PROBIOTIK SEBAGAI TERAPI DIARE AKUT PADA BAYI DAN

ANAK

I Wayan Wawan

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Diare merupakan penyakit yang umum pada anak setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Diperkirakan, diare ditemukan sekitar satu milyar kasus pertahun dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi oral (cairan oralit rendah osmolaritas), diet, zinc, antibiotika selektif, dan edukasi kepada orang tua pasien. Selain itu, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder diare akut.

Kata kunci: Diare Akut, Anak, Probiotik

PROBIOTICS AS TREATMENT OF ACUTE DIARRHEA IN

INFANT AND CHILDREN

ABSTRACT

Diarrhea is a common disease in children after acute respiratory tract infection. Expected, diarrhea was found approximately one billion cases per year and the first etiology of morbidity and mortality in children in Asia, Africa, and America Latin. The management of acute diarrhea according to WHO recommendation consisted of oral rehydration (low osmolarity ORS), diet, zinc supplementation, selective antibiotic, and education to parents. In several randomized controlled trials (RCT) and meta-analysis was showing that probiotics effective for primary and secondary prevention of acute diarrhea.

Key world: Acute Diarrhea, Child, Probiotics

Pendahuluan

Diare merupakan suatu penyakit dengan frekuensi kedua terbanyak di seluruh dunia setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Perkiraan para peneliti, penyakit diare ditemukan sekitar satu milyar kasus pertahun dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000 penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB (Kejadian Luar Biasa) kedua tertinggi setelah DBD (Demam Berdarah Dengue). Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2003 mendapatkan bahwa penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur.1,2

Diare adalah buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut merupakan diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain. Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; dan lain-lain. Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor pejamu (host). Diagnosis diare akut ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dehidrasi perlu diwaspadai karena merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien diare. Penentuan derajat dehidrasi sangat perlu dilakukan untuk menentukan seberapa besar terapi cairan yang diberikan.2,3

Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralit osmolaritas rendah), diet, zink, antibiotik selektif (sesuai indikasi), dan edukasi kepada orang tua pasien. Selain itu, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare. Mekanismenya secara singkat yaitu dengan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna, sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus dan akhirnya kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemanfaatan probiotik untuk mengobati diare akut pada bayi dan anak.4,5

Definisi Diare

Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut world gastroenterology organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai

pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.2

Etiologi Diare Akut

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), 2

keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain.2

Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; 4). Malabsorbsi asam empedu ; 5). Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit ; 6). Motilitas dan waktu transit usus abnormal ; 7). Gangguan permeabilitas usus ; 8).inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.2,3

Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotik intralumen usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.2,3

Diare sekretorik : diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli,

penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi garam

empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll).2,3

Diare infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas noninvasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri noninvasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Misalnya enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae/eltor, yang mana enterotoksin yang dihasilkan merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang kemudian membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat, dan kation natrium serta kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensai ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.2,3

Patogenesis

Yang berperan pada terjadinya diare terutama karena infeksi yaitu faktor pejamu (host) dan faktor kausal (agent). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna (keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga lingkungan mikroflora usus). Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang dapat

mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas :2,3

  •    Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)

  •    Diare karena bakteri/parasit invasif (enteroinvasif), antara lain enteroinvasif E. Coli (EIEC), shigella, dll. Diare disebabkan karena kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif, cairan diarenya dapat tercamput lendir atau darah. Penyebab parasit yang sering yaitu E. Histolitika dan G. Lamblia.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.2,4

  •    Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung pada penyebab penyakit dasarnya. Keluhan yang terpenting adalah buang air besar dengan bentuk tinja cair atau encer 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil. Dehidrasi dapat bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.2,4

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas tiga tingkatan:

  • >    Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 - 3% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.

  • >    Dehidrasi sedang (hilang cairan 5 - 8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

  • >    Dehidrasi berat (hilang cairan 8 - 10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.

  •    Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan ”clue” bagi penentuan etiologi.2,4

  •    Pemeriksaan penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaannya antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis.

Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin clostridium difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan juga jika mukosa terlihat inflamasi berat.2

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari:

  •    ORS (Oral Rehidration Solution)

Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah ORS, misalnya oralit osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan intravena atau infus. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau

selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium bikarbonat, dan 1,5 g KCl setiap liter.4

  •    Diet

Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya.

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika muntah-muntah hebat. Hindarkan susu 4 sapi.

  •    Zink

Zink merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi intestinal, pemberian zink selama episode diare akan menurunkan durasi dan parahnya diare.4,6

  •    Antibiotik

Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada semua pasien. Antibiotik diberikan pada pasien jika merupakan indikasinya, seperti pada pasien disentri.4

  •    Edukasi

Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan, dan lain-lain.4

Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.

Definisi Probiotik

Pada saat lahir, saluran pencernaan bayi yang pada awalnya steril, selanjutnya terkontaminasi (terkolonisasi) oleh bakteri yang berada di jalan lahir (vagina) dan saluran cerna ibu. Perkembangan bakteri flora normal usus, diawali dengan berkembangnya kuman Bifidobacteria, Clostridia, dan Cocci gram positif. Setelah itu terjadi perubahan yang pesat dari flora normal usus, hal ini kemungkinan karena pengaruh nutrisi bayi. Bifidobacteria merupakan flora normal yang paling dominan pada bayi yang mendapatkan ASI, dibandingkan dengan kelompok bayi yang mendapatkan susu formula. Definisi probiotik adalah bakteri hidup atau bakteri campuran yang mempunyai efek menguntungkan pada saluran cerna dan saluran nafas manusia melalui kemampuannya memperbaiki keseimbangan mikroflora usus. Definisi lain menyatakan bahwa probiotik adalah bakteri yang bekerja mempertahankan kesehatan manusia. Bakteri ini temasuk mikroba dari golongan bakteri asam laktat yang bekerja mempertahankan kesehatan manusia. Terdapat tiga genus bakteri asam laktat yang sering dipakai sebagai probiotik antara lain Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus. Selain itu, bakteri yang juga sering digunakan untuk probiotik adalah lactococcus, dan enterococcus. Terdapat lebih dari 10 jenis spesies Lactobacillus dan lebih dari 6 jenis spesies Bifidobacterium dan Streptococcus Thermophilus yang paling sering dipakai bahan makanan. Sedangkan dari kelompok jamur yang sering dipakai sebagai probiotik adalah Saccharomyces boulardii.5,7,8

Terdapat lebih dari 100 spesies dan lebih dari 10 milyar bakteri dalam usus manusia. Bakteri dalam usus manusia dapat dibagi menjadi bakteri yang berguna dan

bakteri yang berbahaya. Mekanisme bakteri asam laktat dalam perbaikan dan peningkatan kesehatan belum dimengerti dengan baik. Kemampuan bakteri asam laktat menempel dan berkolonisasi dalam saluran cerna mungkin merupakan faktor penting yang berkontribusi pada kelangsungan hidup bakteri asam laktat sehingga menolongnya untuk menimbulkan efek yang positif untuk kesehatan. Ada beberapa kriteria seleksi bakteri asam laktat untuk dijadikan probiotik, antara lain:5

  • 1.    menempel pada sel epitel

  • 2.    mengeksklusi dan mereduksi penempelan patogen

  • 3.    mampu bertahan dan bermultiplikasi disaluran cerna

  • 4.    memproduksi asam, hidrogen peroksida, dan antagonis bakteriosin pada patogen

  • 5.    tahan pada efek mikrobisidal dari vagina

  • 6.    aman, tak invasif, non karsinogenik, dan non patogenik

  • 7.    berkemampuan ko agregasi dan membentuk flora normal dan seimbang

Bakteri yang hidup di usus yang mampu mengontrol keseimbangan mikroflora usus dan menimbulkan efek fisiologis yang menguntungkan kesehatan manusia dapat dikatakan sebagai probiotik.

