GAMBARAN KLINIKOPATOLOGI PASIEN MENINGIOMA DARIi TAHUNi 2014 – 2018 DI RSUPi SANGLAHi DENPASAR
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.3,MARET, 2021
Diterima:11-02-2021 Revisi:20-02-2021 Accepted: 10-03-2021
GAMBARAN KLINIKOPATOLOGI PASIEN MENINGIOMA DARIi TAHUNi 2014 – 2018 DI RSUPi SANGLAHi DENPASAR
I Gusti Ngurah Made Cesar Vajrashrava Sunantara1, Ni Putu Sriwidyani2, NiiPutuiEkawati2, Herman Saputra2
1ProgramiStudiiSarjana Kedokteran dan ProfesiiDokter, FakultasiKedokteran, iUniversitas Udayana, Denpasar, Bali
2Departemen/KSM Patologii Anatomii Fakultasi Kedokteran, Universitasi Udayana, RSUP sanglah, iDenpasar, Bali
iEmail: [email protected]i
ABSTRAKi
Meningiomai adalah tumori yang berasal dari sel meningothelial, Meningioma merupakan tumor system saraf pusat yang tersering. Sampai saat ini belum ada data tentang kejadian meningkat di bali. Penelitiani iniii bertujuani untukii mengetahuii gambaran klinikopatologi pasien meningioma dari tahun 2014–2018 dii Rumahi Sakiti Umumi Sanglahi Denpasar. Penelitiani ini dilakukan dengan metodei deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi, grade, dan klasifikasi histopatologi. Hasil penelitian menunjukan kasus meningioma di RSUP Sanglah dari tahun 2014–2018 terbanyak pada rentang usia 40–49 tahun sebesar (54,2%). dengan dominan berjenis kelamin perempuan (81,3%). Berdasarkan lokasi yang sering terjadi tidak memiliki spesifik tempat yaitu sebanyak (47,7%) jika dikelompokan secara lobus yang paling banyak terjadi di lobus Frontal (15%). Berdasarkan gradenya meningioma tersering yaitu grade I (86%) dengan pembagian klasifikasi histopatologinya, meningioma transitional meningioma (42,1%) yang tersering.
Kata Kunci: Meningioma, Umur, Lokasi, Tipe, Grade
Meningiomas are tumors from meningothelial cells, Meningiomasi arei thei mosti common central nervousi systemi tumors. Until now there has been no data on the increasing incidence in Bali. This study aims to find out the clinical description of meningioma patients from 2014-2018 at Sanglah General Hospital Denpasar. This research was conducted with a descriptivei method. Data collected is based on age, sex, location, grade, and histopathologicali classification. The resultsi showedi the mosti cases of meningiomai in Sanglahii Hospitali from 2014-2018 in the group ranging of 40-49 years (54,2%). with dominant female sex (81,3%). Based on the location that often occurs do not have a specific place that is as many by 47,7%) if grouped in lobes most often occurs in the Frontal lobe (15%). Based on the most frequent grade of meningioma, grade I (86%) with the histopathological classification, transitional meningioma (42,1%) is the most common.
Keywords: Meningioma, Age, Location, Type, Grade
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) meningioma tumor yang berasar dari sel meningothelial. Meningioma ini adalah salah satu tumor otak yang tumbuh dari membran protektif, disebut meningen, yang mengilingi otak dan syaraf tulang belakang. Penelitian menemukan meningioma adalah tumor jinak, dengan pertumbuhan tumor yang lambat dan biasanya terjadi di daerah intrakranial, tetapi dalam beberapa kasus menemukan meningioma menjadi malignan.1,2,3 Meningioma tidak hanya dijumpai di intracranial tetapi dapat di jumpai di medulla spinalis. Mayoritas penderita meningioma ini terjadi pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak, umumnya meningioma menyerang laki – laki maupun wanita, tetapi angka kejadiannya tersering pada wanita.
