HUBUNGAN ANTARA HIPERURISEMIA DENGAN HIPERTENSI DI RSUD SANJIWANI GIANYAR TAHUN 2019
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 13 NO.01, JANUARI, 2024


Received: 2023-01-25 Revision: 2023-10-28 Accepted: 25-12-2023
HUBUNGAN ANTARA HIPERURISEMIA DENGAN HIPERTENSI DI RSUD SANJIWANI GIANYAR TAHUN 2019
1I Putu Sarilan, 2IGB Gita Pranata Putra, 3*Putu Nita Cahyawati
1,2,3Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa *E-mail: putunitacahyawati@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya ditemukan adanya kontroversi terkait hubungan antara hiperurisemia dan hipertensi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hiperurisemia dengan kejadian hipertensi tersebut. Metode: Penelitian ini dilakukan di RSUD Sanjiwani Gianyar dengan desain penelitian observasional analitik cross-sectional. Data diambil dari rekam medis pasien pada periode Januari–Desember 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 104. Hasil: Karakteristik sampel pada penelitian ini yaitu mayoritas berusia lebih dari 60 tahun (51%) dan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (57,7%). Kejadian hiperurisemi pada pasien hipertensi adalah 68,3%. Kejadian hiperurisemia lebih banyak terjadi pada pasien hipertensi grade 1 (68,8%) dibandingkan dengan hipertensi grade 2 (67.2%). Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman menemukan bahwa nilai p>0,05 dan r -0,010. Kesimpulan: Hasil yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara hiperurisemia dan hipertensi di RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2019.
Kata kunci : Hipertensi., Hiperurisemia., RSUD Sanjiwani Gianyar
ABSTRACT
Background: Hypertension is still the main cause of cardiovascular disease and death in the world, including in Indonesia. Based on previous studies, there was controversy regarding the relationship between hyperuricemia and hypertension. Aim: This study aims to determine the relationship between hyperuricemia and the incidence of hypertension. Method: This study was conducted at the RSUD Sanjiwani Gianyar with a cross-sectional analytic observational research design. The data were taken from the medical records of patients in the period January– December 2019. The sampling technique used purposive sampling with a total sample of 104. Result: The characteristics of the sample in this study were the majority aged over 60 years (51%) and dominated by male gender (57.7%). The incidence of hyperuricemia in hypertensive patients was 68.3%. The incidence of hyperuricemia was more common in patients with grade 1 hypertension (68.8%) than grade 2 hypertension (67.2%). The results of the analysis using the Spearman correlation test found that p>0.05 and r -0.010. Conclusion: The results show there is no significant relationship between hyperuricemia and hypertension RSUD Sanjiwani Gianyar in 2019.
Keywords : Hypertension., Hyperuricemia., RSUD Sanjiwani
PENDAHULUAN
Hipertensi masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian di dunia. Prevalensinya terus mengalami peningkatan terutama pada negara dengan pendapatan rendah atau menengah (low- and middle-income countries).1 Angka kejadian penyakit ini meningkat dua kali lipat dari tahun 1990 hingga 2019, yaitu dari 331 juta menjadi 626 juta pada wanita dan dari 317 juta menjadi 625 pada laki-laki.2 Data World Health Associa1tion (WHO)
tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan akan menjadi 1,5 milyar pada tahun. Setiap tahunnya diperkiraka terdapat 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 juga mengalami peningkatan dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,1 persen.3 Prevalensi hipertensi di provinsi Bali menempati posisi ke 9 dari 34 provinsi di Indonesia. Kabupaten Gianyar merupakan daerah dengan jumlah
HUBUNGAN ANTARA HIPERURISEMIA DENGAN HIPERTENSI DI RSUD SANJIWANI GIANYAR TAHUN 2019... 1I Putu Sarilan 2IGB Gita Pranata Putra 3*Putu Nita Cahyawati
penderita hipertensi tertinggi di Bali sebanyak 284744 orang.4
Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial. Faktor risiko penyakit ini antara lain diet tinggi garam, diet rendah potassium, diabetes melitus, merokok, life style, obesitas, dan kurangnya aktifitas fisik.1 Disamping faktor-faktor tersebut, beberapa penelitian juga melaporkan bahwa hiperurisemia (peningkatan kadar asam urat dalam darah) juga memiliki hubungan dalam peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian di Rajastan Selatan India menunjukan bahwa terdapat korelasi antara kadar asam urat dengan kejadian hipertensi. Dimana, responden dengan hiperurisemia secara signifikan lebih tinggi pada kasus hipertensi.5 Penelitian dilakukan oleh Umami pada tahun 2015 di RSUD Sukoharjo mendapatkan hasil dari 52 sampel, sebanyak 26 sampel hipertensi mengalami peningkatan kadar asam urat yang tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara peningkatan kadar asam urat dengan kejadian hipertensi.6
Walaupun demikian, hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh pada tahun 2014 di Kongo, Provinsi Kivu Utara menemukan bahwa tidak ada hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi.7 Hasil serupa didapatkan pada penelitian lainnya yang dilakukan di RS Bhayangkara Palembang pada tahun 2018. Dari 33 pasien hipertensi, didapatkan hasil yang menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat terhadap kejadian hipertensi.8 Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa masih terdapat kontroversi terkait hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi. Oleh karenannya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi pada populasi yang berbeda.
