ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.1,JANUARI, 2022


DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Diterima: 2020-12-16 Revisi: 2021-05-28 Accepted: 2022-01-16

PROFIL EFEK SAMPING DARI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI ORAL DAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS ABIANSEMAL I PERIODE TAHUN 2017-2019

Gede Indrajaya Janitra1,Bagus Komang Satriyasa2, Desak Ketut Ernawati2

1Program Studi Pendidikan Dokter

2Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan penduduk merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh negara kita yaitu Indonesia. Alat kontrasepsi merupakan suatu alat dan metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Tetapi dalam pemakaiananya terdapat juga efek samping yang dapat timbul. Untuk mengetahui profil efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Abiansemal I periode tahun 2017-2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pengambilan data dengan cara retrospektif yaitu dengan menggunakan rekam medis pasien. Dari data yang diambil yang menggunakan alat kontrasepsi oral sebanyak 8 orang dan efek samping yang paling banyak terjadi adalah sakit kepala dan mual muntah. Pada alat kontrasepsi IUD dari 43 orang yang paling banyak terjadi adalah nyeri perut sebanyak 40 orang dan pendarahan sebanyak 28 orang. Dari data yang diambil diketahui bahwa berbagai macam efek samping dapat terjadi dikarenakan pemakaian alat kontrasepsi dan dapat lebih dari 1 efek samping yang terjadi pada 1 pasien. Pada alat kontrasepsi oral efek samping yang muncul paling banyak adalah sakit kepala dan mual muntah. Pada alat kontrasepsi IUD yang paling banyak muncul adalah nyeri perut dan perdarahan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormone yang terjadi didalam tubuh pasien diakibatkan oleh penggunaan alat kontrasepsi oral dan pada alat kontrasepsi IUD dikarenakan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.

Kata kunci : alat kontrasepsi oral, alat kontrasepsi IUD, efek samping

ABSTRACT

Population increase is a problem that is near our country, namely Indonesia. Contraceptives are a tool and method used to prevent pregnancy. But in its use there are also side effects that can arise. To see the effect of the sampling profile from the use of oral contraceptives and IUD contraceptives at Abiansemal I Puskesmas for the period 2017-2019. Descriptive research with retrospective data collection methods using patient medical records. From the data taken, 8 people used oral contraceptives and the most common side effects were headache and nausea and vomiting. In the contraceptive IUD, the most frequent occurrence was abdominal pain for 40 people and bleeding by 28 people. From the data taken, it is known that various kinds of side effects can occur due to the use of contraceptives and there can be more than 1 side effect that occurs in 1 patient. In oral contraceptives, the most common side effects are headache and nausea and vomiting. The most common IUD contraceptives are abdominal pain and bleeding. This is due to hormonal changes that occur in the patient's body due to the use of oral contraceptives and IUD contraceptives because they are foreign objects by the body.

Key words: oral contraceptives, IUD contraceptives, side effects

PENDAHULUAN

Peningkatan penduduk adalah suatu masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu perpindahan penduduk, kelahiran dan kematian. Keluarga berencana (KB) adalah program yang dibuat dengan tujuan untuk membantu individu dan pasangannya membatasi dan menjarakkan kelahiran anak melalui penggunaan kontrasepsi2. Alat kontrasepsi adalah suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah dari kehamilan1. Prevalensi dari penggunaan alat kontrasepsi atau contraceptive prevalence rate (CPR) di dunia pada tahun 2015 sebesar 64%, metode kontrasepsi modern atau mCPR sebesar 57%, dan unmetneed sebesar 12%3. Angka CPR Indonesia wanita berstatus kawin (15-49 tahun) pada tahun 2015 sebesar 61,1%, tahun 2017 sebesar 60% dan Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) tahun 2015

sebesar 2,34. Adapun faktor yang dijadikan pertimbangan seseorang dalam pemilihan dari alat kontrasepsi yaitu adalah faktor individu, kesehatan dan metode kontrasepsi seperti biaya, dan efek samping yang ditimbulkan5. Tetapi yang paling sering digunakan adalah alat kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi IUD (Intrauterine Device). Alat kontrasepsi ini selain mudah didapatkan di Indonesia karena juga cukup mudah cara pemasangan dan pemakaiannya. Tetapi ada kemungkinan dalam menimbulkan efek samping. Efek sampingnya yang ditimbulkan dapat berbagai macam gejala. Hal ini sangat dipengaruhi dari cara menggunakan alat kontrasepsi itu dengan baik dan benar. Efek sampingnya dapat meliputi gejala seperti mual muntah, sakit yang berlebih saat mengalami datang bulan, telat datang bulan, peningkatan berat badan, nyeri disekitar payudara dan bagian kepala, gairah berhubungan seksual menurun, timbul jerawat dan lainnya4.

