ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 10 NO.10,OKTOBER, 2021


DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Diterima: 2020-12-17 Revisi: 2021-09-30 Accepted: 01-10-2021

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT TAHUN 2019

Olivia Vanya Wardoyo1, Wayan Citra Wulan Sucipta Putri2, Dyah Pradnyaparamita Duarsa2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tingginya angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Upaya pencegahan memegang peranan yang sangat penting di dalam menekan angka kejadian kasus dengue. Keberhasilan pencegahan DBD dipengaruhi oleh pemahaman serta tingkat pengetahuan masyarakat mengenai DBD itu sendiri. Namun, kurangnya pemahaman dan tidak cukupnya pengetahuan masyarakat mengenai DBD akan berdampak pada sikap dan tindakan yang kurang tepat dalam pelaksanaan kegiatan preventif dari DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan DBD pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat tahun 2019. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang deskriptif yang dilakukan pada Agustus sampai Oktober 2019. Subyek penelitian merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Padangsambian Kaja. Pengambilanqdataqdilakukan dengan metodeqwawancaraqdengan menggunakan kuesioner. Data penelitian diolah menggunakan software SPSS ver. 24. 93 ibu rumah tangga yang berpartisipasi mayoritas jenjang pendidikan terakhirnya adalah SMA/Sederajat (43,0%) dan terbanyak berprofesi sebagai ibu rumah tangga (47,3%). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang (55,9%). Kategori sikap terbanyak termasuk dalam kategori sikap sedang (73,1%) dan mayoritas responden tergolong dalam tindakan sedang (76,3%). Diharapkan melalui penelitian ini, pihak puskesmas maupun pemerintah dapat mengadakan kegiatan penyuluhan lebih sering agar risiko terkena DBD dapat berkurang.

Kata kunci: tingkat pengetahuan, pencegahan DBD

ABSTRACT

The high incidence number of dengue fever has become one of the health problems inmIndonesia. Prevention plays a very important role in reducing the incidence of dengue. The success of dengue prevention is influenced by the understanding and knowledge of the people about dengue fever itself. However, the lack of understanding and inadequate knowledge about dengue fever will lead to an unsuitable attitudeqandqpractice in the implementation of dengue fever preventive activities. This study aims to determine knowledge, attitudes, and practice of dengue fever prevention within Puskesmas I West Denpasar Area in 2019. This research was conducted in cross-sectional descriptive manner from August to October 2019. The subjects were housewives living in Padangsambian Kaja Village. Data was collected by interview method using questionnaires. All the data were processed using SPSS software ver. 24. Out of the 93 participating housewives, majority of the subjects have high school education (43.0%) and majority work as housewives (47.3%). The result of this study found that most of the housewives has a moderate level of knowledge (55.9%). For attitude, most of the respondents are included in the moderate level category (73.1%) and for the practice, majority of respondents are classified as moderate level (76.3%). Through this research, health-care providers and government should educate people more frequently so that the risk of dengue fever can be reduced.

Keywords: knowledge, prevention, dengue

PENDAHULUAN

Menurut laporan World Health Organization (WHO) di tahun 2012, dengue menduduki peringkat teratas sebagai penyakit terpenting yang ditularkan oleh nyamuk dikarenakan tingginya angka kejadian di seluruh dunia. Setiap tahunnya, dilaporkan 50 hingga 100 juta kasus baru terjadi di negara-negara endemis.1 Bali merupakan salah satu provinsi endemik karena banyaknya kasus yang dilaporkan tiap tahunnya. Pada tahun 2017, Bali menduduki peringkat teratas nasional dengan IR mencapai 105,95 per 100.000 penduduk. Menurut data yang tercatat, angka kejadian kasus demamqberdarahqdengueq(DBD) di wilayah kerja PuskesmaswIwDenpasar Barat di tahun 2014 yaitu 317 kasus, dan terus mengalami penurunan di tahunq2015qmenjadi 263 kasus, dan di tahun 2017 menjadiq167 kasus.2-5

Upaya preventif memegang peranan yang sangat krusial dalam menekan angka kejadian dengue. Maka dari itu pemerintah RI menjadikan penyakitsDBDssebagai salah satu penyakit menular yanggdiprioritaskan dalam program preventif dan pemberantasan penyakit. Namun, pada kenyataannya tingginya angka insiden kasus infeksi dengue di Indonesia menunjukkan bahwa usaha preventif Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus yang ditekankan pemerintah hingga saat ini belum tercapai. Terdapatabeberapaafaktor yang menyebabkanwhal ini terjadi, diantaranya rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kesadaran yang rendah terhadap kebersihan lingkungan rumah, dan kurangnya kegiatan penyuluhan di beberapa daerah.6,7

