ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.2,Februari, 2021



Diterima:06-12-2020 Revisi: 13-01-2020 Accepted: 05-02-2021

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR

Gede Ari Mahendra M.1, Luh Putu Ariastuti2, Komang Ayu Kartika S.2, Putu Aryani2

  • 1.    Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

  • 2.    Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakutas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Status gizi (IMT/U) merupakan suatu indikatori yangi dapat diukuri dengani menggunakan antropometri. Indeksi massa tubuhi seseorang dapat dihitung dengan cara BB (kg)/TB2 (m2). Dalam keadaan normal, indeks massa tubuh tidak akan banyak berubah seiring dengan bertambahnya usia. Status gizi pada anak dapat mempengaruhi prestasi akademik anak tersebut di sekolah. Apabila status gizi anak baik, maka prestasi akademik anak pun cenderung baik. Demikian juga sebaliknya, apabila status gizi anak tidak baik, maka prestasi akademik anak pun cenderung tidak baik. Selain status gizi, prestasi akademik anak juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan belajar anak sehari-hari. Semakin baik kebiasaani belajar anak, makai prestasii akademik anak puni akani semakin baik. Selain status gizi dan kebiasaan belajar masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi akademik anak di sekolah, yaitu kebiasaan sarapan pagi, nomor urut anak dalam keluarga, pendidikani orangi tua, status pekerjaani ibu, penghasilan orang tua, bimbingan belajar, absensi siswa. Penelitian ini memiliki desain analitik crossectional untuk melihat adanya hubungan statusi gizii dan kebiasaan belajar terhadap prestasii akademik siswa-siswi sekolahi idasar di Kota Denpasar. Penelitian ini melibatkan tiga sekolah yang dipilih secara acak dengan multistage random sampling dan akhirnya terpilih SDN 6 Dauh Puri, SDN 11 Dauh Puri dan SDN 12 Dauh Puri sebagai tempat dilaksanakannya penelitian. Total peserta penelitian yang terlibat yaitu 153 peserta dari kelas 4,5 dan 6 di tiap-tiap SD. Data Penelitian selanjutnya diinput dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisisi univariati dan bivariati digunakan untuki melihati frekuensii dan hubungan tiap ivariabel. Berdasarkan hasil Analisa dengan menggunakan SPSS variabel status gizi dan kebiasaan belajar memilikii hubungani yang bermaknai i(p-value < 0,05), terhadap prestasi akademik siswa-siswi SD di Kota Denpasar. Hal ini berarti status gizi dan kebiasaani belajar berpengaruhi terhadap prestasii akademiki siswa-siswi SD di Kota Denpasar.

Kata kunci : Kebiasaan Belajar, Prestasi Akademik, Status Gizi.

ABSTRACT

This Nutritional status (BMI/U) is an indicator that can be measured using anthropometry. A person's body mass index can be calculated by means of BB (kg) / TB2 (m2). Under normal circumstances, body mass index will not change much with age. The nutritional status of a child can affect the child's academic achievement at school. If the child'si nutritionali statusi is good, then the child's academic achievement also tends to be good. Vice versa, if the child'si nutritional statusi isi not igood, then the child's academic achievement also tends to be not good. In addition to nutritional status, children's academic achievement can also be influenced by children's daily study habits. The betteri the child'si learningi habits, the better the child's academic achievement. In addition to nutritional status and study habits there are still many other factors that can affect a child's academic achievement at school, namely breakfast habits, child serial number in the family, parental education, mother's employment status, parental income, tutoring, student attendance. This study has a cross-sectional analytic design to see the relationshipi between

nutritionali statusi and study habits on academici achievementi of elementary school students in Denpasar City. This study involved three schools chosen randomly by multistage random sampling and finally SDN 6 Dauh Puri, SDN 11 Dauh Puri and SDN 12 Dauh Puri were chosen as the research sites. The total research participants involved were 153 participants from grades 4.5 and 6 in each elementary school. The research data is then inputted and analyzed using the SPSS application. Univariate and bivariate analysis is used to see the frequency and relationship of each variable. Basedi on thei resultsi of the analysisi using SPSS the variables of nutritional status and study habits have a significant relationship (p-value <0.05), oni the academici achievementi of elementaryi schooli studentsi in Denpasar. This means that nutritional status and study habits affect the academici achievementi of elementaryi schooli studentsi in the city of Denpasar.

