JMU

Jurnal medika udayana


ΓΛ∕---∖ A I DIRuC-ORY OF OPEN ACCESS

I__A—/∕-VJ JOURNALS


ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.1,JANUARI, 2021

Diterima:06-12-2020 Revisi:20-12-2020 Accepted: 02-01-2021

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea IndicaL.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus Pyogenes ATCC 19615 SECARA IN VITRO

Dewa Ayu Agung Maya Gayatri1, Desak Ketut Ernawati 2, Ida Ayu Alit Widhiartini 2

1ProgramStudiSarjanaKedokterandanProfesi Dokter,FakultasKedokteranUniversitasUdayana 2Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana e-mail:[email protected]

ABSTRAK

Daun beluntas(Plucheaindica L.) dinyatakan mengandung metabolit sekunder yang efektif sebagai antiinfeksi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcuspyogenes berdampak serius terhadap perkembangan penyakit faringitisakut hingga endocarditis yang mengancam jiwa. Penelitian ini ditunjukkan untuk membuktikan efektivitas ekstraketanol daun beluntas sebagai antibakteri terhadap S. pyogenes. Uji efektivitas antibakteri ekstraketanol daun beluntas pada konsentrasi 25%,50%,dan75%, dengan kontrol positif Amoksisilin 30µg serta kontrolnegatif etanol96% yang dilakukan terhadap bakteri S. pyogenesATCC 19615 dengan metode cakram disk. Uji fitokimia dilakukan untuk membuktikan adanya kelompok senyawa aktifpada ekstrakuji. Diameterzona hambatdiukur pada hari kedua setelah inkubasibakteri. Diameterzona hambat yangterbentuk pada kelompok konsentrasi 25%,50%,dan75%, secara berurutan adalah 8 mm, 10,5 mm, dan 17,5 mm. Untuk mengetahui adanya efekperlakuan, dilakukan analisis terhadap UjiKruskal-Wallis didapatkan nilaip=0,0001, dan untuk mengetahui adanyakorelasi peningkatan dosisterhadap peningkatan efek antibakteri dilakukan Uji Independent SamplesTest dan Mann Whitney.Ekstraketanol daun beluntas (Plucheaindica L.)memiliki daya hambat pada kadar 25%,50%, dan75% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes ATCC 19615.

Kata kunci : Daun Beluntas, ZonaHambat Bakteri, Streptococcus pyogenes

ABSTRACT

Beluntasleaves (Plucheaindica L.) are stated to contain secondarymetabolites that are effective as anti-infectiousagents. Infectious diseases caused by the bacterium Streptococcuspyogenes have a seriousimpact on the development of acute pharyngitisto soul-enhancing endocarditis.This study tried to prove the ethanol extract of beluntasleaves as an antibacterialagainst S.pyogenes.Antibacterial conservation test of ethanolextract of beluntas leaves at concentrations of 25%,50%,and75%, with positive control of Amoxicillin 30 μg and 96% ethanolnegative control carried out against S.pyogenesATCC 19615 bacteriausing disk. Phytochemical tests were carried out to prove the existence of activegroups in the extracttest. Inhibitoryzone diameter on the second day after bacterialincubation. Inhibitionzone diameters were formed in the concentration groups of 25%, 50%,and75%, respectively 8 mm, 10.5 mm, and 17.5 mm. To find out the effectdone, an analysis of the Kruskal-WallisTest was obtained pvalue =0.0001, and to determine whether there was an increasein the effect on increasingthe antibacteria leffect by the Independent Sample Test and MannWhitney. Ethanol extract of beluntas (Plucheaindica L.) leaves has a inhibition of25%,50%, and75% of the growth of the bacterium S.pyogenes ATCC 19615.

