ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.3,MARET, 2022


Diterima: 14-12-2020 Revisi: 06-01-2021 Accepted: 28-03-2022

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENGENAI MP-ASI DI PUSKESMAS RENDANG KARANGASEM

Ni Made Dea Adilla Rathasari1, I Nyoman Budi Hartawan2, I Made Kardana2, Made Sukmawati2

  • 1)    Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

    2)    Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah e-mail: [email protected],

    ABSTRAK

Kualitas seorang anak dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan dalam proses tumbuh kembang. Pada awalnya, nutrisi yang dibutuhkan yaitu Air Susu Ibu (ASI) dan dilanjutkan dengan asupan makanan tambahan yaitu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) mulai usia 6-24 bulan. Keberhasilan dalam mewujudkan MP-ASI didukung oleh pengetahuan ibu. Salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan data profil Kesehatan Provinsi tahun 2019, pada bagian cakupan pemerliharaan kesehatan anak mendapatkan hasil bahwa Kabupaten Karangasem merupakan kabupaten terendah dari 9 kabupaten di Bali. Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Rendang Karangasem, mendapatkan hasil bahwa ibu belum sepenuhnya mengerti mengenai MP-ASI. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di Puskesmas Rendang Karangasem. Desain penelitian ini adalah penelitian potong lintang deskriptif dengan teknik consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Rendang Karangasem yang dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2020. Subyek penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan yang melakukan pengobatan di Puskesmas Rendang Karangasem dan didapatkan 72 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner kemudian diolah menggunakan SPSS versi 20. Dalam analisis univariat dan bivariat didapatkan hasil bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu dalam kategori cukup dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMP dan pekerjaan sebagai pedagang.

.Kata kunci : Ibu, MP-ASI, Pengetahuan

ABSTRACT

The quality of a child is influenced by the nutrition provided in the process of growth and development. Initially, the nutrients needed are breast milk (ASI) and continued with additional food intake, namely complementary foods for breast milk (MP-ASI) starting at the age of 6-24 months. The success in realizing complementary foods is supported by mother's knowledge. One of the factors affecting knowledge is the level of education. Based on the 2019 Provincial Health profile data, in the section on child health care coverage, the results show that Karangasem Regency is the lowest district out of 9 districts in Bali. In a preliminary study conducted at the Rendang Karangasem Health Center, it was found that mothers did not fully understand complementary foods. Therefore, research is needed to determine the level of knowledge of mothers about complementary foods. This study aims to determine the level of knowledge of mothers about complementary foods at Puskesmas Rendang Karangasem. The research design was a cross-sectional descriptive study with consecutive sampling technique. This research was conducted at Puskesmas Rendang Karangasem which was conducted from June to August 2020. The subjects of this study were mothers who had babies aged 6-24 months who took medication at Puskesmas Rendang Karangasem and found 72 respondents who met the inclusion criteria. The data of this research are primary data obtained from questionnaires and then processed using SPSS version 20. In univariate and bivariate analysis, it is found that most of the mothers' knowledge level is in the moderate category with the highest level of education is junior high school and jobs as traders.

Keywords : Mother, MP-ASI, Knowledge

PENDAHULUAN

Dalam mewujudkan proses tumbuh kembang pada anak diperlukan nutrisi yang baik. Pada awalnya, nutrisi yang dibutuhkan yaitu Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang diberikan mulai dari umur 0 bulan hingga 6 bulan. Selain ASI, seorang anak harus mendapatkan asupan makanan tambahan yaitu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) mulai usia 624 bulan.1 Makanan Pendamping Air Susu Ibu merupakan makanan penunjang dari ASI dan sebagai makanan peralihan menjadi makanan padat atau makanan keluarga. Pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan, sebaiknya tidak diberikan asupan makanan tambahan karena sistem daya tahan tubuh dan sistem pencernaan belum sempurna. Pemberian MP-ASI terlalu dini ini akan meningkatkan risiko terjadinya diare dan bayi akan mengalami kehilangan keinginan untuk minum ASI. Kebutuhan nutrisi bayi akan meningkat setelah usia 6 bulan seperti energi, protein, nutrien seperti zat besi, seng maupun vitamin A. Pemberian MP-ASI yang terlambat akan meningkatkan risikonya kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi akan terhambat.2