Meningioma banyak terjadi pada perempuan, hal ini dikarenakan penggunaan obat hormonal yang tinggi. Dalam beberapa faktor, jenis kelamin juga mempengaruhi prevalensi dari meningioma, dimana rasio wanita lebih banyak dari pada laki – laki.4,5 Para peneliti sampai saat ini belum mengetahui bangaimana meningioma ini terjadi, tetapi beberapa teori kemungkinal asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple.6
Selain itu Meningioma mempunyai reseptor yang berhubungan dengan hormon estrogen, progesterone, dan androgen. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Akan tetapi meningioma ini sering terjadi terhadap perempuan dari pada pria, dewasa lebih banyak kasus dari pada anak – anak dan kejadian kasus meningkat seiring bertambahnya usia.5
Angka in-sidens untuk kanker otak ganas di seluruh dunia ber-dasarkan angka standar populasi dunia adalah 3,4 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas adalah 4,25 per 100.000 penduduk per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria. Dari seluruh tumor primer
susunan saraf pusat, meningioma dan tumor mesenkim lainnya sebanyak 27%, Dengan angka insiden adalah 6/100.000 (terbanyak terdapat pada usia lebih dari 50 tahun).7
Menanggapi tingginya angka tersebut, departemeniKesehatanimemasukkanimeningio ma sebagaii salah satu isu prioritasi kesehatani utamai di tingkati ilokal, i nasional, dani
internasioal karena frekuensinyaiiyangi seringi dijumpaii sertai memiliki dampaki besari
padaikesehatan masyarakat.7
Melihat betapa pentingnya kasus
meningioma di Indonesia sertaiibelumiiterdapati banyakidataiipenelitianiyangibertempatidi Rumah Sakit Umum Pusat iSanglah, makai penulisi tertariki mengangkati topiki mengenaii “Gambarani Klinikopatologi Pasien
Meningioma Dari Tahun 2014–2018 Di RSUP Sanglah Denpasar” Penelitianii iniii diharapkani akan menjadii dasari untuki pengembangani penelitian deskritif iiselanjutnya, sehinggai dapati dievaluasii mengenaii klinikopatologi kasus
meningioma di RSUPi iSanglahi Denpasar, iBali
BAHANii DANi METODEii
Penelitiani ini merupakan penelitian deskriptifi dengani desain penelitiani potongi lintangi dii man i variabeli terikati dani variabeli bebasi diamatii hanyai satui kali. Penelitiani inii dilakukani dii Instalasii Laboratoriumi Patolog i Anatomii dii Rumahi Saki i Umumi Pusa i Sangla i Denpasa i darii Januarii 201 i sampaii denga i September i2019. Pad i penelitiani ini peneliti menggunakan dat i sekunde i berup i lemba i pemeriksaani Instalasii Laboratoriu i Patolog i Anatomii Rumahi Sakiti Umumi Pusati Sanglahi Denpasa i tahunii 2014 sampai dengan tahun 2018i yangi berisikan informasii responden seperti usia, jenis kelamin, klasifikasi histopatologi, lokasi, dan grade. Populasii targeti penelitia i inii adalahi seluruhi penderitai meningioma yangi terdaftari di Rumahi Sakiti Umu i Pusati Sangla i iDenpasar. Populasii yangi dapati dijangkaui darii penelitiani inii adalahi penderitai meningioma yang terdaftari dii Rumahi Sakiti Umumi Pusa i Sanglahi Denpasar padai tahuni 2014 sampai dengan tahun 2018. Sampeli diambili secara tidaki aca i (non-probabilityi sampling) melalui teknik totali isampling. Pemilihan sampel dari populasi berdasarkan kriteriai inklusii dan ieksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mengalami kasus meningioma yang terdata d i lembar pemeriksaani Instalasi Laboratoriumi Patologi Anatomi dii Rumah Saki i Umum Pusa i Sanglah Denpasa i tahuni 2014 sampai tahuni
2018 yang memilikii data sesuaii variabeli yangi diteliti. Kriteriai eksklusi adalahi datai lembari pemeriksaan Instalasi Laboratoriumi Patologi Anatomi yang kurangi lengkap ataupun yang hilang
Teknik analisis data menggunakani perangkati lunaki SPSS. Data yangi sudah terkumpuli akan diolahi dan disajikani dalami bentuk tabel diagram, atau grafik distribusi pasien meningioma berdasarkani usia, jenisi kelamin, klasifikasi histopatologi, lokasi, dan grade disertai penjelasan. Penelitian ini telahi mendapati izin kelayakani etik dari Komisii Etiki Penelitian (KEP) Fakultas Kedokterani Universitas Udayanai dengani nomor surat 526/UN14.2.2.VII.14/LP/2019.