Keywords : Academic Achievement, Nutritional Status, Study Habits.

PENDAHULUAN

Keberhasilan Pembangunan Nasional tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusianya. Berdasarkan data dari United Nationss Development Programs pada tahun 22015, indeks pembangunan manusia (Human Development Indeks) di Indonesia masih sangat rendah. Di antara 187 negara yang disurvey, Indonesia menempati peringkat 124. Tentu peringkat ini masih jauh dari harapan pemerintah terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Ada tiga faktor utama penentu indeks pembangunan manusia di suatu negara yaitu, ppendidikan, kkesehatan dan eekonomi.1

Umur 0-3 tahun atau seribu hari pertama merupakan masa yang paling menentukan (windows of oppurtinity) kualitas seorang individu kedepannya. Pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat pada umur tersebut akan terus berlanjut hingga masa sekolah dan akan berstatus gizi tidak baik, sehingga individu tidak akan berkembang secara optimal. Berdasarkan datai dari Riskesdass padai tahuni 22013, ididapatkan bahwa prevalensii gangguan statusi gizi pada anak uusia sekolah (6-12 tahun) di Indonesia sebesar 30,7% dengan prevalensi di Provinsi Bali berkisar pada angka 4% yang dominan tersebar di daerah kota denpasar.2 Untuk melihat besarnya masalah pada gangguan status gizi dapat dilihat padai urgensii dan dampaki kesehatan yang diakibatkan. Anak yang kurang gizi mudah mengantuk sehingga akan mengganggu proses pembelajar di sekolah dan kemampuan berfikir anak akan bberkurang karena perkembangan otak yang tidak ooptimal.3

Prestasi akademik siswa adalah bagian dari kemampuan kognitif yang merupakan salah satu indikator kesuksesan proses pendidikan pada tiap jenjang. Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara status gizi dengan prestasi akademik anak terutama pada mata pelajaran matematika dan sains. Berdasarkan riset iyang dilakukani oleh Trendsi in Mathematicsi and iScience

Studyi pada tahuni 2013 mengemukakan fakta bahwa prestasi akademik siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah, jika dilihat dari nilai matematika dan sains. Selain status gizi anak, ternyata ada faktor-faktor lain yang berperan penting dalam prestasi akademik, yaitu kebiasaan belajar anak, pendidikan orang tua, status pekerjaan ibu, penghasilan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, kegiatan bimbingan belajar yang diikuti anak.4

Hubungan antara kondisi status gizi dan kebiasaan belajar terhadap rendahnya prestasi akademik belum terlalu banyak di teliti di Indonesia. Penelitian pada tahun 2014 yang dilakukan di Mexico menunjukkan adanya keterkaitan sstatus gizii (IMT/U) tterhadap perkembangan prestasi akademik anak di sekolah dasar. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gunawan, Fadlyana dan Rusmil pada tahun 2015 menyatakan bahwa status gizi merupakan faktor yang paling berperan terhadap hasil prestasi akademik siswa/siswi. Penelitian - penelitian cross-sectional maupun longitudinal yang dilakukan di beberapa negara lain seperti di negara Kenya, Peru, India, Vietnam menunjukkan kesimpulan yang sedikit berbeda, yang menyatakan bahwa faktor lain selain status gizi yang menyebabkan terjadinya penurunan prestasi akademik seperti kebiasaan belajar dan kebiasaan sarapan anak.5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahmatina pada tahun 2014 di kota padang menunjukkan bahwa bimbingan belajar yang paling menentukan prestasi akademik siswa/siswi. Namun penelitian lain yang dilakukan oleh Seala Septiani pada tahun 2016 di Jakarta menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang menentukan prestasi akademik siswa/siswi.9 Berdasarkan yang telah dilakukan beberapa orang di berbagai negara, prestasi akademik siswa/siswi tidak ditentukan oleh satu faktor saja, masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa/siswi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara status gizi dan kebiasaan belajar terhadap prestasi akademik

siswa/siswi sekolah dasar. Lokasi yang dipilih adalah beberapa SD negeri ada di Kota Denpasar.6

