ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.11,NOVEMBER, 2022


Diterima:2021-11-29 Revisi:2022-08-28 Accepted: 25-09-2022

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Putu Nandika Tungga Yudanti Mahardani1*, Ketut Tuti Parwati Merati2, Cokorde Istri Yuliandari Krisnawardani Kumbara2

  • 1.    Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

  • 2.    Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia Corresponding author: Putu Nandika Tungga Yudanti Mahardani

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

HIV/AIDS masih menjadi urgensi di masyarakat. Penelitian mengenai pengetahuan dan persepsi remaja terhadap HIV/AIDS berikut hubungannya dengan perilaku pencegahan belum pernah dilakukan di Denpasar sebagai wilayah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Bali. Adapun penelitian ini merupakan penelitian cross sectional analitik, dengan pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang terdiri dari empat bagian dan disebarkan secara online melalui google form. Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri 2 Denpasar selama lima bulan, dari bulan Januari hingga Mei 2021. Dari 130 reponden penelitian dominan perempuan (76,9%) dengan median usia 16 tahun, ditemukan bahwa distribusi pengetahuan siswa terkait HIV/AIDS tergolong baik (45,4%), tingkat persepsi positif (64,6%), dan tingkat perilaku pencegahan positif (69,2%). Pengetahuan siswa memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencegahan dengan tingkat korelasi lemah (p= 0,011; r = 0,221; IK 95% 0,051 - 0,392), dan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi dan perilaku pencegahan HIV/AIDS, (p= 0,233; r = 0,105; IK 95% = -0,068 – 0,279). Pengetahuan juga memiliki hubungan signifikan terhadap persepsi siswa SMA mengenai HIV/AIDS dengan tingkat korelasi moderat (p = 0,000; r = 0,445; IK 95% = 0,288 – 0,601). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan dan persepsi dapat memprediksi perilaku sebesar 4,9%. Adapun media edukasi yang paling banyak menjangkau siswa SMA adalah pembelajaran dalam kurikulum sekolah dengan aktor berupa guru. Penelitian berikutnya sebaiknya diarahkan dalam pencarian faktor-faktor lain yang lebih predominan dalam mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS, khususnya terkait faktor pendukung dan pendorong, sebaiknya pada target demografis lainnya mengingat data pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan pada siswa SMA yang ditemukan tergolong tinggi.

Kata kunci : HIV., AIDS., Pengetahuan., Persepsi., Perilaku

ABSTRACT

HIV/AIDS still continues to be a major public health issue. Research regarding knowledge and perceptions of adolescents and their relationship to disease prevention behavior have never been carried out in Denpasar as one of the areas with the highest HIV/AIDS case in Bali. This research is an analytic cross-sectional study using questionnaires. The research was conducted at SMA Negeri 2 Denpasar for five months, from January to May 2021. From 130 research respondents dominant in girls (76,9%) with median age 16 years old, it was found that the distribution of knowledge level was good (45.4%) with positive perception level (64.6%), and positive level of behavior (69.2%). Knowledge has a significant relationship with behavior (p = 0.011, r = 0.221, 95% CI 0.051 - 0.392), and no significant relationship was found between perceptions and behaviors of HIV/AIDS prevention, (p = 0.233, r = 0.105, 95% CI = -0.068 – 0.279). Knowledge has a significant relationship to perception (p = 0.000, r = 0.445, 95% CI = 0.288 - 0.601). Multivariate analysis shows that knowledge and perception can predict behavior by 4.9%. The educational media that mostly reaches the students is learning in the school curriculum with the teacher as the source of information. The level of knowledge, perception, and prevention behavior is good, with knowledge significantly correlate with perception and prevention behavior. Subsequent research should be directed towards finding other factors that may influence HIV/AIDS prevention behavior, especially in other demographic targets.

Keywords : HIV., AIDS., Knowledge., Perception, Behavior

PENDAHULUAN

HIV/AIDS masih merupakan suatu urgensi dalam perkembangan kesehatan masyarakat dunia. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh berupa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) melalui sistem replikasinya yang melibatkan agen sistem imunitas tubuh.1Jumlah kasus penduduk terinfeksi HIV di seluruh dunia terus mengalami peningkatan, dengan jumlah tertinggi pada tahun 2019 mencapai sebesar 38 juta kasus di seluruh dunia.2 Adapun kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 640.000 dengan prevalensi 0,4% pada penduduk usia 15-49 tahun.3 Jumlah kasus HIV di Bali sendiri, menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali, terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, dengan jumlah kasus terlapor pada tahun 2017 berjumlah 1739 kasus. Adapun kelompok usia tertinggi dalam proporsi kasus HIV ditemukan pada rentang usia 25-49 tahun sebanyak 65,09%, sedangkan proporsi usia terbanyak kedua ditemukan pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 23,12%.4Kasus HIV terbanyak dilaporkan berada di daerah ibukota Bali, yaitu Kota Denpasar, dengan jumlah total kasus kumulatif HIV dan ADIS dari tahun 1987-2016 menunjukkan angka 6180 atau sebanyak 39% dari total kasus HIV/AIDS di Bali.5

Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang berisiko dalam transmisi HIV/AIDS. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak hingga dewasa yang melibatkan berbagai perubahan fisik maupun mental, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai pergolakan dalam diri. Pada masa remaja, berbagai kasus seksualitas, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), atau perilaku seksual pranikah rentan terjadi pada kelompok usia remaja, salah satu akibatnya adalah akibat mudahnya alur informasi diperoleh, baik dari film, buku, ataupun teman sebaya.6 Pernyataan ini diperkuat oleh tingginya angka perilaku seksual pranikah beserta kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) oleh remaja. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa angka perilaku seksual pranikah di Indonesia oleh remaja pria adalah sebesar 8 persen, dengan usia 15-19 tahun sekitar 3,6 persen dan usia 20-24 tahun sekitar 14,0 persen.7 Terlebih, menurut data PKBI Daerah Bali pada tahun 2015, sebanyak 7,7% kasus IMS di Bali berasal dari kelompok usia 15-19 tahun, yaitu pada usia remaja.8

Berbagai pergolakan dan kurangnya informasi pada usia remaja menjadikan remaja sebagai target yang potensial dalam pelaksanaan berbagai usaha pencegahan kasus HIV/AIDS. Perilaku pencegahan HIV/AIDS sangat penting untuk diperhatikan mengingat ketiadaan vaksin dan berbagai efek samping obat pada penyakit. Perilaku pencegahan penyakit,

HASIL

Subjek total pengisi kuesioner penelitian adalah sejumlah 154 responden dan setelah dilakukan cleaning data duplikat, diperoleh sebanyak 130 sampel penelitian. Kuesioner yang digunakan telah melalui studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya dan teruji validitas dan reliabilitasnya dengan

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green dipengaruhi oleh faktor predisosisi (predisposing factors), pendukung (enabling factors), serta pendorong (reinforcing factor).10 Beberapa hal yang termasuk ke dalam faktor predisposisi antara lain berupa pengetahuan dan persepsi. Persepsi diperlukan dalam suatu usaha untuk mengemukakan tanggapan, pendapat, dan pandangan terhadap sesuatu yang nantinya dapat memberikan pengaruh pada tingkah laku berikut pengambilan keputusan seseorang.11 Adapun beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengetahuan dan persepsi merupakan salah satu faktor predominan dalam penentuan perilaku pencegahan HIV/AIDS.6,11

Pengetahuan mengenai pengetahuan dan persepsi remaja terhadap HIV/AIDS berikut hubungannya dengan indikator perilaku pencegahan penyakit belum pernah dilakukan di wilayah Denpasar. Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilaksanakan di Denpasar meningat urgensinya sebagai salah satu wilayah dengan laporan kasus HIV/AIDS tertinggi di Provinsi Bali.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Denpasar, Bali terhitung dari Bulan Januari hingga Mei 2021. Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan untuk subjek penelitian ini antara lain merupakan siswa kelas X, XI, XII jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Negeri 2 Denpasar, tercatat sebagai siswa aktif, dan bersedia untuk mengikuti penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online melalui google form dan terdiri dari lima bagian, yaitu biodata awal responden, pengetahuan terhadap HIV/AIDS (terdiri dari 21 pertanyaan), persepsi terhadap HIV/AIDS (terdiri dari 14 pertanyaan) dan perilaku pencegahan HIV/AIDS (terdiri dari 10 pertanyaan). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for windows versi 21.0 untuk selanjutnya dianalisis berdasarkan analisis univariat dengan membuat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen serta analisis bivariat. Studi pendahuluan dilaksanakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner yang akan digunakan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap item kuesioner yang digunakkan dan dilakukan pengolahan ulang, setelahnya kuesioner dapat disebar kepada seluruh populasi target untuk pencarian sampel penelitian dengan jumlah sampel minimal sebanyak 30 sampel.

menggunakan SPSS versi 21.0. Hasil uji validitas menyatakan bahwa setiap poin yang terdapat dalam kuisioner valid (nilai r tabel untuk 130 sampel >0,176), sedangkan uji reliabilitas menyatakan nilai cronbach alpha 0.775, 0,921, dan 0,732 (>0.6) secara berturut-turut untuk bagian pengetahuan, persepsi, dan perilaku sehingga kuisioner dinyatakan valid dan reliabel untuk dipakai sebagai instrumen penelitian ini.