Keywords : Beluntas Leaves,Bacterial Inhibitory Zone, Streptococcus pyogenes

PENDAHULUAN

Bakeri Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) merupakan floranormal saluranpernapasan, namun dapat menimbulkan infeksi bila system pertahanan tubuh inang menurun. S. pyogenes adalah kelompok bakteri penyebab tersering penyakit faringitis akut pada anak-anak dan remaja.Infeksi olehbakteri S. pyogenes juga dapat memberikan dampak seriusyaitu menimbulkan infeksi pada tulang, meningitis,hingga menyebabkan endokarditis.1 WHO melaporkan, perkiraan secara global pada tahun 2005 terdapat 18,1 juta kasus severe grup A Streptococcus (GAS) dengan 517.000 jumlah kematian per tahun.2Presentase penyakit faringitis akut di Indonesia tahun 2004 yaitu 1,5% atau sejumlah 2.214.781 pasien, sehingga termasuk 10 besar penyakit pada 3 pasien rawat jalan.

Peningkatan jumlah morbidity dan mortality yang disebabkan oleh S. pyogenes perlu diimbangi dengan pengobatan yang tepat yaitu dengan pemberian antibiotik. Berdasarkan sampel cohort GAS strains yang diambil secara global antara tahun 1990 dan 2000 menunjukkan sudah terjadi resistensi beberapa antibiotik yang digunakan untuk terapi infeksi S. pyogenes, meliputi Tetrasiklin dan Eritromisin, masing-masing 38% dan 25%.4Terdapat pula peningkatan resistensi Fluoroquinolonedi Spanyol sebesar 30,8% pada tahun 2007 dan di Belgia sebesar 21,6% pada tahun 2010.5

Antibiotik Amoksisilin merupakan terapi bakuuntuk faringitis akut di Indonesia.6Pemberian terapi antibiotik yang tidak rasional memicu peningkatan resistensi pada antibiotik di kemudian hari, sehingga penelitian mengenai pengobatan berbahan dasar herbal sebagai upaya pengobatan alternatif terus dikembangkan seiring bertambahnya tingkat resistensi tersebut.2Tanaman beluntas termasuk dalam salah satu tanaman dengan kandungan senyawa antibakteri. Di Indonesia, daun beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti menghilangkan bau badan dan mulut, serta penurun demam. Beberapa penelitian menyampaikan bahwa tanaman beluntas memiliki senyawa aktif sebagai antibakteri spektrum luas,antipiretik, dan antioksidan.7Berdasarkan hal tersebut, penelitianini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun beluntas(Pluchea indica L.)terhadappertumbuhan Streptococcus pyogenes ATCC 19615.

BAHANDANMETODE

Metode rancangan penelitianini adalahtrue experimental post-testonly.Kelompok perlakuan (P) meliputi konsentrasi ekstrak etanol 96% daun beluntas 25%, 50%, dan 75%, sedangkan kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif (K+) Amoksisilin 30 µg dan kontrol negatif (K-) etanol 96%. Uji daya

hambat terhadap bakteri menggunakan metode diskdiffusion. Bakteri S.Pyogenes ATCC 19615 diperoleh di Laboratorium Mikrobiologi FK Unud. Penentuan pengulangan pada masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol menggunakan rumus Federer ditambah 10% sampel untuk keadaan tak terduga sehingga menghasilkan enam kali pengulangan.

Daun beluntas yang digunakan berasal dari wilayah Banjar Kesian, Desa Lebih, Gianyar, Bali. Sebelum dilakukan proses uji daya hambat, dilakukan proses ekstraksi dan uji fitokimia yang dilaksanakan di Laboratorium FarmakokognisiProgram Studi Farmasi,FakultasMatematikadanIlmu PengetahuanAlam UniversitasUdayana.Metode yang digunakan yaitu ekstraksi maserasi dengan pelarutberupa etanol 96%.Uji fitokimia kualitatif dilakukanuntuk menguji kandungan senyawa metabolit sekunder saponin, fenol, steroid, terpenoid, glikosida, alkaloid, flavonoid dan tanin dalam crude extract etanol 96% daun beluntas.

