4%) dan hanya 28,6 persen yang patuh terhadap pengobatan mereka. Tingkat kepatuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga kemungkinan adanya kontribusi dari ketidakmampuan faktor tersebut dalam mendukung kepatuhan responden dalam meminum obat hipertensi8,9

Dalam penelitian ini ditemukan responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih patuh dalam mengkonsumsi obat hipertensi yaitu sebesar 33,3 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kintamani I yang mendapatkan responden berjenis kelamin laki-laki memiliki kepatuhan minum obat yang lebih tinggi dibanding perempuan Dilihat dari tingkat pendidikan, responden yang tamat Sekolah Dasar (SD) memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dibanding yang lain yaitu sebesar 50 persen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kintamani I yang menghasilkan lebih besar responden yang patuh memiliki tingkat pendidikan yang tinggi5,7

Berdasarkan pekerjaan responden pegawai negeri patuh terhadap konsumsi obatnya (100%). Hal ini mungkin dikarenakan responden pegawai negeri memiliki penghasilan yang cukup untuk selalu melakukan pemeriksaaan dan pembelian obat hipertensi sehingga mayoritas patuh terhadap konsumsi obat hipertensi dibandingkan responden yang tidak bekerja atau sebagai buruh bangunan. Dari status perkawinan ditemukan responden yang sudah kawin memiliki tingkat kepatuhan paling tinggi yaitu 29,6 persen. Status perkawinan berhubungan dengan dukungan keluarga responden dalam mengingatkan untuk minum obat dan selalu melakukan check-up untuk memantau kondisi tekanan darah9.

Riwayat penyakit seperti ada atau tidaknya penyakit lain menemukan bahwa responden yang tidak ada penyakit

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Adriansyah. Faktor faktor karena tidak patuhnya pasien penderita hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU H. Adam Malik Medan. USU eJournals. 2010.

  • 2.    AlHewiti.           Adherence     long-term

therapies&beliefs      about      medications.

International Journal of Family Medicine.2014

  • 3.    Asysyam Maharhani Tingkat Pengetahuan Dan Tingkat patuhnya Minum Obat Penderita tekanan darah tinggi Di Wilayah Kerja Puskesmas

lain memiliki tingkat kepatuhan sebesar 30,8 persen. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Sidoharjo yang menemukan bahwa responden yang memiliki penyakit penyerta mayoritas patuh terhadap pengobatan hipertens.Responden yang meminum obat selama lebih dari 3 bulan cenderung patuh dalam minum obat (33,3%). Dan dari obat yang diminum responden, sebanyak 30,8 persen responden yang patuh terhadap pengobatan hipertensi meminum paling tidak 1 sampai 2 jenis obat.

Responden yang tidak mendapat dukungan keluarga memiliki tingkat kepatuhan yang tertinggi yaitu 50 persen. Dalam sebuah studi menyebutkan bahwa ketidakberhasilan pengobatan hipertensi 43,3% lebih tinggi terjadi pada pasien yang tidak memiliki dukungan keluarga, namun dalam penelitian yang dilakukan ini justru responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga lebih memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.Dukungan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam memberikan informasi serta mengingatkan untuk kontrol dan mengambil obat di Puskesmas, dalam penelitian ini dukungan tenaga kesehatan menghasilkan responden yang mayoritas tidak patuh terhadap pengobatan (71,4%)10.

Tingkat pengetahuan responden mayoritas dengan skor >4 memiliki kepatuhan paling tinggi (30,4%).

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Sebagian besar responden tidak patuh minum obat hipertensi yakni sebesar 71,4 persen. Responden yang patuh terhadap pengobatan hipertensi pada lanjut usia di Puskesmas I Denpasar Timur adalah laki-laki, tamat SD, sebagai pekerja pegawai negeri, status kawin, dengan skor tingkat penbetahuan sebesar >4, tidak mendapatkan dukungan keluarga, mendapatkan dukungan tenaga kesehatan, tidak memiliki penyakit lain, dan dengan akses layanan yang mudah.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti secara analitik untuk menilai hubungan antara kepatuhan pengobatan hipertensi pada lansia dengan faktor-faktor yang memepengaruhi    kepatuhan    seperti    karakteristik

sosiodemografis, tingkat pengetahuan, riwayat pengobatan dan akses layanan kesehatan.

Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri (Doctoral Dissertation, Universitas Muhamadiyah).2021

  • 4.    Chobanian AV. (2004). Seventh report of the joint national committe prevention, detection, evaluation&treatment of high blood pressure. NIH Publication.2004; 42(6): 1206-1252

  • 5.    Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Profil kesehatan provinsi bali tahun 2013

  • 6.    Elmiani, (2014). Faktor berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet penderita tekanan darah tinggi di wilayah kerja puskesmas

larompong kabupaten luwu, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.2014; 4(2): 213-220.

  • 7.    Fitria NA Faktor yang berhubungan dengan sembuh pada pasien rawat inap di ruang melati rumah sakit umum daerah kalisari batang. 2013

  • 8.    Pramana, . Faktor dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.    2019

  • 9.    Hashmi SK. Factors associated with adherence to anti-hypertensive treatment in pakistan. PLoS ONE.2014;2(3): 1-8.

  • 10.    Hazwan .Karakterstik Penderita Tekanan darah yang tinggi & Tingkat Patuhnya Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I. Intisari Sains Medis, 2017;8(2), 130-134

  • 11.    James PA. (2014). Report from the panel members to the eighth joint national committee (jnc 8)  2014 evidence-based guideline for

themanagement of high blood pressure in adults. JAMA. 2014;311(5): 507

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i11.P15

89