Jenis pemberian MP-ASI diberikan sesuai usia dari bayi. MP-ASI yang diberikan pada usia 6 bulan yaitu makanan lumat. Makanan lumat merupakan makanan yang dihaluskan dan diberikan pada usia 6-9 bulan. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam pemberian MP-ASI pertama kali dapat diberikan berupa bubur susu.3 Frekuensi pemberian makanan lumat yaitu sebanyak 3x dalam sehari dan pemberian ASI tetap dilakukan. Porsi pemberian MP-ASI pada usia 6-9 bulan yaitu 3 sendok makan hingga 125ml MP-ASI. Pada usia 9-12 bulan diberikan makanan lembek. Makanan lembek adalah makanan yang bertekstur lembek yang merupakan makanan penengah dari makanan lumat dan makanan padat. Frekuensi pemberian makanan lembek yaitu sebanyak 3-4x dalam sehari yang diselingi dengan makanan selingan sebanyak 1-2x dan pemberian ASI juga tetap dilakukan. Porsi pemberian MP-ASI pada usia 9-12 bulan yaitu 125ml atau setengah mangkok ukuran 250ml. Makanan padat merupakan makanan yang sudah memiliki tekstur dan diberikan kepada bayi berusia 12-24 bulan. Frekuensi pemberian makanan keluarga yaitu sebanyak 3-4x dalam sehari yang diselingi dengan makanan selingan 1-2x dan pemberian ASI tetap dilakukan. Porsi pemberian MP-ASI pada usia 12-24 bulan yaitu tiga perempat hingga satu mangkuk berukuran 250ml.4

Keberhasilan dalam mewujudkan MP-ASI didukung oleh pengetahuan ibu. Pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang yang mengalami pembelajaran karena adanya pemahaman-pemahaman baru yang dibentuk secara terus menerus. Hal-hal yang dapat memengaruhi pengetahuan yaitu, pendidikan, informasi, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia seseorang.5 Pendidikan yang dimiliki seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh tempat tinggal seseorang. Pada umumnya, seseorang yang tinggal di daerah urban memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tinggal di daerah rural. 6

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa ada perbedaan hasil pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan mendapatkan sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang.7Penelitian yang dilakukan di Purwodadi pada tahun 2016 mendapatkan hasil yang sama yaitu pemberian MP-ASI yang dilakukan ibu dalam kategori kurang dan pemberian MP-ASI ini

tidak sesuai dengan ketentuan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.8 Pada penelitian yang dilakukan di Surakarta mendapatkan hasil yang bertentangan, dimana hasil mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu dalam kategori baik. Dalam berbagai penelitian tersebut, terdapat hubungan signfikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki ibu, semakin baik pemberian MP-ASI kepada bayinya dan peluang terjadinya pemberian MP-ASI secara dini semakin kecil.9

Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2019, Kabupaten Karangasem menempati peringkat ketiga dengan jumlah bayi berusia 0-23 bulan terbanyak yaitu 11.024 jiwa. Berdasarkan cakupan pemeliharaan kesehatan anak, Kabupaten Karangasem merupakan kabupaten terendah dari 9 kabupaten yang ada di Bali.10 Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 6 Juli 2020, wawancara kepada 10 responden yang membawa bayinya ke Puskesmas Rendang Karangasem, sebagian besar responden menyatakan telah memberikan MP-ASI pada usia 5 bulan dan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pemberian MP-ASI. Hingga saat ini, belum ada penelitian terbaru mengenai tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di Bali. Berdasarkan pendahuluan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di Puskesmas Rendang Karangasem.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Rendang Karangasem pada bulan Juni hingga Agustus 2020. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan yang melakukan pengobatan di Puskesmas Rendang Karangasem. Kategori inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu yang dapat membaca dan menulis dan ibu yang bersedia menjadi responden setelah menandatangani inform consent. .Ibu yang sedang/ memiliki riwayat gangguan kejiwaan dan ibu dengan bayi yang diasuh oleh tenaga pengasuh akan diekslusi dari penelitian ini. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling yaitu responden yang memenuhi kriteria inklusi langsung dijadikan sampel. Berdasarkan rumus lemeshow didapatkan 53 orang sebagai sampel. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner yang sudah diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang terdiri dari 20 pertanyaan benar dan salah.