Menurut salah satu studi di provinsi Bali di tahun 2011, dikemukakan bahwa pengetahuan yang baik pada individu, keluarga, dan masyarakat berperan dalam pencegahan penyakit DBD. Tindakan masyarakat menggantung pakaian, menggunakan pot tanaman hias, serta penggunaan kontainer juga berhubungan dengan upaya pencegahan dikarenakan tempat tersebut menjadi breeding place dari nyamuk Aedes aegypti, sehingga upaya PSN bias dilakukan dengan memperhatikan kebersihan pot dan kontainer dari jentik-jentik nyamuk.8

Melihat tingginya prevalensi DBD dari tahun ke tahun di Indonesia khususnya Bali, mengindikasikan pelaksanaan kegiatan pencegahan yang masih kurang. Maka dari itu, penelitian ini akan meneliti mengenai gambaranmmtingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan demammberdarahmdenguempada masyarakat di wilayahhkerja puskesmassI DenpasarxBarat.

BAHAN DAN METODEEEEEZZZ

Penelitianminimmerupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukanmmndi desa Padangsambian Kaja, Denpasar Barat, Bali pada bulan Agustus 2019 hingga Oktober 2019. Adapun populasi terjangkau pada penelitiancinimadalah ibu

rumahhtanggaayang tinggal di desa Padangsambian Kaja yangqmerupakan desa denganqkejadian DBD tertinggi di wilayah Denpasar Barat. Kriteria inklusi yaitu ibu rumahztanggazyang tinggal di desa Padangsambian Kaja, Denpasar Barat dan ibu rumah tangga yang bersedia menandatangani informed consent. Sedangkan kriteria eksklusinya adalahmibumrumahmtangga yang tidak berada di rumah atau sedang bepergian.

Teknik pengambilan sample menggunakan metode convenience sampling. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan hasil minimal sampel penelitian yaitu 93 ibu rumah tangga yanggtinggal      di      desamPadangsambian      Kaja

yangmmemenuhimkriteria inklusi yang telah disebutkan diatas. Sumber data yang digunakanhmerupakanmnsumber data primer. Dimana data yang didapatkan merupakan hasil wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada subyek penelitian dalam rangka pengisian kuesioner yang telah disediakan olehppeneliti.

Instrumenmmyangmmndigunakanmmdalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner Knowledge, Attitude and Practice (KAP) yang terdirimndarimn7                pertanyaanmnmengenai

pengetahuanmresponden, 5 pertanyaan mengenai sikap responden, dan 10 pertanyaan mengenai tindakan responden dalam pencegahan DBD. Sebelum ditanyakan kepada sampel penelitian, dilakukan uji coba kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap pertanyaan yang tercantum dalam  kuesioner.  Pengolahan data untuk

menganalisis        variabel        penelitian        akan

menggunakanqbantuanqperangkatqlunakStatistical Package for the Social Sciences(SPSS) ver. 24.

Ijik etikwdariwKomisimEtik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar diberikan pada peneliti di tanggalh5 April 2019 dengan bukti nomor ethical   clearance:

929/UN14.2.2.VII. 14/LP/2019.

HASIL

Penelitian ini akan menjabarkan mengenai hasil dari karakteristik subyek penelitian, gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap pencegahan DBD. Data hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel.zzz

Tabelw1. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikanccc

Tingkat Pendidikan

Frekuensii

Persentasee (%)

Tidak Sekolah

5

5,4

SD

22

23,7

SMP

17

18,3

SMA/Sederajat

40

43,0

PT/Sederajat

9

9,7

Total

93

100,0

Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas ibu rumah tangga

di desa Padangsambian Kaja mempunyai tingkat pendidikanmterakhir di jenjangmSMA/Sederajat, yaitu sebanyak 40 orang (43%). Lalu, hanya terdapat 5 orang (5,4%) yang tidak bersekolah dan yang memiliki jenjang pendidikan terakhir SD terdapat 22 orang (23,7%).

Tabel 2. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Menurut 2 Kategori Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Persentase (%)

Rendah

44

47,3

Tinggi

49

52,7

Total

93

100,0

Berdarkan 5 kategori tingkat pendidikan yang tertera pada tabel diatas, selanjutnya akan diklasifikasikanqmenjadiq2qkategori yaitu: tingkat pendidikan1rendah (Tidak Sekolah, SD, dan SMP) dan tingkat pendidikan2tinggi (SMA/Sederajat dan PT/Sederajat). Dapat21dilihat22sebagian21besar responden memiliki tingkat pendidikan tingi, yaitu sebanyaks49sibu rumah tangga (52,7%).