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik

f (%)

Jenis kelamin

Perempuan

100 (76,9)

Laki-laki

30 (23,1)

Usia

16 (14-18)

Jurusan

Ilmu Pengetahuan

109 (83,8)

Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan

21 (16,2)

Sosial (IPS)

Kelas

Kelas sepuluh (X)

56 (43,1)

Kelas sebelas (XI)

31 (23,8)

Kelas duabelas (XII)

43 (33,1)

Bidang Ekstrakulikuler

Bidang di luar KSPAN

123 (94,6)

Kelompok Siswa Peduli

7 (5,4)

AIDS dan Narkoba

(KSPAN)

Gabungan pendapatan orangtua per bulan

< 1.500.000

9 (6,9)

1.500.000 – 2.500.000

35 (26,9)

2.500.000 – 3.500.000

27 (20,8)

> 3.500.000

59 (45,4)

Status Domisili

Tinggal bersama

127 (97,7)

orangtua

Tidak tinggal bersama

3 (2,3)

orangtua

Status Pasangan

Belum pernah

37 (28,5)

berpacaran

Pernah berpacaran,

68 (52,3)

namun tidak sedang

berpacaran

Sedang berpacaran

25 (19,2)

Berdasarkan Tabel 1, responden penelitian didominasi oleh jenis kelamin perempuan sejumlah 100 orang (76,9%) dengan median usia 16 tahun dan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam sejumlah 109 orang (83,8%). Adapun proporsi responden yang menduduki kelas X, XI dan XII berturut-turut sebesar 56 orang (43,1%), 31 orang (23,8%), dan 43 orang (33,1%) dengan hanya

Berdasarkan Tabel 2, media sumber informasi terkait HIV/AIDS yang paling banyak diandalkan oleh responden yaitu pembelajaran di dalam kurikulum sekolah sebanyak 97 orang (74,6%), media sosial sebanyak 89 (68,5%), dan media online versi video sebanyak 72 orang (55,4%). Adapun aktor sumber informasi terbanyak tempat perolehan informasi terkait HIV/AIDS adalah guru di sekolah sebanyak 94 orang (72,3%), tenaga kesehatan sebanyak 75 orang (57,7%), dan institusi pemerintah sebanyak 68 orang (52,3%). Hasil ini sekaligus membuktikan bahwa media edukasi terkait HIV/AIDS yang paling banyak dan efektif dalam menjangkau siswa SMA adalah

7 orang (5,4%) dari keseluruhan responden mengikuti ekstrakulikuler Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN). Gabungan pendapatan orangtua responden per bulan didominasi oleh jumlah pendapatan tertinggi yaitu sebesar >3.500.000 sebanyak 59 orang (45,4%) dengan sebanyak 127 responden (97,7%) memiliki status domisili yang masih tinggal bersama orangtua dan status pasangan pernah berpacaran, namun tidak sedang berpacaran (52,3%).

Tabel 2. Distribusi Sumber Informasi Responden terkait HIV/AIDS

Sumber Informasi

f (%)

Media sumber informasi

Televisi

61 (48,5)

Media cetak (koran/majalah)

41 (31,5)

Media online versi tulisan (contoh:

45 (34,6)

Kompas.com, tempo.co, blogspot) Media online versi video (contoh:

72 (55,4)

Youtube, dll) Media sosial

89 (68,5)

Pesan berantai (contoh: WhatsApp,

26 (20,0)

LINE, dll)

Pembelajaran di dalam kurikulum

97 (74,6)

sekolah.

Pembelajaran di luar kurikulum

49 (37,7)

sekolah (contoh: ekstrakulikuler, dll)

Aktor sumber informasi

Institusi pemerintah (contoh:

68 (52,3)

Kementerian Kesehatan)

Pejabat pemerintahan (contoh:

11 (8,5)

presiden, anggota DPR, polisi)

Institusi non-pemerintah (contoh:

41 (31,5)

WHO, yayasan, ormas) Selebriti/artis/influencer

27 (20,8)

Tokoh masyarakat

36 (27,7)

Tenaga kesehatan

75 (57,7)

Teman/keluarga

66 (50,8)

Guru di sekolah

94 (72,3)

Pembimbing ekstrakulikuler

32 (24,6)

Orangtua

51 (39,2)

pembelajaran dalam kurikulum sekolah dengan aktor sumber informasi berupa guru di sekolah.