Hasil data penelitian ini terdiri dari data demografis responden, tingkat pengetahuan ibu, dan analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan ibu dan tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI. Pengetahuan ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Pengkategorian ini berdasarkan hasil dari jawaban pada kuesioner yang diisi oleh responden. Analisis data univariat maupun bivariat dari penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 20 untuk bagian data demografis responden, hasil tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI, dan analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor surat 1929/UN14.2.2.VII.14/LT/2020. HASIL

Penelitian ini dilakukan di wilayah Rendang, Karangasem yang merupakan sebuah desa sekaligus ibukota Kecamatan Rendang. Hasil penelitian dari Bulan Juni hingga Agustus didapatkan jumlah sampel yaitu 72 responden. Usia terbanyak

responden adalah 20-25 tahun, dengan pendidikan terakhir terbanyak adalah SMP. Sebagian besar usia bayi yang dimiliki oleh responden berusia 6-12 bulan. Pekerjaan terbanyak responden yaitu sebagai pedagang. Hasil dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Demografis Responden

Karakteristik     Frekuensi

Presentase (%)

Umur Ibu (tahun)

20-25

27

37,5

26-30

24

33,4

31-35

13

18

36-40

8

11,1

Umur Bayi (bulan)

6-12 bln

61

84,7

13-24 bln

11

15,3

Pendidikan Terakhir

SD

18

25

SMP

24

33,3

SMA/SMK

23

31,9

D3

4

5,6

S1

3

4,2

Pekerjaan

Tidak Bekerja

25

34,8

Pedagang

28

38,8

Guru

6

8,3

Bidan

3

4,2

PNS

4

5,6

Wiraswasta

6

8,3

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai MP-ASI

Kategori Tingkat Pengetahuan Ibu

Frekuensi

Presentase (%)

Baik

25

34,7

Cukup

37

51,4

Kurang

10

13,9

Total

72

100

Berdasarkan hasil analisis tingkat pengetahuan, sebagian besar tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI berada pada kategori cukup.

Tabel 3. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai MP-ASI

Analisis variabel tingkat pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI menggunakan tabulasi silang. Pada tabel 5.3 menunjukkan hasil yang berbeda antara ibu yang memiliki pengetahuan baik, cukup, dan kurang terhadap tingkat pendidikan yang dimiliki ibu. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMP.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1, sebagian besar responden memiliki usia dewasa muda yaitu berusia 20-25 tahun yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan dengan tingkat pendidikan SMP. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan data demografis Kecamatan Rendang dimana berdasarkan kelompok usia, jumlah penduduk

tertinggi ada pada rentang usia 20-29 tahun, yang berjumlah 28.100 jiwa.11 Kelompok usia ini merupakan kelompok usia yang tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lain di Karangasem. Tingkat pendidikan yang dimiliki sebagian besar responden yaitu SMP. Tingkat Pendidikan ini sesuai dengan hasil data demografis penduduk di Kecamatan Rendang dengan presentase 14,8% untuk pendidikan terakhir SMP.11 Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang wanita dapat mendorong untuk menikah lebih awal. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di Rendang sehingga responden cenderung untuk berkeluarga dan melahirkan anak. Kecamatan Rendang merupakan wilayah yang mengandalkan pertanian tradisional, maka hal ini sesuai dengan pekerjaan sebagian besar responden yaitu sebagai pedagang. Sebagian besar lainnya menjadi ibu rumah tangga. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem oleh

Putu

Tingkat Pengetahuan Ibu

Aryan

Tingkat     Baik   Cukup   Kurang

Pendidikan

Total     i pada

tahun

SD (n=18)     1      10       7

(5,6%) (55,6%)  (38,9%)

18       2012,

(100%)   tingkat

SMP (n=24)   6      15       3

(25%) (62,5%)   (12,5%)

24      pendid

(100%)    ikan

SMA (n=23)  11     12       0

(47,8%) (52,2%)  (0%)

23      sebagi

(100%)   an

D3 (n=4)      4      0       0

(100%) (0%)    (0%)

4       besar

(0%)     pendu

S1 (n=3)       3       0        0

(100%) (0%)    (0%)

Total

3       duk

(0%)     yaitu

72     SMP

(100%)   hingga

SMA. Sebagian besar ibu di wilayah Kubu memiliki profesi sebagai pedagang dan tidak bekerja.12 Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Surka di Puskesmas Kediri I Tabanan juga mendapatkan hasil yang sama, umur bayi terbanyak pada penelitian tersebut yaitu 6-12 bulan. Jumlah responden terbanyak pada usia 20-25 tahun dengan pendidikan terbanyak yaitu SMP. Pekerjaan yang dimiliki yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pedagang.13

Berdasarkan penelitian sebelumnya di Bali, penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Surka di Puskesmas Kediri I Tabanan pada tahun 2017, pengetahuan responden tentang MP-ASI menunjukkan sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu 18 responden, diikuti dengan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 12 responden, dan pengetahuan kurang dimiliki 8 responden.13 Penelitian yang dilakukan oleh Mariastuti di wilayah UPT. Puskesmas Abiansemal I, didapatkan hasil bahwa 27 responden memiliki pengetahuan yang kurang dan 3 responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI.14 Penelitian yang dilakukan oleh Mutalib di Puskesmas Kubu II Karangasem pada tahun 2014 didapatkan hasil 52 responden memiliki pengetahuan yang kurang, 6 responden memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 responden memiliki pengetahuan yang baik.15 Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di Bali berada di kategori

cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rendang Karangasem.

