HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.2,MARET, 2021
Diterima:04-02-2020 Revisi:12-02-2021 Accepted: 12-03-2021
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Ni Nyoman Arista Febrianti1, I Dewa Putu Sutjana2, I Made Krisna Dinata2, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti2
-
1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
-
2Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Peningkatan indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa dikarenakan rendahnya aktivitas fisik sehingga terjadi penimbunan energi berupa lemak. Meningkatnya IMT berkaitan terhadap penurunanndaya tahan kardiovaskuler yang selanjutnya berdampak terhadap kapasitas kerja fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuinhubungan IMT terhdap daya tahan kardiovaskuler pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rancangannpenelitian studi potong lintang, dilakukan Desember 2018 dengan responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 33 mahasiswa yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengukuran IMT berdasarkan berat badan (kg) dan tinggi badan (m2), pengukuran daya tahannkardiovaskuler dengan Cooper Test lari 2,4 Km. Analisis data dengan analisis uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji t-independent untuk mengetahui besar hubungan antar variabel dengan p < 0,05 adalah bermakna. Hasil penelitian didapatkan jumlah kelompok responden dengan IMT tidak normal paling banyak yaitu 18 responden dan IMT normal 13 orang. Hasil penelitian ini pula didapatkan kelompok IMT normal memiliki waktu tempuh lari lebih singkat dengan rerata 13,38 ± 2,37 dan kelompok IMT tidak normal memiliki waktu tempuh lari lebih lama dengan rerata 21,51 ± 6,72. Dari hasil analisis hubungan antara IMT terhadap daya tahan kardiovaskuler, didapatkan hasil p = 0,001 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan daya tahan kardiovaskuler pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kata Kunci : Daya Tahan Kardiovaskuler, Indeks Massa Tubuh, Aktivitas Fisik.
ABSTRACT
The reasons is the increase in body mass index (BMI) in university student due to low physical activity, which causes the accumulation of energy in the form of fat. Increased BMI related to a decrease in cardiovascular endurance which will have an impact on physical work capacity. This study aims to determine the relationship of BMI to cardiovascular endurance on students of Medical Faculty Udayana University. Design of this study ismcross-sectional study, conducted in December 2018 with responden entire student of Medical Faculty Udayana University who satisfies the criteria, consisting of 33 students are selected using simple random sampling technique. Measurement of BMI based on body weight (kg) and height (m2), measurement of cardiovascular endurance with Cooper Test running 2.4 Km. Data analysis using Saphiro-Wilk normality test analysis and t-independent test to find out the relationship between variables with p <0.05 is significant. The results, the most groups of respondents with a BMI abnormal, namely 18 respondents and 13 people with a normal BMI. The results found the normal BMI group had shorter run times with an mean of 13.38 ± 2.37 and the abnormal BMI group had a longer run time with a mean of 21.51 ± 6.72. From the analysis of the relationship between BMI and cardiovascular endurance, the result p = 0.001
(p <0.05). It can be concluded that there is a significant relationship between BMI and cardiovascular endurance of students in Medical Faculty Udayana University.
Keywords : Cardiovascular Endurance, Body Mass Index, Physical Activity.
PENDAHULUAN
Kemajuan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangatmpesat menimbulkan dampak cukup besar dalam dunia pendidikan terutama bagi mahasiswa. Seorang mahasiswa bukan hanya dituntut untuk mempunyai kemampuanmintelektual yang tinggi, tetapi juga memilikimtingkat kebugarannjasmani yangsbaik. Kebugaranmjasmani (physical fitness) ialah kemampuan individu melakukan aktivitas keseharian secara maksimal namun tidak menyebabkan kelelahanmyang berartindan tubuh tetap mempunyai cadangan energi untuk melakukan kegiatan selanjutnya1. Tingkat kebugaran jasmani dipengaruhi oleh sepuluh komponenmkebugaran yang berkaitan dengan kesehatan salah satunya daya tahan kardiovaskuler (cardiovaskuler endurance)2.
