ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.8,AGUSTUS, 2020


Diterima:04-06-2020 Revisi:09-06-2020 Accepted: 18-06-2020

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

Ni Kadek Dwi Karlina1, I Nyoman Gede Budiana2, I Gede Ngurah Harry Wijaya Surya2 Ida Bagus Gede Fajar Manuaba2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, RSUP Sanglah Bali

[email protected]

ABSTRAK

Preeklampsia merupakan sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu ≥140 mmHg dan ≥90 mmHg secara berturut-turut, dengan atau tanpa proteinuria yang dapat terjadi pada periode antenatal, intranatal dan postnatal. Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui sehingga disebut sebagai“Diseases of Theory”, namun teori yang umumnya digunakan untuk menjelaskan penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Preeklampsia berkontribusi terhadap tingginya angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia di Puskesmas II Denpasar Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif observasional menggunakan pendekatan potong-lintang. Penelitian ini melibatkan 96 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas II Denpasar Selatan pada bulan Februari sampai September 2019. Subyek diminta mengisi kuisioner untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan mengenai preeklampsia yang selanjutkan digolongkan dalam kategori baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 68 responden (70,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 23 responden (24,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 5 responden (5,2%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai preeklampsia.

Kata kunci: Preeklampsia, tingkat pengetahuan, ibu hamil

ABSTRACT

Preeclampsia is a syndrome marked by an increase in systolic and diastolic blood pressure ≥140 mmHg and ≥90 mmHg respectively, with or without proteinuria that occurs during antenatal, intranatal and postnatal periods. The cause of preeclampsia is not yet known so it is commonly referred as "Diseases of Theory", but the current theory used to explain the cause of preeclampsia is the theory of "placental ischemia". Preeclampsia greatly contributes to maternal and fetal morbidity and mortality. This study aimed to determine the knowledge level of pregnant women regarding preeclampsia in Public Health Care of South Denpasar II. This research was conducted with an observational descriptive method using a cross-sectional approach. This research involved 96 pregnant women who visited Public Health Care of South Denpasar II from February to September 2019. Samples were asked to fill questionnaire to obtain knowledge level regarding preeclampsia which then later categorized into good, sufficient and bad knowledge level. The results showed that as many as 68 respondents (70.8%) had a good level of knowledge, 23 respondents (24.0%) had a sufficient level of knowledge, and 5 respondents (5.2%) had bad knowledge about https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum                   59

doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P11

preeclampsia. Results of this research showed that most pregnant women at Public Health Care of South Denpasar II had a good level of knowledge regarding preeclampsia.

Keywords: Preeclampsia, knowledge level, pregnant women

PENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu ≥140 mmHg dan ≥90 mmHg secara berturut-turut, dengan atau tanpa proteinuria yang dapat terjadi pada periode antenatal, intranatal dan postnatal. Kondisi ini dapat terjadi pada periode antenatal, intranatal maupun postnatal.1 Kejadian preeklampsia di negara berkembang adalah tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan di negara maju. Angka prevalensi preeklampsia di negara maju adalah sebesar 1,3%-6%, sementara angka prevalensinya di negara berkembang adalah sebesar 1,8%-18%. Insiden preeklampsia di Indonesia adalah sebesar 128.273 per tahun atau mencapai angka 5,3%. Tingginya angka kejadian akibat preeklampsia memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian ibu.2

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan janin. Data WHO pada tahun 2010 menyatakan bahwa angka kematian ibu akibat preeklampsia adalah sekitar 287.000 dan meningkat sekitar 50.000 kasus setiap tahunnya.2 Tingginya angka kematian ibu akibat preeklampsia menekankan pentingnya dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Penatalaksanaan preeklampsia dapat dilakukan pada usia kehamilan <37 minggu atau ≥37 minggu.3 Diagnosis dini preeklampsia penting untuk dilakukan terutama untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Pemeriksaan antenatal rutin untuk mencari tanda-tanda preeklampsia sangat krusial sebagai upaya pencegahan timbulnya preeklampsia berat dan eklampsia. Pengetahuan ibu hamil terkait gejala klinis serta tanda dari preeklampsia berperan besar dalam deteksi dini preeklampsia. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia di Puskesmas II Denpasar Selatan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan rancangan desain potong-lintang untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia di Puskesmas II Denpasar Selatan. Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas II Denpasar Selatan pada bulan Februari sampai September 2019.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang berisi 12 poin pertanyaan mengenai preeklampsia. Skor 1 akan diberikan pada jawaban benar, sedangkan skor 0 akan diberikan pada jawaban salah. Tingkat pengetahuan kemudian dikelompokkan menjadi kategori baik, cukup dan kurang. Responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan baik apabila pertanyaan yang dijawab benar adalah sebanyak 9-12 pertanyaan, dikatakan memiliki tingkat pengetahuan cukup apabila menjawab 7-8 pertanyaan dengan benar sedangkan apabila menjawab pertanyaan <6 dengan benar digolongkan dalam kategori pengetahuan kurang.