Fungsi Probiotik

  • 1) . Fungsi pertahanan mukosa, fungsi proteksi dan pertahanan imunitas saluran cerna seperti misalnya lapisan epitel, lapisan mukus, peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta sekresi IgA, sangat berpengaruh terhadap perlekatan kuman patogen. Probiotik mempunyai kontribusi saluran cerna secara optimal. Dengan kemampuannya mensintesa

short chain fatty acid (SCFAs), polyamines, vitamin, antioksidan, dan asam amino. SCFA butyric acids yang disintesa dari fermentasi karbohidrat merupakan bahan penting untuk kolonisasi di usus besar. Selain fungsi diatas, spesies lactobacillus mampu mencegah pembusukan makanan, memproduksi antioksidan dan beberapa macam vitamin, serta menghilangkan efek toksik makanan, dan mencegah efek Enterobacteriaceae, S. Aureus, dan Enterococci yang sering dijumpai pada makanan fermentasi. Probiotik selain mempunyai kemampuan memodulasi flora normal saluran cerna, juga dapat memodulasi sistem imun. Lactobacillus meningkatkan fungsi imunitas seluler dan humoral. Kuman ini mampu menstimulasi sistem imun antara lain meningkatkan fungsi fagositosis makrofag, natural killer cell, monosit, dan neutrofil. Lactobacillus GG mampu merangsang sekresi IgM setelah vaksinasi rotavirus dan meningkatkn sekresi IgA dengan hasil akhir meningkatkan produksi imunoglobulin.5,9

  • 2) . Modulasi sistem imun lokal dan sistemik, dua fungsi imunitas di saluran cerna yang penting adalah: a). Sebagai peran proteksi/supresi, mencegah respon imun terhadap protein, dan menghindari reaksi hipersensitivitas; b). Induksi respon imun spesifik dengan sekresi IgA di dalam lumen saluran cerna yang bertujuan untuk mencegah kolonisasi kuman patogen. Kedua peran ini terutama penting untuk mencegah reaksi hipersensitivitas terhadap makanan pada usia dua tahun pertama. Beberapa spesies mikroflora ternyata meningkatkan sekresi IgA yang spesifik terhadap virus rota pada bayi. Beberapa penelitian biomolekuler mengenai probiotik menunjukkan kemampuan probiotik dalam menginduksi produksi sitokin IL-12, IL-18, dan IFN-γ pada sel-sel mononuklear darah perifer manusia. Semua sitokin yang diproduksi tersebut merupakan sitokin dari TH1. selain menginduksi produksi sitokin TH1, probiotik juga mampu

menginduksi populasi limfosit T untuk memproduksi sitokin IL-10. Probiotik juga telah terbukti dapat mencegah reaksi alergi susu sapi pada mencit dengan menginduksi toleransi oral terhadap laktoglobulin. Hal ini dikarenakan oleh probiotik mempunyai aktivitas enzim laktase, yang dimana enzim ini akan menkonversi karbohidrat menjadi glukosa dan laktosa, kemudian laktosa akan dirubah menjadi glukosa dan galaktosa.5,9

Mekanisme Aksi Probiotik

  •    Aksi Imunologi: probiotik akan mengaktifkan makrofag lokal untuk meningkatkan presentasi antigen kepada sel T (makrofag merupakan APC/antigen presenting cell), kemudian sel T merilis sitokin untuk mengaktifkan limfosit B, dan akhirnya limfosit B mensintesis imunoglobulin, yaitu IgA. Jadi probiotik secara tidak langsung meningkatkan IgA. Selain efek tersebut, probiotik juga mempunyai peran imunologik yang lain yaitu memodulasi profil sitokin dan menginduksi hiposensitifitas tehadap antigen makanan.5,9-11

  •    Aksi nonimunologi: probiotik merupakan kelompok bakteri yang meproduksi asam laktat dari karbohidrat, sehingga pH lingkungan saluran cerna menurun, dalam suasana asam bakteri probiotik dapat tumbuh dengan subur, sedangkan bakteri patogen tak dapat hidup. Selain itu, probiotik juga memproduksi bakteriosin untuk menghambat patogen, merangsang produksi musin epitel usus MUC2 dan MUC3 (adanya peningkatan produksi musin ini akan menghambat perlekatan kuman patogen pada mukosa saluran cerna), serta meningkatkan fungsi barriers intestinal (fungsi pertahanan usus).5,9,10