Tabel 3. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Menurut Pekerjaan

Pekerjaan

Frekuensi

Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga

44

47,3

Wiraswasta

41

44,1

PNS

2

2,2

Guru

3

3,2

Lain-lain

3

3,2

Total

93

100,0

Pekerjaan2terbanyak2dari subyek penelitian adalah2sebagai ibu2rumah2tangga, sebanyak 44 orang (47,3%). Tidak jauh berbeda dengan jumlah pekerjaan2sebagai ibu2rumah2tangga,msebanyak 41 orang (44,1%) bekerja sebagai wiraswasta. SedangkanmyangmbekerjamsebagaimnPNS hanya terdapat 2qorang (2,2%).

Tabel 4. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Menurut 2

Kategori Pekerjaan

Pekerjaan

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak Bekerja

44

47,3

Bekerja

49

52,7

Total

93

100,0

Kelima kelompok pekerjaan ibu rumah tangga di Desa Padangsambian Kaja yang terjabarkan pada tabel 3 akan diklasifikasikan menjadi kategori tidak33bekerja (Ibu22Rumah Tangga) dan kategori bekerja (Wiraswasta, PNS, Guru,wLain-lain). Berdasarkan tabel 4, sebagian besar responden bekerja, yaitu sebanyak 49 orang (52,7%).

Tabelw5. DistribusimTingkatmPengetahuanmIbu Rumah Tangga Mengenai33DBD33di Desa Padangsambian Kaja

Tingkat Pengetahuan

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

36

38,7

Sedang

52

55,9

Kurang

5

5,4

Total

93

100,0

Distribusi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di desa Padangsambian Kaja sebagian besar dikategorikan memilikimntingkatmnpengetahuan sedang, sebanyak 52 orang (55,9%) dan hanya terdapat 5 orang (5,4%) yang memiliki tingkat pengetahuanndenganqkategori kurang.

Tabelw6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Baik n(%)

Sedang n(%)

Kurang n(%)

Total

Rendah

15(34,1)

24(54,5)

5(11,4)

44

Tinggi

21(42,9)

28(57,1)

0(0)

49

Total

36

52

5

93

Berdasarkan tabel 6, responden diseluruh tingkatnpendidikanwkebanyakanwmemiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Padattingkatppendidikan tinggi, ibu rumah tangga denganmntingkat pengetahuan tinggim (42,9%) lebih besar proporsinya dibandingkan kelompok dengan tingkat pendidikan rendah yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi (34,1%). Seluruh responden yanghmemiliki tingkattpengetahuantkurang, datang dariqkelompok dengan tingkat pendidikan rendah, dengan proporsi 11,4%.

Tabel 7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai DBD berdasarkan setiap Pertanyaan

Tingkat

Pengetahuan

N Item Pertanyaan

Benar Salah

o

N % n %

  • 1 Apakah penyebab dari

demam      berdarah  17  18,3  76  81,7

dengue (DBD)?

  • 2 Bagaimana     ciri-ciri

demam pada orang

yang menderita demam  16  17,2  77  82,8

berdarah      dengue

(DBD)?

  • 3 Bagaimana       cara

penyebaran   penyakit

85  91,4   8    8,6

demam      berdarah

dengue (DBD)?

4

Bagaimana cara untuk mencegah terkena demam berdarah dengue (DBD)?

82

88,2

11

11,8

5

Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di kolam dapat menjadi salah satu wujud pencegahan terjadinya DBD.

77

82,8

16

17,2

6

Jika seseorang didiagnosis DBD, perlu disekitarnya dipasang kelambu untuk mencegah nyamuk menggigit penderita DBD sehingga tidak menularkan ke orang lain.

55

59,1

38

40,9

7

Tempat        yang

berpotensi     menjadi

sarang nyamuk Penampungan  air

terbuka

  •    Pot tanaman hias

  •    Kaleng dan botol

78

83,9

15

16,1

52

81

55,9

87,1

41

12

44,1

12,9

bekas berisi air

Bak mandi

65

69,9

28

30,1

Berdasarkan tabel 7, sebanyak 85 orang (91,4%) mengetahui cara penyebaran penyakit DBD yang benar dan sebanyak 82 orang (88,2%) mengetahui cara pencegahan DBD yang tepat. Sementara itu, untuk pengetahuan mengenai ciri-ciri demam pada orang yang menderita demam berdarah dengue (DBD) hanya terdapat 16 responden (17,2%) yang menjawab pertanyaan dengan benar. Sama halnya dengan pengetahuan tentang penyebab dari demam berdarah dengue, hanya sebanyak 17 (18,3%) responden yang mampu menjawab pertanyaaan dengan benar.