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya mencegah atau melawan sedangkan konsepsi yang berarti pertemuan sel telur yang sudah matang dengan sel sperma sehingga dapat menyebabkan kehamilan1.

Alat kontrasepsi oral adalah alat kontrasepsi hormonal untuk wanita yang dikonsumsi secara rutin untuk mencegah dari kehamilan. Hormon yang terkandung di dalam alat kontrasepsi ini yaitu, hormon estrogene dan progesterone atau hanya terdiri dari hormon progesterone saja9. Pil KB di Indonesia yang paling banyak dan sering digunakan pasangan ada 2 yaitu, Pil Oral Kombinasi (POK) dan Mini Pil6. Pil Oral Kombinasi (POK) adalah pil KB yang dalam kandungannya terdapat 2 hormon yaitu estrogene dan progesterone yang di minum sekali sehari.

Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang penggunaannya dengan cara menempatkannya di dalam cavum uteri untuk mencegah kehamilan. IUD adalah alat kontrasepsi yang cara penggunaannya dimasukkan ke dalam rahim yang dapat terdiri dari plastik (polythyline), terdapat juga yang dililit tembaga (Cu) dan ada yang tidak, tetapi ada jenis yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu terdapat yang batangnya berisi hormon progesterone7.

Klasifikasi dan Cara Kerja Alat Kontrasepsi

Mekanisme kerja dari kontrasepsi oral umumnya sangat dipengaruhi oleh hormon yang terkandung didalamnya. Hormon yang dikandung di dalam alat kontrasepsi ini adalah hormon estrogene dan progesterone atau hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Mekanisme kerja umum dari hormone estrogene adalah menekan hipotalamus dan hipofisis. Kalau konsentrasi estrogene terlalu besar maka akan tidak terjadi ovulasi karena FSH dan LH bertujuan untuk terjadinya ovulasi dan jelas akan tidak terjadi fertilisasi ini merupakan short feedback ke hipofisis yang mengurangi hormone GnRH. Untuk long feedback ke hipotalamus akan menyebabkan GnRH akan menurun maka FSH dan LH akan menurun yang menyebabkan ovulasi tidak terjadi dan fertilisasi tidak terjadi. Ini yang menjadi penyebab lendir serviks akan mengental sehingga penetrasi dari sperma tidak baik. Digunakannya progesterone adalah untuk menghindari terjadinya efek samping yang diakibatkan oleh estrogen. Progesterone bekerja secara primer menekan dan melawan isyarat dari hipotalamus dan dapat mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari sel endometrium6. Alat kontrasepsi IUD dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kontrasepsi IUD yang berlapis hormon dan non-hormonal. Hormon yang digunakan untuk melapisi seperti progesterone dan yang tidak dilapisi hormon biasanya akan dilapisi tembaga ataupun perak8. Mekanisme kerja dari alat kontrasepsi IUD secara umum adalah dapat menyebabkan reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam kavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi sel sperma dapat terganggu. Selain itu dengan munculnya leukosit atau sel darah putih, makrofag, mononuklear dan sel plasma yang mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan blastokista7 dan juga mencegah sel sperma dan sel ovum bertemu.

Efek Samping Alat Kontrasepsi Oral dan IUD

Efek samping yang ditimbulkan dari kedua alat kontrasepsi ini bermacam-macam. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh alat kontrasepsi oral atau pil KB biasanya bersifat

mempengaruhi hormon pasien seperti, mual muntah, pusing/migrain, nyeri perut, perubahan siklus menstruasi, keputihan dan lainnya. Efek samping kontrasepsi IUD dapat mengakibatkan mual/muntah, sakit kepala dan migrain, gangguan berhubungan seksual, amenorea dan perubahan siklus menstruasi, nyeri pada payudara, muncul bercak darah mesikipun tidak menstruasi (flek), keputihan, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan nyeri pada perut11.

Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi memang sering kali mengalami rasa mual. Ada yang mengalami mual berat, ada yang mualnya tingkat sedang hingga tergolong ringan. Kondisi ini merupakan hal yang wajar karena tubuh sedang menyesuaikan diri dengan kandungan pil KB dan kandungan hormon yang berada di batang kontrasepsi IUD12. Wanita yang menggunakan pil KB akan sering kali merasakan nyeri pada bagian payudara. Rasa nyeri payudara biasanya dirasakan pada minggu-minggu pertama karena pengaruh hormon yang terkandung12. Keluarnya bercak darah sering kali terjadi saat wanita minum pil KB, meskipun Anda tidak sedang menstruasi. Keluhan yang sama juga dirasakan pengguna IUD sebagai alat kontrasepsinya karena gangguan yang ditimbulkan seperti nyeri pada wanita saat berhubungan seksual dan pada pria biasanya mengalami lecet dan tidak nyaman di kemaluannya karena benang IUD yang masih tertinggal12. progesterone dan estrogene juga dapat menimbulkan rasa sakit pada bagian kepala. Keputihan atau cairan yang dihasilkan vagina akibat penggunaan pil KB dapat meningkat atau menurun13. Kondisi ini diam-diam juga dapat memengaruhi gairah seks. Hormon progesterone juga dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan nafsu makan lebih banyak dari biasanya. Progesterone mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak14. Alat kontrasepsi IUD dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dikarenakan kontrasepsi IUD yang mengandung hormon dililitannya yang dapat mengganggu pembuluh darah dan lama dari konsumsi pil KB kombinasi yang lebih dari 2 tahun akan 12 kali meningkatkan resiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah9. Perubahan siklus menstruasi biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama pemasangan alat kontrasepsi IUD. Bercak darah juga bisa muncul dalam awal pemasangan kontrasepsi IUD10. Hal ini disebabkan karena serviks masih dalam proses penyesuaian dikarenakan alat kontrasepsi IUD dianggap benda asing oleh tubuh. Dikarenakan haid atau darah menstruasi yang keluar lebih banyak setelah pemasangan awal kontrasepsi IUD maka nyeri yang dirasakan akan lebih sakit11. Adapun ICD yang melampirkan tentang penggunaan KB adalah ICD 10: Family Planning. Terdapat kategori-kategori yang menjelaskan tentang pemasangan, pemakaian dan penghentian dari penggunaan alat kontrasepsi15.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan metode pengambilan data dengan cara retrospektif yaitu dengan menggunakan rekam medis pasien. Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Abiansemal I selama bulan Juni 2020 – September 2020. Populasi target adalah seluruh pasien yang mengalami efek samping dalam memakai alat kontrasepsi oral dan IUD (Intra Uterine Device) menurut ICD 10: Family Planning. Populasi terjangkau merupakan seluruh pasien yang melakukan kontrol di

Puskesmas Abiansemal I dari catatan rekam medis pada periode tahun 2017-2019. Sampel dari penelitian ini merupakan populasi terjangkau yang memenuhi syarat dari kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusinya adalah Semua pasien yang menggunakan alat kontrasepsi oral dan IUD yang masuk ke Puskesmas Abiansemal I berdasarkan ICD 10: Family Planning periode Januari 2017-Desember 2019. Semua pasien yang memiliki keluhan mual dan muntah, pusing/migrain, keputihan, nyeri payudara, perubahan siklus menstruasi dan muncul bercak darah(flek), gangguan hubungan seksual, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan nyeri pada perut di Puskesmas Abiansemal I periode 2017-2019. Kriteria Eksklusi adalah pasien yang tidak mengalami keluhan yang diakibatkan penggunaan alat kontrasepsi oral dan IUD di Puskesmas Abiansemal I pada periode tahun 2017-2019. Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode total sampling. Total sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh populasi yang memenuhi kriteria hingga batas waktu yang telah ditentukan dimana pengumpulan sampel menggunakan populasi yang ada dalam rentang waktu yang ditentukan.