Prosedur uji daya hambat diawali dengan pengencerancrude extract etanol 96% daun beluntas menjadi konsentrasi 25%, 50%, dan 75%. Disk kosong ditetesi ekstrak etanol 96% daun beluntas masing-masing kelompok perlakuan dan disk kontrol negatif ditetesi etanol 96%, kemudian didiamkan selama satu jam. Kontrol positif menggunakan diskAmoksisilin 30 µg. Bakteri S. pyogenes ATCC 19615kemudian dikultur di media MHBA (Muller-Hinton Blood Agar) dengan kekeruhan standar 0,5 McFarland. Dilanjutkan dengan penempelan disk pada media MHBA dandiinkubasi dengansuhu 37ºCselama 24jam. Zonahambat yang terbentuk ditunjukkan dengan zona bening disekitar disk. Diameterzona hambat selanjutnyadiukur menggunakanjangka                sorongdengan

satuanmilimeter(mm). Diameter zona hambat yang terbentuk kemudian diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi David dan Stout (<5 mm respon zona hambat lemah, 5-10mm sedang, 11-19mm kuat, dan >20mm sangatkuat).8Analisis data menggunakan program statistik komputer dengan melakukan Uji Kruskal-Wallis, uji Independent Samples Test,danUji MannWhitney.

Penelitianini telahmendapatkan izin dari KomisiEtikPenelitian FakultasKedokteran Universitas Udayana denganKeterangan Kelaikan Etik (EthicalClearance) Nomor: 0197/UN14.2.2.VII.14/LP/2019padatanggal 18 Maret 2019.

HASIL

Hasil uji fitokimia terhadap crude extract etanol 96%        daunbeluntas(PlucheaIndica       L.)

mengandungsenyawa saponin, fenol, steroid, alkaloid,flavonoid, dantanin. Senyawa terpenoid dan glikosida negatif.Hasil seluruh kelompok perlakuan

menghasilkan zona hambat terhadap bakteri S.pyogenes dengan rentang 8 - 17,5mm (Gambar1).

Gambar1.Zona hambatyang terbentukterhadap bakteri Streptococcus pyogenes ATCC 19615              (a:konsentrasi25%;b:

konsentrasi50%; c:konsentrasi75%; d: kontrolpositif;e: kontrol negatif)

Berdasarkan klasifikasi David dan Stout, konsentrasi 25% ekstraketanol 96%daun beluntas (Plucheaindica L.)menghasilkan respon daya hambat sedang, serta konsentrasi 50% dan 75% ekstraketanol 96% daunbeluntas (Plucheaindica L.) menghasilkan respon daya hambat kuat. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapatperbedaanyang bermakna (P=0,0001)diameter zonahambatantar kelompok perlakuan terhadap daya hambat bakteri S.pyogenes.

Tabel 1. Hasil Uji Independent Samples Testdan MannWhitney Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes ATCC 19615

Kelompok Perlakuan Nilai P

Kontrol (-) vs kontrol (+)## 0,0001 Kontrol (-) vs ekstrak 25%## 0,0001

Kontrol (-) vs ekstrak 50%## 0,0001

Kontrol (-) vs ekstrak 75% * 0,002 kontrol (+) vs ekstrak 25% ## 0,0001 kontrol (+)vs ekstrak 50% ## 0,0001 kontrol (+)vs ekstrak 75% * 0,002 ekstrak 25%, vsekstrak 50%# 0,002 ekstrak 25%, vsekstrak 75%* 0,002 ekstrak 50%vsekstrak 75% * 0,002

Keterangan: Statistik signifikan:UjiIndependent SamplesTest#P <0,01; ##P<0,001. Statistik signifikan: Uji MannWhitney *P < 0,01

Hasil uji Independent Samples Test (Tabel 1) menunjukkan hampir seluruh

kelompok, kecuali pada kelompok kontrol positif dengan ekstrak 50%, menunjukkan perbedaan antar dua kelompok yang diuji sangat signifikan (P< 0,001). Hasil pada kelompok kontrol positif dengan ekstrak 50% dengan uji Independent Samples Testserta seluruh kelompok pada uji MannWhiteney menunjukkan perbedaan yang signifikan berbeda pada setiap kelompok yang dibandingkan( P < 0,01).

