ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 10 NO.9,SEPTEMBER, 2021


Diterima: 2021-05-24 Revisi: 2021-06-15 Accepted: 23-09-2021

KECEMASAN MENURUNKAN AKTIVITAS SEKSUAL WANITA LANJUT USIA DI BLAHBATUH GIANYAR

1Ni Made Dwi Ayu Martini, 2Ni Komang Matalia Gandari, 3I Gusti Agung Ayu Sri Dewi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

Program Studi S1 Keperawatan e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Aktivitas seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, namun perubahan akibat proses penuaan dapat berpengaruh terhadap aktivitas seksual, Perubahan yang dialami di antaranya kecemasan dan menopause yang dapat menyebabkan rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara kecemasan dengan aktivitas seksual pada wanita lanjut usia di Blahbatuh, Gianyar.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 29 responden menggunakan teknik sampling insidental. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Spearman Rank.

Hasil penelitian didapatkan 75,9% responden mengalami kecemasan sedang, 73,3% responden dalam kategori tidak aktif secara seksual, dan ada hubungan kecemasan dengan aktivitas seksual pada wanita lanjut usia di Blahbatuh, Gianyar (p= 0,001). Lansia diharapkan dapat mengatasi kecemasannya agar dapat memelihara aktivitas seksualnya.

Kata kunci : Kecemasan, Aktivitas Seksual, Wanita Lanjut Usia.

ABSTRACT

Sexual activity is one of the basic human needs that must be met, but changes due to the aging process can affect sexual activity. These include anxiety and menopause, which can cause fear or worry in certain situations. This study was conduct to determine the relationship between anxiety and sexual activity among elderly women in Blahbatuh, Gianyar.

This research is a cross-sectional quantitative study with a total sample of 29 people using incidental sampling techniques. Data were collected using a questionnaire and analyzed using the Spearman Rank test.

The results of the study were 75.9% of respondents experienced moderate anxiety, 73.3% of respondents were in the category of not sexually active, and there is a relationship between anxiety and sexual activity among elderly women in Blahbatuh, Gianyar (p = 0.001). The elderly is expected to be able to overcome their anxiety in order to increase their sexual activities.

Keywords : Anxiety, Sexual activity, An elderly woman.

  • 1.    PENDAHULUAN

Proses penuaan merupakan proses alamiah yang akan dialami setiap individu. Di Indonesia, seseorang yang berusia di atas 60 tahun disebut lanjut usia sesuai dengan UU No 13 Tahun 1998. Sesuai dengan klasifikasi lansia menurut WHO yang membagi lansia menjadi 4 kelompok, yaitu middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun), serta very old (>90 tahun). Semakin bertambahnya usia, masalah baik fisik,

psikologi, sosial, spiritual hingga ekonomi dapat timbul dan mengubah kehidupan lanjut usia. Perubahan pada masing-masing aspek tersebut dapat mempengaruhi satu sama lain.

Lansia akan mengalami beberapa perubahan fisik, salah satunya adalah perubahan pada sistem reproduksi. Lansia wanita akan mengalami penyempitan ovarium dan uterus, terjadi pengecilan pada payudara, dan selaput lendir vagina menurun, sedangkan laki-laki akan

mengalami penurunan memproduksi spermatozoa secara berangsur-angsur. Seperti yang kita ketahui bersama, menopause merupakan bagian dari proses penuaan pada wanita berkaitan dengan sistem reproduki dan endokrin. Selama menopause, terjadi penurunan fungsi ovarium sehingga produksi estradiol, progesteron, estrogen dan testosteron berkurang1.

Perubahan psikologi yang dapat dialami oleh lansia salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan munculnya perasaan tidak nyaman dan pengalaman yang samar disertai dengan perasaan tak menentu dan tak berdaya yang diakibatkan oleh hal yang belum jelas2. Kecemasan merupakan rasa takut yang tidak dapat diungkapan maupun dirasakan3. Kecemasan atau rasa takut dapat menghampiri pada saat kapanpun dan dimanapun terhadap hal-hal yang dihadapi sehari-hari. Pada lanjut usia, kecemasan dapat diakibatkan oleh dampak dari proses menua yang dialami.