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada tiga SD yang berada pada wilayah Denpasar yaitu SDN 6 Dauh Puri, SDN 11 Dauh Puri dan SDN 12 Dauh Puri. Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga September tahun 2018 dengan subyek penelitian yaitu anaki usiai 6-12 itahun dan responden penelitian yaitu orangi tua dari anaki usia 6-12i tahuni pada SD yang dikunjungi. Subyek penelitian yang terlibat adalah 153 anak usia 612 tahun beserta orang tua yangi dipilihi menggunakani metode multistage randomi sampling..

Data yang dikumpulkan adalah data status gizi anak, data prestasi akademik anak, data karakteristik anak dan orang tua meliputi umur anak, jenis kelamin anak, kebiasaan sarapan anak, bimbingan belajar yang diikuti anak, absensi anak, nomor urut anak, kebiasaan belajar anak, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, status bekerja ibu, dan penghasilan keluarga. Metode pengumpulan data status gizi anak dilakukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan acuan standar antropometri WHO menggunakan alat ukur tinggi dan alat ukur berat badan untuk menilai kategori status gizi anak. Data prestasi akademik anak diperoleh dari nilai raport anak. Data karakteristik subyek dan responden penelitian di dapatkan melalui pengisian kuisioner yang berisi umur anak, jenis kelamin anak, kebiasaan sarapan anak, bimbingan belajar yang diikuti anak, absensi anak, nomor urut anak, kebiasaan belajar anak, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, status bekerja ibu, dan penghasilan keluarga. Data kemudian dianalisisi secara univariati dan bivariati dan diuji statistik menggunakani uji Chii Squarei untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik anak usia 6-12 tahun. Penelitian ini telah mendapatkan ijin berupa surat kelaikan etik dari Komisii Etiki Penelitian Fakultasi Kedokteran Universitasi Udayanai dengan kelayakani Etiki Nomor: 370/UN14.2.2.VII.14/LP/2019i tanggal 22 Februari 2019.

HASIL

Pada tabel 1 dijumpai sebagian besar anak berumur 12 tahun, berjenis kelamin perempuan, tidak mengikuti bimbingan belajar, sarapan setiap hari, mimiliki absensi lebih dari 2 hari, kebiasaan belajar sedang, status gizi norak dan prestasi akademik baik.

Tabel 1. Deskripsi distribusi frekuensi karakteristik anak usia 10-12 tahun

Variabel

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Umur anak

10 tahun

47

22,4

11 tahun

49

44,8

12 tahun

57

32,0

Jenis

Laki-laki

68

30,7

kelamin anak

Perempuan

85

37,3

Bimbingan

Mengikuti

56

36,6

belajar

Tidak mengikuti

97

63,4

Kebiasaan

Setiap hari

153

100

Sarapan

Tidak setiap hari

0

0

Absensi

> 2 hari

81

52,9

1-2 hari

72

47,1

Tidak absen

0

0

Nomor Urut

> 2 hari

19

12,4

Anak

≤ 2 hari

134

87,6

Kebiasaan

Rendah

17

11,1

Belajar

Sedang

81

53

Baik

55

35,9

Status Gizi

Kurus

14

9,2

Normal

107

69,9

Lebih

32

20,9

Prestasi

Baik

83

54,2

Akademik

Kurang

70

45,8

Pada tabel 2 dijumpai sebagian besar anak dengan ayah berpendidikan SMA, ibu berpendidikan SMA, ayah bekerja debagai pegawai swasta dan wiraswasta, ibu tidak bekerja berjenis kelamin perempuan, tidak mengikuti bimbingan belajar, sarapan setiap hari, mimiliki absensi lebih dari 2 hari, kebiasaan belajar sedang, status gizi normal dan prestasi akademik baik.