PEMBAHASAN

Median diameterzona hambatpada kelompok konsentrasi 25%, 50%, dan75%, secara berurutan adalah 8 mm, 10,5 mm,dan 17,5 mm.Hasil tersebut menunjukkansemakin besarkonsentrasi ekstrak yangdiberikan menghasilkan diameterzonahambat yang terbentuk akan semakinbesar pula. Akan tetapi zonahambat padakonsentrasi 75% tersebut masih berada di bawah diameter zona hambat kontrol positif berupa Amoksisilin sebesar 21,5 mm.

Olehbeberapa penelitian, ekstraketanol 96% daunbeluntas(Plucheaindica L.)juga dilaporkan memiliki kemampuan dayahambat terhadap jenis bakterilainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Pargaputri9, mengenai uji aktivitasantibakteri daun beluntas (PlucheaIndicaL.) terhadap Enterococcus faecalis danFusobacterium nucleatum. Peningkatan zonahambat pada bakteri E. faecalis, dengan konsentrasi 6,25%,12,5%,25%, 50%,dan100% secara berurutan sebesar0mm,0 mm, 0mm,7,76 mm,dan16,2mm. Sedangkanpada bakteri F.nucleatum secara berurutan menghasilkan diameter zona hambat sebesar0 mm, 0 mm, 0mm,0 mm,dan5,73 mm. Hasil konsentrasi ekstraketanol 80%daun beluntas (PlucheaIndica L.) tersebut apabila diklasifikasikan berdasarkan David dan Stout, dikategorikanmemiliki daya hambatkuat pada konsentrasi100% terhadap bakteri E. faecalis dan memiliki daya hambat sedang pada konsentrasi 50% terhadap bakteri E faecalis dan konsentrasi 100% pada bakteri F. nucleatum.9

Perbedaan diameter zonahambat bakteri yang terbentukdari ekstrak daunbeluntas (Pluchea Indica L.) dari penelitian tersebut, dapat disebabkan oleh adanya perbedaan spesies bakteri yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan bakteri Streptococcus pyogenus ATCC 19615 yang merupakan kelompok bakteri gram positif. Pada penelitian Pargaputri menggunakan bakteri E.faecalis sebagai grampositifdan    F.nucleatumsebagai

gramnegatif.9

Bakterigram positif mempunyaisuatulapisan peptidoglikanyang lebihtebal dibandingkandengan bakteri gramnegatif. Terdapat asam teikoat yang merupakan polimer anionik yang terbentang melewati peptidoglikan. Asam teikoat melekat pada membran sel bakteri dan peptidoglikan yangberfungsi menjaga homeostasis kation. Pada bakteri gramnegatif terdiri dari lapisanmembran dalam,peptidoglikan dan membran luar.Membran luar tersusundari glikolipid lipopolysaccharide dan lipid bilayer, yang tidak 9

terdapat pada bakteri grampositif. Perbedaan struktur pada bakteri grampositif dangramnegatif berpengaruh terhadap sifat kepolaran bakteri. Bakteri gram negatif bersifat lebih tidak polar karena yang dilapisi lipid bilayer, sehingga senyawa dengan sifat polar akanlebih susah menembus bakteri gram negatif. Hal tersebut memungkinkan hasil diameterzona hambatpada bakteri grampositif lebihbesar dibandingkan bakteri gramnegatif.10

Efek antibakteri pada ekstraketanol 96%daun beluntas (PlucheaIndica L.)terhadap bakteriS. pyogenes ATCC 19615 dihasilkan oleh senyawa metabolit sekunder yangterdapat dalam ekstrak daun beluntas (PlucheaIndica L.). Berdasarkan hasil skrining uji fitokimia padapenelitian ini, ekstrak etanol96% daun beluntas (PlucheaIndica L.) mengandung senyawa metabolit sekunder saponin, fenol, steroid, alkaloid, flavonoid, dan tannin, dengan perbedaan mekanisme antibakteri pada masing-masing senyawa tersebut.