Data dianalisis secara univariat dengan menganalisis tiap variabel menjadi bentuk distribusi frekuensi dan proporsi. Data yang telah terkumpul kemudian dikategorikan sesuai tujuan dan ditabulasi dalam bentuk tabel untuk memperoleh gambaran karakteristik setiap variabel sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Bali dengan nomor surat 392/UN/14.2.2VII.14/LP/2019.

HASIL

Jumlah responden yang diperoleh selama periode penelitian adalah sebanyak 96 orang. Mayoritas responden berusia 20-35 tahun (80,2%) yang masuk dalam kategori usia yang tidak berisiko. Tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Umur

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Usia yang tidak berisiko (20-35 tahun)

77

80,2

Usia yang berisiko (<20 tahun atau >35 tahun)

19

19,8

Total

96

100,0

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan pada trimester I sangat sedikit (6,3%). Sebagian besar responden berada pada trimester kehamilan ke-2 (51,0%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia kehamilan tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Trimester I

6

6,3

Trimester II

49

51,0

Trimester III

41

42,7

Total

96

100,0

Sebagian besar ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan termasuk dalam kategori nulipara (50%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

Paritas

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Nulipara

48

50,0

Primipara

21

21,9

Multipara

27

28,1

Grandemultipara

0

0

Total

96

100,0

Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan mendapatkan jumlah terbanyak pada kelompok yang tamat SMA/sederajat (43,8%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Tamat

10

10,4

SD/sederajat

Tamat

22

22,9

SMP/sederajat

Tamat

42

43,8

SMA/sederajat

Lulus  perguruan

22

22,9

tinggi

Total

96

100,0

Mayoritas ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai preeklampsia (70,8%). Gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia tertera pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Preeklampsia

Tingkat

Frekuensi      P

rsentase

Pengetahuan

(n)

(%)

Baik

68

70,8

Cukup

23

24,0

Kurang

5

5,2

Total

96

100,0

Jawaban pertanyaan kuesioner mengenai preeklampsia menunjukkan bahwa pertanyaan nomor 12 tentang preeklampsia dapat menyebabkan kematian pada janin (96,9%) dan pertanyaan nomor 6 tentang penanganan preeklampsia (92,7%) merupakan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden. Pertanyaan nomor 9 tentang faktor risiko preeklampsia merupakan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah (49,4%). Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan tentang preeklampsia tertera pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan tentang Preeklampsia

No

Pertanyaan

Benar

Salah

n

%

n

%

1.

Definisi Preeklampsia

81

84,4

15

15,6

2.

Pencegahan Preeklampsia

86

89,8

10

10,4

3.

Riwayat darah tinggi sebelum hamil

74

77,1

22

22,9

4.

Preeklampsia berpengaruh pada janin

86

89,6

10

10,4

5.

Riwayat preeklampsia sebelumnya

57

59,4

39

40,6

6.

Penanganan preeklampsia

89

92,7

7

7,3

7.

Gejala klinis preeklampsia

74

77,1

22

22,9

8.

Indikasi rawat inap preeklampsia

63

65,6

33

34,4

9.

Faktor risiko preeklampsia

49

51,0

47

49,0

10.

Preeklampsia bisa berlanjut menjadi eklampsia

74

77,1

22

22,9

11.

Tujuan penanganan preeklampsia

86

89,6

10

10,4

12.

Preeklampsia dapat menjadi kematian pada janin

93

96,9

3

3,1

DISKUSI

Mayoritas responden penelitian berusia 20-35 tahun yang masuk dalam kategori usia yang tidak berisiko. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan yang mendapatkan bahwa ibu hamil paling banyak berada pada kelompok usia 20-35 tahun.4 Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 juga mendapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun, yaitu kelompok usia yang tidak berisiko.5

Salah satu faktor yang berkaitan dengan pengetahuan seorang individu adalah usia. Usia berkaitan dengan pola pikir dan kematangan seseorang. Semakin bertambah usia tingkat kedewasaan seseorang akan semakin bertambah dan semakin luas dalam menyikapi sesuatu. Selain itu dengan semakin cukup usia membuat seseorang semakin matang dalam berpikir dan bekerja sebagai cerminan dari pengalaman dan kematangan jiwa.6 Ibu hamil yang berusia 20-35 tahun merupakan usia ideal bagi seorang wanita dewasa untuk menjalani suatu kehamilan, dengan ini diharapkan wanita tersebut dapat memiliki gambaran pengetahuan tentang preeklampsia yang baik sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan pada trimester I sangat sedikit. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2017 di Medan dimana didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil yang melakukan pemeriksaan https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P11

kehamilan paling banyak berada pada trimester III yaitu sebesar 65,0%.5

Deteksi dini pada kehamilan sangat diperlukan untuk mencegah risiko komplikasi kehamilan dan persalinan. Berbagai komplikasi dapat muncul selama kehamilan, salah satunya adalah preeklampsia. Deteksi faktor risiko pada ibu hamil, merupakan suatu upaya yang penting dilakukan secara dini dalam mencegah terjadinya preeklampsia. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bersifat signifikan antara pengetahuan dengan upaya deteksi dini. Kesadaran akan berbagai manfaat pelaksanaan deteksi dini menyebabkan ibu hamil untuk menerapkan sikap positif dan akan mendorong ibu hamil untuk melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan antenatal care pada tempat pelayanan kesehatan.7