Tabel 2. Deskripsi distribusi frekuensi karakteristik orang tua anak

Variabel

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Pendidikan

Tidak

0

0

Ayah

bersekolah

SD

15

9,8

SMP

26

17

SMA

71

46,4

S1

35

22,9

S2

2

1,3

S3

4

2,6

Pendidikan

Tidak

0

0

Ibu

Bersekolah

4

SD

21

13,7

SMP

31

20,3

Pada tabel 3

dijumpai bahwa sebesar 9

,2% anak

SMA

67

43,8

dengan statusi gizii kurang, 69,9% dengani status

S1

32

20,9

gizii normal

dan 20,9% dengan status gizi lebih.

S2

1

7

Kemudian dijumpai juga sebesar 11,1% kebiasaan

S3

1

7

belajar anak rendah, 53% kebiasaan belajar anak

Pekerjaan

Tidak

1

7

sedang dan 20,9% kebiasaan belajar anak baik.

Ayah

bekerja

Untuk prestasi akademik

dijumpai

sebanyak

Wiraswasta

61

39,9

54,2% anak dengan prestasi akademik baik dan

Pegawai

61

39,9

45,8% anak dengan prestasi akademik kurang

swasta PNS

12

7,8

baik.

Lain-lain

18

11,8

Tabel 3. Deskripsi distribusi frekuensi status gizi

Status

Bekerja

anak, kebiasaan belajar

anak dan

prestasi

bekerja ibu

Tidak

81

52,9

akademik anak

Penghasilan

bekerja

Rp0      -

59

75

38,6 49

Variabel

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Keluarga

Rp2.500.000

Status gizi

Kurang

14

9,2

Rp

52

34

anak

Normal

107

69,9

2.500.000-

Lebih

32

20,9

Rp5.000.000

15

9,8

Kebiasaan

Rendah

17

11,1

Rp.

belajar

Sedang

81

53

5000.000  –

anak

Baik

55

35,9

Rp.

Prestasi

Baik

83

54,2

7.500.000

Rp

>7.500.000

11

7,2

akademik anak

Kurang

70

45,8

Pada tabel 4 dijumpai variabel-variabel yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan prestasi akademik anak adalah status gizi dan kebiasaan belajar (p-value<0,05).

Tabel 4. Hubungan statusi gizii dan kebiasaan belajar terhadap prestasi akademik

Variabel

Prestasi Akademik

p-value

Baik n(%)

Kurang n(%)

Status gizi anak Kurang

5 (35,7)

9 (64,3)

Normal

61 (57)

46 (43)

<0,001

Lebih

Kebiasaan

4 (12,5)

28 (87,5)

belajar anak Rendah

0 (0)

17 (100)

Sedang

27 (33,3)

54 (66,7)

<0,001

Baik

43 (78,2)

12 (21,8)

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sstatus ggizi berhubungan dengan prestasi akademik siswa-siswi seolah dasar, hal ini dibuktikan dengan uuji statistik chi squaree dan diperolehi nilai ip-value sebesar i<0,001. Hali inii menunjukkan bahwa terdapati hubungani yang signifikan antara istatus gizii anak terhadap prestasii akademik siswa-siswi sekolahi dasari di kota Denpasar. Hasili ipenelitian ini sejalani dengan penelitiani yang dilakukani oleh Roshita, Rahmatina dan Susila di sekolahi dasar Negerii 01 Guguki Malintangi iKota Padangpanjangi pada tahun 2014. Dalam penelitiannya sebanyak 120 responden menunjukkan bahwa terdapat hubungani yang signifikani antara statusis giziii dengan prestasii akademik dengan ip-value sebesar i0,020. Selanjutnya hasili penelitiani yang dilakukani oleh Tazkya dan Rini pada tahun 2015 di SDN 03 Pondok Cina Depok juga menunjukkani adanya hubungani statusi gizii dengan prestasii akademik dan didapatkani iρ-value i0,033.

Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini diperoleh bahwa proporsi anak dengan status gizi normal memiliki prestasi akademik baik (57%) lebih besar dibandingkan dengan proporsi anak dengan status gizi kurang (35,7%) dan status gizi lebih (7,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa anak dengan statuss gizii yang normal perkembangannya cenderung sesuai terhadap prestasi akademik. Hal ini karena dengan status gizi yang seimbang, tumbuh kembang anak menjadi sesuai dengan tingkat umur perkembangannya karena asupan berbagai macam gizi tersebut digunakan secara efisien oleh jaringan tubuh sehingga terciptanya pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kesehatan yang optimal.7

Pada hasil penelitian ini ditemukan anak dengan status lebih memiliki prestasi akademik baik berjumlah sebanyak 4 anak (7,3%). Status ggizi lebih berkaitan dengan kelebihan energi (kalori) dalam konsumsi pangan yang lebih besar dari penggunaan untuk aktivitas tubuh. Kelebihan energi yang terlampau banyak ini dapat diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam jaringan lemak. Hal ini dapat memberikan dampak yang merugikan bagi tubuh seperti mudah merasa panas sewaktu bekerja dan menambah beban kerja jantung.7 Peningkatan panas tubuh, peningkatan kerja jantung dan terhambatnya proses belajar akibat dampak dari kelebihan gizi tersebut dapat menyebabkan terganggunya perkembangan anak. Dalam melakukan aktivitas, anak mudah merasa lelah, gerak anak menjadi tidak fleksibel dan terhambat. Selain itu, anak dengan lebih memiliki dampak pada psikososial

seperti kurang rasa percaya diri dan menarik diri dari lingkungan.8

Sedangkan anak dengan statusi gizii kurang dalam penelitian ini memiliki prestasi akademik berjumlah sebanyak 5 anak (35,7%). Status gizi kurus adalah keadaan dimana gizii yang dikonsumsii lebih sedikiti daripada yang diperlukani tubuh. Menurut Almatsier (2012), kekurangan gizi dapat menyebabkan seseorang kekurangan energi untuk melakukan aktivitas, selain itu penelitian Kartikaningsih (2009) menemukan bahwa kekurangan asupan protein dapat menyebabkan atrofi pada otot sehingga dapat mengganggu aktivitas motorik anak. Anak dengan status gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pemusatan perhatian dan penurunan integrasi sensori yang dapat mengganggu aspek perkembangan otak anak.9

Pada penelitian inii diperoleh bahwa ikebiasaan belajar berhubungan dengan prestasi akademik siswa-siswi seolah dasar, hal ini dibuktikan dengan ujii statistiki chii squarei diperoleh nilaiii ip-value sebesar i<0,001. Hal inii menunjukkani bahwa terdapat hubungani yang signifikan antara kebiasaani belajari anak terhadap prestasii akademik siswa-siswi sekolahi dasari di ikota Denpasar. Hasili penelitiani ini sejalani dengan penelitiani yangi dilakukani oleh Anisa pada tahun 2016i di sekolah dasar di kecamatan Piyungan kabupaten Bantul. Dalam penelitiannya sebanyak 130 siswa/siswi di sekolah dasar di kecamatan Piyungan kabupaten Bantul menunjukkan adanya hubungani yang signifikani antara ikebiasaan belajari dengan prestasii akademik dengan ip-value sebesar i0,001. Selanjutnya hasili penelitiani yang dilakukan oleh Ruli pada tahun 2018i juga menunjukkan adanya hubungan statusi gizii dengan iprestasi akademik didapatkan ip-value 0,002..10

Hasili analisisi bivariati dalam penelitian ini diperolehi bahwai proporsi anak dengan kebiasaan belajar baik memiliki prestasi akademik baik (78,2%) lebih besar dibandingkan dengan proporsi anak dengan kebiasaan belajar sedang (33,3%) maupun kebiasaan belajar kurang (0%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa anak dengan kebiasaani belajari yang baik prestasi akademiknya akan baik. Hal ini karena dengan ikebiasaan belajari yang baiki makai pemahaman dan daya ingat anak terhadap materi pelajaran akan lebih lama karena anak telah sering membaca dan meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, sehingga ketika menghadapi ujian akan lebih mudah dalam mengingat materi yang telah dipelajari dan menjawab soal ujian dengan baik.11