HASIL
Hasil Penelitian (Tabel 1) men unjukan bahwai sampel dengan rentangi usia 10–19 tahun merupakan kelompok usia terendah dengani jumlah sampeli sebanyaki satu orang (0,9%). Pada rentangi usia 20–29 tahun tercatati sebanyaki tiga orangi (2,8%). Selanjutnyai rentang usiai 30–39 tahuni tercatat sebanyaki dua puluh orangi (18,7%). Kelompoki dengan rentangi usia 40–49 tahun merupakani kelompoki yang terbanyaki yaknii lima puluh delapan orang (54,2%). Sebanyak delapan belas orang (16,8%) tercatat pada kelompok dengan rentang usia 50– 59 tahun, dan pada rentangii usia >60 tahunii tercatat sebanyaki tujuh orang (6,5%).
Tabel 1. Distribusi iberdasarkani karakteristiki usiaii
Usiaii |
Frekuensiii |
Persentase (%) |
10 – 19 |
1 |
0,9 |
20 – 29 |
3 |
2,8 |
30 – 39 |
20 |
18,7 |
40 – 49 |
58 |
54,2 |
50 – 59 |
18 |
16,8 |
> 60 |
7 |
6,5 |
Penelitian ini menemukan bahwa pasien berjenis kelamin perempuan merupakan kejadian terbanyak yaitu sebanyak delapan puluh tujuh orang (81,3%), sedangkan pasien berjenis kelamin pria sebanyak dua puluh orang (18,7%). Adapun data dari variabel jenis kelamin pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi berdasarkan karakteristik jenis kelamini
Jenis Kelamini |
Frekuensii |
Persentasei (%) |
Laki – laki |
20 |
18,7 |
Perempuan |
87 |
81,3 |
Penelitian ini dibagi berfokus pada lokasi lobus, oleh sebab itu dari hasil penelitian menemukan lokasi lobus frontal yaitu enam belas orang (15%) diikuti dengan lobus temporal, delapan orang (7,5%) selanjutnya yaitu lobus parietal berjumlah empat orang (3,7%) sedangkan yang terendah yaitu lobus occipital dan retrobulbal yaitu sama – sama berjumlah tiga orang (2,8%). Sedangkan yang tidak ada datanya sebanyak lima puluh empat orang (50,5%) diikuti yang kedua yaitu tumor memiliki lebih dari satu regio berjumlah Sembilan belas orang (17,8%). Adapuni data darii variable lokasi pad i penelitiani ini dapat dilihati pada Tabeli 3.
