Gambaran Kejadian Struma di RSU Negara Tahun 2019-2020
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.4,APRIL, 2023

Diterima: 15-12-2022 Revisi: 30-02-2023 Accepted: 25-04-2023
Gambaran Kejadian Struma di RSU Negara Tahun 2019-2020
Made Bagus Sastrapramaya Bharata1, Ketut Suparna2, I Gusti Bagus Gita Triarta3
-
1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
-
2 Bagian/SMF Bedah RSU Buleleng 3 BagianSMF Bedah RSU Negara
ABSTRAK
Pendahuluan: Struma yang biasa kita kenal dengan nama goiter merupakan sebuah benjolan di bagian leher yang disebabkan membesarnya kelenjar tiroid efek kelainan glandula tiroid bisa dalam bentuk terngganggunya peranan atau berubahnya struktur kelenjar dan morfologinya bisa berupa diffusa maupun nodusa. Sesuai dengan data penelitian yang telah dilaksanakan, di semua tempat dibelahan dunia diduga ada kurang lebih 200 juta masyarakat yang mengidap struma, adapun data penelitian mengenai struma yang ada di Indonesia, memperlihatkan prevalensi total goiter rate (TGR) yang awalnya 9,8% pada tahun 1998 hingga 11,1% pada tahun 2003. Hingga saat ini struma tetap menjadi salah satu permasalahan kesehatan warga di Indonesia serta data peristiwa Struma di Indonesia masih tergolong minimal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar bisa memperoleh prediksi penyakit struma sesuai umur, gender, model terapi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan memakai studi deskriptif retrospektif, sampel yang digunakan ialah pasien RSU Negara dengan Struma yang memenuhi kriteria, metode pengumpulan sampel menggunakan rekam medis yang kemudian di olah data menggunakan program SPSS, kemudian disajikan dalam bentukan tabel.
Hasil: Pasien perempuan menjadi yang terbanyak menderita struma (68,3%) pada penelitian ini, sesuai dengan golongan umur, yang paling banyak mengidap struma dalam penelitian ini ialah golongan umur 45-54 tahun (36,6%), . Didapatkan insiden struma terbanyak pada
penelitian ini adalah jenis struma nodusa toksik yaitu 25 orang (61%).
Kesimpulan: Peristiwa penderita struma paling tinggi adalah tipe struma nodusa toksik, terjadi pada perempuan, umur 45-54 tahun, dengan model terapi terbanyak operatif.
Kata Kunci: Struma, Struma Nodusa, Goiter
ABSTRACT
Introduction: A goiter, also called a goiter, is a swelling of the neck due to enlargement of the thyroid gland due to thyroid gland disorders, which can be in the form of dysfunction or changes in the arrangement of the gland and its morphology can be in the form of diffuse or nodus Based on the results of research conducted, it is estimated that around 200 million people worldwide suffer from goiter. The results of research on goiter in Indonesia, show the prevalence of the total goiter rate (TGR) from 9.8% in 1998 to 11.1% in 2003. is still a public health problem in Indonesia and data on the incidence of goiters in Indonesia is still minimal. This study aims to obtain a description of the goiter based on age, gender, type of therapy.
Method: This study used a retrospective descriptive study, the sample used was the State Hospital patient with goiter who met the criteria, the sample collection method used medical records which were then processed using the SPSS program, then presented in a table form.
Result: Female patients were the most suffering from goitre (68.3%) in this study. The highest incidence of goiters in this study was the type of toxic goitre, namely 25 people (61%).
Conclusion: The highest incidence of goitre in the type of toxic goitre, female sex, age 45-54 years, and most types of operative therapy.
Keyword : Struma, Struma Nodusa, Goiter
PENDAHULUAN
Struma atau yang biasa dikenal dengan nama struma merupakan sebuah benjolan di bagian leher disebabkan membesarnya kelenjar tiroid dampak kelainan glandula tiroid bisa dalam bentuk terganggunya peranan atau berubahnya struktur kelenjar dan morfologinya bisa berupa diffusa maupun nodusa. Yang selalu menjadi pemicunya dari defisiensi hormon tiroid yaitu kurangnya asupan yodium.1 Struma terbagi berdasarkan dari perubahan kegiatan fungsional dari kelenjar tiroid, yang tidak lain adalah struma toksik dan non toksik.