Pada hasil penelitian ini ditemukan anak dengan kebiasaan belajar sedang memiliki prestasi akademik baik sebanyak 27 anak (33,3%) dan

kebiasaan belajar rendah memiliki prestasi akademik baik sebanyak 0 anak (0%). Kebiasaan belajar berkaitan dengan frekuensi belajar, fokus ketika belajar, fasilitas yang tersedia dan dukungan dari orang tua dan guru. Kebiasaan belajar yang sedang dan kurang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi diantara frekuensi belajar anak, fokus anak ketika sedang belajar, fasilitas yang disediakan di rumah dan dukungan dari orang tua maupun guru. Sehingga anak tidak bisa melakukan kebiasaan belajar secara maksimal, sehingga prestasi akademiknya di sekolah tidak maksimal. Tentunya permasalahan ini harus segera diatasi, karena kebiasaan belajar akan terus dibawa sampai dewasa dan akan terus mempengaruhi prestasi akademiknya di sekolah.12

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian tentang hubungan statusi gizii dan kebiasaan belajar terhadapi prestasi akademik siswa-siswi sekolah dasari yang dilakukan di kota Denpasar dengan 153 sampel penelitian dari beberapa sekolah dasar menyatakan bahwa sebagian besar siswa-siswi sekolahi dasar di kotai Denpasar memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 107 anak (69,9%), sebagian besar siswa-siswi sekolah dasar di kota Denpasar memiliki kebiasaan belajar baik yaitu sebanyak 55 anak (35,9%), sebagian besar siswa-siswi sekolah dasar di kota Denpasar memiliki prestasi akademik baik yaitu sebanyak 83 anak (54,2%), faktor status gizi dengan nilai ip-value <0,001i dan faktor kebiasaan belajar dengan nilai ip-value <0,001i memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap prestasi akademik siswa-siswii sekolahi dasari di kotai Denpasar.

SARAN

Padai hasil penelitian ini ditemukan nilai p-value yang signifikan untuk ihubungan statusi gizii dan kebiasaan belajar iterhadap prestasii akademik. Untuki ipenelitian selanjutnyai diharapkan dapati membahas lebihi detail terkait faktor-faktor lain yang dapati berpengaruhi terhadap iprestasi akademiki siswa-siswii sekolah dasar sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi- informasi berkaitan tentang ifaktor - faktor yangi dapat mempengaruhii prestasi akademik siswa-siswii sekolahi dasar.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.  Eniszarti. Pengaruhi Statusi Gizii dan Faktor Lain

terhadapi Prestasii Akademik Murid SDN 03 Kelurahan Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Skripsi. FKM UI. 2011

  • 2.    Lendeza, Misele A., dan Rinda T. Stunting in the children. Journal of Nutrition; 2009;Vol.129: page 1555-1562

  • 3.  Riskesdas. Panduan Antopomertri. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia; 2017.

  • 4.  Daniel T, Buhril N, dan Demins B. The role of

nutrition intake. Nutrition and Food Science;2015; 37(5).

  • 5.   Clara, R. dan Foxi, K. Nutrition theraphy of diet.

Journal of the American Diabetic Association; 2010; 109(2), page 34-45

  • 6.    Asngari, Yahya. 2014. Tidak naik kelas, apakah bodoh?       Artikel.       (Diakses       dari

www.kemendikbud.go.id tanggal 24 september 2018 pukul 09.00)

  • 7.  Ralmasier K. Prinsip Gizi Klinik Dasar. Bandung:

Gramedia; 2014.

  • 8.    Suciningsih. Pertumbuhan dan Perkembangan Nutrisi Anak. Bandung; ECG; 2013.

  • 9.   Ariwati, P., Kushartanti, W., Susilo, J. Prestasi

akademik penderita kurang gizi sekolah dasar. Gizi Klinis; 2011; 8(2), 87-92.

  • 10.    Sartika. Dampak prestasi akademik penderita obesitas pada anak di Indonesia. Kesehatan Gizi Anak. 2014;16(1), pp.27-33.

  • 11.    Solihin. Pengaruh Asupan dan Kualitas Belajar, terhadap Perkembangan Akademik Anak. Gizi Klinik. 2014;36(1),pp. 53-61.

  • 12.    Hadinata. Pemanfaatan waktu dan kebiasaan belajar yang baik. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i2.P17

96