Efek Probiotik tehadap Kuman Patogen pada Bayi

Bakteri asam laktat yang termasuk sebagai flora normal saluran cerna, sangat penting dalam memberikan pertahanan saluran cerna, dengan cara menghambat kolonisasi bakteri patogen. Peningkatan jumlah bakteri Bifidobacterium pada bayi yang mendapatkan ASI yang mengandung bifido faktor, merupakan salah satu faktor penting untuk menghambat kolonisasi bakteri patogen. Beberapa cara eliminasi kuman patogen oleh Bifidobacterium antara lain dengan meningkatkan status imun mukosa usus, proses inhibisi, mengeluarkan hasil akhir metabolik seperti misalnya asam yang akan menurunkan pH lingkungan saluran cerna, dalam suasana asam bakteri probiotik dapat tumbuh dengan subur, sedangkan bakteri patogen tak dapat hidup. Banyak spesies kuman Lactobacillus dan Bifidobacterium mampu memproduksi antibiotika alamiah, yang mempunyai kemampuan spektrum luas (seperti misalnya lactocins, helveticins, curvacins, nicin, atau bifidocin). Kuman Bifidobacterium mempunyai kemampuan mensekresi antimikrobial yang dapat mengeliminasi berbagai macam kuman patogen gram negatif saluran cerna termasuk salmonella, campylobacters, E. Coli. Beberapa spesies Bifidobacterium seperti Bifidobacterium infantis dan Bifidobacterium longum mempunyai efek yang kuat untuk eliminasi E. Coli 0157. Probiotik juga mampu menurunkan konsentrasi endotoksin bakteri secara signifikan, hal ini dimungkinkan karena kemampuan probiotik meningkatkan pertahanan mukosa untuk mencegah translokasi kuman.5,9

Peranan Probiotik pada Diare Akut

Beberapa strain spesifik dari probiotik, seperti misalnya Lactobacillus GG, L. Reuteri, Saccharomyces boulardii, spesies Bifidobacteria, telah diketahui secara signifikan berperan penting dalam mengatasi masalah diare akut pada anak, terutama menurunkan durasi dan parahnya diare. Secara invivo, juga dibuktikan bahwa suplementasi susu dengan probiotik jenis Lactobacillus casei strain DN-114 001, secara signifikan menurunkan gejala klinis diare. Demikian juga secara histopatologi, probiotik juga mampu menurunkan perubahan histopatologi yang disebabkan karena virus rota. Pada anak tampaknya probiotik mempunyai peran yang lebih spesifik terhadap kasus diare yang disebabkan karena infeksi virus. Hal ini kemungkinan karena peningkatan sekresi IgA, serta kemampuan probiotik untuk mencegah penyebaran virus di dalam usus sebagai dampak efek imunitas probiotik. Meskipun adanya perbedaan strain probiotik, dosis, serta populasi di dalam banyak penelitian, namun tampaknya probiotik mempunyai peran penting di dalam penatalaksanaan gangguan saluran cerna.5,12-17

Banyak penelitian melaporkan adanya perbaikan klinis pada diare yang disebabkan karena infeksi virus rota atau traveler’s diarrhea, diare yang disebabkan karena Clostrium difficile, sembuh dengan pemberian probiotik. Selain itu, probiotik juga dapat digunakan untuk mengobati diare yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik (antibiotic assosiated diarrhea).5,12,17

Efek Samping Pemberian Probiotik

Efek samping yang paling sering adalah flatus dan konstipasi. Probiotik umumnya toleransinya sangat baik. Tapi pada suatu penelitian tentang Saccharomyces boulardii

dilaporkan adanya 4 kasus fungemia. Semua pasien telah terpasang kateter, dan fungemia

diperkirakan berhubungan dengan kateter yang telah terkontaminasi.9

Manfaat Probiotik selain sebagai Terapi Diare Akut pada Anak

Manfaat probiotik selain sebagai terapi diare akut pada anak adalah untuk pencegahan dan terapi imflamatory bowel disease (IBD), irritable bowel syndrome (IBS), malabsorpsi laktose, necrotizing enterocolitis, nonalcoholic fatty liver disease, pencegahan infeksi sistemik, hepatic encepalopathy, alergi, eradikasi helicobacter pylori, kanker kolon, dan penyakit kardiovaskuler.5,16