Perubahan akibat menua pada wanita lansia dapat ditunjukkan melalui penurunan perilaku seksual. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas seksual mulai menurun, baik aktivitas seksual sederhana seperti membelai, memeluk, hingga hubungan seksual. Perubahan yang terjadi pada wanita lansia berkaitan dengan penuaan pada sistem endokrin dan reproduksi adalah menopause. Meskipun dengan keadaan menopause, kebutuhan seksual itu masih tetap ada, namun memiliki pasangan hidup hingga akhir kehidupannya, bukanlah kondisi yang dapat dialami semua lansia4.

Aktivitas seksual merupakan semua bentuk perilaku yang menimbulkan reaksi seksual. Perilaku tersebut dapat ditunjukkan berupa ciuman, pelukan, rabaan bahkan sampai seks oral. Reaksi seksual pada wanita adalah lubrikasi vagina5. Aktivitas seksual berkaitan erat dengan kesehatan secara keseluruhan. Individu dengan kesehatan yang luar biasa (excellent) dan sangat baik (very good) hampir dua kali lebih mungkin untuk menjadi aktif secara seksual daripada individu dengan kesehatan yang lebih buruk. Alasan yang paling umum atas ketidakaktifan seksual pada individu yang memiliki pasangan adalah kesehatan pasangan pria. Pria lebih aktif secara seksual dibandingkan wanita, hal ini kemungkinan besar karena wanita hidup lebih lama dan mungkin tidak memiliki pasangan. Wanita, terutama yang idak dalam suatu hubungan, lebih mungkin dibandingkan pria untuk melaporkan kurangnya minat pada seks6,7. Penelitian Martini )melaporkan bahwa ada hubungan antara aktivitas seksual dengan kualitas hidup wanita lansia8.

Kesehatan fisik dapat terjaga dan ditingkatkan dengan aktivitas seksual yang terpelihara. Suparto

mengungkapkan bahwa wanita menopause yang secara teratur dan aktif berhubungan seksual akan lebih lama menikmati seks. Apabila alat kelamin digunakan secara teratur, maka akan bertahan lebih lama dan tidak cepat mengisut9. Penelitian membuktikan aktivitas seksual dapat menurunkan risiko penyakit kanker dan jantung5.

Hormon dan zat yang dhasilkan akibat aktivitas seksual, yaitu oksitosin, endorfin, adrenalin, dopamin, vasopresin, nitrogen monoksida, dan feniletalamin. Oksitosin dan endorfin yang keluar setelah pelepasan seksual membantu individu tidur nyenyak. Kehangatan hubungan dan ikatan terjaga akibat oksitosin. Selain itu, oksitosin menimbulkan rasa puas, aman, dan nyaman. Nitrogen monoksida berefek terhadap relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi serta berfungsi untuk menjaga integritas dinding pembuluh darah5.

Adrenalin mampu menghasilkan sumber tenaga. Feniletilamin bersifat antidepresan bersama dengan endorfin bekerja seperti morfin, menimbulkan perasaan gembira, hilangnya rasa sakit, dan kenikmatan saat orgasme. Hal ini dapat memperbaiki suasana hati, meningkatkan energi dan fokus. Dopamin menyebabkan individu dalam situasi euforia. Vasopresin memicu sikap sebagai pelindung, hormon kesetiaan dan perhatian terhadap pasangannya5.

Manfaat aktivitas seksual tidak hanya untuk kesehatan fisik, namun juga kesehatan psikologis. Penelitian berbasis komunitas di San Diego menemukan gejala depresi secara luas dikaitkan dengan kesehatan seksual yang lebih buruk, lebih dari fungsi fisik, kecemasan atau stres, atau usia itu sendiri10.