Dayamntahanmkardiovaskuler diartikan sebagai kesanggupanmnsistem jantungnndan pembuluhndarah untuk berfungsi selalu optimal baik saat keadaan istirahat maupun kerja3. Tingkat kebugaran kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kondisi seseorang. Semakin berat kerja fisik yang dikerjakan maka semakin tinggi pula tingkat keburan kardiovaskuler yang harus dimiliki. Daya tahan kardiovaskuler mengalami penurunan 1% per tahunnya setelah menginjak usia 30 tahun4. Upaya meningkatkan dayantahan kardiovaskuler dapat dilakukan berbagai cara salah satunya beraktivitas fisik seperti berolahraga yang teratur. Akhir-akhir ini kebiasaan berolahraga dikalangan mahasiswa mulai mengalami penurunan akibat adanya perubahan pada kebiasaan pola hidup yang mengarah pada sendentary lifestyle atau kurangnya aktivitas fisik.
Aktivitasnfisik ialah setiap pergerakan tubuh yang dibentuk otot-otot rangka dimana memerlukan pengeluaran energi dan menimbulkan adanya kontraksi otot. Aktivitas fisik yang dilaksanakan dalam masa waktu yang panjang akan memberikan manfaat bagi kesehatan apabila dilakukan secara teratur. Aktivitas fisik dapat merubah komposisimtubuh yaitu menurunkannnlemak pada tubuh dan meningkatkannnmassa tubuh tanpa lemak. Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor menurunnya daya tahan kardiovaskuler dan meningkatkan IMT sehingga berisiko memiliki berat badan berlebih atau obesitas1.
Obesitas adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak berlebih akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan5. Obesitas menjadi
indikator statusnberat badan yang diukur dengan pengukurannIndeks Massa Tubuh (IMT). Saat ini prevalensi obesitas didunia meningkat tajam, sekiranya 1,6 miliar orang cukup umur mengalami beratnbadanmberlebih dan dari 300 juta populasi tersebut mengalami obesitas6. Prevalensi obesitas di Indonesianpada kelompok usian18 tahun atau lebih menunjukkan 10,0% dari jumlah penduduk memiliki berat badan berlebih (overweight) dan sebanyak 11,7 % mengalami obesitas setelah dilakukan pengukuran IMT7. Kejadian obesitas di Indonesia tahun 2010 dan 2013 menunjukkan obesitas pada wanita mengalami peningkatan dari 15,5% menjadi 20% dan pada pria 7,8% menjadi 9,6%8,9. Meningkatnya IMT merupakan faktor utama terjadi penyakitmkronis contohnya penyakit kardiovaskuler (stroke dan jantung), masalah pada otot dan tulang, diabetes, serta keganasan10.
Peningkatan terhadap berat badan berlebih serta obesitas disebabkan karena ketidak seimbangan pada asupan energi dalam tubuh dari mengonsumsi makanan dengan energi yang dikeluarkan dan selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak11. Kelebihan berat badan yang terjadi dikalangan mahasiswa berkaitan terhadap penurunan dayamtahan kardiovaskuler yang nantinya memberikan dampak pada kemampuan kerjannfisik dan mempengaruhi konsentrasi dalam menerima dan menyerap semua materi yang diberikan.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian mengenai hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap daya tahan kardiovaskuler mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah penelitian observasional potong-lintang (cross-sectional) yangmdilakukan di Lapangan Gor Ngurah Rai Denpasar bulan Desember 2018 hingga Mei 2019 yang mengikutsertakan 33 mahasiswanFK Unudnsemester II dan VI berusia 17-25 tahun sebagai responden dan ditentukan secara simple random sampling. Responden pada penelitian memenuhi kriteria penelitian iklusi dengan menandatanganiminformed consent, berjenis kelamin laki-laki, kondisi umum dan tanda vital normal. Kriteria eksklusi sampel seperti memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, penyakit asma, serta riwayat gangguan anggota gerak, dan merokok.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dua variabel. Variabel IMT diukur
berat badannya (kg) menggunakan timbangan merk Taffware SC-05 dan tinggi badan (cm) menggunakan staturemeter. Selanjutnya data hasil pengukuran dihitung menggunakan rumus IMT=BB(kg)/TB2(m2). Data perhitungan diklasifikasikan dalam lima kategori sesuai klasifikasi IMT Asia yaitu underweight, normal, overweight, obesitas I, dan obesitas II. Pengukuran daya tahan kardiovaskuler dilakukan dengan tes lari Cooper 2,4 Kmnyang dicatat waktu tempuh untuk menyelesaikan tes kemudian disesuaikan dengan kategori Cooper Test 2,4 Km.
