ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.4,APRIL, 2021



Diterima:03-03-2020 Revisi:07-03-2021 Accepted: 12-04-2021

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIKIDAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPEI2 DI PAGUYUBAN DIABETES PUSKESMAS DENPASAR BARAT I DAN II DENPASAR, BALI

Ayu Dilia Febriani Wisnawa1*, Ida Ayu Priandini1, Putu Ayu Savitri1, Komang Diah Kurnia Kesumaputri1, Ade Sugandhi1, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti2, LuhIMadeIIndahISriIHandariIAdiputra2

1 Mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) pada sampel populasi masyarakat Bali. Desain penelitian ini adalah cross-sectional analitik dengan consecutive sampling pada pasien DMT2 di Paguyuban Diabetes, Wilayah Pelayanan Puskesmas Denpasar Barat I dan II. Seluruh responden diminta untuk mengisi kuesioner mengenai tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga yang merupakan adaptasi dari kuesioner Baecke serta pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Penelitian ini menemukan 43 responden yang mengalami DMT2 dengan rerata usia 64 tahun. Dari 43 responden tersebut, 67,4% merupakan perempuan dengan pendidikan terakhir, yaitu sekolah menengah atas (SMA). Terdapat 51,2% responden memiliki penghasilan di atas atau sama dengan 4 juta rupiah per bulan dan 65,1% memiliki riwayat DM dalam keluarga. Melalui analisis chi-square, ditemukan terdapat hubungan signifikan secara statistik antara tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah pasien DMT2, masing-masing p=0,004 dan p=0,001.

Kata kunci : DMT2, Aktifitas Fisik, Kebiasaan Olahraga, Kadar Gula Darah.

ABSTRACT

This research aims to study the association of physical activity and exercise habits towards blood glucose level among type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients. This study used analytical cross-sectional design and consecutive sampling among T2DM patients in public primary healthcare I and II, Denpasar, Bali. Respondents asked to fill a self-administered questionnaire of physical activity and exercise habits from Baecke and random blood glucose examination. This study obtained 43 T2DM respondents with mean age 64 years. Of 43 respondents, 67.4% is women with high school education. 51.2% have an income above or equal to 4 million rupiah and 65.1% have a family history of DM. Through chi-square analysis have found significant associations between physical activity and exercise habits to blood glucose level among T2DM patients, respectively p = 0.004 and p = 0.001.

Keywords : T2DM, PhysicalIActivity, Exercise Habits, Blood GlucoseILevel.

PENDAHULUAN

Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat yang cenderung sedentary telah memengaruhi kualitas dan manajemen kesehatan individu. Penyakit infeksi dan nutrisi telah mengalami transisi yang didominasi oleh penyakit degeneratif,, salah satunya diabetes mellitus (DM).1 DM menjadi penyakit dengan etiologi multifaktorial, sehingga manajemen penyakit dilakukan melalui pendekatan holistik dan komprehensif. Hingga saat ini, beban penyakit DM terus meningkat dari tahun ke tahun.2

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), prevalensi global DM mengalami peningkatan sekitar 8,5% pada 2014.3 Selain beban penyakit, mortalitas akibat komplikasi gula darah tinggi juga meningkat dengan 3,7 juta kematian pada tahun 2012. Terjadi perkembangan serupa di negara dengan pendapatanIrendahIsampai menengah, termasuk Indonesia. Secara spesifik, prevalensi kasus DM di Indonesia meningkat dari 5,7% menjadi 6,5% dalam 7 tahun dan sekitar 90% dari keseluruhan kasus DM adalah DM tipe 2 (DMT2).4

Adapun manajemen kunci DMT2 saat ini adalah dengan menjaga kadar gula darah tetap terkontrol.5 Tujuan utama manajemen DMT2 adalah untuk mencapai kadar gula darah optimal dan mencegah atau menunda perkembangan komplikasi kronis DMT2.6 Untuk mengontrol kadar gula darah tinggi pada pasien DMT2, banyak golongan obat anti-diabetik yang tersedia, bahkan terapi saat ini lebih berfokus pada administrasi farmakologis. Namun, penggunaan obat-obatan anti-diabetes memiliki banyak kekurangan, berupa ketergantungan obat, resistensi obat, dan efek samping obat pada penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, langkah manajemen DMT2 diketahui dapat melalui pengendalian empat pilar, salah satunya adalah latihan jasmani atau aktivitas fisik.7