Tabel 8. Distribusi Jawaban Ibu Rumah Tangga pada

Pertanyaan 1,2,3 dan 4

Pertanyaan

n

%

Penyebab DBD

Virus

17

18,3

Bakteri

6

6,5

Nyamuk

Ciri demam pada penderita DBD

70

75,3

Mendadak tinggi

16

17,2

Suhunya semakin meninggi

Suhu naik di sore hari disertai

26

51

28,0

54,8

keringat di malam hari

Cara penyebaran DBD

Gigitan nyamuk

85

91,4

Batuk atau dahak

3

3,2

Bersentuhan dengan penderita DBD

5

5,4

Cara pencegahan DBD

Vaksin

4

4,3

Vitamin

7

7,5

PSN 3M Plus

82

88,2

Dapatwdilihat pada tabel 8, pada pertanyaan mengenai penyebab DBD mayoritas responden sebanyak 70 orang (75,3%) memilih jawaban nyamuk, dimana jawaban ini merupakan jawaban yang salah. Pada pertanyaan kedua mengenai ciri-ciri demam pada penderita DBD, 51 responden (54,8%) memilih suhu naik di sore hari disertai keringat di malam hari, yang merupakan jawaban salah. Sedangkan untuk pengetahuan mengenai cara penyebaran DBD, mayoritas menjawab benar, yaitu melalui gigitan nyamuk, sebanyak 85 responden (91,4%). Begitu juga untuk pertanyaan mengenai cara pencegahan DBD yang benar dengan melakukan PSN 3M Plus, sebanyak 82 orang (88,3%) menjawab dengan tepat.

Tabel 9. Distribusi Sikap Ibu Rumah Tangga Mengenai DBD di Desa Padangsambian Kaja

Sikap

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

23

24,7

Sedang

68

73,1

Kurang

2

2,2

Total

93

100,0

Sesuai dengan tabel 9, sebagian besar responden memiliki kategori sikap sedang terhadap pencegahan DBD, yaitu sebanyak 68 orang (73,1%). Sedangkan untuk kategori sikap kurang, hanya terdapat 2 responden (2,2%).

Tabel 10. Distribusi Sikap Ibu Rumah Tangga berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Sikap

Tingkat

Baik

Sedang

Kurang

Total

Pengetahuan

n(%)

n(%)

n(%)

Baik

9(25,0)

26(72,2)

1(2,8)

36

Sedang

14(26,9)

37(71,2)

1(1,9)

52

Kurang

0(0)

5(100)

0(0)

5

Total

23

68

2

93

Berdasarkan tabel 10 di atas, pada tingkat pengetahuan baik dan sedang responden dengan sikap baik (25,0% dan 26,9%) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pengetahuan rendah yang memiliki sikap baik (0%). Tetapi, juga ditemukan bahwa pada tingkat pengetahuan baik dan sedang responden dengan sikap kurang (2,8% dan 1,9%) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pengetahuan rendah dengan sikap kurang (0%).

Tabel 11. Distribusi Sikap Ibu Rumah Tangga Mengenai DBD di Desa Padangsambian Kaja Berdasarkan Setiap Pernyataan

No.

Pernyataan

Sikap

Positif

Negatif

n

%

n

%

1.

Mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol lalu menguburnya.

79

84,9

14

15,1

2.

Menguras bak mandi saat sudah kotor saja.

54

58,1

39

41,9

3.

Menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah.

86

92,5

7

7,5

4.

Kebiasaan

79

84,9

14

15,1

menggantung pakaian      boleh

dilakukan.

5.

Kegiatan fogging (pengasapan) efektif mencegah DBD.

62

66,7

31

33,3

Sebanyak 86 responden (92,5%) setuju terhadap pernyataan dimana penting untuk menutup penampungan air yang berada di luar rumah mereka. Lalu terdapat 79 orang (84,9%) yang setuju terhadap bahwa mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol lalu menguburnya penting untuk dilakukan dan kebiasaan menggantung pakaian yang telah digunakan tidak seharusnya dilakukan.

Tabel 12. Distribusi Tindakan Ibu Rumah Tangga Mengenai DBD di Desa Padangsambian Kaja

Tindakan

Frekuensi

Persentase (%)

Baik

13

14,0

Sedang

71

76,3

Kurang

9

9,7

Total

93

100,0

Mayoritas subyek penelitian tergolong memiliki tindakan kategori sedang terhadap pencegahan DBD, sebanyak 71 responden (76,3%). Sedangkan ibu rumah tangga yang keluarganya memiliki tindakan yang termasuk dalam kategori kurang di kesehariannya berjumlah 9 orang (9,7%).

Tabel 13. Distribusi Tindakan Ibu Rumah Tangga berdasarkan Sikap

Tindakan

Sikap

Baik n(%)

Sedang n(%)

Kurang n(%)

Total

Baik

6(26,1)

16(69,6)

1(4,3)

23

Sedang

7(10,3)

54(79,4)

7(10,3)

68

Kurang

0(0%)

1(50,0)

1(50,0)

2

Total

13

71

9

93

Responden dengan sikap tergolong baik dan sedang yang memiliki tindakan baik (26,1% dan 10,3%) lebih banyak dibandingkan responden dengan sikap kurang yang memiliki tindakan baik (0%). Pada kelompok sikap kurang sebesar 50% responden memiliki tindakan kurang, angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok sikap baik dan sedang yang memiliki tindakan yang tergolong kurang (4,3% dan 10,3%).