Proses menua berdampak pada kemampuan seseorang dalam kemampuan dan kenikmatan aktivitas seksual. Perubahan fisiologis pada tahapan seksual lansia yang berkaitan dengan kecemasan utamanya pada fase hasrat (4). Hal ini dapat menyebabkan menurunnya aktivitas seksual pada lansia. Studi lain dilakukan di Yogyakarta pada responden di rentang usia 56 - 74 tahun, menunjukkan 34,1% mengalami kecemasan sedang, 41,4% dalam kategori pemenuhan kebutuhan seksualitas cukup, serta ditemukan kecemasan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seksualitas pada lansia11.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Juli 2019 di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar, didapatkan total jumlah wanita lansia sebanyak 40 orang. Hasil wawancara kepada 10 orang lansia dengan umur 63-72 tahun. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa enam orang lansia wanita sudah tidak aktif dalam hubungan

seksual yang disebabkan rasa khawatir terhadap nyeri saat berhubungan seksual, malu karena usia yang sudah tua dan tidak sekuat waktu usia muda, sedangkan empat orang lansia mengatakan tidak mampu melakukan hubungan seksual karena ditinggal oleh pasangannya.

Akhir dari wawancara yang dilakukan, didapatkan ada beberapa lansia yang tidak aktif melakukan aktivitas seksual karena khawatir atau cemas akan rasa sakit saat melakukan hubungan seksual, dan dari sudut pandang peneliti disekitar lingkungan Banjar Maspait memang terdapat beberapa lansia yang tidur dalam satu kamar tetapi beda tempat tidur dengan pasangannya, jadi lansia jarang atau tidak lagi melakukan aktivitas seksual, dari hasil studi pendahuluan tersebut maka peniliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan kecemasan dengan aktifitas seksual khusunya pada wanita lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar

  • 2.    BAHAN DAN METODE

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu sampling insidental. Penelitian dilakukan pada tanggal 25-28 April 2020, dengan cara pengambilan data mendatangi setiap rumah responden, karena penelitian ini bertepatan dengan terjadinya pandemi COVID-19, namun tetap mematuhi protokol kesehatan.

Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Lanjut di Banjar Maspait yang berusia 60 tahun ke atas sebanyak 40 orang. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 responden. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner kecemasan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang memiliki 14 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban yaitu “tidak ada”, “ringan”, “sedang”, “berat” dan “berat sekali”, sedangankan aktivits seksual menggunakan kuesioner yang sebelumnya digunakan Mardiana (2012). Kuesioner ini memiliki 5 item pertanyaan dengan pilhan jawaban “iya”, “tidak”s4

Untuk menguji hipotesis digunakan yaitu uji statistik Spearman Rank untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan aktivitas seksual pada wanita lansia di Banjar Maspait, Desa Keramas, Blahbtuh, Gianyar.

  • 3.    HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1.    Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia

Variabel     n    Rerata  Min Maks  SB

Usia       29    63,72   60    70   266

Sumber: Data Primer (2020)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 63,72 tahun dengan usia tertinggi yaitu 70 tahun dan terendah 60 tahun.

Tabel 2.     Karakteristik Responden Berdasarkan

Sosiodemografi

Variabel

n

%

Pekerjaan

Petani

9

31

Pedagang

20

69

PNS

0

0

Pendidikan Terakhir

Tidak Punya Pendidikan Formal

5

17,24

Tidak Lulus SD

7

24,14

Lulus SD

14

48,28

Lulus SMP

3

10,34

Sumber: Data Primer (2020)

Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden pada penelitian ini bekerja sebagai pedagang sebanyak 69%. Sebanyak 31% responden bekerja sebagai petani, dan tidak ada yang bekerja sebagai PNS. Pendidikan terakhir responden didominasi pada kelompok lulus SD sejumlah 48,28%. Sisanya 24,14% tidak lulus SD, 17,24 responden tidak mempunyai pendidikan formal, dan hanya 10,34% responden yang lulus SMP.

Frekuensi Kecemasan dan Aktivitas Seksual Responden

Tabel 3.     Frekuensi Kecemasan dan Aktivitas

Seksual Responden

Variabel

n

%

Kategori

Ringan

6

20,7

Sedang

22

75,9

Berat

1

3,4

Berat Sekali

0

0

Aktivitas Seksual

Aktif

6

20,7

Tidak Aktif

23

73,3

Sumber: Data Primer (2020)

Tabel 3 menunjukkan mayoritas responden pada penelitian ini mengalami kecemasan ringan sebanyak 89,7% responden. Responden dalam kategori sedang sebanyak 6,9% responden dan kategori berat 3,4% responden.

