ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.1,JANUARI, 2022


Diterima: 2020-11-18 Revisi: 2021-06-22 Accepted: 2022-01-16

PROFIL PASIEN PAP SMEAR DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018 – 2019

Kadek Denik Suastini1, Ni Putu Sriwidyani2, Luh Putu Iin Indrayani Maker2, Ni Made Mahastuti2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Departemen/KSM Patologi Anatomi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan ginekologi yang menimbulkan masalah dalam kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita-wanita di dunia termasuk di Indonesia. Kanker serviks diperkirakan menduduki posisi ke-2 dari penyakit kanker yang menyerang wanita di dunia serta posisi ke-1 bagi perempuan di negara berkembang. Pemeriksaan pap smear dapat dilaksanakan guna mengetahui perubahan-perubahan prakanker yang memungkinkan terjadi dalam serviks uteri. Penelitian ini memiliki tujuan guna mengetahui data profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018 – 2019. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling yang mana data penelitian bersumber melalui data sekunder pasien yang tercatat di buku registrasi sitologi hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari 2018 – 31 Desember 2019. Data pasien yang

dikumpulkan berupa usia, alasan melakukan pap smear, dan hasil pap smear menurut sistem Bethesda 2014. Sampel yang terkumpul pada penelitian ini sebanyak 1501 sampel pasien pap smear, dengan hasil paling banyak di kelompok umur 41 hingga 50 tahun yakni 487 individu (32,4%), memiliki alasan melakukan pap smear paling banyak yaitu skrining dengan jumlah 1285 orang (85,6%), dan hasil sitologi pap smear terbanyak yaitu dengan gambaran Reactive cellular changes associated with inflammation yang tercatat sebanyak 541 orang (36,0%).

Kata kunci : Kanker Serviks, Pap Smear, Sistem Bethesda 2014, RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRACT

Uterine cervical cancer is a gynecological malignancy that causes reproductive health problems faced by women in the world, including in Indonesia. Cervical cancer is estimated to rank second in cancer affecting women in the world and first for women in developing countries. Pap smear examination can be done to detect precancerous changes that may occur in the cervix uteri. The purpose of this study was to determine the profile data of pap smear patients at the Anatomical Pathology Laboratory of Sanglah Hospital Denpasar in 2018 - 2019. This research is a descriptive study with a cross sectional research design. The sampling technique is in the form of total sampling where the research data comes from secondary data of patients recorded in the cytology registration book of the results of the examination of the Anatomical Pathology Laboratory of Sanglah Hospital, Denpasar, for the period January 1 2018 - December 31 2019. This study collected as many as 1501 samples of pap smear patients, with the highest results in the age group 41 - 50 years, namely 487 people (32.4%), having the most reasons for doing pap smears, namely screening as many as 1285 people (85.6%), and pap results. Most of the smears were Reactive cellular changes associated with inflammation, which was recorded as many as 541 people (36.0%).

Keywords: Cervical Cancer, Pap Smear, The 2014 Bethesda System, Sanglah Hospital Denpasar

PENDAHULUAN

Kanker adalah salah satu penyakit dengan jumlah kematian yang besar di dunia. Kanker bisa menyerang hampir keseluruhan bagian tubuh manusia. Kanker leher rahim/serviks uteri merupakan salah satu kanker yang sering menyerang perempuan. Kanker serviks uteri adalah suatu keganasan ginekologi yang memunculkan permasalahan pada kesehatan reproduksi perempuan di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks uteri diperkirakan berada pada posisi ke-2 dari penyakit kanker yang menyerang wanita di dunia setelah kanker payudara serta berada pada posisi ke-1 perempuan wanita yang berada di negara berkembang.

WHO mencatat jumlah kasus baru kejadian kanker serviks uteri per tahun sebanyak 493.243 jiwa yang memiliki angka kematian sejumlah 273.505 jiwa per tahun1. Berdasarkan data dari Globocon tahun 2018, di Indonesia sendiri kasus baru kanker serviks uteri ini sebanyak 32.469 jiwa dengan angka kematian sebnayak 18.279 jiwa per tahunnya. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat sekitar 50 wanita Indonesia yang meninggal dunia dikarenakan kanker serviks setiap harinya2. Dinas kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2015 mencatat bahwa kanker serviks uteri menempati posisi ke-2 kanker yang terbanyak menyerang perempuan di Bali, sesudah kanker Payudara3.