Sebagian besar ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan termasuk dalam kategori nulipara atau belum pernah melahirkan sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan ibu yang pertama kali hamil cenderung lebih sering memeriksakan kehamilannya untuk mendapatkan informasi mengenai kehamilan pada tenaga kesehatan. Tidak terdapat satupun ibu hamil yang tergolong ke dalam grandemultipara pada penelitian ini karena program Keluarga Berencana (KB) berjalan cukup baik sehingga jarang ditemukan kasus ibu melahirkan lebih dari lima kali.

Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan setinggi SMA/sederajat. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2017 dengan mayoritas pendidikan terakhir ibu hamil yaitu tamat SMA/sederajat.8 Hasil ini juga didukung oleh penelitian lain yang menyebutkan bahwa pendidikan terakhir sebagian besar ibu hamil adalah tamat SMA/sederajat (51,5%).9

Tingkat pendidikan sangat berkorelasi dengan pengetahuan seseorang. Seorang individu maka akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang diberikan sehingga akan berpengaruh dalam perubahan sikap dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidikan dapat secara langsung mempengaruhi perilaku kesehatan seorang individu. Ibu hamil dengan pendidikan tinggi dapat diprediksi memiliki tingkat pengetahuan tentang kehamilan dan juga preeklampsia lebih baik dibandingan dengan ibu hamil yang berpendidikan lebih rendah.6

Mayoritas ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki tingkat pengetahuan baik tentang preeklampsia. Hasil ini sejalan dengan penelitian 63

sebelumnya pada tahun 2017 dimana didapatkan hasil sebanyak 53 dari total 100 responden memiliki tingkat pengetahuan baik.4 Hasil ini sedikit berbeda dengan dua penelitian lainnya yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu hamil (lebih dari 60%) memiliki tingkat pengetahuan tentang preeklampsia dengan kategori cukup.8,10

Pengetahuan merupakan hal penting yang dapat membentuk tindakan seseorang. Jumlah ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang preeklampsia cukup banyak yaitu 68 orang (70,8%). Pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia dan eklampsia sangatlah penting karena hampir 50% dari seluruh angka kematian ibu dan janin disebabkan oleh kedua kondisi tersebut.11

Jawaban pertanyaan kuesioner mengenai preeklampsia menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan tentang preeklampsia dapat menyebabkan kematian pada janin dan pertanyaan tentang penanganan preeklampsia. Hal tersebut menunjukan bahwa para ibu hamil mengetahui preeklampsia dapat membahayakan kehamilan hingga menyebabkan kematian pada janin. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang faktor risiko preeklampsia. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa para ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang mengenai faktor risiko preeklampsia.4

SIMPULAN

Penelitian ini mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia di Puskesmas II Denpasar Selatan sebagian besar adalah baik.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Robson, Elizabeth S, Waugh J. Patologi pada Kehamilan. EGC. 2012:57-62.

  • 2.    World Health Organization (WHO). Dibalik Angka-Pengkajian Kematian Maternal dan Komplikasi

untuk Mendapatkan Kehamilan yang Lebih Aman. WHO. 2007:167-182.

http://repository.unjaya.ac.id/id/eprint/2560.

  • 5.    Ulfa MT. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. 2017. [sumber online]. Diakses tanggal: 29 September            2018.            Diakses

dari:http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123 456789/4524/140100049.pdf.

  • 6.    Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. 2007:96-102.

  • 7.    Khadijah SA. Upaya deteksi dini risiko tinggi kehamilan ditentukan oleh  pengetahuan dan

dukungan tenaga kesehatan. Jurnal Sehat Mandiri. 2018;13:34-40.

  • 8.    Hariyanto JW. Gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas Lempake Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2017; 5:23-34.

  • 9.    Ambarwati W. 2017. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia di Puskesmas Jetis I Kabupaten Bantul Yogyakarta. [sumber online]. Diakses tanggal: 5 Mei 2017. Diakses dari: http://repository.unjaya.ac.id/id/eprint/2195.

  • 10.    Susanti E. Pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia dan eklampsia di BPS Suminten Mantingan Ngawi tahun 2012. 2012. [sumber

online]. Diakses tanggal: 1 Oktober 2019. Diakses dari: stikeskusumahusada.ac.id.

  • 11.    Manuaba IAC. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. 2010:77-82

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P11

64