Tabel 14. Distribusi Tindakan Subyek Penelitian Mengenai DBD di Desa Padangsambian Kaja Berdasarkan Setiap Pernyataan

Tindakan

No.

Pernyataan

Benar

Salah

n

%

n

%

1.

Menguras bak mandi atau            tempat

penampungan      air

sekurang-kurangnyamnmsatu kali dalam satu minggu.sdfsf

90

96,8

3

3,2

2.

Menutup tempat penampungan air yang ada di rumah.

73

78,5

20

21,5

3.

Mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

49

52,7

44

47,3

4.

Menggunakan abate pada tempat penampungan air.

73

78,5

20

21,5

5.

Seluruh jendela ditutup menggunakan kawat anti nyamuk

34

36,6

59

63,4

6.

Memakai kelambu saat tidur sebagai perlindungan dari gigitan nyamuk.

15

16,1

78

83,9

7.

Kebiasaaan langsung mencuci pakaian kotor, tidak digantung.

75

80,6

18

19,4

8.

Kebiasaan menggunakan    lotion

anti   nyamuk   setiap

harinya.

42

45,2

51

54,8

9.

Rutin memeriksa ada/tidaknya jentik nyamuk pada pot tanaman hias.

58

62,4

35

37,6

10.

Menanam    tanaman

pengusir nyamuk.

20

21,5

73

78,5

Peneliti memberikan 10 pernyataan mengenai tindakan keseharian yang dilakukukan di dalam keluarga subyek penelitian, hasilnya terdapat 90 responden (96,8%) yang menguras bak mandi atau tempat penampungan air minimal satu kali dalam satumminggu. Terdapat 75 orang (80,6%) yang keluarganya tidak memiliki kebiasaan menggantung pakain kotor yang telah dipakai, atau pakaian kotor yang telah digunakan langsung dicuci. Sedangkan, untuk tindakan pencegahan berupa pemasangan kawat anti nyamuk pada jendela rumah, sebagian besar responden tidak melakukannya, yaitu sebanyak 59 orang (63,4%). Selain itu beberapa tindakan pencegahan yang tidak dilakukan sebagian besar reponden adalah kebiasaan tidak menggunakan lotion anti nyamuk setiap harinya, sebanyak 51 orang (54,8%) dan tidak menanam tanaman pengusir nyamuk, sebanyak 73 responden (78,5%). Selain itu, hanya terdapat 15 responden (16,1%) yang di rumahnya menggunakan kelambu saat tidur sebagai perlindungan terhadap gigitan nyamuk yang ada.

PEMBAHASAN

Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan terakhir paling banyak adalah di jenjang SMA/Sederajat, yaitu 40 orang (43,0%). Halzinizsejalan dengan hasilmpenelitian Susilamdi Banjar PegokDDesa Sesetan dimanamnproporsi tingkatmpendidikan jenjang SMA sebesar 46,6%.9 Diikuti tingkat pendidikan terakhir SD, berjumlah 22 responden (23,7%). Hasil ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan penelitian sebelumnya di Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman DIY oleh Rochim, proporsi tingkat pendidikan terakhir jenjang SMP yaitu 23%.10

Mayoritas pekerjaan dari responden adalah sebagaimibumrumahmtangga sebanyakw44 orang (47,3%) dan sebagai wiraswasta sebanyak 41 orang (44,1%). Sedangkan yang bekerja sebagai PNS, hanya terdapat 2 orang (2,2%) dari keseluruhan responden. Hal serupa dijumpai dalam penelitian yang dilakukan di Desa Sukorejo, Musuk, Boyolali, proposi respondenqyangqbekerjaqsebagai ibu rumah tanggaqadalah 46,1 % dan proporsi pekerjaan terkecil adalah sebagai PNS yaitu 6,7%. 11

Tingkat pengetahuan ibu rumah tanggatyang tinggalmdi Desa Padangsambian Kajamsebagian besar tergolong dalam kategori sedang, sebanyak 52 orang (55,9%). Halnininmungkinndikarenakan masih kurangnya sosialisasi mengenai pencegahankDBD. Sedangkan yangmntergolong tingkat pengetahuan baik sebanyak 36 orang (38,7%). Sidiek dalam penelitiannya juga menemukan hal serupa dimana proporsi tingkat pengetahuan responden terbanyak ada di kategori sedang (52,94%) dan diikuti oleh kategori baik sebesar 32,35%.12 Namun, pada penelitian Hutapea didapatkan proporsi responden berpengetahuan baik sebesar 98,2% sehingga yang tingkat pengetahuannya sedang hanya 1,8%.13 Perbedaan hasilniniqbisa dikarenakan

olehpperbedaannjumlah sampel maupun perbedaan karakteristik pendidikan responden.