Data yang didapat dari hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan program pengolahan data yaitu SPSS versi 21 yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Pertama dilakukan analisis univariat untuk mengetahui deskripsi umum mengenai persentase dan frekuensi dari karakteristik responden seperti umur, IMT, dan daya tahan kardiovaskuler. Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukan untuk mencari tahu apakah kelompok data didistribusikan secara normal atau tidak. Uji parametri t-independent dilakukan untuk membandingkan selisih dua purata darinndua variabel independen serta mengetahui besar hubungan dari kedua variabel dengan asumsi data teristribusi normal. Penelitian ini sudah dinyatakan layak etik oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar nomor etik 456/UN14.2.2.VII.14/LP/2019.
HASIL
Data deskriptif pada penelitian ini terkait karakteristik responden berdasrkan umur, indeks massamtubuh, dan dayamtahan kardiovaskuler dapatndilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik responden
Karakteristik |
f |
% |
Umur (th) | ||
18 |
7 |
21,2 |
19 |
10 |
30,3 |
20 |
7 |
21,2 |
21 |
9 |
27,3 |
IMT | ||
Underweight |
2 |
6,1 |
Normal |
13 |
39,4 |
Overweight |
7 |
21,2 |
Obesitas I |
6 |
18,2 |
Obesitas II |
5 |
15,2 |
Daya Tahan Kardiovaskuler | ||
Sangat Buruk |
15 |
45,5 |
Buruk |
8 |
24,2 |
Sedang |
6 |
18,2 |
Baik |
3 |
9,1 |
Sangat Baik |
1 |
3,0 |
Tabel 1 didapatkan hasil jumlah responden paling banyak berusia 19 tahun yaitu 10 orang (30,3%). Responden terbanyak ada pada klompok normal (IMT 18,5-22,9) sebanyak 13 orang (39,4%). Didapatkan pula responden terbanyak dengan kategori daya tahan kardiovaskuler sangat buruk sebanyak 15 responden (45,5%).
Tabel 2. Rerata kakarteristik responden
Karakteristik |
Rerata |
Umur (th) |
19,54±1,12 |
IMT |
24,10±5,65 |
Daya Tahan Kardiovaskuler |
18,31±6,72 |
Tabel 2 menunjukkan rerata usia responden 19,54±1,12 yang berarti usia respoden lebih banyak berada direntang 19 - 21 tahun. Rerata dari kelima kategori IMT responden adalah 24,10±5,65 dan rerata daya tahan kardiovaskulernya adalah 18,31±6,72.
Tabel 3. Uji normalitas waktu lari cooper test 2,4 km berdasarkan IMT
IMT |
f |
p |
Normal |
13 |
0,130 |
Tidak Normal |
20 |
0,178 |
Tabel 3 menunjukkan pada uji Saphiro-Wilk yang dilakukan terhadap waktu lari Cooper Test 2,4 Km dengan IMT normal ditemukan hasil p value sebesar 0,130 dan IMT tidak normal diperoleh hasil p value sebesar 0,178. Berdasarkan tabel uji normalitas, kedua p value >0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusinnormal.
Tabel 4. Perbedaan rerata IMT terhadap daya tahan kardiovaskuler berdasarkan waktu lari cooper test 2,4 km
IMT |
f |
Mean±SD |
p |
Normal |
13 |
13,38±2,37 |
0,001** |
Tidak Normal |
20 |
21,51±6,72 |
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata waktu lari pada kelompok IMT normal adalah 13,38±2,37 sedangkan rerata waktu lari pada kelompok IMT tidak normal adalah 21,51±6,72. Uji t-independent yang dilakukan terhadap IMT dengan waktu lari Cooper Test 2,4 Km didapatkan p value sebesar 0,001 yang berarti p value <0,05, sehingga dapat diambil kesimpulkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara IMT terhadap waktu lari Cooper Test 2,4 Km pada kelompok IMT normal dan IMT tidak normal. Berdasarkan Tabel 4, kelompok dengan IMT normal memiliki waktu
untuk menyelesaikan tes lari lebih singkat dibandingkan dengan kelompok IMT tidak normal.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian, pada tabel 1 terlihat bahwa rentang usia responden yang diteliti adalah 18–21 tahun yangmana pada kisaran usia tersebut sesuai dengan kriteria rentang usia untuk lari Cooper Test 2,4 Km, sehingga pada seluruh kelompok tolok ukur waktu penyelesaian tes untuk memastikan nilai daya tahan kardiovaskuler responden adalah sama. Responden dengan usia 19 tahun sebanyak 10 orang (30,3%) menjadi responden dengan kelompok usia terbanyak yang diteliti pada penelitian ini.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa responden yang tergolong dengan IMT normal dengan persentase 39,4% jumlahnya yang paling banyak dibandingkan responden dengan kategori IMT lainya. Namun apabila jumlah responden dengan IMT diatas normal baik itu overweight, obesitas I, dan obesitas II digabungkan maka akan melebihi jumlah dari responden yang memiliki IMT normal. Berdasarkan hasil yang dikumpulkan pada penlitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian banyaknmahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengalamimpeningkatan IMT dari overweight hingga obesitas dengan rerata IMT 24,10 ± 5,65. Penelitian serupa juga mengatakan bahwa banyak dewasa muda mengalami peningkatan IMT terutama overweight (IMT 23,0-24,9) sejumlah 25,2% pada rentang usia 18 hingga 22 tahun10.
