GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH
on
JMU ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.8,AGUSTUS, 2020
Accroditedj
Jurnal medika udayana √ LJUAJ j0□^naaclcsess SINTA 3
Diterima:04-07-2020 Revisi:10-07-2020 Accepted: 01-08-2020
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENATALAKSANAAN
DIABETES MELITUS PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH
Tjok Dwi Agustyawan Pemayun1, Made Ratna Saraswati2
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana1 Bagian Endokrin Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar2 Koresponden : Tjok Dwi Agustyawan [email protected]
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin akibat dari menurunnya kerja pankreas sehingga meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh. Terdapat 5 bagian yang menjadi pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, diet, obat, olahraga, dan monitoring gula darah. Pengetahuan pasien sangat mempengaruhi dalam keberhasilan terapi untuk penderita DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan penderita DM di RSUP Sanglah mengenai penatalaksanaan dari penyakit itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden yang berkunjung ke poli diabetes pusat. Sebanyak 95 responden terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan DM mayoritas cukup (63,2%), pengetahuan diet mayoritas baik (61,1%), pengetahuan obat mayoritas cukup (45,3%), pengetahuan olahraga meyoritas cukup (70,5%), dan pengetahuan monitoring gula darah mayoritas cukup (51,5%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas penderita DM yang melakukan kunjungan di RSUP Sanglah memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai penatalaksanaan DM.
Kata Kunci: Diabetes melitus, penatalaksanaan diabetes melitus, tingkat pengetahuan
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a disease caused by reduced insulin production due to reduced work of the pancreas that increases blood sugar levels in the body. The management of DM is divide into five, among others: education, diet, medication, exercises, and monitoring blood sugar levels. Patient’s knowledge greatly affect the success of the therapy. This research aims to describe the knowledge level on the management of patients with DM at RSUP Sanglah. This research was conduct by cross sectional method. This research was conduct by collecting data derived from primary data by conducting direct interviews with respondents who visited diabetic center. The number of samples involved in this study were 95 respondents. The number of samples involved in this study were 95 respondents. The results based on the level of knowledge of DM majority is enough (63.2%), the majority of dietary knowledge is good (61.1%), the majority of drug knowledge is enough (45.3%), the majority of sports knowledge is enough (70.5% ), and the majority of blood sugar monitoring knowledge is enough (51.5%). It can be conclude that most of diabetic patients who visited RSUP Sanglah already has sufficient knowledge of the management of diabetes mellitus.
Keywords: Diabetes mellitus, management of diabetes mellitus, level of knowledge
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pankreas untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target.1 Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada pasien. Hingga kini, DM mulai menjadi masalah baru di berbagai negara berkembang, dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.3
Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan pada tahun 2000 mencapai 2,8% (171 juta penduduk) dan pada tahun 2030 akan meningkat hingga angka 4,4% (366 juta penduduk). Berdasarkan World Health Organization (WHO) diperoleh data dimana dikatakan negara-negara di Asia berkontribusi pada lebih dari 60% dari populasi diabetes dunia. Pada tahun 2013, hasil yang diperoleh Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia menunjukkan prevalensi penduduk yang berumur ≥15 tahun dengan diabetes mellitus pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah kasus sebanyak 12.191.564 juta.3
Di Bali, prevalensi DM dilaporkan sebesar 1,3%, dengan kota Denpasar sebagai penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya yaitu sebesar 2% dari total kejadian DM di Provinsi Bali. Perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, menunjukkan bahwa kejadian DM akan meningkat drastis secara global. Melihat bahwa dampak DM akan mempengaruhi kualitas hidup manusia dan dapat meningkatkan biaya kesehatan yang cukup besar, sehingga sangat dibutuhkan program pengendalian dan penatalaksanan DM. Penatalaksanaan DM terbagi atas 5 pilar berdasarkan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yaitu edukasi, diet, latihan fisik, kepatuhan obat, dan termasuk juga pemantauan kadar gula darah dalam pencegahan DM.3
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang tatalaksana utamanya adalah perubahan pola hidup, serta memerlukan kepatuhan terhadap terapi jangka panjang. Sehingga, berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan terapi, salah satunya tingkat pendidikan pasien. Pengetahuan penderita tentang DM sangat membantu pasien dalam menjalankan penanganan DM sepanjang hidupnya dimana tingkat pengetahuan penderita mengenai penatalaksanaan dan pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit DM dapat menentukan berat ringannya derajat kesakitan yang dijalani oleh penderita sendiri.5 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien DM pada rumah sakit sanglah terhadap penatalaksanaan DM.