BAHAN DAN METODE
Kelaikan Etik
Penelitian ini telah mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar berdasarkan surat keterangan kelaikan etik No.:1525/UN14.2.2.VII.14/LT/202.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini dilaksanakan dari April hingga bulan Juli 2021, dengan menggunakan data sekunder yaitu rekam medis dalam rentang waktu Januari – Desember 2019.
Rancangan dan Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross-sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis hipertensi dan yang tercatat di rekam medis di RSUD Sanjiwani tahun 2019. Sedangkan, kriteria eksklusinya yaitu data rekam medis yang tidak lengkap, pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium III-V, glomerulus kronik,
hipertiroidisme, dan hipotiroidisme. Total sampel pada penelitian ini adalah 104.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data univatiat dan bivariat. Analisis univariat untuk mengetahui karakteristik subjek dan distribusi kejadian hiperurisemian pada pasien hipertensi, sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Level signifikansi yang digunakan adalah p <0,05.
HASIL
Karakteristik Sampel
Sampel awal penelitian berjumlah 171 sampel, namun setelah dilakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 104 sampel yang relevan. Berdasarkan usia, responden terbanyak adalah responden dengan usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 51%. Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak (57,7%) dibandingkan dengan responden perempuan (42,3%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden (71,2%) tidak diketahui jenis pekerjaannya. Sedangkan berdasarkan alamat, responden terbanyak adalah responden yang berdomisili di Kecamatan Gianyar (39,4%) dan paling sedikit berdomisili di Kecamatan Tampaksiring (4,8%) (Tabel 1).
Distribusi Kejadian Hiperurisemia Pada Pasien Hipertensi
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa persentase hiperurisemia pada pasien hipertensi adalah 68,3%. Kejadian hiperurisemia lebih banyak terjadi pada pasien hipertensi grade 1 (68,8%) dibandingkan dengan hipertensi grade 2 (67,2%) (Tabel 3).
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Karakteristik |
N (104) |
Persentase (%) |
Usia | ||
< 40 tahun |
6 |
5,8% |
40 – 60 tahun |
45 |
43,3% |
> 60 tahun |
53 |
51% |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
60 |
57,7% |
Perempuan |
44 |
42,3% |
Pekerjaan | ||
Tidak Diketahui |
74 |
71,2% |
Wiraswasta |
15 |
14,4% |
Pensiunan |
2 |
1,9% |
Petani |
7 |
6,7% |
IRT |
6 |
5,8% |
Alamat (Kecamatan) | ||
Gianyar |
41 |
39,4% |
Sukawati |
13 |
12,5% |
Blahbatuh |
16 |
15,4% |
Payangan |
13 |
12,5% |
Tampaksiring |
5 |
4,8% |
Tegalalang |
10 |
9,6% |
Ubud |
6 |
5,8% |
HUBUNGAN ANTARA HIPERURISEMIA DENGAN
HIPERTENSI DI RSUD SANJIWANI GIANYAR TAHUN 2019
Tabel 2. Kejadian Hiperurisemia Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Sanjiwani Gianyar
Hiperurisemia |
N (104) |
Persentase (%) |
Ya |
71 |
68,3% |
Tidak |
33 |
31,7% |
Tabel 3. Distribusi kejadian Hiperurisemia Berdasarkan derajat hipertensi
Hipertensi |
Hiperurisemia |
Total | |
Ya |
Tidak | ||
Grade 1 |
48 (68,8%) |
22 (31,2%) |
70 (100% |
Grade 2 |
23 (67,2%) |
11 (32,8%) |
34 (100%) |
Hubungan Antara Hiperurisemia Dengan Hipertensi
Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman menemukan bahwa nilai signifikansi (p) sebesar 0,922. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi bermakna antara hiperurisemia dan hipertensi. Nilai r -0,010 menunjukan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sangat lemah (Tabel 4).