Tabeli 3. Distribusii berdasarkan karakteristik lokasi
Lokasi |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Lobus Frontal |
16 |
15 |
Lobus |
8 |
7,5 |
Temporal Lobus Parietal |
4 |
3,7 |
Lobus |
3 |
2,8 |
Occipital Retrobulbar |
3 |
2,8 |
Lebih dari Satu |
19 |
17,8 |
Regio Tidak ada Data |
54 |
50,5 |
(TAD) |
Hasil Penelitian menunjukan bahwa sampel dengan lokasi terbanyak merupakan lokasi di Lobus frontal sebanyak enam belas orang (15%), selanjutnnya yaitu Lobus Temporal sebanyak delapan orang (7,5%), selanjutnya lokasi di Lobus Parietal sebanyak empat orang (3,7%) dan yang terendah yaitu Lobus Occipital yaitu sebanyak tiga orang (2,8%) sedangkan ada beberapa meningioma selain dibagian lobus yaitu di lokasi retrobulbar sebanyak tiga orang (2,8%), lebih dari satu regio sebanyak sembilang belas orang (17,8%) dan dari seluruhan sampel tersebut terdapat lokasi yang tidak ada datanya yaitu sebanyak lima puluh empat orang (50,5%)
Tabel 4. Distribusi berdasarkani karakteristiki klasifikasi histopatologi
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Histopatologi
Transittional 44 41,1
Meningioma
Angiomatous |
5 |
4,7 |
Meningioma | ||
Fibrous Meningioma |
9 |
8,4 |
Microcystic Meningioma |
3 |
2,8 |
Meningothelial Meningioma |
29 |
27,1 |
Metaplastic Meningioma |
1 |
0,9 |
Atypical Meningioma |
8 |
7,5 |
Chordoid Meningioma |
2 |
1,9 |
Clear-Cell Meningioma |
2 |
1,9 |
Anaplastic Meningioma |
3 |
2,8 |
Hasil penelitian ini menunjukan berdasarkan klasifikasi histopatologi menunjukan bahwa Transittional Meningioma merupakan meningioma yang palling tebanyak yaitu empat puluh empat orang (41,1%), selanjutnya Angiomatous meningioma sebanyak lima orang (4,7%), selanjutnya Fibrous Meningioma sembilan orang (8,4%), habis itu Microcystic Meningioma tiga orang (2,8%) selanjutnya Meningothelial meningioma dua puluh sembilan orang (27,1%), selanjutnya Metaplastic Meningioma satu orang (0,9%) selanjutnya Atypical, Chordoid dan Clear – Cell Meningioma sebanyak delapan (7,5%), dua (1,9%), dua orang (1,9%) dan terakhir Anaplastic Meningioma sebanyak tiga orang (2,8%)
Tabel 5. Distribusi berdasarkan karakteristik grade
Grade |
Frekuensi |
Persentase |
I |
92 |
86 |
II |
12 |
11,2 |
III |
3 |
2,8 |
Hasil Penelitian berdasarkan grade mendapatkan bahwa meningioma grade I merupakan yang tebanyak yaitu sebanyak Sembilan puluh dua orang (86%) sedangkan meningioma grade II sebanyak dua belas orang (11,2%) dan yang terakhir yaitu meningioma grade III sebanyak tiga orang (2,8%)
DISKUSI
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pasien meningioma terbanyak pada dekade kelima 40 – 49 tahun yaitu lima puluh delapan orang (54,2%) untuk total kedua jenis kelamin, kemudian diikuti oleh rentang usia 30 – 39 tahun atau dekade keempat sebanyak dua puluh orang (18,7%) dan dekade keenam yaitu rentangi usiai 50 – 59 tahuni sebanyaki delapan belas orang (16,8%). Hasili penelitian tersebut menunjukan bahwai terdapa i kesesuaiani dengani penelitiani yang pernahi dilakukani pada penelitian Devina Juanita di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017 di Indonesia. yaitu pada rentang usia 40–49 tahun yang merupakan kejadian paling tertinggi pada kasus meningioma. Selain itu hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rockhill pada tahun 2007,4 yang menunjukan bahwa insiden meningioma meningkat dengan seiring pertambahan usia. Meskipun penyebab pasti meningioma belum diketahui, namun delesi dan inaktivasi lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2) yang merupakan gen supresor tumor dipercaya menjadi faktor predominan pada meningioma sporadik.5