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan, Persepsi, dan Perilaku

Variabel

Mean ± SD

Pengetahuan

11,75 ± 0,37

Buruk (0-6)

15 (11,5%)

Cukup (7-12)

56 (43,1%)

Baik (13-21)

59 (45,4%)

Persepsi

36,65 ± 1,11

Negatif (14-42)

46 (35,4%)

Positif (13-70)             84 (64,6%)

Perilaku Pencegahan       47,35 ± 12,74

Negatif (8-24)             40 (30,8%)

Positif (25-40)              90 (69,2%)

Berdasarkan Tabel 3, distribusi tingkat pengetahuan siswa didominasi oleh tingkat pengetahuan baik (skor kuesioner 13-21) sebanyak 59 orang (45,4%), diikuti oleh tingkat pengetahuan cukup (skor kuesioner 7-12) sebanyak 56 orang (43,1%), dan tingkat pengetahuan kurang (skor kuesioner 0-6) sebanyak 15 orang (11,5%). Nilai mean atau rata-rata ± standar deviasi perolehan skor kuesioner 130 siswa adalah 11,75 ± 0,37 dari jumlah skor maksimal sebesar 21 poin. Distribusi tingkat perilaku siswa didominasi oleh tingkat perilaku positif (skor kuesioner 2540) dengan jumlah sebanyak 90 responden (69,2%), diikuti oleh tingkat persepsi negatif (skor kuesioner 8-24) dengan jumlah sebanyak 40 responden (30,8%). Adapun mean atau rata-rata ± SD perolehan skor kuesioner siswa adalah 36,65 ± 1,11 dari total maksimal nilai skor yang dapat diperoleh

dalam bagian persepsi sebanyak 70 poin dan total minimal skor sebanyak 14 poin.

Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku dengan nilai p= 0,011 (p<0,05), dengan tingkat korelasi lemah, r = 0,221 (IK 95% 0,051 - 0,392). Tingkat korelasi ini memiliki angka r yang positif atau berbanding lurus, sehingga semakin tinggi pengetahuan siswa, semakin positif perilaku pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh siswa tersebut. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi dan perilaku pencegahan HIV/AIDS, nilai p = 0,233 (p>0,05), dengan nilai r = 0,105 (IK 95% = -0,068 – 0,279). Selain itu, juga ditemukan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi, nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan tingkat korelasi moderat, r = 0,445 (IK 95% = 0,288 - 0,601). Secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa didapatkan korelasi antara pengetahuan dan persepsi dengan semakin tinggi pengetahuan siswa, semakin positif persepsinya terhadap penyakit HIV/AIDS.

Analisis Bivariat

Tabel 4.

Variabel      Variabel

dependen    independen

Nilai p     Koefisien            IK 95%

korelasi (r)   Batas Bawah   Batas Atas

Pengetahuan      Perilaku

Persepsi           Perilaku

Pengetahuan      Persepsi

0,011           0,221            0,051         0,392

0,233          0,105          -0,068       0,279

0,000          0,445          0,288        0,601


Tabel 5. Analisis Multivariat

Variabel          2

independen

Koefisien            IK 95%            Sig

Regresi (β)   Batas Bawah  Batas Atas

Pengetahuan                      0,217           0,035         0,553     0,026

Persepsi            0,049        0,009          -0,081         0,089     0,927

Gambar 1. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Perilaku


Berdasarkan Tabel 5, diperoleh nilai R2 sebesar 0,049 atau 4,9%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel pengetahuan dan persepsi secara simultan mempengaruhi perilaku sebesar 0,049 atau 4,9% dengan 95,1% sisanya disebabkan oleh pengaruh variabel lain yang tidak diteliti sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel pengetahuan secara parsial berpengaruh terhadap perilaku, sedangkan variabel persepsi tidak. Nilai koefisien regresi (β) untuk variabel pengetahuan adalah sebesar 0,217 (IK 95% 0,035 – 0,553) dan variabel persepsi sebesar 0,009 (IK 95% -0,081 – 0,089) sehingga diperoleh persamaan regresi Y = 23,359 + 0,217X1. Dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila nilai variabel bebas sama dengan nol maka nilai Y adalah 23,359, atau dalam kata lain nilai perilaku tanpa persepsi dan pengetahuan adalah 23,359. Adapun koefisien regresi variabel pengetahuan (X1) sebesar 0,217 artinya bahwa

peningkatan satu unit skor variabel pengetahuan dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan skor perilaku sebesar 0,217 kali. Nilai koefisien regresi untuk variabel persepsi tidak dimasukkan karena tidak signifikan dalam analisis.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa distribusi tingkat pengetahuan siswa SMA terkait HIV/AIDS mayoritas tergolong baik (45,4%) dan cukup (43,1%) dengan tingkat persepsi mayoritas positif (66,9%), dan tingkat perilaku pencegahan yang positif (69,2%). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan pada SMA di Kota Kendari, dengan mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan, persepsi, dan perilaku yang baik terhadap HIV/AIDS.12Namun, tingkat pengetahuan dan persepsi

ini memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan penelitian serupa yang dilakukan pada SMA yang berlokasi di Kupang, Indonesia pada tahun 2018, dimana pada penelitian tersebut mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan dan persepsi yang buruk.13 Variasi ini dapat diakibatkan oleh akses dan mutu pendidikan yang masing cenderung belum merata pada berbagai daerah di Indonesia, dibuktikan oleh masih terdapatnya capaian standar deviasi hasil pembelajaran yang tinggi.14,15

