KARAKTERISTIK ASUPAN ZINC PADA ANAK USIA BALITA DI DESA SUKAWANA DAN DESA DAUH PURI KAJA DI PROVINSI BALI: STUDI PENDAHULUAN
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.4,APRIL, 2020

Diterima:15-03-2020 Revisi:20-03-2020 Accepted: 25-03-2020
KARAKTERISTIK ASUPAN ZINC PADA ANAK USIA BALITA DI DESA SUKAWANA DAN DESA DAUH PURI KAJA DI PROVINSI BALI: STUDI PENDAHULUAN
Luh Putu Diah Virayanti1, Dyah Kanya Wati2, IGN Sanjaya Putra 2, IB Suparyatha2 1Mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
2 SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar Corresponding Author : Luh Putu Diah Virayanti
Email: dyahpediatric@yahoo.com
ABSTRAK
Zinc telah diketahui merupakan zat yang esensial bagi kehidupan, namun tidak banyak orang yang mengetahui peranan dari zat ini. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa zinc adalah micronutrient yang berperan penting dalam proses sintesis dan repair pada DNA, RNA dan protein, reaksi biokimia dalam pertumbuhan sel, pembelahan sel, diferensiasi sel, pematangan jaringan, proses tumbuh kembang, proses penuaan dan metabolisme pada tumbuhan tingkat tinggi dan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik asupan zinc pada anak usia balita di Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja di Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode potong lintang. Teknik pengumpulan sampel adalah dengan non probability sampling yaitu metode consecutive sampling, dengan jumlah total sampel yang diperoleh adalah sebanyak 224 sampel, dengan 117 sampel dari Desa Sukawana dan 107 sampel dari Desa Dauh Puri Kaja. Metode pengambilan sampel denga menggunakan food recall 3 x 24 jam yang diolah dengan aplikasi NutriSurvey2007 dan SPSS versi 20. Desa Sukawana, memiliki rerata asupan zinc 2,39 ±1,169 mg/hari. Desa Dauh Puri Kaja memiliki rerata asupan zinc 3,76 ±2,554 mg/hari. Persentase defisiensi asupan zinc pada Desa Sukawana sebanyak 68,4% dan pada Desa Dauh Puri Kaja sebanyak 37,4%.
Kata Kunci: Asupan, zinc, balita, rural, urban, defisiensi.
ABSTRACT
Zinc has been known to be an essential substance for life, but not many people know the role of this substance. According to previous research, zinc is a micronutrient that plays an important role in the synthesis and repair of DNA, RNA and protein, biochemical reactions in cell growth, cell division, cell differentiation, tissue maturation, growth processes, aging processes and metabolism in higher plants and animal. This study aims to determine the characteristics of zinc intake in children under five years of age in Sukawana and Dauh Puri Kaja’s village in Bali Province. This research is an observational descriptive study with cross sectional method. Sample collection techniques are non-probability sampling, namely consecutive sampling method, with a total sample of 224 samples, with 117 samples from rural areas and 107 samples from urban areas. The sampling method uses food recall 3 x 24 hours which is processed with the NutriSurvey2007 and SPSS version 20. In Sukawana’s village, the average zinc intake was 2.39 ± 1.169 mg / day. In Dauh Puri Kaja’s village, the average zinc intake was 3.76 ± 2.554 mg / day. Percentage of zinc intake deficiency in Sukawana was 68.4% and in Dauh Puri Kaja as much as 37.4%.
Keywords: Intake, zinc, toddler, rural, urban, deficiency.
PENDAHULUAN
Zinc telah diketahui merupakan zat yang esensial bagi kehidupan, namun tidak banyak orang yang mengetahui peranan dari zat ini. Menurut penelitian sebelumnya, zinc adalah micronutrient yang berperan penting dalam proses sintesis dan repair pada DNA, RNA dan protein, serta berperan penting dalam reaksi biokimia dalam pertumbuhan sel, pembelahan sel, diferensiasi sel, pematangan jaringan, proses tumbuh kembang, proses penuaan dan metabolisme pada tumbuhan tingkat tinggi dan hewan.1,2 Jumlah asupan zinc normal yang dianjurkan adalah 15mg/hari untuk orang dewasa dan 4mg/hari untuk anak –anak3. Dibandingkan sumber pangan lainnya, tiram mengandung zinc dalam jumlah terbesar.4 Kekurangan asupan zinc mengakibatkan defisiensi sistem imun, pertumbuhan yang terhambat, gangguan neurologis, hypogonandism pada pria, dan munculnya lesi pada kulit.2 Bayi, terutama yang tidak mendapatkan asi dan baru mengalami penyapuhan, balita dan anak – anak sangat rentan mengalami defisiensi zinc.2,4
Di dunia, diperkirakan 17,3% populasi mengalami defisiensi asupan zinc, dengan Asia Tenggara, sekitar 22,1 % populasi mengalami
defisiensi asupan zinc.5 Prevalensi kasus defisiensi zinc lebih banyak pada negara-negara berkembang, dan negara – negara dengan makanan pokok berupa sereal.2 Kasus kekurangan asupan zinc di Indonesia untuk saat ini masih belum banyak diteliti. Indonesia termasuk dalam negara berkembang, yang terdiri dari 34 provinsi salah satunya Bali. Meskipun Bali merupakan destinasi pariwisata dunia yang terkenal dikelilingi pantai yang kaya akan sumber pangan zinc, di Bali masih terjadi kasus kematian balita yang disebabkan oleh infeksi. Angka kematian pada balita (AKABA) di Bali berjumlah 6,67 per 1000 kelahiran dan disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah infeksi.6 Mortalitas pada balita salah satunya disebabkan oleh status gizi, dan infeksi.7 Sedangkan infeksi dan status gizi buruk, dapat dicegah dengan asupan zinc yang tepat.