Saponin berpengaruh terhadap permeabilitas membran sel. Senyawa saponin akan berinteraksi dengan membrane kolesterol aglycon yang menyebabkan pemindahan kolesterol dari membran sel, sehingga terjadi peningkatan aktivitas ATPase serta ketidakstabilan struktur dan metabolisme bakteri. Efek antibakteri oleh saponin disebabkan pula karena terjadi efisiensi penggunaan glukosa dari bakteri sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan bakteri dan mengarah pada kematian sel bakteri.11Fenol menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi pada membran sitoplasma serta meningkatkanketidakstabilanmembran. Hal tersebut menyebabkan terjadinya disfungsi membran dan menyebabkan kematian sel bakteri. Aktivitas senyawa fenol juga dapat menyebabkan stasis pada pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara berikatan dengan DNA bakteri yang menginduksi enzim topoisomerase IV yang berfungsi memediasi pembelahan DNA.12

Molekul steroid mempunyai gugus nonpolar dan polar yang berefek sebagai surfaktan sehingga dapat melarutkan komponen fosfolipid membran plasma. Mekanismekerja dari steroiduntuk menghambatmikroba yaitu dengan caramerusak membran plasma selmikroba sehingga selanjutnyamenyebabkanterjadinya kebocoransitoplasma yang berujung padakematian selbakteri.13Senyawa metabolit sekunder alkaloid memiliki sifat sebagai antibakteri dengan menghambat aktivitas dihidrofolat reduktase yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi purin dan pyrimidin sebagai prekursor sintesis DNA dan RNA sehingga berakibat pada terganggunya sintesis asam nukleat.14 Alkaloid juga memiliki afinitas yang tinggi terhadap protein FtsZ. Protein ini berperanan penting dalam pembelahan sel bakteri.15

Flavonoid dapat menghambat fungsi membransel melalui pembentukansenyawa kompleksdengan protein ekstaseluerdan terlarut, sehinggamerusakmembranselbakteri yangdiikuti keluarnyasenyawaintraseluler.16 Dalam menghambat https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2021.V10.i1.P02

sintesisasam nukleat, interaksiantara flavonoid dengan DNAbakteri akanmenyebabkan terjadinyakerusakan permeabilitas dinding selbakteri, lisosom, sertamikrosom. Flavonoidjugamenghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri. Senyawa flavonoid dapat berpengaruh terhadap metabolisme energi melalui penghambatan sitokrom C reduktase sehingga pembentukan metabolism dan penggunaan oksigen oleh bakteri menjadi terhambat.17

Tannin akanmenyebabkan kerusakanmembran sel bakterisehingga terjadi kebocoranintraselular.Guguspirogallodangallo dari senyawatannin berekasi denganprotein membran bakteri melalui ikatannon-spesifik yangmenyebabkan kerusakan membran sitoplasma bakteri, sehinggaterganggunya fungsi membransebagai barrierpermeabilitasselektif, kontrolkomposisi internal sel,serta pembawa fungsi transporaktif. Fungsi integritas membransitoplasma yang rusak ini menyebabkan makromolekul dan ion keluar dari sel,dan terjadi kematian sel.9

Tabel 2. Hasilpengukuranzona hambat ekstrak etanol96% daun beluntas (Pluchea indica L.) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes ATCC 19615

Kelompok Perlakuan

DiameterZona Hambat (mm)

Median (min-maks)

I II III IV V VI

(mm)

Kontrol 0 0 0 0 0 0       0

negatif

Kontrol 19 22 20 23 23 22 22 (19-23) positif

Konsentrasi 8 9 8 8 7 8     8 (7-9)

25%

Konsentrasi 10 12 10 9 11 12 10,5(9-12) 50%

Konsentrasi 17 18 17 15 18 18 17,5 (15-18)

75%

SIMPULAN

Ekstrak etanol96% daun beluntas(Pluchea indica L.) memiliki daya hambat dan memiliki perbedaan daya hambat dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% terhadap bakteriStreptococcus pyogenes ATCC 19615.

SARAN

Penelitian ini tidak melakukan uji kadar hambat minimum (KMH) dan tidak melakukan pengujian kandungansenyawa metabolit sekunder secara kuantitatif padaekstraketanol 96% daun beluntas. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan uji KMH, melakukan uji fitokimia terhadap ekstrak daun beluntas secara kuantitatif,serta melakukan ekstraksi terhadap senyawa aktif yang terkandung pada daun beluntasdengan metode

fraksinasi sehingga dapat mengetahui senyawa yang paling berpotensi sebagai antibakteri.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Lamagni T, Darenberg J, Luca H. Epidemiologyof severe   Streptococcus

pyogenes diseasein Europe.JClin Microbiol 2008;46:2359–2367.