Kanker serviks uteri bisa terjadi saat sel-sel melalui leher rahim mengalami pertumbuhan yang menjurus pada pertumbuhan yang abnormal serta menginvasi jaringan lainnya ataupun organ-organ tubuh. Penyebab primer kanker serviks yaitu infeksi kronik leher rahim oleh 1 ataupun lebih virus HPV tipe onkogenik yang memiliki peluang besar yang bisa menyebabkan kanker serviks. Infeksi virus ini ditularkan dari hubungan seksual4. Umur seorang perempuan terinfeksi virus ini yaitu mulai dari umur belasan-tiga puluhan tahun, meskipun kanker ini sendiri akan timbul 10-20 tahun setelahnya. Sebelum terjadinya kanker diawali oleh perubahan kondisi yang dinamakan lesi prakanker / Neoplasia Intraepitel Serviks, umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum tumbuh menjadi kanker5. Sebab itu, susungguhnya ada peluang yang cukup guna mengetahui jika ada perubahan dalam sel serviks uteri.

Pencegahannya yakni dengan pemeriksaan yang dilaksankaan untuk individu yang belum memiliki gejala penyakit guna mengetahui penyakit yang belum terlihat / masih berada dalam stadium praklinik. Skrining atau Program pemeriksaan yang dianjurkan untuk kanker serviks uteri yakni minimal 1x per tahun di umur 35 sampai 40 tahun. Maksimalnya dilaksankan setiap 3 tahun untuk perempuan berumur 25 sampai 60 tahun1.

Kanker serviks adalah penyakit yang dalam tahap prakanker serta kanker awal tidak memunculkan keluhan ataupun gejala. Sebab itu, skrining secara terus-menurus dibutuhkan guna mengetahui sejak dini adanya kanker serviks. Salah satu program skrining yang paling banyak dipakai yaitu skrining menggunakan metode pap smear. Pemeriksaan pap smear dilaksanakan guna mengetahui perubahan-perubahan prakanker yang memungkinkan dapat terjadi di serviks uteri. Pemeriksaan Pap smear bukan hanya bermanfaat guna mendeteksi kanker serviks di stadium rendah, namun pula efektif guna mengetahui lesi prakanker dan kahirnya bisa menurunkan mortalitas akibat kanker sertaa meningkatkan angka kesempatan hidup6.

Skrining dalam kanker serviks sangatlah berguna sebab bisa memberikan pengaruh terhadap prognosis melalui kanker serviks.

Adanya diagnosis yang lebih akurat serta mengetahui hasil melalui skrining itu diharapkan bisa meminimalisir jumlah kematian yang dikarenakan kanker serviks serta bisa menjadi sebuah tindakan yang lebih dini guna memilih terapi yang benar serta tepat apabila terdiagnosis kanker serviks. Kecuali hal tersebut, jumlah kejadian kanker serviks baik di Indonesia maupun luar negeri mengalami peningkatan secara terus-menerus. Tetapi, kesadaran wanita Indonesia guna melaksanakan deteksi awal kanker serviks dengan teratur masih kurang. Hal ini diperkirakan karena perempuan di negara berkembang seperti Indonesia kurang memperoleh informasi serta pelayanan atas penyakit kanker serviks uteri. Wanita yang mengidap kanker serviks uteri kebanyakan mendatangi pelayanan kesehatan saat keadaannya sudah kritis atau ketika penyakit sudah stadium lanjut yang dapat berujung pada kematian7. Berdasarkan paparan diatas maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui profil pasien yang melakukan skrining kanker serviks dengan metode pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018 - 2019.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini yaitu penelitian deskriptif menggunakan metode cross-sectional retrospective (potong lintang retrospektif) yakni penelitian dengan melaksankaan pengambilan data atas kejadian di masa lalu untuk mengetahui profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018 hingga 2019. Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar selama bulan Januari 2020 – Agustus 2020. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien yang melakukan skrining kanker serviks uteri dengan metode pap smear serta seluruh pasien yang melakukan follow-up terapi kanker dengan metode pap smear serta tercatat pada data di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar dari 1 Januari 2018 – 31 Desember 2019.

Teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu total sampling. Total sampling yaitu teknik ketika pengambilan sampel yang mana penetapan sampel memakai populasi yang tersedia sampai jangka waktu yang sudah ditetapkan. Data yang digunakan bersumber dari data sekunder yang terdapat pada buku registrasi sitologi di RSUP Sanglah tahun 2018 – 2019. Data yang dipakai pada penelitian ini meliputi usia, alasan melakukan skrining yang dikategorikan menjadi skrining (skrining tanpa keluhan dimana yang dimaksud tanpa keluhan adalah pasien yang benar-benar tanpa keluhan atau tanpa keterangan klinis yang jelas, dan skrining dengan keluhan) dan follow-up terapi kanker, serta hasil pap smear menurut sistem Betesdha 2014. Data yang telah tehimpun akan diolah memakai SPSS versi 23.0, dilakukan analisa secara deskriptif, dan disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

HASIL

Data yang dipakai dalam penelitian yaitu data sekunder, yakni data pasien yang melaksanakan pap smear yang tercatat di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar. Data yang diambil berada pada kurun waktu dua tahun, yakni dari 1 Januari 2018 - 31 Desember 2019.

Teknik pengumpulan data penelitian ini memakai teknik total sampling, jumlah sampel yang didapat sejumlah 1501 sampel. Pengambilan data sampel dicatat pada kertas alat ukur

penelitian selanjutnya diolah memakai software SPSS ver. 23.0 guna memeperoleh profil pasien pap smear berdasarkan usia, alasan melakukan pap smear, dan hasil pap smear menurut Bethesda Sistem 2014. Profil tersebut akan disuguhkan pada tabel serta diberi penjelasan.

Distribusi data penelitian yang menunjukan kelompok usia

pasien yang melakukan

pap smear bisa diamati dalam tabel

berikut.

Tabel 1. Distribusi Profil Pasien Pap Smear di Laboratorium

Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2018-2019

menurut Kelompok Usia

Frekuensi

Persentase

Usia          (

n=1501)

(%)

≤ 20 tahun

15

1,0

21 – 30 tahun

132

8,8

31 – 40 tahun

295

19,7

41 – 50 tahun

487

32,4

51 – 60 tahun

343

22,9

61 – 70 tahun

161

10,7

> 70 tahun

68

4,5

Menurut Tabel 1., bisa diamati bahwa jumlah pasien yang melakukan pap smear terbanyak terdapat pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun dengan jumlah 487 individu (32,4%), diikuti oleh kelompok usia 51 – 60 tahun sejumlah 343 individu (22,9%). Kemudian kelompok usia 31 – 40 tahun yakni sejumlah 295 individu (19,7%). Sejumlah 161 individu (10,7%) tercatat pada kelompok usia 61 – 70 tahun, sejumlah 132 individu tercatat dalam kelompok usia 21 hingga 30 tahun, serta 68 orang (4,5%) berada di kelompok usia > 70 tahun. Kelompok usia yang memiliki jumlah jumlah pasien pap smear paling minim yaitu kelompok usia ≤ 20 tahun, yaitu sebanyak 15 orang (1,0%).

Distribusi data penelitian yang menunjukan alasan pasien yang melakukan pap smear bisa diamati dala tabel berikut.

Tabel 2. Distribusi Profil Pasien Pap Smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2018-2019

Menurut Alasan Melaksanakan Pap Smear

Alasan Pap Smear

Frekuensi

Persentase

M

(n=1501)

(%)

enurut

Skrining

1285

85,6

Tabel

•   Tanpa keluhan

746

49,7

2., bisa

•  Dengan keluhan

539

36,1

damati

o Keluarnya

471

31,4

bahwa

discharge

jumlah

o Perdarahan

44

2,9

pasien

o Keluarnya

pap

discharge disertai

24

1,6

smear denga

perdarahan

Follow-up terapi

216

14,4

n alasan skrinin

kanker

g lebih

banyak (1285 orang = 85,6%) dibandingkan dengan pasien pap smear dengan alasan follow-up terapi kanker (216 orang = 14,4%). Kelompok skrining dapat dibagi menjadi skrining tanpa

keluhan dan skrining dengan keluhan. Pasien skrining pap smear tanpa keluhan yang dimaksud adalah pasien yang benar-benar tanpa keluhan atau tanpa keterangan klinis yang jelas. Skrining tanpa keluhan tercatat paling banyak yaitu berjumlah 746 orang (49,7%). Kelompok skrining dengan keluhan dapat dibagi menjadi skrining dengan keluhan keluarnya discharge sebanyak 471 orang (31,4%), skrining dengan keluhan perdarahan tercatat 44 orang (2,9%), dan skrining dengan keluhan keluarnya discharge disertai perdarahan tercatat 24 orang (1,6%).