Tabel 4. Hubungan Antara Hiperurisemia dan Hipertensi
Pasangan Variabel r p
Hiperurisemia - Hipertensi -0,010 0,922
PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan bahwa responden yang mengalami hipertensi lebih banyak berusia lebih dari 60 tahun. Hasil ini serupa dengan karakteristik responden pada penelitian di RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie yang menemukan bahwa persentase pasien hipertensi terbanyak pada umur >60 tahun (33,6%).9 Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Cina, dimana dari 345 pasien hipertensi terdapat 165 responden (45,83%) berusia >60 tahun.10 Kondisi ini kemungkinan diakibatkan karena peningkatan tekanan darah terjadi akibat bertambahnya usia karena terjadinya perubahan pada struktur pembuluh darah, penyempitan lumen, dan berkurangnya elastisitas pembuluh darah.11
Pada penelitian ini juga didapakan bahwa mayoritas pasien hipertensi jenis kelamin laki-laki. Laki-laki memiliki risiko mengalami hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan dikarenakan hormon androgen pada laki-laki memberikan pengaruh peningkatan darah yang lebih tinggi. Walaupun demikian, risiko hipertensi pada wanita juga akan meningkat setelah mengalami masa menopause.12
Penelitian ini mendapatkan bahwa mayoritas pasien hipertensi mengalami hiperurisemia. Hasil ini sejalan dengan penelitian lainnya di Sleman dan di Cina.10,13 Lebih dari 60% kejadian hipeurisemia terjadi pada pasien hipertensi baik grade 1 maupun grade 2. Kejadian hiperurisemia lebih banyak terjadi pada pasien hipertensi grade 1. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Ahmedabad India, dimana kejadian hiperurisemia pasien hipertensi grade 1 sebesar 75% dan 61% pada hipertensi grade 2.14 Keadaan hiperurisemia akan memicu aktivasi sitokin proinflamasi (interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor-α (TNF-α), c-reactive protein (CRP)) yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik, serta teraktivasinya sistem renin angiotensin aldosterone (RAAS).15
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping dan RS Bhayangkara Palembang dengan menggunakan rencangan penelitian yang sama yaitu cross-sectional.8 Studi lainya yang dilakukan oleh Korean Association of Health Promotion pada tahun 2015 juga mendapatkan hasil yang serupa 16. Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian di Kivu Selatan Republik Kongo yang menggunakan 378 sampel.7 Temuan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Sukoharjo6, Rajastan5, dan Banglades17, yang ditemukan bahwa terdapat hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi.
Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan diakibatkan oleh karena kurangnya kontrol dan terdapatnya beberapa variabel perancu seperti: kondisi obesitas, diabetes mellitus, dislipidemia dan penyakit ginjal. Sebagai contoh diabetes mellitus dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah karena berkaitan dengan peningkatan volume cairan sirkulasi dan resistensi pembuluh darah perifer. Pasien dengan diabetes mellitus mengalami peningkatan resistensi arteri perifer yang disebabkan oleh remodeling vaskular dan peningkatan volume cairan tubuh terkait dengan kondisi hiperinsulinemia dan hiperglikemia.18 Obesitas juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena tubuh akan membutuhkan banyak darah untuk menyuplai oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh, dengan demikian volume darah yang beredar dalam pembuluh darah akan semakin meningkat dan meingkatkan kerja jantung.19
Selain itu, dislipidemia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Hal ini dikarenakan terjadinya disfungsi endotel akibat gangguan produksi nitric oxide (NO), sehingga terjadi gangguan regulasi tekanan darah. Kondisi dislipidemia juga dikatkan dengan penurunan sensitifiitas baroreflex yang dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis.20 Penyakit ginjal akut maupun kronis juga memiliki efek meningkatkan tekanan darah akibat peningkatan resistensi resistensi aliran darah ke ginjal dan penurunan fungsi kapiler glomerulus.21,22
1I Putu Sarilan, 2IGB Gita Pranata Putra, 3*Putu Nita Cahyawati
Mekanisme ini menimbulkan keadaan hipoksia, teraktivasinya RAAS serta penurunan NO. Penurunan NO pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah.15,23
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara hiperurisemia dan hipertensi di RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2019.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Mills KT, Stefanescu A, He J. The global
epidemiology of hypertension. Nat Rev Nephrol. 2020;16(4):223-237. doi:10.1038/s41581-019-0244-2
-
2. Zhou B, Carrillo-Larco RM, Danaei G, et al.
Worldwide trends in hypertension prevalence and progress in treatment and control from 1990 to 2019: a pooled analysis of 1201 population
representative studies with 104 million participants. Lancet. 2021;398(10304):957-980.
doi:10.1016/S0140-6736(21)01330-1
-
3. Riskesdas K. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar
(RISKESDAS). J Phys A Math Theor. 2018;44(8):1-200. doi:10.1088/1751-
8113/44/8/085201
-
4. Bali DK. Profil kesehatan provinsi bali 2018. Dinas
Kesehat Provinsi Bali. Published online 2018:1-129.