HASIL

Studi ini menggunakan pasien yang melakukan pemakaian alat kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Abiansemal I pada periode pemakaian tahun 2017-2019. Pemakaian alat kontrasepsi Oral dan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Abiansemal I periode tahun 2017-2019. Dari total jumlah sampel yaitu 51 orang, 43 (84%) diantaranya menggunakan alat kontrasepsi IUD sedangkan 8 (16%) orang lainnya menggunakan alat kontrasepsi Oral. rentang umur yang memakai alat kontrasepsi oral adalah 28 – 44 tahun dengan rata-rata 36,5 tahun dan pada alat kontrasepsi IUD adalah 22 - 57 tahun dengan rata-rata 32,7 tahun. Ini memang merupakan tahun aktif memakai alat kontrasepsi dikarenakan sudah aktif berhubungan seksual atau sudah memiliki keluarga maupun sudah melahirkan. rentang durasi pemakaian alat kontrasepsi menggunakan satuan bulan yaitu untuk alat kontrasepsi oral 2-12 bulan dengan rata-rata 6,9 bulan. Pada alat kontrasepsi IUD adalah 1-16 bulan pemakaian dengan rata-rata 6,5 bulan.

Gambar 1. Efek Samping Alat Kontrasepsi IUD

Ini menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dapat mengalami efek samping dari 43 pasien yang didata dapat dilihat yang mengalami nyeri perut sebanyak 40 orang (93,02%), pendarahan sebanyak 28 orang (65,11%), siklus mens berubah sebanyak 22 orang (51,16%), gangguan hubungan seksual sebanyak 15 orang (34,88%), mual muntah

sebanyak 13 orang (30,23%), sakit kepala dan pusing sebanyak 5 orang (11,62%) dan keputihan sebanyak 5 orang (11,62%).

Gambar 1. Efek Samping Alat Kontrasepsi Oral

Efek Samping Alat Kontrasepsi Oral

Ini menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan alat kontrasepsi Oral dapat mengalami efek samping dari 8 pasien yang mengalami sakit kepala dan pusing sebanyak 5 orang (62,50%), mual dan muntah sebanyak 5 orang (62,50%), kenaikan tekanan darah 4 orang (50%), nyeri payudara sebanyak 4 orang (50%), nyeri perut sebanyak 3 orang (37,50%), siklus mens berubah sebanyak 3 orang (37,50%), kenaikan berat badan sebanyak 3 orang (37,50%), keputihan sebanyak 1 orang (12,50%) dan pendarahan sebanyak 1 orang (12,50%).

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini ditemukan bahwa efek samping yang ditimbulkan dari alat kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi IUD sangat beragam. Pada alat kontrasepsi oral pasien yang mengalami sakit kepala dan pusing juga mual dan muntah merupakan yang paling banyak terjadi dari semua efek samping yang terjadi12. Hormon-hormon yang berperan adalah hormon progesterone dan estrogen yang terdapat pada kandungan didalam alat kontrasepsi oral tersebut16. Sakit kepala yang disebabkan oleh penggunaan dari alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogene biasanya pada saat hormon estrogene dalam keadaan konsentrasi rendah17. Biasanya hal tersebut terjadi saat masa pre-menstruasi. Sakit kepala tersebut biasanya disertai juga dengan gejala pre-menstruasi lainnya seperti perasaan mudah lelah, rasa nyeri di perut dan perasaan menjadi lebih sensitif18. Merupakan hal wajar jika pasien mengalami perubahan siklus menstruasi diakibatkan ketidaksesuaian dengan sistem hormon tubuh5. Akibat pemakaian kontrasepsi hormonal akan menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dan ovarium sehingga keluhan-keluhan yang timbul sebelum atau selama menstruasi dapat diobati dengan memberikan kontrasepsi hormonal20. Untuk kenaikan berat badan, umumnya alat kontrasepsi oral, menggunakan hormon estrogene dan progesterone dalam pemakaiannya, sehingga ditemukan peningkatan jumlah hormon didalam tubuh dan hal itu dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipothalamus sehingga menyebabkan nafsu makan akan bertambah25. Menurut penelitian Hartanto pada tahun 2015 menyatakan bahwa pada pemakaian alat kontrasepsi oral kebanyakan wanita akan mengalami perubahan berat badan yang dikarenakan retensi cairan dari progestin atau estrogene dapat mengakibatkan bertambahnya timbunan lemak di subkutan terutama pada bagian pinggul, paha dan payudara22. Dari data juga didapatkan bahwa pemakaian lebih dari 5 bulan biasanya