Penimbunan berlebih energi di tubuh berupa lemak sebagai akibat dari adanya ketidak seimbangan energy dari konsumsi makanan dengan energy yang dikeluarkan menjadi pemicu peningkatan IMT5. Faktor risiko lain yang menjadi faktor pendukung meningkatnya risiko seseorang mengalami peningkatan IMT adalah kurangnya aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari ataupun aktivitas dalam melakukan latihan fisik yang rutin12. Ketika seseorang dengan aktivitasnnfisik yang kurang maka akan mengakibatkan kurangnya penggunaan energi yang disimpan di dalam tubuh. Maka dari itu, jika jumlah energi yang masuk berlebihan namun tidak diimbangimdengan aktivitasmfisik yang sepadan secara berkesinambungan maka akan menyebabkan terjadinya obesitas13. Distribusi responden berdasarkan daya tahan kardiovaskuler pada tabel 1 memperlihatkan bahwa hampir dari setengah jumlah responden (45,5%) memiliki daya tahan kardiovaskuler sangat buruk dengan rerata waktu lari Cooper Test 2,4 Km yaitu 18,31 ± 6,72.
Berdasarkan analisis uji parametrik yaitu uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat ketidaksamaan yang signifikan dari rerata waktu tempuh kedua kelompok IMT normal dan IMT tidak normal. Pada Tabel 4 menunjukkan responden dengan kelompok IMT yang berbeda memiliki daya tahan kardiovaskuler yang berbeda pula. Pada penelitian ini, dayamtahan kardiovaskuler yang sangat buruk terbanyak jumlahnya ditemukan pada kelompok IMT tidak normal dengan rerata waktu lari 21,51±6,72. Responden dengan IMT normal memilikinwaktu lari yang lebih singkat di bandingkan dengan IMT tidak normal. Hasil penelitianmini serupamdengan penelitian yang dilakukan pada pria di Jepang dan didapatkan hasil bahwa semakin tinggi IMT individu maka kesegarannnkardiovaskulernya akan semakin rendah dan diyakini penyebabnya adalah massa lemak14. Penelitian di SMA Negeri 1 Semarang juga menemukan adanya korelasi persen lemak tubuh terhadap daya tahan kardiorspirasi dengan nilai p sebesar 0,001. Penelitian ini menjelaskan bahwa peningkatan persen lemak tubuh dapat menurunkan daya tahan kardiorespirasi. Penambahan berat badan akibat meningkatnya cadangan lemak di glikogen otot, sel adiposa, serta pembesaran dan pemadatan tulang dapat menurunkan VO2max. Pada kelompok obesitas, konsumsi oksigen per satuan massa tubuh secara signifikan berkurang. Sebagian besar VO2max bergantung pada massantubuh dan massantubuh tanpa lemak, sedangkan massamlemak yang berlebihan akan menambah berat tugas jantung serta penggunaan oksigen oleh otot tubuh yang aktif berkontraksi. Hal ini memiliki arti bahwa selama latihan penggunaan oksigen yang berkurang oleh jaringan lemak dapat mengurangi VO2max secara keseluruhan. Seseorang yang memiliki IMT lebih dari normal memerlukan energi yang lebih besar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki IMT normal karena orang obesitas memerlukan usaha yang lebih besar agar bisa menggerakkan serta menopang berat badan tambahan, sehingga seseorang yang obesitas akan lebih cepat merasa lelah15. Penelitian lain pada atlet pencak silat mendapatkan hasil yang sama dimana tingginya persentase lemak tubuh akan berbanding terbalik tehadap rendahnya daya tahan kardiorespirasi yang dimiliki berdasarkan hasil penghitungan korelasi antara persentase daya tahan kardiorespirasi dan lemak tubuh16.