BAHAN DAN METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang (cross-sectional) deskriptif yang diadakan pada bulan Agustus sampai dengan oktober 2016 di Poliklinik Diabetes Pusat RSUP Sanglah Denpasar. Sebanyak 95 pasien dilibatkan sebagai sampel penelitian, yang didapatkan menggunakan metode consecutive sampling. Semua penderita DM baru atau lama yang memenuhi kriteria diagnosis DM yang menjalani pemeriksaan di Poli Diabetes Pusat RSUP Sanglah Denpasar masuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini. Data tingkat pengetahuan dan karakeristik sampel didapat dengan menggunakan kuesioner, dan hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan piranti lunak SPSS 20 for windows. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran setelah dilakukan analisis secara deskriptif. Surat kelayakan etik untuk penelitian ini telah didapat dari Komite Etik RSUP Sanglah Denpasar dengan nomor protokol 994.14.12.2016.
HASIL
Keseluruhan total responden sebanyak 95 responden, dan didapatkan karakteristik sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik (n=95) |
F |
P (%) |
Umur | ||
Usia 50 |
17 |
17,9 |
Usia >50 |
78 |
82,1 |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
67 |
70,5 |
Perempuan |
28 |
29,5 |
Tingkat Pendidikan | ||
SD |
14 |
14,7 |
SMP |
8 |
8,4 |
SMA |
36 |
37,9 |
PT |
27 |
28,4 |
Tidak Tamat |
10 |
10,5 |
Pekerjaan | ||
Kerja |
78 |
82,1 |
Tidak Kerja |
17 |
17,9 |
Lama DM | ||
≤10 Tahun |
66 |
69,5 |
>10 Tahun |
29 |
30,5 |
Keterangan : F = Frekuensi, P (%) = |
Presentase (Persen), n |
besar sample |
Dapat dilihat bahwa karakteristik responden terbanyak pada rentang usia >50 tahun yaitu 78 orang (82,1%) dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 67 orang (70,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden didapatkan sebagian
besar berpendidikan SMA sebanyak 36 orang (37,9%) dan didapatkan sebagian besar responden berkerja yaitu 78 orang (82,1%). Diperoleh gambaran hasil penelitian berdasarkan lama responden menderita DM yaitu 66 orang (69,5%) ≤10 Tahun dan 29 orang (30,5%) >10 Tahun.
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan
Karakteristik (n=95) |
F |
P (%) |
Pengetahuan Tatalaksana DM | ||
Baik |
23 |
24,2 |
Cukup |
60 |
63,2 |
Kurang |
12 |
12,6 |
Pengetahuan Diet | ||
Baik |
58 |
61,1 |
Cukup |
27 |
28,4 |
Kurang |
10 |
10,5 |
Pengetahuan Obat | ||
Baik |
31 |
32,6 |
Cukup |
43 |
45,3 |
Kurang |
21 |
22,1 |
Pengetahuan Olahraga | ||
Baik |
10 |
10,5 |
Cukup |
67 |
70,5 |
Kurang |
18 |
18,9 |
Pengetahuan Monitoring | ||
Baik |
30 |
31,5 |
Cukup |
49 |
51,5 |
Kurang |
16 |
16,8 |
Keterangan: F = Frekuensi, P (%) = Presentase (Persen), n=besar sample
Tingkat pengetahuan responden terhadap DM dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang.3 Dapat disimpulkan jika tingkat pengetahuan baik, presentase skor yang diperoleh adalah >75%, cukup apabila presentase skor 50-75% dan dikatakan kurang apabila presentase skor <50%. Pada Tabel 2 terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 95 responden, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan DM yang cukup (63,2%). Berdasarkan pengetahuan diet didapatkan sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 61,1%. Berdasarkan pengetahuan obat didapatkan mayoritas berpengetahuan yang cukup mengenai obat yaitu
sebesar 45,3%. Tingkat pengetahuan yang cukup juga didapat pada pengetahuan mengenai olahraga yaitu sebanyak 70,5%. Sedangkan berdasarkan pengetahuan monitoring gula darah didapatkan sebagian besar berpengetahuan cukup sebesar 51,5%.
PEMBAHASAN
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik sistemik yang mempengaruhi pengaturan glukosa tubuh. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita DM terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target. Insulin merupakan hormon yang memiliki fungsi untuk memfasilitasi atau mengontrol kadar gula dalam darah dengan cara mengatur produksi dan penyimpanannya dimana insulin diproduksi oleh pankreas. Kondisi ini akan berdampak pada tingginya kadar glukosa darah dalam plasma atau hiperglikemi akibat penggunaan glukosa dalam tubuh berkurang dimana yang nantinya dapat merusak jaringan seiring dengan waktu, dan akan berujung pada komplikasi kesehatan yang dapat mengancam jiwa.