Efek struma Pada tubuh ada di bagian pembengkakan kelenjar tiroid yang bisa berpengaruh pada posisi organ-organ yang ada di sekelilingnya. Pada segmen posterior medial kelenjar tiroid ada trakea juga esophagus. Struma bisa menuju ke bagian dalam dan mendorong trakea, esophagus serta pita suara yang menyebabkan menjadi sulit bernapas dan disfagia. Hal itu bisa menyebabkan terganggunya pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Jika pembengkakan keluar maka leher akan membesar bisa berbentuk asimetris bisa juga, dan biasanya selalu diikuti dengan kondisi sulit bernapas dan disfagia.
Sesuai dengan data penelitian yang telah dilaksanakan di semua belahan dunia diduga ada sebanyak kurang lebih 200 juta masyarakat yang mengidap struma dari 800 juta masyarakat yang sangat kurang mengonsumsi yodium.2 Hasil peninjauan mengenai struma di Indonesia terbilang masih minim. Data Observasi mengenai struma di Indonesia, memperlihatkan prevalensi total goiter rate (TGR) yang awalnya 9,8% pada tahun 1998 meningkat sebesar 11,1% pada tahun 2003. Batasan tertinggi nilai TGR oleh WHO adalah 5%, jadi bisa dianggap jika struma tetap menjadi permasalahan kesehatan warga di Indonesia.3 Berdasarkan data penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari bulan Juli 2012 - Juli 2014, ditemukan 30 peristiwa struma multinodusa non-toksik,4 Adapun dalam penelitian yang dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Juni 2014 - Juli 2016 perisriwa struma non tosik meningkat sebanyak 38 kejadian.5 Dalam kurun waktu dari bulan Juni 2015 – Juni 2018. Data penelitian yang dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menemukan sebanyak 183 penderita struma. Tipe struma yang paling banyak adalah struma nontoksik nodusa (71,6%). Penderita paling banyak pada umur 45-54 tahun (23,5%), jenis kelamin perempuan (83,6%), berdomisili di dataran rendah (79,8%), serta model terapi operatif (42,6%). 4
Melihat masih tingginya angka kejadian struma di Indonesia dan masih sedikitnya data mengenai struma di
wilayah Indonesia, oleh karenanya Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar bisa memperoleh prediksi penyakit struma dilihat dari segi umur, gender, tempat domisili serta aspek risiko lainnya dari penyakit struma di RSU Negara.
METODE
Studi yang dipakai pada penelitian ini ialah deskriptif retrospektif, penelitian ini dilakukan di RSU Negara, sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis struma di RSU Negara yang sesuai standar inklusi, penghimpunan data dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien yang kemudian di olah melalui sistem pengolah data, kemudian disuguhkan dalam format tabel.
HASIL
Penelitian ini menggunakan 41 responden pasien struma tiroid di RSU Negara pada tahun 2019 yang sesuai dengan standar inklusi serta yang tidak sesuai dengan standar eksklusi. Ada sebanyak 13 orang (31,7%) penderita laki-laki serta 28 orang (68,3%) penderita perempuan. Rerata usia pada sampel ini adalah 49,6 tahun (SD ± 11,8 tahun) dengan rincian pasien usia 15-24 tahun sejumlah 2 orang (4,9%), usia 25-34 tahun sebanyak 2 orang (4,9%), usia 35-44 tahun sebanyak 7 orang (17,1%), 45-54 tahun
sebanyak 15 orang (36,6%), usia 55-64 tahun sebanyak 12 orang (29,3%), serta usia 65-74 tahun sejumlah 3 orang (7,3%).
Dari keseluruhan sampel, pasien dengan struma nodusa toksik sebanyak 25 orang (60,9%), struma nodusa non toksik sebanyak 15 orang (36,5%), serta struma difusa toksik sebanyak 1 orang (2,4%). Pasien struma ini terdapat 13 orang (31,7%) yang mendapatkan terapi medikamentosa, sedangkan 28 orang (68,3%) lainnya diterapi dengan operasi, baik itu dengan total tiroidektomi (60,7%) isthmusectomy (21,4%), maupun dengan parsial tiroidektomi (17,9%). Tabel 1 menunjukan karakteristik sampel penelitian, dan tabel 2 menunjukan distribusi berdasarkan diagnosis pada sampel, serta tabel 3 menunjukan pilihan terapi pada pasien.