Berdasarkan hasil wawancara pada responden dengan kondisi IMT tidak normal, aktivitas fisik seperti berolahraga cenderung sangat jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan. Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan yang kurang sehat mempermudah terjadinya penumpukan
lemak berlebih dalam tubuh13. Berlebihnya indeks massa tubuh mengakibatkan komposisi lemak dalam tubuh meningkat. Penumpukan lemak tubuh tersebut akan membungkus lapisan visceral sehingga mengakibatkan jaringan bekerjamlebih berat dalam menyuplai oksigen untuk menghasilkan energi, yang berdampak pada kerja jantung bertambah karena perlu memompa darah dengan jumlah yang lebih banyak. Mmbesarnya otot dan sel merupakan efek samping lain yang ditimbulkan dari beratmbadan berlebih dan akan berpengaruh terhadap kebutuhannnutrisi yang bertambah besar dan mengakibatkna peningkatanmdenyut jantung. Hal ini menyebabkannfungsi jantung tidak efisien sehinggamseseorang dengan berat badannlebih akan merasa lebih cepat merasakan kelelahan dibandingkan kondisi normal17.
Berdasarkan data penelitian, dayantahan kardiovaskuler yang sangat buruk dapat ditemukam baik pada reponden yang memiliki IMT underweight, normal, overweight, obesitas I, dan obesitas II. Sedangkan dayamtahan kardiovaskuler yang sangat baik hanya dapat ditemukan pada responden dengan IMT normal. Hal ini disebabkan karena orang dengan IMT normal akan lebih mudah menyelesaikan tes lari karena tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan tes. Berbeda halnya dengan responden dengan IMT lebih dari normal yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyelesaikan tes lari karena tenaganya sebagian sudah terpakai untuk menopang tubuhnya sendiri. Ketidakmampuan menyelesaikan Cooper Test dengan waktu tempuh yang baik menunjukkan rendahnya tingkat kesegaran kardiovaskuler pada responden dengan IMT lebih dari normal18.
Penelitian yang dilakukan padananak berusia 12 sampai 14 tahun di Universitas Diponegoro didapatkan hubungannpositif antara IMTmdengan dayamtahan kardiovaskuler yang diteliti dengan test lari jauh. Anak dengan IMT lebih dari normal akan dominan memiliki gerak tubuh yang lambat dan ini disebabkannfriksi oleh selnlemak yang berada di antara selnotot beban ekstra (beratnbadan, kurangnyankelenturan) yang harus diatasi ketika melakukanmgerakan. Hal ini berarti semakin tinggi IMT maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berlari1. Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilaksanakan pada anak obesitas di Universitas Diponegoro yang diteliti dengan Harvard step test Metoded dan shuttle run test, diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara kesegaran kardiovaskuler dengan indeks massa tubuh dimana p = 0,012 yang berarti semakin tinggi IMT maka semakin rendah tingkat kesegaran kardiovaskulernya. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa meningkatnya kesegaran
kardiovaskuler dapatmdipengaruhi oleh banyak faktornseperti salah satunya motivasi subyek untuk menyelesaikan tes yang akan mempengaruhi hasil penilaian. Disamping itu perlu juga diperhatikan faktor nonfisik seperti kondisi psikis responden penelitian5. Hasil analisa data menggunakan uji t-independent ditemukan hasil nilai dimana p <0,05 yang memiliki arti terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan daya tahan kardiovaskuler pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yangmana semakin meningkat IMT maka tingkat kesegaran kardiovaskulernya semakin rendah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasilmpenelitian dan uji analisis datanyang telah dilakukannmaka dapat disimpulkanmbahwa terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap daya tahan kardiovaskuler mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Permasalahan banyaknya calon
responden yang tidak bersedia diikutsertakan pada penelitian menjadi penghambat bagi peneliti yang nantinya dapat memengaruhi hasil penelitian secara signifikan. Maka diperlukan adanya kemampuan berkomunikasi yang baik ketika menjelaskan tujuan dan manfaat mengenai penelitian. Selain itu, kurangnya pemahaman responden mengenai tujuan dilakukannya penelitian juga menjadi permasalahan utama bagi peneliti ketika memilih responden. Maka diperlukan adanya tindak lanjut oleh pihak fakultas untuk memberikan edukasi melalui promosi kesehatan terkait faktor risiko yang diketahui dapat mempengaruhi indeksmmassa tubuh dan dayamtahan kardiovaskuler, sehingga angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh ketidaknormalan indeks massa tubuh dan daya tahan kardiovaskuler dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Utaari, A. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun, Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.