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga individu merupakan faktor risiko independen dari DMT2 serta merupakan terapi alternatif yang menjanjikan dalam mengontrol kadar gula darah dan memperbaiki toleransi glukosa darah pada pasien DMT2 melalui mekanisme peningkatan sensitivitas sel dan penyerapan glukosa darah ke dalam sel tanpa bantuan insulin dengan melibatkan kontraksi otot-otot tubuh ketika melakukan aktivitas fisik yang sesuai.8-9 Selain itu, studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga yang teratur berpotensi memberikan manfaat pada banyak pasien DMT2 dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki kontrol glikemik.9

Berdasarkan teori dan paparan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah pasien DMT2 di Paguyuban Diabetes Puskesmas Denpasar Barat I dan II, Depasar, Bali.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross-sectional analitik. Responden direkrut melalui metode consecutive sampling pada orang dewasa yang telah terdiagnosis oleh dokter mengalami DMT2, berusia minimal 30 tahun dan rutin mengikuti Paguyuban Puskesmas di Wilayah Pelayanan Puskesmas Denpasar Barat I dan II. Pengumpulan data dilakukan sejak Januari 2019 hingga Desember 2019. Penelitian ini sudah mendapat persetujuan etik yang diterbitkan Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar dengan nomor surat 2963/UN14.2.2.VII.14/LP/2019.

Data dikumpulkan melalui pemeriksaan gula darah sewaktu dan kuesioner yang diisi oleh responden. Variabel tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga dinilai menggunakan kuesioner adaptasi kuesioner dari Baecke. Kuesioner juga mengumpulkan data tentang variabel sosiodemografik, meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan per bulan. Pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan untuk menentukan kadar gula darah responden yang diklasifikasikan menjadi ‘kadar gula darah terkontrol’ dan ‘kadar gula darah tidak terkontrol’ sebagai variabel dependen. Selain itu, tingkat aktivitas fisik diklasifikasikan menjadi ‘ringan, sedang. berat’ dan kebiasaan olahraga dikategorikan menjadi ‘baik dan buruk’ sebagai variabel independen dalam penelitian ini.

Variabel-variabel tersebut kemudian dianalisa dalam asosiasinya terhadap kadar gula darah dengan analisis bivariat. Variabel-variabel dengan nilai p kurang dari 0.05 pada analisa bivariat chisquare menunjukkan hubungan signifikan secara statistik.

HASIL

Selama periode pengumpulan data, diperoleh data sebanyak 43 responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Jumlah responden ini terdiri dari 29 orang perempuan (67,4%) dan 14 orang laki-laki (32,6%). Rerata umur responden adalah 61,64 tahun dengan sebaran yang melandai ke kanan setelah dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-wilk. Dalam pengelompokan usia dengan

nilai potong 60 tahun, ditemukan 12 orang berusia orang telah menyelesaikan pendidikan sekolah di bawah 60 tahun (27,9%) dan 31 orang memiliki menengah atas (30,2%),   6 orang telah

usia di atas atau sama dengan 60 tahun (72,1%).       menyelesaikan pendidikan S1/D4/D3  (14,0%),

Sebaran tingkat pendidikan formal terakhir    sementara 2 orang lainnya telah menyelesaikan

yang diikuti oleh 43 orang responden, ditemukan 2    pendidikan S2/S3 (4,7%). Berdasarkan kelompok

orang tidak sekolah (4,7%),  3 orang tidak    pekerjaan, ditemukan 2 orang bekerja sebagai

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (7,0%),    pegawai negeri sipil/TNI/Polri (4,7%), 4 orang

11 orang telah menyelesaikan pendidikan sekolah    bekerja sebagai wiraswasta (9,3%), 22 orang tidak

dasar (25,6%),  5 orang telah menyelesaikan    bekerja (51,2%), dan 14 orang menjawab lain-lain

pendidikan sekolah menengah pertama (11,6%), 13    (32,6%).