Gede Indrajaya Janitra1,Bagus Komang Satriyasa2, Desak Ketut Ernawati2,

akan menimbulkan gejala efek samping. Hal ini disebabkan karena perubahan hormon didalam tubuh yang memerlukan waktu untuk bereaksi terhadap respon dari tubuh pasien11. Pada alat kontrasepsi IUD juga sangat beragam. Pasien paling banyak mengalami efek samping seperti nyeri perut, pendarahan dan siklus menstruasi berubah. Hal ini disebabkan oleh karena tubuh bereaksi dan masa adaptasi tubuh karena alat kontrasepsi IUD yang dipasangkan kedalam tubuh dianggap benda asing oleh tubuh sehingga menimbulkan reaksi efek samping seperti data yang didapatkan7. Dikarenakan alat kontrasepsi IUD bahan dasarnya adalah padat maka saat dinding rahim kontak dengan alat kontrasepsi IUD dapat terjadi gesekan yang menimbulkan perlukaan. Hal ini menyebabkan haid atau darah menstruasi yang keluar lebih banyak biasanya setelah pemasangan awal kontrasepsi IUD maka nyeri perut yang dirasakan akan lebih sakit11. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan volume darah yang keluar pada siklus menstruasi akan bertambah dan mengakibatkan siklusnya lebih lama daripada biasa yang dialami26. Pasien yang mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan keluhan gatal dan lendir yang keluar berwarna kuning yang merupakan keputihan yang diakibatkan setelah memakai IUD menjadi lebih banyak tetapi tidak gatal ataupun menimbulkan bau. Untuk efek samping seperti gangguan saat berhubungan seksual dikarenakan ada benda asing yaitu alat kontrasepsi IUD itu sendiri yang biasanya mengakibatkan lecet dan tidak nyaman karena benang IUD yang masih tertinggal6. Sehingga benang IUD sebaiknya tidak terlalu panjang dan keluar dari rahim. Dikarenakan tubuh mulai mengeluarkan reaksi atau feedback dari masuknya alat kontrasepsi IUD yang dianggap benda asing oleh tubuh. Hal ini dikarenakan efek samping yang timbul adalah akibat perubahan hormon yang dapat mengganggu beberapa sistem atau fungsi bagian tubuh. Efek samping pemakaian alat kontrasepsi ini paling sering dialami pada 3 bulan pertama atau lebih pemasangan dan akan mengalami perubahan siklus menstruasi21. Pada alat kontrasepsi IUD yang mengandung tembaga akan mengakibatkan peningkatan jumlah dan lama terjadinya pendarahan pada saat siklus menstruasi. Nyeri perut akan menetap selama beberapa hari setelah pemasangan dan biasanya akan mereda jika istirahat yang cukup dan diberikan obat analgesik24.

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi profil efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi IUD. Dari data yang diambil diketahui bahwa berbagai macam efek samping dapat terjadi dikarenakan pemakaian alat kontrasepsi dan dapat lebih dari 1 efek samping yang terjadi pada 1 pasien. Pada alat kontrasepsi oral efek samping yang muncul sakit kepala dan pusing, mual muntah, kenaikan tekanan darah, nyeri payudara, nyeri perut, siklus mens berubah, kenaikan berat badan, keputihan dan pendarahan. Pada alat kontrasepsi IUD yang muncul adalah nyeri perut, perdarahan, siklus mens berubah, gangguan hubungan seksual, mual muntah, sakit kepala dan pusing, keputihan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormone yang terjadi didalam tubuh pasien diakibatkan oleh penggunaan alat kontrasepsi oral maupun IUD. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan yaitu. Diperlukan penelitian lebih

lanjut dan lebih luas guna menambah jumlah pasien yang didata agar lebih banyak perbandingan yang dapat digunakan sebagai acuan intervensi atau penanganan dari efek samping itu sendiri dan diperlukan bantuan dari pihak penyedia sumber data seperti Rumah Sakit atau Puskesmas agar menyediakan data yang lengkap agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan benar untuk menyediakan hasil penelitian lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    WorldxHealth    Organization,    2018,    Family