Tabel 1. Karakteristik jenis kelamin dan usia sampel penelitian
Karakteristik Frekuensi (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 (31,7)
Perempuan 28 (68,3)
Usia (Rerata ± SD) |
49,6 (±11,8) |
<15 tahun |
0 |
15-24 tahun |
2 (4,9) |
25-34 tahun |
2 (4,9) |
35-44 tahun |
7 (17,1) |
45-54 tahun |
15 (36,6) |
55-64 tahun |
12 (29,3) |
65-74 tahun |
3 (7,3) |
≥75 tahun |
0 |
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan diagnosis pasien
Jenis struma |
Perubahan anatomi |
Total | |
Nodusa |
Difusa | ||
Toksik |
25 (61%) |
1 (2,4%) |
26 (63,4%) |
Nontoksik |
15 (36,6%) |
0 (0%) |
15 (36,6%) |
Total |
40 (97,6%) |
1 (2,4%) |
41 (100%) |
Tabel 3. Distribusi diagnosis berdasarkan tatalaksana
pasien.
Jenisstroma VWAVAW |
Medika-wwwwwww Iiieiitosa WΛVΛWWW |
Total Tiroidekto WWΛW√VΛVΛW mi WVA |
Isthmus- ectomι WWWVWW |
Parsial WWWWVW Tiroide WWWWWW ktomi WWWWVA |
Nodusa-Ioksik WWWWMΛΛ⅛VWVWWWA |
S (32%) |
11(44%) |
4(16%) |
2(S%) |
Nodiisa-Iioiitoksik WWWWVWVWWVWWVWVWWA |
4(26,7%) |
6(40%) |
2(13,3%) |
3(20%) |
Difa⅛k VΛVW⅛YA⅛WW⅛WΛW |
1(100%) |
0(0%) |
0(0%) |
0(0%) |
PEMBAHASAN
Pada penelitian struma di RSU Negara pada tahun 2019 ini, jenis struma terbagi atas struma nodusa toksik, struma difusa toksik, struma nodusa nontoksik serta struma difusa nontoksik. Didapatkan insiden struma terbanyak pada penelitian ini adalah jenis struma nodusa toksik yaitu 25 orang (61%). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini relevan dengan penelitian Tahulending et al6 yang melakukan penelitian di RSU Dr Kandou Manado menyatakan struma jenis nodusa memiliki prevalensi terbesar yaitu 83,1%. Namun jenis struma nodusa nontoksik memiliki prevalensi lebih besar dibandingakn struma nodusa toksik pada penelitian tersebut (71,6% vs 11,5%). Struma jenis nodusa ini merupakan kelainan endokrin yang selalu diderita orang di dunia, dengan prevalensi 500 hingga 600 juta orang tiap tahunnya.7 Beberapa etiologi penyebab struma telah teridentifikasi seperti: kekurangan diet iodium, tempat tinggal di dataran tinggi, usia, serta penyakit hormonal.8
Pasien perempuan menjadi yang terbanyak menderita struma (68,3%) pada penelitian ini. Hal ini serupa dengan laporan dari penelitian lain seperti Tahulending et al6 yang menyatakan perbandingan pasien struma laki-laki dan perempuan adalah 1:5. Penelitian Hussain et al9 juga menyatakan hal yang sama, yaitu prevalensi struma terbanyak terjadi pada perempuan premenopause dengan rasio antara pria dan wanita sebanyak 1:4. Bahkan kasus struma di Inggris Utara dari total 2.749 sampel ditemukan perbandingan kasus laki-kali dan perempuan sebesar 1:13.10 Perbedaan prevalensi pada populasi perempuan ini mungkin disebabkan oleh pengaruh hormonal dari estrogen dan progesteron, dimana peningkatan ukuran nodul dan perkembangan nodul baru berhubungan dengan kehamilan dan multiparitas.11
Sesuai dengan golongan umur, pengidap paling banyak ditemukan dalam penelitian ini terjadi pada golongan umur 45-54 tahun (36,6%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Tahulending et al6 yang menyatakan prevalensi terbesar kasus struma terjadi pada rentang usia 45-54 tahun (23,5%). Prevalensi struma meningkat seiring dengan usia, dan di negara maju ditemukan kasus terbanyak pada umur dia atas 65 tahun.12 Struma yang terdeteksi pada usia lanjut memiliki petunjuk klinis penting. Selain dapat menyebabkan gangguan sehari-hari serta sindrom kompresi, struma juga penting sebagai petunjuk pertama dari keganasan tiroid. Prevalensi keganasan tiroid di negara maju antara 4-6,5% dan dipengaruhi oleh besar nodul.11 Penegakan diagnosis pada nodul tiroid pada usia tua menjadi penting karena terdapat kemungkinan keganasan tiroid. Selain itu, banyaknya diagnosis di usia >40 tahun kemungkinan oleh karena struma biasanya tidak bergejala sehingga penderita cenderung menunda pengobatan, serta baru mulai mencari pengobatan jika struma sudah cukup besar dan mengganggu secara kosmetik.13-14