Sumber informasi memiliki peran penting terhadap pengetahuan siswa mengenai HIV/AIDS. Suatu studi pada SMA di Kota Kendari menunjukkan bahwa siswa SMA sudah memiliki akses yang mudah terhadap penguasaan teknologi dan informasi sehingga sumber informasi siswa mengenai HIV/AIDS berikut tingkat pengetahuannya cenderung baik.12 Studi serupa juga di SMA Negeri 4 Manado juga mencantumkan adanya hubungan antara penguasaan media informasi melalui internet dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.16 Selain itu, sistem edukasi yang dilakukan di sekolah merupakan strategi yang efektif dan telah terbukti dalam meningkatkan pengetahuan siswa, khususnya mengenai HIV/AIDS.17 Hal ini sejalan dengan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, dimana media sumber informasi terkait HIV/AIDS yang paling banyak diandalkan oleh responden yaitu pembelajaran di dalam kurikulum sekolah sebanyak 97 orang (74,6%), media sosial sebanyak 89 (68,5%), dan media online versi video sebanyak 72 orang (55,4%).

Adapun aktor sumber informasi terbanyak tempat perolehan informasi terkait HIV/AIDS adalah guru di sekolah sebanyak 94 orang (72,3%). Hal ini sesuai dengan suatu studi pada SMAN 4 Manado yang menyatakan bahwa peran guru memiliki hubungan terhadap tindakan pencegahan HIV/AIDS yang positif melalui edukasi dan pengaruh yang diberikan.16 Hasil ini sekaligus membuktikan bahwa media edukasi terkait HIV/AIDS yang paling banyak dan efektif dalam menjangkau siswa SMA dalam meningkatkan pengetahuan terkait HIV/AIDS adalah pembelajaran dalam kurikulum sekolah dengan aktor sumber informasi berupa guru di sekolah, dengan tambahan berupa media sosial dan media online versi video.

Pengetahuan siswa memiliki hubungan signifikan terhadap persepsi dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dan tingkat korelasi moderat, r = 0,445 (IK 95% = 0,208 - 0,601). Pengetahuan didefinisikan sebagai hasil dari tahu, dimana proses mengetahui terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan atau pencitraan kepada suatu objek melalui panca indra manusia. Definisi ini sangat erat kaitannya persepsi, dimana dalam persepsi terjadi suatu proses pengamatan yang didasarkan oleh pengetahuan dalam proses interpretasi terhadap suatu stimulus.10Hal ini sesuai dengan penelitian Andalia dkk di Aceh, dimana semakin baik pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS, akan semakin baik persepsinya.19 Suatu kesimpulan systematic review yang mengumpulkan 16 penelitian dari seluruh dunia juga menunjukkan hasil yang serupa yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan dan persepsi risiko infeksi HIV/AIDS, dimana seseorang tidak akan dapat menunjukkan persepsi yang benar terhadap hal-hal apa saja yang menjadi risiko HIV/AIDS tanpa adanya pengetahuan yang adekuat mengenai penyakit tersebut.20

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku dengan nilai p= 0,011 (p<0,05), dengan tingkat korelasi lemah, r = 0,221 (IK 95% 0,051 - 0,392). Hal ini sejalan dengan teori Notoadmojo bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan searah dengan perilaku. Penelitian ini juga sesuai dengan studi serupa yang dilakukan pada siswa di SMA Negeri 4 Manado dan SMA Abu Hurairah Mataram.16, 21

Perilaku kesehatan pada hakikatnya merupakan respon seseorang terhadap stimulus dari luar yang bertujuan untuk menjaga keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, ataupun sosial guna hidup secara produktif. Perilaku pencegahan HIV/AIDS sangat penting untuk diperhatikan mengingat ketiadaan vaksin dan berbagai efek samping obat pada penyakit. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan sebagai faktor predisposisi terbentuknya perilaku pencegahan dalam masyarakat, dimana pengetahuan yang kurang dapat mengarah pada perilaku pencegahan yang negatif.9Berbagai pergolakan dan kurangnya informasi pada usia remaja menjadikan remaja sebagai target yang potensial dalam pelaksanaan berbagai usaha pencegahan kasus HIV/AIDS. Adapun beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS, khususnya pada remaja, antara lain dengan memperhatikan penggunaan jarum suntik, baik dalam layanan transfusi darah ataupun dalam konteks lain seperti aplikasi tato serta setia terhadap pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.23,24