Distribusi data penelitian yang menunjukan hasil pap smear menurut sistem Bethesda 2014 bisa diamati dalam tabel di bawah.

Tabel 3. Distribusi Profil Pasien Pap Smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2018-2019 Berdasarkan Hasil Pap Smear Menurut Sistem Bethesda 2014

Hasil Pap Smear Bethesda Sistem 2014

Frekuensi (n=1501)

Persent ase (%)

Skrining

•   Negative for

Intraepithelial Lesion or Malignancy o  Normal

343

22,9

o  Reactive

cellular changes

541

36,0

associated with

inflammation (RCCI)

o  Atrophy

167

11,1

o Organisms

Shift in flora

69

4,6

suggestive of bacterial vaginosis

Fungal organisms morphologica

30

2,0

lly consistent

with Candida spp.

Trichomonas vaginalis

8

0,5

Bacteria morphologica lly consistent

9

0,6

with

Actinomyces

spp.

Epithelial Cell Abnormality

o Squamous Cell

■   Atypical

squamous cells of

20

1,3

undetermined

significance (ASC-US)

■   Atypical

squamous cells

9

0,6

cannot exclude

HSIL (ASC-H)

Low-grade squamous intraepithelial

7

0,5

lesion (LSIL)

High-grade

squamous intraepithelial

12

0,8

lesion (HSIL)

■   Squamous cell

1

0,1

carcinoma

o   Glandular Cell

■   Atypical

glandular cells

8

0,5

(AGCS)

Endocervical

adenocarcinom

1

0,1

a in situ

Adenocarcinom

2

0,1

a

Follow-up Terapi Kanker

■  No Evidence of

Viable

192

12,8

Malignant Cell

■  Evidence of

Viable

20

1,3

Malignant Cell Tidak Bisa Dievaluasi

62

4,1

Berdasarkan Tabel 3., Hasil pap smear dibedakan menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan skrining, dan follow-up terapi kanker. Reactive cellular changes associated with inflammation ditemukan dengan jumlah terbanyak yaitu 541 orang (36,0%), tidak berbeda dengan kelompok normal yaitu 343 orang (22,9%). Selanjutnya 167 orang (11,1%) ditemukan adanya atrophy, sebanyak 69 orang (4,6%) dinyatakan Shift in flora suggestive of bacterial vaginosis, kemudian pada Fungal organisms morphologically consistent with Candida spp. tercatat sebanyak 30 orang (2,0%), Trichomonas vaginalis tercatat sebanyak 8 orang (0,5%), dan Bacteria morphologically consistent with Actinomyces spp. tercatat sebanyak 9 orang (0,6%). Selanjutnya pada Atypical squamous cells of undetermined significance (ASCUS) ditemukan sebanyak 20 orang (1,3%), Atypical squamous cells cannot exclude HSIL (ASC-H) ditemukan sebanyak 9 orang (0,6%), 7 orang (0,5%) tercatat pada Low-grade squamous

intraepithelial lesion (LSIL),12 orang (0,8%) tercatat pada Highgrade squamous intraepithelial lesion (HSIL), dan 1 orang (0,1%) ditemukan pada Squamous cell carcinoma. Kemudian, Atypical glandular cells (AGCS) terdapat 8 orang (0,5%), Endocervical adenocarcinoma in situ terdapat pada 1 orang (0,1%) dan 2 (0,1%) orang ditemukan pada Adenocarcinoma. Selanjutnya, untuk kelompok follow-up kanker ditemukan hasil No Evidence of Viable Malignant Cell sebanyak 192 orang (12,8%) dan hasil Evidence of Viable Malignant Cell ditemukan sebanyak 20 orang (1,3%). Terdapat pula 62 orang (4,1%) dengan hasil yang tidak bisa dievaluasi yang mengharuskan untuk melakukan pap smear ulang.

