ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.7,JULI, 2020



Diterima:17-07-202  Revisi:21-07-2020 Accepted: 23-07-2020

GAMBARAN STIGMA TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA

Nurul Fatin1, Ni Ketut Sri Diniari 2, Anak Ayu Sri Wahyuni 3

1. Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2. Departemen Psikiatri Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Koresponden : Nurul Fatin

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang banyak mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, baik berupa stereotip, prasangka atau diskriminasi. Stigma yang berkembang pada masyarakat memberikan dampak negatif kepada penderita, seperti sulitnya berinteraksi dalam kehidupan sosial, sulit untuk mendapatkan pengobatan dan penurunan kualitas hidup penderita skizofrenia. Penelitian bertujuan ini untuk mengetahui gambaran stigma terhadap penderita skizofrenia pada mahasiswa Universitas Udayana. Serta untuk mengetahui tingkat stigma yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif crosssectional yang dilakukan di Universitas Udayana. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Penelitian menunjukkan bahwa dari 120 responden, yang memberikan stereotip tinggi (1,7%) sedangkan stereotip rendah (98,3%), berprasangka tinggi (0,8%) sedangkan berprasangka rendah (99,2%), dan yang melakukan diskriminasi tinggi (3,3%) sedangkan diskriminasi rendah (96,7%). Berdasarkan penelitian stigma yang diberikan mahasiswa terhadap penderita skizofrenia yaitu stigma tinggi (5,8%) dan stigma rendah (94,2%). Terdapat mahasiswa yang memberikan stigma berdasarkan stereotip, prasangka dan diskriminasi kepada penderita skizofrenia, baik tingkat stigma tinggi maupun stigma rendah.

Kata Kunci: Skizofrenia, stigma, stereotip, prasangka, diskriminasi, mahasiswa

ABSTRACT

Schizophrenia is one of mental illness that gets a lot of negative stigma from the community, whether in the form of stereotips, prejudice or discrimination. Stigma that develops in society has a negative impact on patients, such as the difficult to interact in social life, difficult to get treatment and decrease the quality of life for people with schizophrenia. The purpose of this study is to determine the description of stigma against schizophrenics in Udayana University students. To determine the level of stigma given by students. This study is a cross-sectional descriptive study conducted at Udayana University. The data in this study is primary data obtained from the questionnaire distribution. Data were analyzed using SPSS program. The results showed that of 120 respondents, who give high stereotypes (1.7%) while low stereotypes (98.3%), high prejudice (0.8%) while low prejudice (99.2%), and who give high discrimination is (3.3%) while low discrimination (96.7%). Based on the research stigma given by students to schizophrenic patients is high stigma (5.8%) and low stigma (94.2%). There are students who provide stigma based on stereotypes, prejudice and discrimination to schizophrenics, both high stigma and low stigma.

Keywords: Schizophrenia, stigma, stereotypes, prejudice, discrimination, student

PENDAHULUAN

Menurut WHO, sehat adalah keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya kondisi dimana tidak adanya penyakit atau kelemahan. Seseorang dengan mental terganggu dan memiliki pemikiran yang tidak rasional dapat dikatakan mengalami gangguan mental. Salah satu kondisi gangguan mental yang terjadi di masyarakat adalah Skizofrenia. Skizofrenia merupakan salah satu brain disease berat dengan manifestasi klinis psikotik yang persisten dan disertai dengan disfungsi kognitif dan gangguan psikososial yang mendalam. Onset Skizofrenia terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.1-2

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 7 dari 1000 populasi penduduk dewasa di dunia dengan rentang usia 15-35 tahun adalah penderita skizofrenia. Hal ini menunjukan bahwa 21 juta penduduk di dunia merupakan penderita skizofrenia.1

Berdasarkan Riset Kementrian Dasar Indonesia proporsi rumah tangga yang memasung penderita skizofrenia sebesar 1.655 rumah tangga. Hal ini menunjukan bahwa rumah tangga yang melakukan pemasungan yaitu sebesar 14,3% dan pemasungan terbanyak terdapat di pedesaan. Perilaku seperti Pemasungan, diskriminasi dan penghindaran inilah yang merupakan efek dari stigma. Menurut Goffman, stigma adalah tanda atau ciri yang menandakan bahwa seseorang membawa sesuatu yang buruk sehingga dinilai lebih rendah dari orang normal. Pengertian ini sesuai dengan kenyataan bahwa banyak penderita skizofrenia yang dikucilkan, didiskriminasi dan dihilangkan haknya dalam lingkup sosial.3

Kurangnya pemahaman mengenai konsep gangguan mental seperti skizofrenia ini banyak terjadi di masyarakat umum. Masyarakat banyak menghubungkan skizofrenia sebagai suatu penyakit yang didapatkan dari kutukan. Akibat dari kurangnya pemahaman ini, masyarakat akan melakukan tindakan seadanya untuk menangani penderita skizofrenia. Hal yang dilakukan biasanya berupa pemasungan. Akibat dari intervensi keluarga yang tidak baik tersebut, masyarakat juga akan melakukan tindakan yang merendahkan penderita skizofrenia. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian mengenai tingkat stigma yang berkembang di masyarakat khususnya mahasiswa Universitas Udayana.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif cross-sectional. Penelitian dilakukan di Universitas Udayana di Kampus PB Sudirman pada bulan Oktober–November 2018.