Akan tetapi, pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi dan perilaku pencegahan HIV/AIDS, nilai p = 0,233 (p>0,05), dengan nilai r = 0,105 (IK 95% = -0,279 – 0,068), Persepsi yang baik tidak selalu mengarah pada perilaku yang baik, karena masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi, contohnya faktor lingkungan dan tokoh disekitar subjek.25,26 Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green dimana perilaku pencegahan kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh persepsi yang termasuk ke dalam faktor predisposisi, namun juga dipengaruhi oleh faktor pendukung (enabling factors), serta pendorong (reinforcing factor) lainnya.9 Hasil ini juga didukung oleh suatu studi pada warga Inggris, dimana persepsi yang baik terhadap HIV tidak selalu mengarah pada perilaku pencegahan yang baik, kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan terhadap gejala maupun perilaku berisiko terkait HIV/AIDS yang memang masih kurang, sesuai dengan temuan yang ditemukan pada studi ini.27,28

Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa pengetahuan dan persepsi dapat memprediksi perilaku pencegahan sebesar 4,9% dengan nilai koefisien regresi (β) untuk variabel pengetahuan sebesar 0,217 (IK 95% 0,035 – 0,553). Hasil ini cenderung lebih rendah dibandingkan studi serupa yang dilakukan pada remaja di Kendari (R2 = 23%), Makassar (R2 = 40,5%), dan Samarinda (R2 = 6,6%), kemungkinan disebabkan karena terdapat faktor-faktor lain yang lebih berperan pada studi tersebut. Pada studi di Kendari, selain pengetahuan terhadap HIV/AIDS, juga dianalisis faktor predisposisi lainnya seperti harga diri serta efikasi diri, serta faktor pendorong berupa pengaruh teman sebaya. Adapun efikasi diri erat kaitannya dengan harga diri, dimana remaja yang

memiliki efikasi diri yang rendah seringkali dilaporkan tidak dapat menolak untuk melakukan perilaku seks bebas. Teman sebaya juga merupakan salah satu faktor yang sangat besar perannya sebagai seorang role-model, dimana remaja seringkali dilaporkan meniru perilaku dari temannya sebagai orang terdekat dalam pergaulan. Studi lain di Makassar meneliti akses terhadap pornografi dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pencegahan, tanpa analisis pengaruh pengetahuan dan persepsi. Pada studi lain di Samarinda ditemukan nilai R2 sebesar 6,6% dengan variabel yang diteliti berupa religiusitas dan kontrol diri, tanpa analisis terhadap faktor pengetahuan dan persepsi. Religiusitas adalah merupakan pemahaman dan pengetahuan terhadap konsep keagamaan, dimana remaja yang memiliki religiusitas tinggi diharapkan dapat memiliki kontrol diri yang baik. Pada akhirnya, religiusitas dan kontrol diri diharapkan dapat mengarahkan individu dalam berperilaku positif, salah satunya adalah dengan menghindari perilaku seks bebas yang merupakan salah satu perilaku berisiko terinfeksi HIV/AIDS.29-34

Tingkat korelasi lemah dan tidak adanya hubungan yang bermakna antara persepsi dan perilaku pencegahan yang ditemukan pada penelitian ini mendorong dilakukannya penelitian selanjutnya untuk mencari faktor-faktor lain yang lebih berperan dalam perilaku pencegahan HIV/AIDS, seperti contohnya faktor pendukung (enabling factors), seperti lingkungan fisik dan fasilitas kesehatan, serta faktor pendorong (reinforcing factor), seperti peran role model bagi siswa Berdasarkan studi sebelumnya, adapun beberapa faktor yang dapat diteliti untuk penelitian selanjutnya antara lain faktor harga diri, efikasi diri, religiusitas, dan kontrol diri (faktor predisposisi), akses terhadap pornografi, kemudahan akses informasi, pola asuh permisif, dan lingkungan fisik di daerah perkotaan (faktor pendukung), serta peran teman sebaya yang termasuk dalam role model (faktor pendorong). 29-34