Berdasarkan dari data hasil crosstab antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan, pada tingkat pendidikan tinggi, ibu rumah tangga dengan tingkatppengetahuanmtinggi (42,9%) lebih besar proporsinya dibandingkan kelompok dengan tingkat pendidikan rendah yang memiliki tingkat pengetahuanmtinggi (34,1%). Baikkpada kelompok tingkat pendidikan tinggi maupun rendah keduanya sebagian besar didominasi dengan responden tingkat pengetahuan sedang (57,1% dan 54,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Wirakusuma dimana semua tingkat pendidikan didominasi dengan tingkat pengetahuan sedang.14 Selain itu, respondenmdenganmtingkatmpengetahuan kurang hanya terdapatqpadamkelompok dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu sebanyak 5 orang (11,4%). Menurut Notoadmojo dan Sigalingging pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melalui indera, dimana tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensitas pemahaman seseorang kepada subjek tertentu, sehingga semakin baik pendidikan yang didapatkan semakin baik pula intensitas pemahaman seseorang terhadap suatu objek.15,16

Dalam penelitian ini, didapatkan hasil nilai rerata dari pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan subyek penelitian sebesar 6,61 dari total nilai maksimum 10. Dengan nilai terendah didapatkan 2 dan nilai tertinggi 9. Dilihat dari distribusi jawaban benar dan salah setiap nomornya, pada pertanyaan mengenai etiologi DBD sebagian besar responden, 70 orang (75,3%) menjawab nyamuk. Hal ini bisa dikarenakan oleh kesalahan pemahaman responden yang menganggap bahwa penyebab dan vektor DBD adalah hal yang sama. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitiannyang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang oleh Sidiek bahwa kesalahan tertinggi pada pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai DBD terdapat pada aspek etiologi DBD.12

Selain itu pertanyaan mengenai ciri demam pada penderita DBD, sebanyak 51 orang (54,8%) menjawab suhu naik di sore hari disertai keringat di malam hari. Namun, penelitian oleh Marini memberikan hasil yang berbeda yaitu sebesar 37 respondenz(41,1%)zmenjawabmciri demamzpada DBDmadalahmsuhunya meninggi terus-menerus.17 Kedua jawaban dari kedua penelitian ini salah, dikarenakan gambaran demam DBD yang sebenarnya yaknimsuhumyangtmeningkat tiba-tiba, dan tetap tinggihselamam3 hari, lalu akan turun di hari ke empat dan naik kembali di hari ke enam, dikenal dengan pola demam pelana kuda. Peneliti berasumsi bahwa informasi mengenai ciri-ciri DBD belum diberikan secara tepat, dilihat dari kedua penelitian yang sebagian besar responden memberikan jawaban yang salah terhadap pertanyaan mengenai ciri-ciri demam pada penderita DBD.

Dilihat dari tabel 9, hasil penelitian menunjukkan 68 responden (73,1%) masuk dalam kategori sikap cukup, lalu kategori sikap baik, terdapat 23 responden (24,7%). Tampak bahwa sikap responden belum cukup baik, karena sebagian besarnrespondennmasukmdalam kategori sikaptsedang. Hasil tersebut sejalan dengan Marini, dimana terdapat 63,3% responden dalam kategori sedang dan 21,1% dalam kategori sikap baik.17 Namun, hasilnpenelitianqiniqbertentangan dengan penelitianmnMarlinae di wilayah puskesmas Martapura kabupatenmBanjar, dimana didapatkan 100% responden bersikap baik. Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan jumlah sampel.18

Berdasarkan pada hasil analisa data sikap responden terhadap tingkat pengetahuan responden, pada tingkat pengetahuan baik dan sedang responden dengan sikap baik (25,0% dan 26,9%) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pengetahuan rendah yang memiliki sikap baik (0%). Tetapi, pada tingkat pengetahuan baik dan sedang responden dengan sikap kurang (2,8% dan 1,9%) lebih banyak dibandingkan dengan tidak adanya (0%) responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang memiliki sikap kurang. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan yang tinggi bukan merupakan jaminan sikap yang baik. Pernyatan tersebut sesuai dengan pernyataan yang dituliskan oleh Akhmadi dkk. bahwa tingkat pengetahuan yang positif tidak menjamin terwujudnya sikap positif pada seseorang, karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi individu tersebut dalam bersikap, seperti ketersediaan fasilitas.19