Planning/Contraception,tersedia                     di:

http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/family-planningcontraception

  • 2.    Graff, M. & Bremner, J. AxPractical Guide to Population and Development. Population Reference Bureau. 2015. Diakses di: http://www.theprg.org/

  • 3.    United Nations. Population Division Trends in Contraceptive Use Worldwide. 2015. Amerika.

  • 4.    BKKBN. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. BKKBN. 2017. Jakarta

  • 5.    Hartanto, H. Keluarga Berencana & Kontrasepsi. Jakarta. 2017. Pustaka Sinar Harapan.

  • 6.    Rochmawati, L. Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil or Only Progestine   Pill).   2015. Diakses di:

https://lusa.afkar.id/kontrasepsi-pil-progestin-minipill-or-progestin-only-contraceptive

https://hellosehat.com/kehamilan/kontrasepsi/alat-kontrasepsi-semua-yang-perlu-kamu-tahu-tentang-iud/

  • 9.    Aryani, A. PerubahanxTekanan Darah Pada Peserta KontrasepsiIxPil Kombinasi di Puskesmas Sel Selincah Palembangg Tahun 2014.   2014.   tersedia di:

http://repository.um-

palembang.ac.id/id/eprint/507/1/SKRIPSI344-1704258791.pdf

  • 10.    Cagnacci A. Hormonalxcontraception: venous and arterial disease. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. 2017 May 4;22(3):191-9.Setiawati, Erna. 2017. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan efek samping pada dua kelompok usia reproduksi. Unnes Journal of Public Health. Jakarta

  • 11.    Saraswati N, Mardiana M. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil (Studi Kasus di RSUD Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health. 2016 Apr 15;5(2):90-9.Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Planning.        2015.        Diakses        pada:

https://patagoniahealth.com/

  • 16.    Goodman & Gilman. Manual Farmakologi dan Terapi. 2010. Hal 955-960. Jakarta

  • 17.    Hayes, A. C. Towards A PolicyxAgenda For PopulationxAnd Family Planning In Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia. 2016. 1(1): 1-11.

  • 18.    Parandafar. Evaluation ofxThe Side Effect At- tributed toxTubal Ligationxand Satisfaction with ThisxMethod In Women in Jahrom. Journal of Jahrom University of Medical Sciences. 2015. 11 : 284.

  • 19.    Pradana, M. Pengaruh Lama Penggunaan KontrasepsixOral (Pil Kombinasi) TerhadapxTekanan

Darah    pada    Wanita    Usia    Subur    di

WilayahxKerjaPuskesmas Kecamatan Bangun Purba. Repositori Institusi USU. 2018. Sumatera Utara

  • 20.    Sastroasmoro,     Prof.Dr.Sudigdo.     Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. 2011. Jakarta: Sagung Seto

  • 21.    Utama, O.S. Karakteristikxakseptor alat kontrasepsi dalamxrahimxTCu 380A di Puskesmas IV denpasar selatan. 2018. E-Jurnal Medika. Denpasar

  • 22.    Kusuma, Nabella. Hubungan Antara Metode Dan Lama Pemakaian Dengan Keluhan Kesehatan Subyektif Pada Akseptor. 2018. Universitas Airlangga. Surabaya

  • 23.    Rompas, Sefti. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil KB Kombinasi Dengan Perubahan Siklus Menstruasi Di Puskesmas Sonder Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Universitas Sam Ratulangi. 2019.

  • 24.    Darmawati, Zahari Fitri. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Di Desa Batoh Tahun 2012. Jurnal Ilmu Keperawatan. ISSN:2338-6371.  2012. Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  • 25.    Eka Sari, Yulita. Hubungan Masa Adaptasi PenggunaanxIud Dengan Kejadian Menoragia Pada AkseptorxKontrasepsi Iud Di KelurahanxKadipaten Yogyakarta Tahun 2013. 2013. Program Studi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V11.i1.P18

108