Analisis Bivariat

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji korelasi Spearman Rank. Analisa data dilakukan untuk mengetahui hubungan kecemasan (skala data ordinal) dengan aktivitas seksual (skala data ordinal) pada wanita lansia di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.     Uji Korelasi Spearmank Rank antara

Variabel Kecemasan dan Aktivitas Seksual Wanita Lansia

Aktivitas seksual        p     ρ

Kecemasan    Aktif     Tidak Aktif

n

%

n

%  0,001 0,942

Ringan

6

20,7

0

0

Sedang

0

0

22

75,9

Berat

0

0

1

3,4

Sumber: Data Primer (2020)

Tabel 4 menunjukkan responden didominasi oleh kelompok kecemasan sedang dan tidak aktif secara seksual yaitu sebanyak 75,9%. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank diperoleh nilai p 0,001 dan ρ 0,942, dengan nilai α pada penelitian ini adalah 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak. Secara statistik dinyatakan bahwa ada kecemasan berhubungan dengan aktivitas seksual. Nilai r diketahui positif maka arah hubungan antara dua variabel tersebut adalah searah. Semakin tinggi tingkat kecemasan, maka semakin tidak aktif secara seksual, begitu juga sebaliknya semakin ringan tingkat kecemasan, maka aktivitas seksual cenderung lebih aktif. Nilai korelasi kuat dengan didapatkannya nilai korelasi sebesar 0,942.

  • 4.    PEMBAHASAN

Kecemasan Wanita Lansia

Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan lansia wanita mengalami kecemasan ringan 20,7% sebanyak enam orang, pada kecemasan sedang didapatkan 75,9% sebanyak 22 orang, sedangkan kecemasan berat 3,4% sebanyak satu orang, dan kecemasan berat sekali tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa Wanita Lanjut Usia di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar dapat dikatakan mengalami kecemasan sedang.

Kecemasan katagori sedang yaitu kecemasan yang tidak begitu mengganggu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lansia masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa.

Tingginya kecemasan pada lansia dapat disebabkan oleh beban atau masalah yang dialami lansia, selain itu stresor seperti masalah pada integritas fisik menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Situasi yang yang belum pernah dihadapi, dapat menimbulkan kecemasan disebabkan rasa khawatir akan kemampuan dalam menghadapi situasi tersebut12.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Satriawan (2017) tentang “Hubungan Kecemasan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas Pada Lansia Di Dusun Cokrokonteng Sidoarum Godean Sleman Yogyakarta“ dengan 41 responden menunjukkan bahwa kecemasan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seksualitas pada lansia dengan hasil 0, 010 (p<0,05)11.

  • 4.1    Aktivitas Seksual Wanita

Penelitian ini menggunakan 29 responden dengan hasil penelitian didominasi oleh wanita lansia yang tidak aktif secara seksual yaitu sebanyak 73,3% atau 23 wanita lansia. Mereka yang melaporkan aktif secara seksual hanya 20,7% atau enam wanita lansia. Hal ini menunjukkan bahwa lansia wanita di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar tidak aktif dalam melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya. Beberapa alasan mengapa lansia wanita tidak melakukan aktivitas seksual meskipun masih mempunyai pasangan, di antaranya karena masalah fisik yang diderita, ketidaktertarikan pasangan, perasaan malu, dan anggapan bahwa tidak pantas lagi melakukan aktivitas seksual sebab umur yang sudah tua.

Proses menua itu sendiri menimbulkan dampak terhadap aktivitas seksual, utamanya pada wanita lansia diakibatkan menopause. Perubahan hormon dapat mempengaruhi hampir seluruh fungsi dari sistem yang ada pada tubuh manusia. Perubahan hormon akibat penuaan menyebabkan perubahan pada fase-fase seksual wanita lansia.

Faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual, yaitu terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi aktivitas seksual terdiri dari faktor fisik, penyakit dan psikologis. Kebudayaan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas seksual. Kebudayaan yang berkembang di masyarakat menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak dilakukan oleh para lansia. Nilai ini menyebabkan lansia menekan keinginan dalam diri mereka sehingga berdampak terhadap penurunan aktivitas seksual13.