Masih terdapat 39 responden (41,9%) yang beranggapan menguras bak mandi hanya dilakukan saat sudah dalam keadaan kotor saja. Hal ini menunjukkan harus terdapat indikator yang tidak baik terlebih dahulu, agar masyarakat mulai bersikap terhadap stimulus tidak baik ini. Hasil dari sikap ini, memperlihatkan adanya perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hanya terdapat 20% responden yang bersikap serupa pada penelitian Marini.17

Menurut 79 responden (84,9%) menganggap bahwa penting untuk mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol lalu menguburnya serta penting untuk tidak menggantung pakaian yang telah dikenakan sebelumnya. Akan tetapi masih terdapat 14 responden (15,1%) yang menganggap kaleng bekas dan pecahan botol tidak harus dikubur, karena dapat dijual kembali dan menjadi sumber pendapatan tambahan.

Walaupun terdapat 62 orang (66,7%) beranggapan bahwa fogging efektif untuk mencegah DBD, masih terdapat 31 responden (33,3%) yang beranggapan bahwa fogging tidaklah efektif dalam upaya pencegahan DBD, karena mereka tidak benar-benar mengetahui manfaat dari fogging, bahkan beberapa responden mengaku tidak pernah mendengar mengenai fogging. Hasil ini mungkin bisa disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan penjelasan mengenai kegiatan fogging dari pihak pemerintah.

Sama halnya seperti tingkat pengetahuan dan sikap, tindakan memiliki proporsi responden terbesar pada kategori sedang, sebanyak 71 orang (76,3%). Hasil ini menunjukkan perbedaan pada penelitian Marlinae, dimana proporsi terbesar ada pada kategori tindakan baik sebesar 87%.18 Namun, pada penelitian Marini dijumpai hasil serupa dimana kategori sedang memiliki proporsi terbesar, yaitu 83,3%.17 Hanya terdapat 13 responden (14,0%) dari total 93 responded yang memiliki tindakan baik, halninindapatnmenjadinsalah satu penyebab tingginya kasusndemamqberdarahqpada daerahqtersebut. Sedangkan menurut Wong dkk. praktikkpencegahanqdemammberdarahmyang baik oleh masyarakattmerupakan hal yang penting dan harus dilakukan sehingga efektiftmengurangi angka kejadian demam berdarah.20

Tindakan merupakan refleksi dannrealisasi darimpengetahuanmdan sikapmmenjadi sebuah perbuatannyangnnyata. Maka dari itu, sebenarnya sikap menjadi predisposisi dari suatu tindakan, dalam kata lain sikapmadalahmbentuk kesiapan seseorang untukqbereaksitterhadap suatutobjek.15,21 Menurut hasil analisa crosstab pada tabel 13, persentase responden dengan tindakan praktik pencegahan DBD yang tergolong kurang paling besar datang dari kelompok responden dengan sikap yang tergolong kurang. Halminimsejalan denganmpenelitian di kotamnSemarang oleh Rahmaditia dimana padaqpraktikqpencegahan yang kurang ditemukan lebihnbanyaknresponden dari kelompok sikap buruktdibandingkan dari kelompok sikap baik.22

Terdapat perbedaan terhadap sikap dan tindakan dari responden, dimana pada sikap mengubur kaleng bekas dan pecahan botol, terdapat 79 responden (84,9%) yang bersikap positif terhadap pernyataan ini. Tetapi pada tabel 14, dapat dilihat 44 responden (47,3%) tidak melakukan gerakan mengubur, karena mereka lebih memilih untuk mengumpulkan dan menjualnya di kemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan tidak selalu didasari oleh sikap. Mayoritas responden, 84,9%, mengetahui bahwa penting untuk melakukan penguburan barang-barang bekas yangnberpotensiqmenjadiqsarangqnyamuk, tetapi hampir setengah dari jumlah total responden (47,3%) tidak melakukannya, tetapi justru mengumpulkan barang-barang bekas tersebut untuk dijual.

Sebanyak 59 orang (63,4%) tidak menggunakan kawat anti nyamuk pada jendela rumah mereka. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Wirakusuma, dimana tindakan memasangtkawattkasa pada ventilasi udara menjadi salah satu pernyataan yang paling banyak dijawab ‘tidak’ oleh responden, 84,2%.14 Selain itu, sangat sedikit reponden yang tidur menggunakan kelambu, hanya 15 orang (16,1%). Hasiltpenelitian ininsesuaiqdengan penelitian oleh Wong dkk. di Malaysia, hanya terdapat 23,7% responden yang tidur menggunakan kelambu.20

SIMPULANqw

Simpulanwdariwhasilwpenelitiannini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Karakteristik umum subyek penelitian sebagian besar berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu jenjang SMA/Sederajat dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

  • 2.    Tingkat pengetahuan subyek penelitian sebagian besar termasuk dalam kategori pengetahuan sedang.