Subjek penelitian ini dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa Universitas Udayana di lingkungan PB Sudirman Denpasar yang bukan merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan sudah menandatangani surat persetujuan penelitian. Serta tidak memenuhi kriteria ekslusi yaitu tidak menandatangani surat persetujuan serta tidak memberikan stigma terhadap pendeita skizofrenia.

Teknik Pengambilan sampel yaitu stratified random sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 120 sampel. Data merupakan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner.4 Kemudian data dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistic 22.0. Penelitian ini sudah mendapatkan surat izin penelitian dari komisi etik dengan nomor 1601/UN14.2.2/PD/KEP/2018.

HASIL

Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober-November pada mahasiswa Universitas Udayana di lima fakultas yaitu, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Semua Fakultas bertempat di Lingkungan PB Sudirman. Respoden dalam penelitian ini berjumlah 120 orang. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik sampel

Karakteristik

Frekuensi

Persentase (%)

Usia

Median = 20

Jenis Kelamin Laki-laki

(18-22)

55

45,8

Wanita

65

54,2

Suku

Bali

56

46,7

Luar Bali

64

53,3

Pengalaman

Keluarga

7

5,8

Ada

113

94,2

Tidak Ada

Pengalaman Kontak

Langsung

Pernah

46

38,3

Tidak Pernah

74

61,7

Stigma Mahasiswa Universitas Udayana Terhadap Penderita Skizofrenia Berdasarkan Stereotip

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 120 responden pada penelitian ini, yang memiliki stigma tinggi terhadap penderita skizofrenia berdasarkan stereotip yaitu berjumlah 2 orang (1,7%) sedangkan yang memiliki stigma rendah terhadap penderita skizofrenia yaitu 118 orang (98,3%).

Tabel 2. Stigma Berdasarkan Stereotip

Kategori

f

Persentase (%)

Tinggi

2

1,7

Rendah

118

98,3

Total

120

100

Stigma Mahasiswa Universitas Udayana Terhadap Penderita Skizofrenia Berdasarkan Prasangka

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 120 responden pada penelitian ini, yang memiliki stigma tinggi terhadap penderita skizofrenia berdasarkan prasangka yaitu berjumlah 1 orang (0,8%) sedangkan yang memiliki stigma rendah terhadap penderita skizofrenia berdasarkan prasangka yaitu 119 orang (99,2%).

Tabel 3. Stigma Berdasarkan Prasangka

Kategori

f

Persentase (%)

Tinggi

1

0,8

Rendah

119

99,2

Total

120

100

Stigma Mahasiswa Universitas Udayana Terhadap Penderita Skizofrenia Berdasarkan Diskriminasi

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 120 responden pada penelitian ini, yang memiliki stigma tinggi terhadap penderita skizofrenia berdasarkan diskriminasi yaitu berjumlah 4 orang (3,3%) sedangkan yang memiliki stigma rendah terhadap penderita skizofrenia berdasarkan diskriminasi yaitu 116 orang (96,7%).

Kategori

f

Persentase (%)

Tinggi

4

3,3

Rendah

116

96,7

Total

120

100

Tabel 4. Stigma Berdasarkan Diskriminasi

Stigma Mahasiswa Universitas Udayana Terhadap Penderita Skizofrenia

Tabel 5 menunjukan bahwa dari 120 responden pada penelitian ini, yang memiliki stigma tinggi terhadap penderita skizofrenia berdasarkan keseluruhan kategori yaitu berjumlah 7 orang (5,8%) sedangkan yang memiliki stigma rendah terhadap penderita skizofrenia yaitu 113 orang (94,2%).

Tabel 5. Stigma Berdasarkan Stigma

Kategori             f        Persentase (%)

Tinggi               7              5,8

Rendah

113

94,2

Total

120

100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian stigma berupa stereotip, prasangka dan diskriminasi, lebih banyak mahasiswa yang memberikan stigma rendah dibandingkan dengan stigma tinggi terhadap penderita skizofrenia. Menurut Heinz Katschnig MD, stereotip umum skizofrenia oleh masyarakat yaitu ditandai dengan kegilaan, kepribadian ganda, perilaku yang berbahaya dan tidak terduga, serta gagasan bahwa skizofrenia merupakan penyakit otak yang kronis. Pasien dan keluarga selalu merasakan keputusasaan ketika dihadapkan dengan diagnosis skizofrenia. Pasien dan keluarga beranggapan bahwa skizofrenia merupakan penyakit kronis yang sangat parah, dan tidak dapat disembuhkan.