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Hastuti tentang “Hubungan Antara Kecemasan Dengan Aktivitas Dan Fungsi Seksual Pada Wanita

Usia Lanjut Di Kabupaten Purworejo” dengan 6,698 responden menunjukkan bahwa kecemasan meningkatkan risiko seksual disfungsi 1,5 kali (OR = 1,5 95% IK 1,4 - 1,9). Kecemasan juga meningkatkan ketidakpuasan pada wanita yang lebih tua kehidupan seksual 1,1 kali (OR = 1,5 95% IK 1 - 1,3). Kecemasan wanita tua mengalami penurunan frekuensi seksual dengan 1,2 untuk frekuensi aktivitas ‘sesekali’ dan 0,7 untuk frekuensi aktivitas ‘sering’. Hastuti dalam simpulannya mengatakan bahwa risiko disfungsi seksual dan ketidakpuasan dalam kehidupan seksual meningkat akibat kecemasan. Frekuensi aktivitas seksual menurun akibat kecemasan. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, bahwa kecemasan menurunkan keaktifan seksual wanita lansia.

Kecemasan Menurunkan Aktivitas Seksual

Penelitian ini menemukan hubungan antara kecemasan dengan aktivitas seksual (p= 0,001) dengan koefisien korelasi sebesar 0,942 maka hubungan antara kedua variabel searah dan kuat. Hubungan yang searah dapat diartikan jika semakin tinggi skor kecemasan maka wanita lansia cenderung tidak aktif secara seksual. Begitu juga sebaliknya, kecemasan yang semakin ringan, maka wanita lansia cenderung aktif secara seksual.

Dominasi responden pada penelitian ini adalah wanita lansia dengan kecemasan sedang dan juga wanita lansia yang termasuk tidak aktif secara seksual. Dapat dilihat pada hasil tabulasi silang, diketahui lebih dari separuh responden mengalami kecemasan sedang dan tidak aktif secara seksual. Kemudian mereka yang melaporkan kecemasan ringan (skor kecemasan lebih rendah) masuk dalam kategori aktif secara seksual.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitain terkait kecemasan dan pemenuhan kebutuhan seksual lansia yang dilakukan oleh Satriawan pada tahun 2017 di Yogyakarta. Pada peneltian tersebut melibatkan lebih banyak responden, yaitu 41 responden dan menunjukkan bahwa kecemasan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seksualitas pada lansia11.

Lansia merupakan seseorang yang berumur 60 tahun ke atas, dimana lansia akan mengalami beberapa masalah seperti masalah pada fisik, biologis maupun psikologisnya. Masalah yang terjadi pada lansia salah satunya akan mengalami penurunan pada sistem reproduksi dimana lanisa akan mengalami pengecilan pada servik, ovarium dan mengalami penurunan selaput lendir pada vagina yang membuat wanita lansia pada saat melakukan aktivitas seksual merasa tidak nyaman. Masalah psikologis yang terjadi pada lansia yaitu kecemasan. Kecemasan adalah keadaan emosi negatif yang ditandai oleh firasat dan ditunjukkan dengan ketegangan somatik, antara lain berkeringat dan peningkatan denyut jantung. Kecemasan bisa diartikan

sebagai sesuatu yang dirasakan tetapi belum terjadi yang membuat seseorang menjadi khawatir atau ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan tentang bahaya maupun rasa sakit tak terduga yang dirasakan2. Kecemasan yang dirasakan oleh lansia bisa mengakibatkan penurunan pada aktivitas seksual, karena lansia cemas akan sakit yang dirasakan yang membuat lansia enggan melakukan aktivitas seksual.

Kecemasan merupakan faktor umum yang terjadi pada individu yang memiliki masalah seksual, karena kecemasan dikaitkan dengan keinginan untuk memberikan kepuasan kepada pasangannya. Selain karena rasa sakit yang dirasakan, penyebab menurunannya aktivitas seksual pada lansia adalah faktor usia. Meningkatnya usia, maka terjadi perubahan hormon yang dapat menurunkan keinginan seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Setiap wanita lansia akan memasuki masa klimaterium. Periode ini dapat menyebabkan perubahan keseimbangan hormon, sehingga terjadi penurunan dorongan seksual11.