  • 3.    Sikap subyek penelitian terhadap pencegahan DBD sebagian besar termasuk dalam kategori sikap sedang.

  • 4.    Tindakan subyek penelitian terhadap pencegahan DBD sebagian besar termasuk dalam kategori tindakan sedang.

SARAN

Untuk puskesmas setempat ataupun pihak pemerintah, agar lebih sering mengadakan penyuluhan, agar tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat meningkat, sehingga dapat mengurangi risiko terkena DBD. Terutama penyuluhan mengenai penyebab DBD, ciri-ciri orang yang terkena DBD, serta tindakan-tindakan yang dapat mencegah terjadinya DBD.

Diharapkan pada penelitian selanjutnya, dapat dicari hubungan antara tingkattpengetahuan, sikap,qdanqtindakan pencegahan DBDDterhadap insiden kejadianqDBD di tempat penelitian, karena merupakannsalahnsatu desa dengan insiden DBD tertinggi di Denpasar.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Azhar Z,tJusoh A,tRahim S, Hassan M, Safian N, Shah S. Dengue Bulletin. Temporal spatial distribution ofndenguenand implications on control in Hulu Langat, Selangor, Malaysia. 2016;39;20.

  • 2.    Dinkes Kota Denpasar. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2014. Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2015;1;109.

  • 3.    Dinkes Kota Denpasar. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2015. Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar; 2016;1;115.

  • 4.    Dinkes Kota Denpasar. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2017. Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar; 2018;1;27.

  • 5.    Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia  2017.  Jakarta:  Kementerian

Kesehatan RI; 2018;1;154.

  • 6.    Purbowati M, Finurina I. PSYCHO IDEA. Pengaruh pendidikan formal orang tua terhadap sikap preventif keluarga dalam mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). 2015;2;23-25.

  • 7.    Sitompul E, Bratajaya C, Martina S. Jurnal Keperawatan. Gambaranmpraktik pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di wilayah endemik DBD. 2018;9(1);18-20.

  • 8.    Suyasa I, Putra N, Aryanta I. Ecotrophic. Hubungan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat dengan keberadaan vektor demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas I Denpasar Selatan. 2012;3(1);3-6.

  • 9.    Susila I. Jurnal Dunia Kesehatan. Hubungan tingkat pengetahuan DBD dengan kejadian dbd di Banjar Pegok, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan. 2015;5(1);30-31.

  • 10.    Rochim S. Gambaran status entomologi, tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penyakit demam berdarah dengue di desa Sidoarum kecamatan Godean kabupaten Sleman DIY. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta; 2013.

  • 11.    Herminingrum I, Maliya A. Hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali. Fakultas Ilmu Keperawatan UMS; 2011.

  • 12.    Sidiek A. Hubungan tingkat pengetahuan Ibu mengenai penyakit DBD terhadap kejadian penyakit DBD pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.

  • 13.    Hutapea B. Perilaku masyarakat mengenai DBD di Kelurahan Gung Negari Kecamatan Kabanjahe Karo Tahun 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2007.

  • 14.    Wirakusuma I. Gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik tentang pencegahan demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas Bebandem. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2016.

  • 15.    Notoatmodjo  S.  Metodologi  Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

  • 16.    Sigalingging  G.  Gambaran  pengetahuan keluarga

penderita DBD tentang pencegahan penyaki DBD di Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2011. Universitas Darma Agung Medan; 2011.

  • 17.    Marini D. Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di kelurahan Padang Bulan tahun 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009.

  • 18.    Marlinae L. Hubungan tingkat pengetahuan, sikap, tindakan masyarakat terhadap kejadia demam berdarah dengue di wilayah puskesmas Martapura kabupaten Banjar tahun 2011. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat; 2011.

  • 19.    Akhmadi, Ridha M, Marlinae L, Setyaningtyas D. Jurnal Buski. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. 2012;4(1);7-13.

  • 20.    WongzL, Shakir S, Atefi N, AbuBakar S. PLoS ONE. Factorsmaffectingmdengue prevention practices:

nationwide survey of the Malaysian public. 2015;10(4);13.

  • 21.    Azzahra S, Bujawati E, Mallapiang F. Higiene. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat di KelurahanmAntangmKec.mManggala RW VI tentang penyakit  demammberdarah  dengue (DBD) Kota

Makassarmntahun 2015. 2015;2(3);140-146.

  • 22.    RahmaditiamT. Hubunganmpengetahuan dan sikap ibu terhadap tindakantpencegahan demam berdarah dengue pada anakk(di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari WetanmKota          Semarang).          Fakultas

KedokteranqUniversitasnDiponegoro; 2011.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V10.i10.P06

40