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menganalisis hubungan antara pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan siswa SMA di Denpasar Bali dengan analisis tambahan terkait media dan aktor sumber informasi. Meskipun penulis telah menyebutkan beberapa faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan untuk penelitian selanjutnya, tidak adanya hubungan yang signifikan antara persepsi dan perilaku pencegahan juga dapat disebabkan oleh instrumen yang digunakan dalam proses penelitian. Pada penelitian ini, akibat limitasi dalam hal waktu pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan pandemi COVID-19, pengisian kuesioner dilakukan oleh responden tanpa adanya pengawasan. Walaupun protokol uji validitas dan reliabilitas kuesioner telah dilakukan, kemungkinan bahwa terjadi information bias atau kesalahan persepsi dalam pengisian tetap tidak dapat dihindari. Berdasarkan definisinya, information bias adalah suatu penyimpangan hasil penelitian dari keadaan sebenarnya yang terkait dengan proses pengambilan data di lapangan.35 Mengingat HIV/AIDS juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat terkait dengan stigma dan merupakan informasi sensitif, terjadinya bias dalam hal penggunaan instrumen berupa self-administered questionnaire merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam

penelitian ini. Penerapan metodologi yang lebih sesuai juga diharapkan, baik dengan menggunakan set kuesioner baru, wawancara, mau pun observasi langsung agar hasil yang diperoleh lebih kredibel di populasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada studi ini, ditemukan bahwa distribusi tingkat pengetahuan siswa SMA terkait HIV/AIDS tergolong baik dengan tingkat persepsi positif dan tingkat perilaku pencegahan yang positif. Media edukasi terkait HIV/AIDS yang paling banyak dan efektif dalam menjangkau siswa SMA dalam meningkatkan pengetahuan terkait HIV/AIDS adalah pembelajaran dalam kurikulum sekolah dengan aktor sumber informasi berupa guru di sekolah, dengan tambahan berupa media sosial dan media online versi video. Disarankan pula untuk melakukan optimalisasi sosialisasi dengan menggunakan media lainnya seperti media sosial dan media online versi video (Youtube, dll) dengan aktor sumber informasi berupa tenaga kesehatan maupun institusi pemerintahan untuk menjangkau target yang lebih luas di kalangan remaja.

Pada studi ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antata pengetahuan dan persepsi serta antara pengetahuan dan perilaku. Namun, tidak terdapat hubungan antara persepsi dan perilaku. Penelitian berikutnya sebaiknya diarahkan dalam usaha mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS, khususnya pada target demografis lainnya mengingat pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA yang ditemukan pada penelitian ini tergolong tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian ini, terutama kepada SMA Negeri 2 Denpasar yang telah menyediakan waktu dan sumber daya dalam proses pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    German Advisory Committee, B. Human immunodeficiency virus (HIV). Transfusion Medicine and Hemotherapy, 2016; 43(3):203.

  • 2.    World Health Organisation (WHO). Number of people (all ages) living with HIV [Online]. Available at: https://apps.who.int/gho/data/view.main.22100WHO?lang =en. 2020.

  • 3.    World Health Organisation (WHO). Indonesia HIV Country Profile 2019 [Online]. Available at: https://cfs.hivci.org/country-factsheet.html#. 2019.

  • 4.    Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Profil Kesehatan Masyarakat Bali 2017. 2018.

  • 5.    Komisi Penanggulangan AIDS Denpasar. Situasi Kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali [Online]. Available at:

https://kpa.denpasarkota.go.id/data/Data%20Kasus%20HI V%20AIDS%20kumulatif%201987%20sampai%20denga n%20Tahun%202016.pdf. 2017.

  • 6.    Ritonga, Y.K., Santosa, H. dan Siagian, M.T. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggaratahun 2017. Jurnal Ilmiah   Simantek.

2018;2(1):142-155.

  • 7.    Badan Pusat Statistik. Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. [online] Available at: <https://www.bps.go.id/statictable/2020/10/21/2111/laporan -survei-demografi-dan-kesehatan-indonesia.html> [Accessed 3 September 2021]. 2017.

  • 8.    Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali. Data Kasus IMS di Provinsi Bali Tahun 2015. Denpasar: PKBI Daerah Bali 2016.

  • 9.    Harahap, R.A. Pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir. Jumantik (Jurnal ilmiah penelitian kesehatan). 2017;1(1):79–103.

  • 10.    Triyono, T. dan Febriani, R.D. Persepsi Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Terhadap Pendidikan Lanjutan. Edudikara:  Jurnal Pendidikan Dan  Pembelajaran.

2018;3(1):70–77.

  • 11.    Yuliza, W.T., Hardisman, H. dan Nursal, D.G.A. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Wanita Pekerja Seksual di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;8(2):376–384.

  • 12.    Haringi, S., Yuniar, N., & Jufri, N. ur N. Gambaran Perilaku Siswa Sma Dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Wilayah Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2016;1(3):1-10.

  • 13.  Manurung, I. F. E. Pengetahuan Dan Persepsi Siswa SMAN

Kupang Terhadap Penyakit HIV dan AIDS. Global Health Science (GHS). 2018;3(2):152–154.