Menurut analisis peneliti bahwa kecemasan mempengaruhi aktivitas seksual pada wanita lansia, disebabkan lansia mengalami perubahan pada dirinya salah satunya yaitu proses menua. Usia menyebabkan lansia tidak lagi melakukan aktivitas seksual karena saat ini, lansia hanya memikirkan tentang kesehatan dan khawatir akan penyakit yang dialami dirinya dengan pasangannya, yang mengakibatkan lansia merasa cemas sehingga lansia wanita enggan dan merasa malu untuk melakukan aktivitas seksual seperti berpegangan tangan, sentuhan, maupun berpelukan, karena menganggap dirinya sudah tua untuk melakukan aktivitas seksual

  • 5.    SIMPULAN DAN SARAN

Kecemasan pada wanita lansia sebagian besar dalam kategori sedang. Aktivitas seksual wanita lansia sebagian besar dalam kategori tidak aktif melakukan aktivitas seksual. Kecemasan berhubungan dengan aktivitas seksual pada wanita lanjut usia di Banjar Maspait Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar (p<0,001, ρ= 0,942). Kecemasan menurunkan aktivitas seksual wanita lansia.

Lansia diharapkan dapat menata dan mengatasi kecemasan serta kesehatan psikologisnya agar dapat memelihara aktivitas seksual di masa lanjutnya. Dengan aktivitas seksual yang terjaga, maka diharapkan kesehatan dan kesejahteraan lansia secara umum dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Maas ML, Buckwalter KC, Hardy MD,

Tripp-Reimer T, Titler MG, Specht JP. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC, dan Intervensi NIC. Jakarta: EGC; 2011.

  • 2.     Annisa DF, Ifdil. Konsep Kecemasan

(Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Konselor. 2016;5(2):93–9.

  • 3.     Touhy. Ebersole and Hess Gerontological

Nursing and Healthy Aging. USA: Elsevier; 2014.

  • 4.      Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia

Dan Lansia Yang Berkunjung Ke Poliklinik Geriatri Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara DR Esnawan Antariksa JakartaTimur. In Depok: Skripsi UI; 2012.

  • 5.      Karmaya M. Seks Positif: Sikap Positif

terhadap Seksualitas. Atmaja J, editor. Denpasar: Udayana University Press; 2014.

  • 6.     Lindau ST, Gavrilova N. Sex, Health, and

Years of Sexually Active Life Gained Due to Good Health: Evidence from Two US Population Based Cross Sectional Surveys of Ageing. BMJ Br Med J. 2010;340(mar09 2):c810–c810.

  • 7.    Lindau ST, Schumm LP, Laumann EO,

Levinson W, O’Muircheartaigh CA, Waite LJ. A Study of Sexuality and Health among Older Adults in the United States. N Engl J Med. 2007 Aug 23;357(8):762–74.

  • 8.     Martini NMD. Kualitas Hidup Baik pada

Wanita Lanjut Usia dengan Aktivitas Seksual Tinggi di Denpasar. Universitas Udayana; 2019.

  • 9.     Suparto H. Sehat Menjelang Usia Senja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 1997.

  • 10.    Wang V, Depp CA, Ceglowski J,

Thompson WK, Rock D, Jeste D V. Sexual Health and Function in Later Life: A Population-Based Study of 606 Older Adults with a Partner. Am J Geriatr Psychiatry. 2015;23(3):227–33.

  • 11.    Satriawan. Hubungan Kecemasan dengan

Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas pada Lansia di Dusun Cokrokonteng Sidoarum Godean Sleman Yogyakarta. Univesitas Aisyiyah; 2017.

  • 12.    Stuart GW. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Edisi 5 revisi. Jakarta: EGC; 2012.

  • 13.    Dwilusi O. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Aktivitas Seksual pada Lanjut Usia di Posyndu Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2010. J Penelit keperawatan gerontik PSIK FK Univ Andalas [Internet]. 2010; Available from: http://repo.unand.ac.id/158/

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V10.i9.P07

48