Berdasarkan Hasil penelitian tahun 2010 oleh Wiemels, Wrench dan Claus5, didapatkan hasil bahwa angka kejadian meningioma lebih banyak terjadi pada perempuan dengan perbandingan 3 : 1. Hasil penelitian sesuasi dengan teori yang disebutkan sebelumnya, dengan menemukan penderita meningioma dii Rumahi Sakiti Umum Pusati Denpasari Bali tahun 2014–2018 berdasarka i jenis kelamin yangi memilikii angka tertinggii yaitui perempuanii mendapatkani proporsii yaitui sebanyak delapan puluh tujuh orang (81,3%) sedangkan laki – laki dua puluh orang (18,7%). Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya meningioma sering dijumpai pada perempuan, bahkan bisa mencapai dua kali lipat lebih tinggi dari angka kejadian laki – laki. Menurut literatur, hal ini disebabkan karena pada perempuang penggunan obat hormonal yang tinggi. Meskipun peran tepat hormone dalam pertumbuhan meningioma belum dipastikan, peneliti telah mengamati kadang – kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.8 Berbagai studi menunjukkan bahwa sebagian besar meningioma mengekspresikan reseptor hormon progesteron pada membran sel, dengan berbagai variasi.9,10
Pada penelitian ini ditemukan lokasi tumor – tumor ini merupakan yang tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellontine angle dan multiple.11 Didapatkan lobus frontal yaitu enam belas orang (15%) merupakan lokasi yang paling banyak diikuti dengan lobus temporal, delapan orang selanjutnya yaitu lobus parietal berjumlah empat orang (3,7%) sedangkan yang terendah yaitu lobus occipital Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hakim 2005 yang menyatakan tumor otak secara umum terbanyak di lobus parietalis (18,2%). Menurut literature, mayoritas meningioma terjadi di sepanjang sinus vena dural, antaralain convexity dan parasagital.13 Hal ini mendukung hasil penelitian yang menunjukkan meningioma terbanyak dijumpai di lobus frontal (15%) dan lobus temporal (8%).
Hasili penelitiani yangi didapatkani penelitii menunjukkani gambaran meningioma berdasarkan Grade di Rumahi Sakiti Umumi Pusati Sanglahi Denpasari Bali dari tahun 20142018, berdasarkan grade memilikii angka tertinggii yaitu pada pasien dengani meningioma Grade I sebesar sembilan puluh dua orang (86%). Hal ini menunjukan kesesuaian dengan literature dari WHO 2007 yang menyebutkan bahwa frekuensi kasus meningioma Grade I adalah yang paling tersering yaitu sekitar 80– 90%. Dari data tersebut sebagian besar pasien menderita meningioma Grade I, yaitu Transittional Meningioma jika di golongkan secara klasifikasi histopatologi nya sebanyak empat puluh lima orang (42,1%) dari total jumlah pasien yang menderita meningioma Grade I Sembilan puluh dua orang (86%. Terlihat bahwa jenis Transittional Meningioma memiliki proporsi yang tertinggi yaitu (42,1%). Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari ekspresi reseptor hormone progresteron pada membrane sel meningioma, dimana paling tinggi ditemuka pada jenis transitional meningioma. Jaringan tumor meningioma jenis transitttional meningioma yang berdiferensiasi baik memiliki banyak kesamaan dengan sel arachnoid normal. Sehingga ekspresi reseptor progesteron paling tinggi ditemukan pada jenis transitional.14
Terdapati beberapai keterbatasani dalam penelitian ini, sehinggai diperlukani uji padai penelitiani selanjutnyai dalami meningkatkani pengentahuan yang berhubungan dengan kejajdian meningioma di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Keterbatasan dalam penelitian ini yakni menggunakani desaini cross-
sectionali yangi dimanai memlikii pengaruhi padai observasii gambaran meningioma. Berdasarkan keterbatasani tersebut, diharapkani padai
penelitiani selanjutnyai dapati dilaksanakani secarai rinci sehinggai memperolehi hasil yan i lebihi akurat.