Hasil analisis bivariat mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dalam kategori cukup dengan tingkat pendidikan terbanyak yakni SMP. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurzeza di Lampung pada tahun 2017 yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh dan memiliki hubungan signifikan kepada tingkat pengetahuan yang dimiliki responden.16 Adanya kecenderungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan karena semakin tinggi seseorang dalam menempuh pendidikan, semakin banyak pengetahuan yang akan diperoleh. Hal ini juga terlampir pada tabel 3 bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir D3 dan S1 memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SD hingga SMP cenderung memiliki tingkat pengetahuan kurang hingga cukup. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dharmawati pada 2016 yang mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah seperti SD hingga SMP cenderung memiliki pengetahuan rendah yang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi.17 Hal ini juga diungkapkan oleh Kusmiyati pada tahun 2014 bahwa seseorang yang memiliki pendidikan yang baik akan mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan jenjang pendidikannya maka seseorang tersebut juga akan mampu memberikan MP-ASI dengan tepat.18

  • 1.    SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI di Puskesmas Rendang Karangasem memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMP. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI semakin baik. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pelaksanaan pre maupun post test terkait pengetahuan ibu mengenai MP-ASI.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Yogi, Y. Pengaruh Pola Pemberian ASI dan Pola Makanan Pendamping ASI Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 bulan. Jurnal Online. 2014; 3-7

  • 2.    Ikatan Dokter Anak Indonesia. Makanan Pendamping ASI. Buku Ajar Nutrisi & Penyakit Metablok Anak Cetakan I. 2011; 117-121

  • 3.    Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Makanan Sehat Untuk Bayi. 2011

  • 4.    Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018

  • 5.    Riyanto, A. Pengetahuan. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. 2013; 17-20

  • 6.    Suparmini. Keterkaitan Desa-Kota: Sebagai Alternatif Pembangunan Pedesaan. Jurnal Pendidikan Geografi. 2013;2(5): 94-65

  • 7.    Hajrah. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di RB. Mattiro Baji Kabupaten Gowa tahun 2016. Jurnal Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Makassar. 2016; 1(1): 40-45

  • 8.    Nutrisiani,F. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Anak Usia 024 bulan dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2010. Jurnal Online Ilmu Kesehatan. 2010; 1(1); 88-92

  • 9.    Wahyuhandani, E dan Mahmudiono, T. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini di Puskesmas Telaga Biru Kota Pontianak Tahun 2014. Jurnal Online. 2014; 300307

  • 10. Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Karangasem.  Profil

Kesehatan Kabupaten Karangasem. 2019

  • 11. Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Karangasem.  Profil

Kesehatan Kabupaten Karangasem. 2018

  • 12.    Aryani, P., Sari, K., Suwandana, I. Karakteristik dan Status Gizi Balita di Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem pada Tahun 2012. Medicina Udayana Journal. 2012;1(50): 5-13

  • 13.    Surka, I., Dianinta, N., Liyanti, N. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi pada Anak Umur 6-24 Bulan. e Journal STIKES Adaita. 2017;1(1): 1-8

  • 14.    Mariastuti, N. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi 3-6 Bulan di Wilayah UPT. Puskesmas Abiansemal I Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. e Journal Udayana. 2010;1(1): 1-9

  • 15.    Mutalib, M. Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Bayi Usia 6-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/U di Desa Ban Kecamatan Kubu Tahun 2014. e Journal Udayana. 2014;1(1): 1-10

  • 16.    Nurzeza, A., Larasati., TA. dan Wulan,D. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi di Bawah Usia 6 Bulan di Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Agromedicine. 2017;4(2): 213215

  • 17.    Dharmawati, I., Wirata, I. Hubungan Tingkat Pendidikan, Umur, dan Masa Kerja dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Guru Penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar. Jurnal Poltekkes. 2016;4(11): 3-4

  • 18.    Kusmiyati., Adam, S., Pakaya, S.  Hubungan

Pengetahuan, Pendidikan, dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan. 2014;2(2): 64-70

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i3.P9

57