Pasien dengan nodusa-toksik sebagian besar menjalani terapi bedah (68%) dengan dominan dilakukan
total tiroidektomi (44%), dimana terapi obat anti tiroid diberikan pada 32% pasien. Hal serupa juga terjadi pada tatalaksana nodusa-nontoksik, 73,3% sampel menjalani terapi operasi dengan 40% menjalani total tiroidektomi, dan hanya 26,7% menjalani terapi obat. Terapi pada pasien difusa-toksik pada penelitian ini hanya medikamentosa tanpa operasi. Hal ini serupa dengan laporan dari Hussain et al4 yang melaporkan 44,2% pasiennya melakukan operasi, dimana 36,4% menjalani radioterapi, dan hanya 19,5% yang mendapatkan obat anti tiroid.9
KESIMPULAN
Sesuai dengan data yang dihasilkan dari penelitian yang dilaksanakan di RSU Negara periode 2019-2020 ditemukan peristiwa struma paling tinggi pada tipe struma nodusa toksik, jenis kelamin perempuan, umur 45-54 tahun, dan jenis terapi terbanyak operatif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada pihak rumah sakit RSU Negara yang telah mengizinkan saa untuk melakukan penelitian, serta mengambil data di sana. Terimakasih juga kepada kepada pembimbing serta rekan-rekan dan masyarakat yang telah turut serta dalam penelitian ini.
with sporadic nontoxic goiter. The American Journal of Medicine. 1990;89(5):602-608.
-
10. Hussain YS, Hookham JC, Allahabadia A, Balasubramanian SP. Epidemiology, management and outcomes of Graves' disease-real life data. Endocrine. 2017;56(3):568-578.
-
11. Medeiros-Neto G. Multinodular Goiter. [Updated 2016 Sep 26]. In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al., editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK285569/
-
12. Popoveniuc G, Jonklaas J. Thyroid Nodules. Medical Clinics of North America. 2012;96(2):329-349.
-
13. Franklyn J, Boelaert K. Thyrotoxicosis. The Lancet. 2012;379(9821):1155-1166.
-
14. Shahrani SA, Metwally AE, Surimi KA, Salih BS, Saleh Y, Shehri AA, et al. The epidemiology of thyroid diseases in the Arab World; a systematic review. Academic Journal. 2016;8(2):17-26.
-
15. tallane s, monoarfa a, wowiling p. profil struma non toksik pada pasien di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2014-Juni 2016. eCliniC. 2016;4(2).
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Grimelius L, Akerstrom G, Johansson H, Bergstrom R. Anatomy and histo- pathology of human parathyroid glands. Pathol Annu. 1981;16 (Pt 2):1.
-
2. Nada A. Ahmed MA, Vilallonga R Armengol M, Moustafa I, et al. A Giant Euthyroid Endemic Multinodular Goiter with No Obstructive or Compressive Symptoms. Gyza, Mesir. 2011. Case report in medicine. Volume 2011, Article ID 620480, doi:10.1155/2011/620480.
-
3. Mutalazimah, Mulyono B, Murti B,Azwar S.
-
4. Karakteristik demografi pada wanita usia subur dengan gangguan fungsi tiroid. Jurnal Kesehatan. 2013;6:123-33
-
5. Assagaf SM, Lumintang N, Lampus H. Gambaran eutiroid pada pasien struma multinodusa non-toksik di Bagian Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2012-Juli 2014. eCl. 2015;3:758-62.
-
6. Tallane ST. Profil struma nontoksik pada pasien di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado Periode Juli 2014- Juni 2016 Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2017.
-
7. Tahulending Z, Pontoh V, Lengkong A. Gambaran kejadian Struma di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2015 – Juni 2018. e-CliniC. 2018;6(2).
-
8. Day T, Chu A, Hoang K. Multinodular goiter. Otolaryngologic Clinics of North America. 2003;36(1):35-54.
-
9. Berghout A, Wiersinga W, Smits N, Touber J. Interrelationships between age, thyroid volume, thyroid nodularity, and thyroid function in patients
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2023.V12.i4.P18
106
Discussion and feedback