-
5. Shrivastav C, Sharma S, Suhalka M, Kaur M.
Hyperuricaemia and essential hypertension: a case control study in Southern Rajasthan. Int J Res Med Sci. 2016;(January):78-83. doi:10.18203/2320-
6012.ijrms20160008
-
6. Umami. hubungan antara kadar asam urat darah
dengan kejadian hipertensi di rsud sukoharjo. Published online 2015.
-
7. Kaishusha, DS; Katchuga P. Study on the
relationship between hypertension and
hyperuricemia in a group of patient in South Kivu, Democratic Republic of Congo. J Clin Exp Cardiol. 2014;5(3):170. http://dx.doi.org/10.4172/2155-
9880.S1-003
-
8. Febrianti E, Asrori, Nurhayati. Hubungan Antara
Peningkatan Kadar Asam Urat Darah Dengan Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit Bhayangkara Palembangtahun 2018 Relationship Between The Levels Improved Blood Gout The Incidence Of Hypertension In Police Hospital Palembang 2018. J Anal Kesehat. 2019;8(1):18.
-
9. Pasien K, Di H, Penyakit P, et al. Karakteristik
Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Kieraha Med J. 2019;1(1):1-7.
-
10. Cheng W, Wen S, Wang Y, et al. The association
between serum uric acid and blood pressure in different age groups in a healthy Chinese cohort. Med (United States). 2017;96(50).
doi:10.1097/MD.0000000000008953
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Sun Z. Aging, arterial stiffness, and hypertension.
Hypertension. 2015;65(2):252-256.
doi:10.1161/HYPERTENSIONAHA.114.03617
Everett B, Zajacova A. Gender differences in hypertension among young adults. Biodemography Soc Biol. 2015;61(1):1-17.
doi:10.1080/19485565.2014.929488.Gender
Lumula furi oktafiyani. hubungan kadar asam urat dengan kejadian hipertensi pada lansia di panti sosial tresna werdha unit abiyoso pakem sleman. Published online 2018.
Ansari RN, Gandhi R V., Saiyed MN, Jain KD. Study of prevalence and impact of hyperuricemia in a patient of hypertension. Int J Adv Med. 2017;4(2):367. doi:10.18203/2349-3933.ijam20170915
Novitasari A, Tatius B. Hiperuresemia meningkatkan risiko hipertensi. Univ Muhammadiyah Semarang. 2014;2025:1-7.
Lee JJ, Ahn J, Hwang J, et al. Relationship between uric acid and blood pressure in different age groups. Clin Hypertens. 2015;21(1):1-7. doi:10.1186/s40885-015-0022-9
Ali A, Abu Zar M, Kamal A, et al. American Heart Association High Blood Pressure Protocol 2017: A Literature Review. Cureus. 2018;10(8). doi:10.7759/cureus.3230
Ohishi M. Hypertension with diabetes mellitus: Physiology and pathology review-article. Hypertens Res. 2018;41(6):389-393. doi:10.1038/s41440-018-0034-4
Shariq OA, Mckenzie TJ. Obesity-related hypertension: A review of pathophysiology, management, and the role of metabolic surgery. Gland Surg. 2020;9(1):80-93. doi:10.21037/gs.2019.12.03
Otsuka T, Takada H, Nishiyama Y, et al. Dyslipidemia and the risk of developing hypertension in a working-age male population. J Am Heart Assoc. 2015;5(3):1-10. doi:10.1161/JAHA.115.003053
Cahyawati PN, Lestari D, Siskayani A, Ariawan I. Simvastatin improves renal function and glomerulosclerosis in ischemic-reperfusion injury. Indones Biomed J. 2020;12(2):143-148. doi:10.18585/inabj.v12i2.1082
Cahyawati PN, Aryastuti AASA, Ariawan MBT, Arfian N, Ngatidjan N. Statin and anemia in chronic kidney disease (CKD): An experimental study. MATEC Web Conf. 2018;197:1-4. doi:10.1051/matecconf/201819707003
Cahyawati PN, . N, Sari DCR, et al. Simvastatin Attenuates Renal Failure in Mice With a 5/6 Subtotal Nephrectomy. Int J Pharm Pharm Sci. 2017;9(5):12. doi:10.22159/ijpps.2017v9i5.12261
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2024.V13.i01.P11
P a g e 58
Discussion and feedback