Tabel 1.    Karakteristik Sosiodemografi dan Faktor Risiko Kontrol Glikemik pada Pasien DMT2

Variables (n = 43)

N (%)

Demografi

Kelompok Umur

  • <    60 tahun

  •    60 tahun

JenisIKelamin

Laki-lakii

PerempuanI

Pendidikan

TidakISekolah TidakItamatISD TamatISD TamatISMP TamatISMA

TamatIS1/D4/D3

TamatIS2/S3

Kelompok Pekerjaan PNS/Polri/TNI Wiraswasta

Tidak bekerja

Lain-lain

Kelompok Penghasilan

  • <    4 juta

  • >    4 juta

Indeks Massa Tubuh (IMT)

KurusI

NormalI

Berat Badan Berlebih

Obesitas

Riwayat Diabetes Mellitus AdaA

Tidak adaA

Riwayat Hipertensi

Ada

Tidak ada

Tingkat Aktivitas Fisik

Moderat

Berat

Kebiasaan Olahraga

Baik

Buruk

Kadar Gula Darah Terkontrol

12 (27,9)

31 (72,1)

14 (32,6)

29 (67,4)

2 (4,7)

3 (7,0)

11 (25,6)

5 (11,6)

13 (30,2)

6 (14,0)

2 (4,7)

2 (4,7)

4 (9,3)

22 (51,2)

14 (32,6)

21 (48,8)

22 (51,2)

5 (11,6)

25 (58,1)

7 (16,3)

6 (14,0)

28 (65,1)

15 (34,9)

24 (55,8)

19 (44,2))

25 (58,1)

18 (41,9)

22 (51,2)

21 (48,8)

20 (46,5)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2021.V10.i4.P09

58

Tidak terkontrol

Rerata penghasilan keluarga responden adalah Rp 3,78 juta dengan sebaran yang melandai ke kanan. Dalam pengelompokan jumlah penghasilan dengan nilai potong Rp 4 juta, ditemukan 21 orang memiliki penghasilan kurang dari Rp 4 juta (48,8%), sementara 22 orang lainnya memiliki jumlah penghasilan di atas atau sama dengan dengan Rp 4 juta (51,2%).

Dari 43 responden, rerata indeks massa tubuh (IMT) adalah 23,96 kg/m2 dengan sebaran yang melandai ke kanan. IMT dikategorikan menjadi 4 kelompok status gizi dan ditemukan mayoritas responden memiliki karakteristik IMT kategori normal, yaitu 25 orang (58,1%), 5 orang dengan IMT kategori kurus (11,6%), 7 orang dengan IMT kategori berat badan berlebih (16,3%), sementara 6 orang mengalami obesitas (14,0%).

Ditemukan 28 orang responden dengan riwayat diabetes mellitus di keluarga (65,1%) dan 15 orang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus di keluarga (34,9%). Sementara itu, 24 orang memiliki riwayat hipertensi (55,8%) dan 19 orang lainnya tanpa riwayat hipertensi (44,2%).

Rerata tingkat aktivitas fisik dari 43 responden adalah 6,87 dengan sebaran melandai ke kanan. Skor tingkat aktivitas fisik diperoleh dari penjumlahan skor indeks olahraga, indeks kerja dan indeks senggang. Pengelompokan tingkat aktivitas fisik dengan nilai potong 9,5, ditemukan 25 orang memiliki kebiasaan aktivitas fisik intensitas moderat (58,1%) dan 18 orang memiliki aktivitas fisik kategori berat (41,9%). Selaain itu, ditemukan 22 orang responden memiliki kebiasaan olahraga baik (51,2%) dan 21 orang dengan kebiasaan olahraga buruk (48,8%).

Sebaran kadar gula darah responden melandai ke kanan dengan rerata 172 mg/dL. Pengelompokan kadar gula darah responden menggunakan titik potong 152 mg/dL, ditemukan 20 orang memiliki kadar gula darah terkontrol (46,5%) dan 23 orang lainnya memiliki kadar gula darah tidak terkontrol (53,5%). Data mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2.     Karakteristik KadarIGula Darah

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Variabel

Kadar GulaIDarah (n=43)

Terkontrol

Tidak Terkontrol

n

n

Jenis Kelamin

Laki-laki

5

9

Perempuan

15

14

23 (53,5)

Usia

< 60 tahun 6 6 ≥ 60 tahun 14 17

Studi ini melakukan analisa terhadap distribusi frekuensi kadar gula darah berdasarkan jenis kelamin dan usia. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 5 dari 14 laki-laki pada penelitian ini memiliki kadarIgula darah terkontrol. Frekuensi ini lebih kecil daripada jumlah kadar gula darah terkontrol pada perempuan, yaitu 15 dari 29 orang. Selain itu, berdasarkan usia, 14 dari 31 responden yang berusia di atas atau sama dengan 60 tahun memiliki kadarIgulaIdarah terkontrol. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan jumlah total responden yang memiliki kadar gula darah tidak terkontrol. Pada kelompok usia di bawah sama dengan 60 tahun, jumlah responden dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol adalah sama. Data mengenai karakteristik kadar gula darah responden berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada Tabel 2.