-
2. Gilang, M. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. edisi ke-1. Jakarta: Ganeca Exact, 2007. p79-86.
-
3. Mukhoid, A. Pendidikan Jasmani OlahragamdanmKesehatan untuk SMA Kelas XI. Surakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia, 2007.h.66-74.
-
4. Ramayulis, R. Detox is Easy. 1st ed. Jakarta Timur: Penebar Swadaya Grup, 2014.h.86-97.
-
5. Mexitalia, M., Anam, M.S., Uemura, A., dan Yamauchi, T. Komposisi Tubuh dan KesegaranmKardiovaskuler yang Diukurndengan Harvard Step Test dan 20m Shuttle Run Tes padamAnak Obesitas. Media Medika Indonesiana, 2012;46(1):12-19.
-
6. WHO. 2010. Obesitynand Overweight, Draft, diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factshe ets/fs311/en on 29th Mei 2017.
-
7. Departemen Kesehatan RI. 2001. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta.
-
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Daerah 2010. Jakarta.
-
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Daerah 2013. Jakarta.
-
10. Febriyantih, N.K., Adiputra, I.N., dan Sutadarma, I.W.G.. Hubungan Indek Massa Tubuh Dan Aktifitas Fisik Terhadap Daya TahannKardiovaskular pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar. 2013.
-
11. Gibbney, M.J., Margaetts, B.M.,
Kearnwey, J.M., and Arab, L.. Public Health Nutritions. The HumaniNutrition Textbook Series. Australia: Blackwell Science, 2013.h.66-81.
-
12. Nurrmalina, R. Pencegahan dan
ManajemenmObesitas. Bandung: Elex
Media Komputrindo, 2011.h.23-46.
-
13. Rahmawati dan Nurri. Aktivitas Fisik, KonsumsimmMakanan Cepat Saji
(Fastfood), dan Ketepaparan Media sertammFaktor-Faktor lain yang
Behubungan dengan KejadiannObesitas pada Siswa SD Islam Al- Azhar 1 Jakarta Selatan, Tugas Akhir, UniversitasiIndonesia, Depok. 2009.
-
14. Miyantake, N., Nishikawa, H., dan Fuji, M.. “Clinical Evaluation of Physical Fitness in Male Obese Japanese”. Chin MednJ, 2001;114(7):707-710.
-
15. Murbawani, E.A. HubunganmPersen Lemak Tubuhmdan Aktifitas Fisik
dengan TingkatnnKesegaran Jasmani
RemajanPutri. Journalnof Nurtition and Health, 2017;5(2):69-84.
-
16. Andi, E.S.. Hubungan Presentase Lemak TubuhmTerhadap Daya Tahan Kadiorespirasi Atlit Pencak Silatmdi Klub SMP Negeri 01 Ngunut
Tulungagung, Tugas Akhir, Universitas NegerinSurabaya, Surabaya. 2013.
-
17. Martiin, D., Tareens, N., Pans, D., and Norris, K. “The Relationship Between Body Mass Index, Blood Pressure and Pulse Rate among Normotensive And Hypertensive Participants in the Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)”.
Europe PubMed Central,
2003;49(8):1305-9.
-
18. Dash, B., Ghosh, T., Gangopadhay, S. “A ComparativemStudy of Physicaly Fitness Indexm(PFI) and Predicted Maximum Aerobic Capacity(VO2max) Among thenDifferent Grups of Femalle Studentsnin West BengalnIndia. International Journal of AppliednSports Science, 2010;22(1):13-23.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2021.V10.i3.P03
20
Discussion and feedback