Penelitiani inii dapati menjadi kontribusii dalami rangkai pengembangani ilmui khususnyai mengenai tentang kejadiani meningioma di
Indonesia. Potensii ini diharapkani dapat terusi dikembangkani untuki menurunkani kejadiani
meningioma melalui intervensii pengetahuani maupuni gayai hidup. Pengembangani dengani metodei penelitiani yangi lebihi tinggi diperlukani dalam meningkatkan kualitas output. i SIMPULANi
Berdasarkan hasil ipembahasan dii atas didapatkani bahwai kasus meningioma yang paling tinggi pada kelompok rentang 40–49 tahun dengan insiden tersering pada jenis kelamin perempuan, sebagian besar lokasi meningioma terletak pada lobus frontal dan yang paling sering adalah meningioma grade I yaitu transitional meningioma.
SARAN
Perlu dilakukan kelengkapan data rekam medis sehingga informasi yang diperlukan dapat lebih muda dan perlu diadakannya penyuluhan tentang bahayanya meningioma dikalangan masyarakat, sehingga bisa mendeteksi dini adanya gejala tumor otak lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Wamick R. Mayfield Braind & Spine. Meningioma Tumor. 2016; (Vol 4): 1.
-
2. Wohrer A. Epidemiology of Meningioma. European Association of NeuroOncology Magazine. 2013; (Vol 3): 95 - 96.
-
3. Rogers L, Barani I, Chamberlain M, Kaley T, McDermott M, Raizer J dkk.
Meningiomas: knowledge base, treatment outcomes, and uncertainties. A RANO review. Journal of Neurosurgery. 2015;122(1):4-23.
-
4. Rockhill J, Mrugala M, Chamberlain M. Intracranial meningiomas: an overview of diagnosis and treatment. Neurosurgical Focus. 2007;23(4):E1.
-
5. Wiemels J, Wrensch M, Claus E.
Epidemiology and etiology of meningioma. Journal of Neuro-Oncology.
2010;99(3):307-314.
-
6. American Brain Tumor Association [Internet]. American Brain Tumor Association. 2009 [cited 12 November
2019]. Available from:
-
7. Kanker.kemkes.go.id. 2017 [cited 12 November 2019]. Available from: http://www.kanker.kemkes.go.id/guidelines /PNPKOtak.pdf
-
8. Macarthur A. Craniotomy for suprasellar meningioma during pregnancy: Role of fetal monitoring. Canadian Journal of Anesthesia/Journal canadien d'anesthésie. 2004;51(6):535-538.
-
9. Bradlley W. Pocked companion to neurology inclinical practice. 3rd ed. Butterworth; 2000.
-
10. Behrman R, Kliegman R, Jenson H. Nelson texbook of pediatrics. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2007.
-
11. Otsuka S, Tamiya T, Ono Y, Michiue H, Kurozumi K, Daido S dkk. The relationship between peritumoral brain edema and the expression of vascular endothelial growth factor and its receptors in intracranial meningiomas. Journal of Neuro-Oncology. 2010;70(3):349-357.
-
12. Hakim A. Tindakan bedah pada tumor cerebellopontine angle. Majalah
Kedokteran Nusantara. 2005;
-
13. Sherman J, Hoes K, Marcus J, Komotar R, Brennan C, Gutin P. Neurosurgery for Brain Tumors: Update on Recent Technical Advances. Current Neurology and Neuroscience Reports. 2011;11(3):313-319.
-
14. Wolfsberger S, Ba-Ssalamah A, Pinker K, Mlynárik V, Czech T, Knosp E dkk. Application of three-tesla magnetic resonance imaging for diagnosis and surgery of sellar lesions. Journal of Neurosurgery. 2004;100(2):278-286.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2021.V10.i3.P12
82
Discussion and feedback