Kami melakukan analisa tabulasi silang chisquare untuk menilai hubungan bivariat antara tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah responden DMT2. Distribusi dan hasil tabulasi silang kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga memiliki hubungan bermakna signifikan secara statistik terhadap kadar gula darah dengan nilai p<0,05. Kebiasaan olahraga yang baik terasosiasi terhadap kadar gula darah terkontrol dengan PR 3,143 (95% IK 1,389-7,112). Kebiasaan olahraga yang baik, meningkatkan kejadian pasien DMT2 dengan kadar gula darah terkontrol lebih dari 3 kali dibandingkan pasien DMT2 dengan kebiasaan olahraga yang buruk. Sebagai kebiasaan olahraga yang baik, maka studi ini menentukan kriteria kebiasaan olahraga baik jika responden berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 30 menit secara rutin.

Distribusi frekuensi dan persentase kadar gula darah responden berdasarkan kelompok kebiasaan olahraga, ditemukan 15 orang dengan kebiasaan olahraga yang baik memiliki kadar gula darah terkontrol (75%), 5 orang dengan kadar gula darah terkontrol memiliki kebiasaan olahraga yang buruk (25%), 6 orang dengan kebiasaan olahraga baik memiliki kadar gula darah tidak terkontrol (26,1%) dan 17 orang dengan kebiasaan olahraga yang buruk memiliki kadar gula darah tidak terkontrol (73,9%).

Hasil tabulasi silang dengan chi-square kadar gula darah dapat dilihat pada Tabel 4 dan mengenai kelompok tingkat aktivitas fisik dan menunjukkan hubungan tingkat aktivitas fisik yang Tabel 3. Tabulasi Silang Kebiasaan Olahraga Terhadap Kadar Gula Darah Responden DMT2

Kebiasaan Olahraga

KadarIGulaIDarah

Terkontrol       TidakITerkontrol                           P

n      %      n       %       95% IK

Baik

Buruk

Total

15        75          6          26,1

5         25         17         73,9           3,143           0,001*

20        100        23         100       (1,389 – 7,112)

*p<0,05

bermakna signifikan secara statistik terhadap kadar gula darah pada responden dengan DMT2 (p<0,05). Tingkat aktivitas fisik moderat berasosiasi terhadap gula darah terkontrol dengan PR 2,592 (95% IK 1,183-5,677). Pada pasien DMT2 dengan aktivitas fisik kategori moderat, pada studi ini menunjukkan bahwa kejadian pasien DMT2 dengan kadarIgulaIdarahIterkontrol 2 kali lebihItinggi dibandingkan pada pasien dengan aktivitasIfisikIberat.

Tabel 4.     Tabulasi Silang Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Responden DMT2

Tingkat AktivitasIFisik

KadarIGulaIDarah

PR

95% IK

P

Terkontrol

TidakITerkontrol

n

%

n

%

Moderat

13

65

5

21,7

2,592 (1,183 – 5,677)

Berat

7

35

18

78,3

0,004*

Total

20

100

23

100

*p<0,05

PEMBAHASAN


Penelitian ini berusaha mempelajari asosiasi variabel aktivitasAfisik danAkebiasaanAolahraga terhadap variabel kadarAgulaAdarahApadaApasien diabetesAmellitusAtipeA2 di Paguyuban Diabetes, Wilayah Pelayanan Puskesmas Denpasar Barat I dan II Denpasar, Bali..

Kami menemukan bahwa proporsi responden pada studi ini didominasi oleh perempuan dengan rerata usia adalah 64 tahun. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Yekti yang dalamAjurnalnya menemukan bahwa perempuan berisiko lebihAbesar untuk mengembangkan penyakit DMT2 karena kecenderungannya untuk mengalami peningkatanAberatAbadanIdan obesitas dibandingkan laki-laki.10 Selain itu, penderita DMT2 mayoritas dialami oleh individu dengan usia 45 tahun ke atas, dan mencapai puncaknya antara usia 45 – 64 tahun.11

Sebagian besar responden merupakan keluarga dengan tingkat pendapatan menengah ke atas dan mayoritas memiliki riwayat pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Hasil ini lebih besar dari penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa

Distribusi frekuensi dan persentase kadar gula darah responden berdasarkan kelompok tingkat aktivitas fisik, ditemukan 13 orang dengan aktivitas fisik moderat memiliki kadar gula darah terkontrol (65%), 7 orang dengan aktivitas fisik berat memiliki kadar gula darah terkontrol (35%), 5 orang dengan aktivitas fisik moderat memiliki kadar gula darah tidak terkontrol (21,7%), sementara 18 orang dengan aktivitas fisik berat memiliki kadar gula darah tidak terkontrol (78,3%).