PEMBAHASAN

Tabel 1., menunjukan profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah tahun 2018 – 2019 berdasarkan kelompok usia yang mempunyai jumlah paling tinggi yakni dalam kelompok usia 41 hingga 50 tahun yakni sejumlah 487 individu (32,4%) serta yang paling rendah yakni sejumlah 15 individu (1,0%) dalam kelompok usia ≤ 20 tahun. Hasil itu membuktikan bahwa ada keselarasan dengan penelitian yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kelompok usia 41 hingga 50 tahun paling tinggi pula terdapat dalam penelitian di Puskesmas Tanah Kali Kedinding serta Rumah Sakit Mawadah Mojokerto tahun 20158. Kecuali hal tersebut, penelitian ini sesuai pada penelitian yang dilaksanakan di RSUP Sanglah di tahun 2016 – 2017, ditemukan bahwa pasien pap smear terbanyak ada dalam kelompok usia 41 hingga 50 tahun yakni 188 individu (31,86%) serta paling rendah yakni 7 individu (1,19%) dalam kelompok usia ≤ 209. Pap smear merupakan skrining kanker serviks uteri yang diarahlan bagi semua perempuan yang sudah melaksanakan hubungan seksual. Secara umur di Indonesia, umur perempuan untuk melakukan pernikahan yaitu umur lebih dari 20 tahun. Di suatu literature, kejadian kanker serviks paling banyak terjadi pada perempuan umur muda hingga umur di atas 50 tahun serta paling sedikit ditemui di wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun. Sekitar 20% terjadi pada perempuan yang memiliki usia di atas 65 tahun. Biasannya kanker serviks akan terdeteksi di usia 35 sampai 55 tahun10. Hal itu yang bisa menjadi alasan banyaknya perempuan yang melaksanakan pap smear dalam kelompok usia 41 hingga 50 tahun.

Tabel 2., menunjukan bahwa jumlah pasien pap smear dengan alasan skrining lebih banyak (1285 orang = 85,6%) dibandingkan dengan pasien pap smear dengan alasan follow-up terapi kanker (216 orang = 14,4%). Pasien skrining pap smear tanpa keluhan yang dimaksud adalah pasien yang benar-benar tanpa keluhan atau tanpa keterangan klinis yang jelas. Di rumah sakit Sanglah sendiri, pasien pap smear yang melakukan skrining dengan keluhan, biasanya mengeluhkan vaginal discharge yang berwarna (putih, kuning atau cokelat) disertai rasa gatal dan berbau, atau adanya perdarahan (abnormal vaginal bleeding). Berdasarkan hasil tabulasi, pasien skrining tanpa keluhan tercatat paling banyak yaitu 746 orang (49,7%) sedangkan alasan pasien pap smear yang paling sedikit yaitu skrining dengan keluhan keluarnya discharge disertai perdarahan yaitu sebanyak 24 orang (1,6%). Hal tersebut selaras dengan penelitian yang dilaksanakan Pradnyana et al., tahun 2019 di RSUP Sanglah Denpasar dengan hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pasien yang

melaksanakan skrining pap smear di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016 - 2017 menurut karakteristik keluhan terbanyak adalah tidak memiliki keluhan yaitu 261 orang (46.84%). Kemudian, pasien yang melakukan pap smear untuk follow-up terapi kanker biasanya dilakukan oleh pasien yang terdiagnosis kanker serviks. Hal tersebut dilakukan untuk melihat hasil sitologi pap smear untuk memastikan ada atau tidaknya perubahan pada keganasan sel-sel serviks pasien. Selain itu, terdapat pula pasien follow-up terapi kanker diluar kanker serviks seperti pasien kanker vulva, kanker endometrium, dan kanker ovarium yang melakukan pap smear untuk melihat hasil sitologi ada atau tidaknya keganasan yang mengalami metastase atau menyebar ke sel-sel serviks.

Tabel 3., menunjukan profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah tahun 2018 – 2019 berdasarkan hasil sistem Bethesda 2014. Tercatat bahwa hasil sitologi terbanyak terdapat pada kelompok Reactive cellular changes associated with inflammation yaitu sebanyak 541 orang (36,0%), dan kelompok Squamous cell carcinoma serta Endocervical adenocarcinoma in situ merupakan kelompok yang terendah yaitu satu orang (0,1%). Hasil pap smear terbanyak yaitu kelompok Reactive cellular changes associated with inflammation selaras dengan penelitian yang pernah dilaksanakan di Turkey di tahun 2010 oleh Mehmetoglu et al., pada penelitian itu dinemukan pula jumlah yang dipaparkan dengan hasil Reactive cellular changes associated with Inflammation adalah hasil yang tercacat paling tinggi yang memiliki persentase 67,2%11. Namun terdapat perbedaan pada hasil pap smear terendah yaitu kelompok Squamous cell carcinoma serta Endocervical adenocarcinoma in situ sedangkan pada penelitian oleh Mehmetoglu et al., ditemukan High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL) adalah yang paling rendah yang memiliki persentase 0,6%11. Penelitian lainnya yang dilaksanakan di RSUP Sanglah tahun 2016 – 2017 terdapat kesesuian pada hasil sitologi terbanyak yaitu pada kelompok Reactive cellular changes associated with inflammation yaitu sebanyak 261 orang (44,24%)9. Namun terdapat perbedaan pada hasil sitologi terendah yaitu kelompok Squamous cell carcinoma serta Endocervical adenocarcinoma in situ sedangkan pada penelitian oleh Pradnyana et al., ditemukan High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL) merupakan yang terendah dengan persentase 0,34%9.