  • 2.    Walkers M., dkk. DiseaseManifestations and PathogenicMechanisms ofGroup A Streptococcus.ClinicalMicrobiology

Reviews.2014;27(2):264–301.

  • 3.    Sidharti L, Pemula G, Lisiswanti R. KesesuaianPeresepan Penyakit Faringitis-Akut terhadapStandar Pengobatan di PuskesmasRawatInap             Simpur

BandarLampung             Tahun2013.

JurnalAgromed Unila.2015;2(3):196–8

  • 4.    AyerV, TewodrosW, ManoharanA. Tetracycline Resistance in GroupA StreptococciEmergences ona GlobalScale andInfluence on MDR.Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 2007;51(5):1865-1868.

  • 5.    Heirstraeten, Leten, Lammens, Goossens, Malhotra. Increasein fluoroquinolone nonsusceptibility among clinicalStreptococcus pyogenes in Belgiumduring 20072010. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2012;67(11): 2602-2605.

  • 6.    Apsari D, Dwicandra N, Jaelani. Pola Peresepan Antibiotika Pada Manajemen Faringitis Akut Dewasa di Puskesmas.Jurnal Endurance. 2017;2(3): 252-257.

  • 7.    Widyawati P, Wijaya C, Hardjosworo P, Sajuthi D.EvaluasiAktivitasAntioksidatif Ekstrakdan Beluntas (Plucheaindica) berdasarkanPerbedaanRuas  Daun.Fakultas

TeknologiPertanian,UnikaWidyaMandal.

2015.

  • 8.    Ambarwati. EfektivitasZat Antibakteri Biji Mimba (Azadirachtaindica) untuk Menghambat Pertumbuhan Salmonella thyposa dan Staphylococcus aureus. Biodiversitas.2007;8(3):320-324.

  • 9.    Pargaputri P, dkk. Antibacterial effects of PlucheaindicaLess leaf extract on E. faecalis and Fusobacterium nucleatum (in-vitro). Dent Journal. 2016;49(2): 93–98.

. SilhavyT, KahneD, WalkerS. The Bacterial Cell Envelope. Cold Spring Harb Perspect Biol. 2010;2:1-16.

. ArabskiM, AnetaW. Effects of Saponins against Clinical E.coli Strains and Eukaryotic Cell Line. Journal of Biomedicine and Biotechnology. 2012:1– 6.

. WuY, BaiJ, ZhongK,. Antibacterial Activity and Membrane-Disruptive Mechanism of 3-p-trans-Coumaroyl-2- hydroxyquinic Acid, Novel Phenolic Compound fromPine Needles of Cedrusdeodara, against Staphylococcus aureus. Molecules. 2016;21(1084):1-12.

. Wiyanto B. Uji Aktivitas AntibakteriEkstrak Rumput Laut Kappaphycusalverazeii dan Eucheuma denticullatum terhadap Bakteri Aeromonas hydrophiladan Vibrioharvayii, Jurnal Kelautan, 2010. 3(1):12.

. OthmanL, SleimanA, AbdelRM. Antimicrobial Activity of Polyphenolsand    Alkaloidsin    Middle

EasternPlants. Front. 2019. Microbiol, 10(911):1-28.

. BoberekJ, StachJ, GoodL. Genetic Evidence for Inhibitionof BacterialDivision Protein FtsZ by Berberine. PLoSONE. 2010;5(10):1-9.

. Nuria M. UjiAktivitas AntibakteriEkstrak Etanol DaunJarak Pagar(Jatropha Curcas L.) terhadapBakteri StaphylococcusAureus ATCC25923,Escherichia       ColiATCC

25922,dan SalmonellaTyphi ATCC1408. Mediagro. 2009;5(2):26–37.

. CushnieT, Lamb, AndrewJ. Amtimicrobial Activity of Flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents.2005;26: 343-356.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i1.P02

11