64% pasien DMT2 memiliki latar belakang pendidikan menengah ke bawah.12 Tingkat pendidikan menjadi penting karena berhubungan terhadap upaya determinasi perilaku pasien. Sesuai dengan hal tersebut, tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman dan persepsi individu terhadap penyakit yang dideritanya serta rekomendasi upaya kontrol glikemik yang cenderung akan lebih rendah dibandingkan individu dengan tingkatIpendidikan yangIlebihItinggi.13

Penelitian ini menemukan bahwa proporsi respondenAyangImemilikiIkadarIgulaIdarah yang tidakIterkontrol adalah 53,5% dan 46,5% memiliki kadarIgulaIdarahIterkontrol. Hasil ini lebih rendah dari beberapa penelitian sebelumnya, dengan persentaseIkadarIgulaIdarah tidakIterkontrol adalah 71,4%.14 Kondisi ini dipengaruhi oleh upaya dan usaha masing-masing individu untuk mengendalikan perilaku yang dapat memicu lonjakan kadar gula darah. Menurut Mihardja, pengendalian kadarIgulaIdarah melalui pengaturan pola diet, terapi farmakologis, dan latihan jasmani dapat menunda komplikasi.15

Kami menemukan bahwa aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga berasosiasi terhadap kadar gula darah pasien DMT2. Kebiasaan olahraga yang baik digambarkan melalui perilaku olahraga sebanyak 3 kali per minggu dan berdurasi minimal 30 menit ternyata efektif dalam menurunkan kadar gula darah pasien DMT2. Selain itu, intensitas aktivitas fisik tidak perlu tinggi atau berat untuk dapat bermanfaat, hal ini juga mempertimbangkan kondisi pasien DMT2 yang mayoritas merupakan individu usia di atas sama dengan 60 tahun.16

Menurut Plotnikoff, aktivitas fisik merupakan kunci dari pengelolaan dan kontrolIglikemik pada pasien DMT2 yang sesuai dengan hasil penelitianIini dengan hubungan bermakna anatara tingkatIaktivitasIfisikIdanIkebiasaan olahraga terhadapIkadarIgulaIdarah pasien DMT2.17 Aktivitas fisik intensitas sedang yang dilakukan secara teratur, yang dapat digambarkan melalui kebiasaan olahraga individu setiap hari, berkaitan dengan penurunan kejadian mortalitas sekitar 4570% dengan pengendalian kadar gula darah tubuh.18

SIMPULAN DAN SARAN

Kami menemukan bahwa terdapat asosiasi bermakna secara statistik antara tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga terhadap kadar gula darah pada pasien DMT2. Mayoritas pasien dengan kadar gula darah terkontrol memiliki tingkat aktivitas fisik moderat dan kebiasaan olahraga baik akan membantu dalam mengendalikan kadar gula darah pasien DMT2.

Terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan pada penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan. Kemudian perlu dipertimbangkan variabel-variabel potensial lainnya yang berpotensi menjadi cofounding penelitian, seperti jumlah asupan kalori, pola diet, dan faktor sosiodemografik responden. Rekomendasi tersebut diberikan dengan tujuan untuk mengurangi bias pada hasil penelitian selanjutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada Puskesmas Denpasar Barat I dan II yang telah membantu proses pengumpulan data dan responden dengan DMT2 di Paguyuban Diabetes Mellitus, Wilayah Pelayanan Puskesmas Denpasar Barat I dan II, Denpasar, Bali.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Suyono,IS.IDiabetesAMellitusAdiIIndonesia

dalamIBukuIAjarIIlmuIPenyakitIDalam.IJilid

  • III.I EdisiIV.IJakarta : BalaiIPenerbitIFKUI. hal. 1873.I2009.

  • 2.    PerkumpulanIEndokrinologi      Indonesia.

KonsensusIPengelolaanIdan    Pencegahan

DiabetesIMellitusITipeI2Idi       Indonesia.