  • 14.    Perdana, N. S. Implementasi PPDB Zonasi dalam Upaya Pemerataan Akses Dan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Glasser. 2019;3(1):78–92.

  • 15.    Sharma, A., Sullivan, S. P., & Stephenson, R. B. Detailed Knowledge About HIV Epidemiology and Transmission Dynamics and Their Associations With Preventive and Risk Behaviors Among Gay, Bisexual, and Other Men Who Have Sex With Men in the United States. JMIR Public Health and Surveillance. 2017; 3(1):11.

  • 16.    Manafe, L. A. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, Peran Guru, Media Informasi (Internet) dan Peran Teman Sebaya dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa di SMA Negeri 4 Manado. JIKMU. 2014;4(4):644-55.

  • 17.    Sarma, H., & Oliveras, E. Implementing HIV/AIDS

Education: Impact of Teachers’ Training on HIV/AIDS Education in Bangladesh. Journal of Health, Population, and Nutrition. 2013;31(1):20.

  • 18.    Priyoto. Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan.

Numed:Yogyakarta. 2014

  • 19.    Andalia, N., Aqnes, A., & Ridhwan, M. R. M. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Persepsi Siswa Terhadap Penularan Penyakit AIDS. Jurnal Serambi Ilmu. 2017;18(1): 51–58.

  • 20.    Kabwama, S. N., & Berg-Beckhoff, G. The association between HIV/AIDS-related knowledge and perception of risk for infection: a systematic review. Perspect Public Health. 2015;135(6): 299–308.

  • 21.  Notoatmodjo  S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. 2014

  • 22.  Ilham, L. F., Hapsari, Y., & Herlina, L. Hubungan

Pengetahuan Tentang Infeksi HIV Terhadap Perilaku Pencegahan HIV Pranikah pada Santri Sma Sederajat di Pondok  Pesantren Abu Hurairah Mataram.  Jurnal

Kedokteran. 2020;9(1):27–36.

  • 23.    Justiz Vaillant, A.A, dan Gulick, P.G. HIV Disease Current Practice. [Updated 2020 Oct 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534860/. 2020

  • 24.    Armstrong, H. L., Roth, E. A., Rich, A., Lachowsky, N. J., Cui, Z., Sereda, P., Card, K. G., Jollimore, J., Howard, T., Moore, D. M., & Hogg, R. S. Associations between sexual partner number and HIV risk behaviors: implications for HIV prevention efforts in a Treatment as Prevention (TasP) environment. AIDS care. 2018;30(10):1290–1297.

  • 25.    Pratiwi, W., & Rochmaniah, A. A. Hubungan antara Persepsi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tentang Layanan Voluntary Counseling and Testing dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS di Klinik Intan Puskesmas Gunung Sari Kota Cirebon. Tunas medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan. 2016;3(3):1-6.

  • 26.    Mangundjaya, I. F. E. Pengetahuan Dan Persepsi Siswa SMAN Kupang Terhadap Penyakit HIV dan AIDS. Global Health Science (GHS). 2018;3(2):152–154.

  • 27.    Clifton, S., Nardone, A., Field, N., Mercer, C.H., Tanton, C., Macdowall, W., Johnson, A.M., Sonnenber, P. HIV testing, risk perception, and behaviour in the British population. AIDS. 2018;30(6):943–951.

  • 28.    Rice, B., Delpech, V., Sadler, K.E., Yin, Z., Elford, J. HIV testing in black Africans living in England. Epidemiol Infect. 2013;141(8):1741-8.

  • 29.    Rosdarni, R., Dasuki, D., & Waluyo, S. D. Pengaruh Faktor Personal Berpengaruh Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Kesmas:   Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal). 2015;9(3):214-21

  • 30.    Bahar, S. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya dan Akses Situs Pornografi terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja (thesis). 2016.

  • 31.    Khairunnisa, A. Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di SMAN 1 Samarinda. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2013;1(3):126-131.

  • 32.    Rahman, R. T. A., & Yuandari, E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada

Remaja. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2014;5(1):80–93.

  • 33.    Isnaeni, N., Laksono, B., & Deliana, S. M. Hubungan antara Pengetahuan, Pola Asuh Permisif, Tayangan Pornografi, dan Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Remaja yang Menggunakan Jasa WPS (Wanita Penjaja Seks) di Bandungan Kab. Semarang. Public Health Perspective Journal. 2017;2(1):34–71.

  • 34.    Pratiwi, N. L., & Basuki, H. Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan Hiv-aids Dan Perilaku Seks Tidak Aman Diindonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2011;14(4):346–357.

  • 35.    Althubaiti A. Information bias in health research: definition, pitfalls, and adjustment methods. J Multidiscip Healthc. 2016;4(9):211-7.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i11.P11

68