Penelitian yang berjudul profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah tahun 2018 – 2019 ini memiliki kelemahan yaitu kurang lengkapnya keterangan klinis yang tercantum pada lembar permintaan sitologi pap smear. Khususnya pada variabel skrining tanpa keluhan, sebagian ada yang dituliskan memang tidak memiliki keluhan dan sebagian tidak diberikan keterangan klinis yang jelas.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian profil pasien pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018 – 2019, diperoleh simpulan yaitu Pasien yang melaksanakan pap smear di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar terbanyak ada dalam kelompok usia 41 – 50 tahun yakni sejumlah 487 orang (32,4%), sebagian besar datang dengan alasan skrining yaitu sebanyak 1285 orang (85,6%), dari hasil pap smear menurut sistem Bethesda 2014 yang diteliti, gambaran

yang paling banyak dtemukan adalah Reactive cellular changes associated with inflammation (RCCI) dengan jumlah 541 orang (36,0%).

Sesuai penelitian yang sudah dilaksanakan, bisa memberikan saran yaitu hasil penelitian belum bisa dipakai untuk data yang representative ketika mendeskripsikan populasi pasien yang melakukan pap smear di Denpasar ataupun Bali secara keseluruhan sebab penelitian ini hanya berfokus dalam 1 rumah sakit saja. Maka dari itu, untuk mendapatkan data yang lebih representative sebaiknya penelitian seperti ini dilakukan di rumah sakit atau yayasan-yayasan tempat skrining pap smear lainnya yang ada di Bali. Kemudian perlu dilakukan tambahan profil atau karakteristik pada penelitian selanjutnya seperti menambahkan karakteristik pekerjaan pasien untuk melihat dampak pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terpapar HPV, gaya hidup, status pernikahan, pendidikan terakhir, serta riwayat penggunaan alat kontrasepsi.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    World Health Organization (WHO). Bulletin of The World Health Organization 2012,. 2013;90,478-478A.

  • 2.    Bray F, Ferlay J, Siegel RL, Soerjomataram I, Torre LA, JemalA. Global Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185Countries. CA Cancer J Clin. 2018;68(6):394–424.

  • 3.  Kementrian Kesehatan RI. 2015. Infodatin,  Stop

Kanker. Jakarta: Kementerian Kesehtan RI.

  • 4.  Sari, A. P. dan Syahrul, F. 2014. Faktor yang

Berhubungan dengan Tindakan Vaksinasi HPV pada Wanita Usia Dewasa. Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(2), 321-330.

  • 5.    Sulistiowati, E dan Sirait, A. M. 2014. Pengetahuan Tentang Faktor Risiko, Perilaku Dan Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Bulletin of Health Research, 42 (3), 193-202.

  • 6.    Siagian, E. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan  Motivasi  Pemeriksaan  Pap  Smear pada

Karyawati. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1 (1), 52-56.

  • 7.    Sulastri dan Romadani, S. I. 2014. Efektifitas Promosi Kesehatan sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks Untuk Menurunkan Angka Kematian. Jurnal Universitas

Muhammadiyah Semarang, 1 (1), 149-154.

  • 8.    Mastutik, G. 2015. Skrining Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto. Majalah Obstetri & Ginekologi, 23 (2), 5460.

  • 9.    Pradnyana, P. R. Y., Susraini, A. N., Dewi, S. M. 2019. Karakteristik gambaran sitologi pap-smear sebagai tes skrining untuk lesi pra-kanker serviks di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Intisari Sains Medis, 3(10), 2089-9084.

  • 10.    Society A.C. 2016. Cervical Cancer What is cervical cancer Am Cancer Soc, 2(1), 4–7.

  • 11.    Mehmetoglu, H. C., Ozcakir, A., Sadikoglu, G. & Bilgel, N. 2010. Pap smear screening in the primary health care setting: A study from Turkey. North American Journal of Medical Sciences, 2(10), 467–472.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V11.i11.P010

66