Melihat kenaikan insiden DM secara global yang secara garis besar akibat adanya pola gaya hidup yang berubah kearah tidak sehat, dapat diperkirakan bahwa kejadian DM akan meningkat drastis. Melihat bahwa DM dapat berdampak terhadap kualitas hidup manusia dan biaya kesehatan yang cukup besar meningkat, maka program pengendalian dan penatalaksanan menyangkut DM sangat diperlukan. Penatalaksanaan DM bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita DM, mencegah terjadinya komplikasi pada penderita, dan juga menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diabetes mellitus.5
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan kasus DM. Salah satunya adalah pengetahuan penderita. Tingkat pengetahuan penderita tentang DM mengenai lima pilar dalam penatalaksanaan DM sangat membantu pasien selama hidupnya dalam menjalankan penanganan DM dan diharapkan semakin baik penderita paham mengenai penyakitnya semakin paham bagaimana perilaku yang harus diterapkan dalam penanganan penyakitnnya.
Sebanyak 95 responden diteliti, dan didapatkan hasil berdasarkan tingkat pengetahuan penatalaksanaan DM sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan DM yang cukup sebanyak 63,2%. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan perbedaan hasil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Chiptarini3, yang menunjukan responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 50%, sedangkan pada penelitian Gultom didapatkan mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 47%.7
Pengetahuan diet responden kami sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 61,1%. Namun, berdasarkan penelitian Palanimuthu mengenai gambaran tingkat pengetahuan diet didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 57,3%. Pengetahuan obat pada penelitian ini didapatkan pengetahuan yang cukup pada sebagian besar responden mengenai obat sebanyak 45,3%. Namun, pada penelitian Gultom, sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang obat yaitu sebanyak 49%.7
Pengetahuan mengenai olahraga pada DM di penelitian ini didapatkan pengetahuan yang cukup pada mayoritas responden sebesar 70,5%. Hasil penelitian ini serupa dengan Gultom7, dimana sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang olahraga yaitu 49%. Sedangkan berdasarkan pengetahuan monitoring gula darah didapatkan sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu, sebanyak 51,5%. Namun, pada penelitian yang dilakukan Gultom, dimana mayoritas responden mengenai monitoring kadar gula darah berpengetahuan kurang sebanyak 49%.7
Perbedaan yang ditemukan dari hasil beberapa penelitian yang telah ada tersebut dengan hasil dari penelitian yang didapat oleh peneliti dikarenakan jumlah dan target sampel yang dipakai, beserta kuesioner, dan pengkategorian tingkat pengetahuan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya banyaknya responden yang kurang kooperatif dalam pengisian kuisioner yang telah diberikan, sehingga pengambilan sampel memakan waktu yang lebih lama dari seharusnya. Kelemahan lain dalam penelitian ini yaitu banyaknya responden yang menolak untuk dilakukan wawancara oleh peneliti.
SIMPULAN
Pada penelitian didapatkan kesimpulan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai DM, pengetahuan diet yang baik, pengetahuan obat yang cukup, pengetahuan olahraga yang cukup, dan pengetahuan monitoring gula darah yang cukup. Pada praktik klinik, diperlukannya pemberian edukasi yang lebih lanjut dan penyuluhan mengenai penatalaksanaan DM terhadap pasien yang memiliki tingkat pengetahuan mengenai DM yang kurang dalam segi pengetahuan diet, olahraga, obat, dan monitoring gula darah. Pemberian edukasi mengenai penatalaksanaan DM diharapkan tidak hanya
diberikan kepada pasien namun juga terhadap keluarga atau kerabat pasien agar pola hidup pasien lebih terjaga dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Bays, H., Chapman, R. and Grandy, S. The relationship of body mass index to diabetes mellitus, hypertension and dyslipidaemia: comparison of data from two national surveys. International Journal of Clinical Practice, 2007; 61(5):737-47.
-
2. Choi, B. and Shi, F. Risk factors for diabetes mellitus by age and sex: results of the National Population Health Survey. Diabetologia, 2007; 44(10):1221-231.
-
3. Chiptarini, I. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan DM Pada Pasien DM di Puskesmas Ciputat Timur, 2014.
-
4. Daousi, C. Prevalence of obesity in type 2 diabetes in secondary care: association with cardiovascular risk factors. Postgraduate Medical Journal, 2006; 82(966):280-84.
-
5. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 2011;35:64-71.
-
6. Fowler, M. Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical Diabetes, 2011; 29(3):116-122.
-
7. Gultom, Y. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat, 2012.
-
8. Kerner, W. and Brückel, J. Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 2014;122(07):384-86.
-
9. Notoadmodjo, S. Ilmu Perilaku Masyarakat. jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Edisi Pertama, 2010.
-
10. Ozougwu, O. The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. J. Physiol. Pathophysiol,
2013;4(4):46-57.
-
11. Palanimuthu, b. Tingkat Pengetahuan Diet
Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya Di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan, 2010:50.
-
12. PERKENI. Konsesus dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.Jakarta, 2015.
-
13. Sastroasmoro, S. & Ismael, S. Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis. Edisi ke-4, 2011.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P01
4
Discussion and feedback