PerkumpulanIEndokrinologiIIndonesia.I2011.

  • 3.   WorldIHealthIOrganization.IGlobalIreport on

diabetes.IWorldIHealthIOrganization.I2016.

  • 4.   KementerianiKesehataniRepublikiIndonesia.

SituasiIdanIAnalisisIDiabetes.IKementerian KeseehatanIRepublikIIndonesia.i2014.

  • 5.    Paramitha,IM.G.IHubunganIAktivitas Fisik danIKadarIGulaIDarahIPadaIPasienIDiabetes MellitusITipeIIIIdiIRSUD     Karanganyer.

JurnalIFakultasIKedokteranIMuhammadiyah Surakrta.I2014.IDiaksesIPadaITanggal    11

SeptemberI2019.

  • 6.    Deed,AG,ABarlow,AKuo.AEarlyAandAtight glycemicIcontrol:ItheIkeyItoImanagingItype 2Idiabetes.      AutralianAfamilyAphysician

2012;41I(9),I681.

  • 7.    AmericanADiabetesAAssociation.ADiagnosis andA classificationAofAdiabetesA mellitus. DiabetesACareAVol.A2010;33:A562-569

  • 8.  YogaAA,AUtomoAS.AHubunganAAntaraA4

PilarAPengelolaanA   DiabetesA Mellitus

denganAKeberhasilanAPengelolaanIDiabetes MellitusITipeI2.A   Program Pendidikan

SarjanaAKedokteranAFakultasAKedokteran UniversitasADiponegoro.A2011.

  • 9.   GuoAJ.AResearchAprogressAonA prevention

andAtreatmentAofA glucolipidAmetabolic diseaseAwithAintegratedAtraditionalIChinese andAWesternAmedicine.AChinAJ    Integr

Med.A2017:I23:403-409.

  • 10.  Fitri,AR.AYekti.,    AW.AAsupanAEnergi,

Karbohidrat,ASerat,ABebanA     Glikemik,

LatihanAJasmaniIdanAKadarAGulaADarah padaAPasienADiabetesAMelitusAtipeA 2. MediaAMedikaAIndonesia.A2012;46:121-131.

  • 11.    Kasavadev,A J.,A Short,AK.,ANair, S. DiabetesAinAOldAAge    :AAnAEmerging

Endemic.AIndianAInstituteAofA ADiabetes. JAPI.A2003;51:1083-1094.

  • 12. GandiniAALA.APranggonoAE.ARopi  AH.

PendidikanIkesehatanIterhadapIpengetahuan, perilaku,IdanIgulaIdarahIpada pasienIdiabetes mellitusAtipeA2.AJurnalAHusadaAMahakam .2012;3(9).pp452-521

  • 13.    PradanaAIPA. Hubungan karakteristik pasienAdenganAtingkatAkepatuhanAdalam menjalaniA     terapiAdiabetesAmellitusAdi

PuskesmasITembukuA1AKabupatenABangli BaliA2015.AI Sain Medis;8(1).pp1-5.

  • 14.    Rachmawati. APolaImakanIdanIaktivitas Iisik denganAkadarAgulaAdarahA      penderita

diabetesAmelitusAtipeA2ArawatAjalan Adi RSUPAdr.AWahidinISudirohusodoIMakasar. MediaA  AgiziA  masyarakatA  Indonesia.

2011;1(1):3

  • 15. Mihardja,AL.AFaktorAyangA Aberhubungan

DenganAAPengendalianAGulaADarahAPada PenderitaADiabetesAMelitusAdiAPerkotaan Indonesia.SMajalahAKedokteranKIndonesia. 2009;59:9

  • 16.    MoreiraDdkk.ABloodAglucoseAcontrolA for individualsAwithAtype-2Adiabetes:A acute effectsAofAresistanceAexerciseAofAAlower cardiovascular-metabolicAstress.AJ.IStrength Cond.ARes.S2011.10.1519/JSC.0b013e31824 2a609.

  • 17.    PlotnikoffRC.APhysicalAactivityAinA the managementAofAdiabetes:Ipopulation-based perspectivesAandAstrategies.A     Canadian

JournalAofADiabetes.A2006;30:52-62.

  • 18.    UmpierreAdkk.APhysicalAActivityAAdviced OnlyAorAStructuredAExerciseATrainingiand AssociationAwithAHbA1CALevelsAinIType 2ADiabetes.AAmericanAMedicaI Association. 2011;35:107.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i4.P09

62