Ringkasan

Penyakit diare khususnya diare akut pada bayi dan anak, masih merupakan penyakit dengan frekuensi morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di negara berkembang seperti Indonesia. Untuk itulah banyak penelitian-penelitian dilakukan oleh para ahli untuk menurunkan angka kejadian diare tersebut. Walaupun WHO telah merekomendasikan penatalaksanaan penyakit diare, para peneliti masih dengan giat melakukan penelitian untuk meminimalkan penyakit ini. Salah satu penelitian yang dilakukan adalah mengenai manfaat probitik pada penyakit diare. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa probiotik secara signifikan menurunkan kejadian diare. Efek probiotik pada penyakit diare adalah menurunkan durasi dan parahnya penyakit diare.

Untuk dosis yang dianjurkan sesuai dengan penyebab penyakit diare. Seperti misalnya penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi diberikan produk L. rhamnosus GG dengan dosis 1010–1011 cfu, 2 kali sehari. Selain manfaatnya pada

penyakit diare, masih banyak manfaat probiotik untuk pencegahan maupun terapi suatu penyakit, seperti untuk pencegahan penyakit inflamatory bowel disease (IBD), dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Thomsen M. Probiotics Enhancing Health With Beneficial Bacteria. Alternative & Complementary Therapies 2006; 12: 14-20

  • 2.    Weizman Z, Asli G, Alsheikh A. Effect of a Probiotic Infant Formula on Infections in Child Care Centers: Comparison of Two Probiotic Agents. Pediatrics 2008; 115: 5-9.

  • 3.    Kligler B, Cohrssen A. Probiotics. Am Fam Physician 2008; 78: 1073 8.

  • 4.    Gill H, Prasad J. Probiotics, immunomodulation, and health benefits. Adv Exp Med Biol 2008; 606: 423-54.

  • 5.    Sanz Y, Nadal I, Sánchez E. Probiotics as drugs against human gastrointestinal infections. Recent Pat Antiinfect Drug Discov 2007; 2: 148-56.

  • 6.    Huang JS, Bousvaros A, Lee JW,, et al. Efficacy of probiotic use in acute diarrhea in children: a meta-analysis. Dig Dis Sci 2009; 47: 2625-34.

  • 7.    Madsen K. Probiotics in critically ill patients. J Clin Gastroenterol 2008; 42: S116-8.

  • 8.    Guandalini S. Probiotics for children: use in diarrhea. Clin Gastroenterol 2006; 40:244-8.

  • 9.    Canani RB, Cirillo P, Terrin G, et al. Probiotics for treatment of acute diarrhoea in children: randomized clinical trial of five different preparations. BMJ 2007; 335: 340-5.

  • 10.    Htwe K, Yee KS, Tin M, Vandenplas Y. Effect of Saccharomyces boulardii in the treatment of acute watery diarrhea in Myanmar children: a randomized controlled

study. Am J Trop Med Hyg 2008; 78: 214-6.

  • 11.    Henker J, Laass MW, Blokhin BM, et al. Probiotic Escherichia coli Nissle 1917 versusplacebo for treating diarrhea of greater than 4 days duration in infants and toddlers. Pediatr Infect Dis J 2008; 27: 494-9.

  • 12.    Khanna V, Alam S, Malik A, Malik A. Efficacy of tyndalized Lactobacillus acidophilus in acute diarrhea. Indian J Pediatr 2010; 72: 935-8.

  • 13.    Pashapour N, Iou SG. Evaluation of yogurt effect on acute diarrhea in 6-24-month-old hospitalized infants. Turk J Pediatr. 2006; 48: 115-8.

  • 14.    Muñoz P, Bouza E, Cuenca-Estrella M, et al. Saccharomyces cerevisiae fungemia: an emerging infectious disease. Clin Infect Dis 2009; 40: 1625-34.

  • 15.    Sipsas NV, Zonios DI, Kordossis T. Safety of Lactobacillus strains used as probiotic agents. Clin Infect Dis 2010; 34: 1283-4.

  • 16.    Szajewska H, Setty M, Mrukowicz J, Guandalini S. Probiotics in gastrointestinal diseases in children: hard and not-so-hard evidence of efficacy. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2006;42: 454-75.