Pasien dan keluarga mengetahui dengan jelas bahwa masyarakat beranggapan seperti ini, sehingga menjadi beban keluarga dalam mengantisipasi reaksi negatif. Banyak literatur yang mempelajari tentang stereotip masyarakat,

yang menunjukan penolakan dan diskriminasi sosial pada pasien sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan dan menimbulkan self-stigma.5

Menurut Angermeyer dan Dietrich, prasangka terhadap penderita skizofrenia lebih banyak dibandingkan dengan gangguan mental lainnya. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang meyakini bahwa penderita skizofrenia sangat tidak terduga dan lebih berbahaya daripada penderita gangguan mental lainnya. Selain itu, kurangnya penerimaan perawatan juga menambah prasangka dari masyarakat terhadap penderita skizofrenia.6

Penelitian di beberapa negara menunjukan prasangka terhadap penderita skizofrenia merupakan masalah yang terus menerus ditemukan, baik di masyarakat awam bahkan pada tenaga kesehatan. Prasangka memberikan dampak negatif yang mendalam pada penderita skizofrenia sehingga menyebabkan kesulitan dalam praktik kehidupan maupun secara emosional.7

Berdasarkan penelitian Baba dkk,8 diskriminasi terhadap penderita skizofrenia lebih tinggi pada masyarakat umum. Namun lebih banyak terjadi pada penderita skizofrenia yang mengalami gejala positif, sedangkan pada penderita yang mengalami gejala negatif tidak begitu sering terjadi. Hal ini menandakan bahwa stigma terhadap penderita skizofrenia masih tetap ada, konsisten terhadap penelitian-penelitian sebelumnya. Sehingga dibutuhkan upaya untuk mendukung kemajuan sosial dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang skizofrenia.

Stigma terhadap penderita skizofrenia berarti memberikan penilaian yang negatif pada penderita skizofrenia dalam melakukan interaksi sosial. Stigma terjadi karena adanya stereotip, prasangka dan diskriminasi oleh masyarakat terhadap penderita.9

Menurut Mestdagh and Hansen meskipun banyak upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penderita skizofrenia, namun penderita masih tetap mengalami stigmatisasi. Meskipun sudah terdapat komunitas yang mengatur dan membina masyarakat dalam penerimaan penderita skizofrenia, akan tetapi stigmatisasi masih tetap ada. Dalam hal ini diperlukan lebih banyak usaha untuk mencapai standar perawatan kesehatan mental yang menghargai penderita skizofrenia dengan cara mempertimbangkan prinsip-prinsip yang menghormati penderita skizofrenia.10

SIMPULAN

Pada penelitian ini, stigma terhadap penderita skizofrenia oleh mahasiswa Universitas Udayana berdasarkan strereotip, prasangka dan diskriminasi yaitu jumlah mahasiswa yang memberikan stigma rendah (96,7%) terhadap penderita skizofrenia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang memberikan stigma tinggi (5,8%).

SARAN

Pada penelitian yang selanjutnya, diharapkan untuk meningkatkan jumlah sampel, agar mengetahui gambaran stigma terhadap penderita skizofrenia secara luas. Kemudian perlu ditingkatkannya sosialisasi mengenai skizofrenia untuk mengurangi stigma yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    World Health Organization, Mental Health. 2016.h.62.

  • 2.    Philadelphia. Kaplan Sadock’s Comprehensive Textbook Of Psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2017.h.3613-3622.

  • 3.    Jakarta. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan RI. 2013.h.125-127.

  • 4.    Putiyani D, Sari Hasmila. Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat di Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Keperawatan. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 2015.

  • 5.    Katsching, H. Psychiatry’s Contribution to the public stereotip of Schizophrenia: Historical consideration. Journal of Evaluation in Clinical Practice. 2018;24(5):1093-1100.

  • 6.    Angermeyer, M. and Dietrich, S. Publics beliefs about and attitudes towards people with mental illnes: a review of population studies. Acta Psychiatrica Scandinavica.  2006;113(3):163-

179.

  • 7.    West, K., Hewstone, M.  and Lolliot, S.

Intergroup Contact and Prejudice Against People With Schizophrenia. The Journal of Social Psychology. 2014;154(3):217-232.

  • 8.    Baba, Y., Nemoto, T., Tsujino, N., Yamaguchi, dkk.  Stigma toward psychosis and its

formulation     process:     prejudice     and

discrimination against early stages of schizophrenia. Comprehensive     Psychiatry.

2017;73:81-186.

  • 9.    Varamitha, S., Noor Akbar, S. and Erlyani, N. Stigma Sosial Pada Keluarga Miskin Dari Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Ecopsy. 2016;1(3).h.106-114.

  • 10.    Metshdagh, A and Hansen, B. Stigma in patient schizophrenia receiving community mental health care: a review of qualitative studies. Social Psychiatry and Psychitric Epidemiology. 2013;49(1):79-87.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V9.i7.P14

79