  • 17. Allen SJ, Okoko B, Martinez E, Gregorio G, Dans LF. Probiotics for treating infectious diarrhoea. Cochrane Database Syst Rev 2010;(2): CD003048.

LAMPIRAN

Gambar :


Gambar 1. Lactobacillus.9


Gambar 2. Bifidobacterium9


Small Intestine


Prevotella Streptococcus Veiltonella

Helkobacter


Enterococaji

Lactobacillui

O

3


Baaeroides Bifidobactena Clostridia Enterobocteria Enterococcus Escherkhio EulxKteria Kiebsiella Lactobacillus Peptococcus Peptostreptococcus Proteus Ruminococcus Staphylococcus Streptococcus

" Mlcrobial Interactions with HumanLChapter 21:700-725. In: Madlgan MT. Martinko JM. Brock Biology OfMkroorganismj. Pearson Prentice Hall 2005.

Reprinted with permission of Jane Ramberg.G⅛<oS<ι⅛nceSNuWoon.Vol 6, No 6,2005.

Gambar 3. Distribusi mikroorganism nonpatogenik pada manusia sehat.9

Gambar 4. Interaksi probiotik dan mikroflora normal dengan host pada aktifitas metabolik dan fungsi imun serta pencegahan kolonisasi mikroorganisme patogen dan 5

oportunistik.

Bacteria and antigens


Enterocyte



Non specific banter

  • •    Gastric acid

  • •    Mucus

  • •    Digestive enzymes

« Peristalsis



LUMEN


Inriinunologlc barrier

• s⅛A

• slgM


Adapted from: Walker WA. Rote of nutrients and bacterial colonization in the development of Iiteslhiai host defense. JPudIattic Gastroenterol Nutr. 2000; SoisupptementiiSS-SS


UrKiigestecI Particles

Exocytosis


Lysosomes

PhagtMysosomes

÷ Endocytosis

I

Phagosomes

Antigen presentation ► T∙celf activation

Cytokine production


Pħaρocy!osis vla portal      Lymph nodes

and systemic circulation


Gambar 5. Pertahanan usus terhadap absorbsi antigen.5

Tabel:

Tabel 1. Faktor kausal diare.2

Bakteri

Virus

Parasit

Vibrio cholera 01

V cholera 0139

V parahaemolyticus E coli

Plesiomonas Aeromonas Bacteroides fragilis Campylobacter jejeni C coli

C upsaliensis Nontyphoidal Salmonellae Clostridium difficale Yersinia enterocolitica Y pseudotuberculosis Shiggela species

Rotavirus

Norovirus (calicivirus) Adenovirus (serot. 40/41) Astrovirus Cytomegalovirus Coronavirus

Protozoon microsporida Enzipalitozoon bieneusi Enterocitozoon intestinal Giardia intestinal Cryptosporidium hominis Entamoeba histolitika Isospora belli Cyclospora Dientamoeba fragilis Blastocistis hominis

Helminth

Strongyloides stercolaris Angiostrongilus Schistosoma

Japonicum

Cappilaria philippinensis

Tabel 2. Indikasi dan dosis pemberian probiotik.5

Penyakit

Produk

Dosis

Terapi infeksi diare akut pada bayi & anak

L. rhamnosus GG

L. reuteri ATTC 55730

L. acidophilus + B. infantis (Infloran strains)

S. cerevisiae (boulardii)

1010–1011 cfu, 2 kali sehari

1010–1011 cfu, 2 kali sehari Masing-masing 109, 3 kali sehari

200 mg, 3 kali sehari

Pencegahan diare yang berhubungan dengan antibiotik pada bayi & anak

S. cerevisiae (boulardii)

L. rhamnosus GG

B. lactis Bb12 + S. thermophilus

250 mg, 2 kali sehari 1010 cfu, 1-2 kali sehari 107+106 cfu/g formula

Pencegahan diare nosokomial pada bayi & anak

L. rhamnosus GG

B. lactis BB12 + S. thermophilus

B. lactis BB12

L. reuteri ATTC 55730

1010–1011 cfu, 2 kali sehari

108+107 cfu/g formula

109 cfu, 2 kali sehari

109 cfu, 2 kali sehari

23