Saat ini masih belum diketahui data – data akurat mengenai asupan zinc di Provinsi Bali. Desa Dauh Puri Kaja, terletak di Kota Denpasar yang memiliki jumlah penduduk terpadat di Provinsi Bali. Berdasarkan profilnya, desa Dauh Puri Kaja https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i4.P10
merupakan daerah urban. Sedangkan Desa Sukawana, terletak di Kabupaten Bangli, dengan tingkat kepadatan yang rendah, dan terletak pada kawasan dataran tinggi. Berdasarkan profilnya, Desa Sukawana termasuk kedalam daerah rural. Mengingat karakter Desa Dauh Puri Kaja dan Desa Sukawana yang berbeda, peneliti menduga ada perbedaan terkait asupan zinc sehari – hari pada kedua tempat tersebut. Peranan zinc yang esensial dalam kehidupan, dan tingginya morbiditas akibat defisiensi zinc, dan anak-anak merupakan golongan yang rentan mengalami defisiensi zinc, mengakibatkan peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik asupan zinc anak usia balita pada kedua desa tersebut.
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian adalah deskriptif observasional dengan rancangan penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Desa Dauh Puri Kaja dan Desa Sukawana pada periode waktu April – September 2018. Subyek penelitian yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu; merupakan balita atau anak yang berusia sampai lima tahun, bertempat tinggal di Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja, dan responden setuju untuk diperiksa. Sampel juga tidak memenuhi kriteria eksklusi yaitu; sedang mengalami gangguan pencernaan, sedang dalam pemberian ASI eksklusif dan responden tidak setuju untuk diperiksa.
Teknik pengumpulan sampel adalah dengan non probability sampling yaitu metode consecutive sampling. Jumlah sample yang didapatkan, dengan nilai P= 0,173 dan Q = 1-P = 0,827, besar ketetapan relatif yang ditetapkan adalah 5% (d=0,05), besar Zα= 1,96, berdasarkan perhitungan besar sampel untuk data nominal sampel tunggal, didapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 220 balita.
Penelitian ini mengunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuisioner food recall 3x24 jam. Lembar pertama kuisioner berisikan identitas responden dan sampel balita. Selain itu dilakukan pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan menggunakan microtoice dan meteran yang hasilnya dicantumkan pada lembar kuisioner halaman pertama. Lembar kedua kuisioner berisikan kolom kosong dengan keterangan mengenai waktu makan, jenis makanan yang dikonsumsi per hari, jumlah makanan yang 59
dikonsumsi berdasarkan URT (Ukuran Rumah Tangga) dan gram. Data makanan kemudian dianalisis dengan NutriSurvey2007 dan digabungkan dengan data identitas, tinggi badan dan berat badan pada aplikasi SPSSversi20.
Hasil
Total didapatkan 224 sampel, dengan 117 sampel dari Desa Sukawana dan 107 sampel dari Desa Dauh Puri Kaja. Dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner pada 117 sampel di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli didapatkan mayoritas balita mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok, dan sayuran seperti bayam, dan kol, atau hanya garam sebagai penambah rasa. Telur dan pindang sebagai sumber protein dan zinc sangat jarang dikonsumsi, hanya seminggu sekali dengan jumlah yang sangat sedikit. Sedangkan dari 107 sampel dari Desa Dauh Puri Kaja yang terletak di Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar memiliki kondisi yang sangat berbeda. Penduduk di Desa Dauh Puri Kaja cenderung memiliki makanan yang berfariasi, dengan makanan pokok nasi putih, lauk berupa daging ayam dan ikan laut serta berbagai jenis sayuran dan susu.
Karakteristik yang didapatkan dari sampel yang berasal dari Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja, dipaparkan dalam 2 tabel yang berbeda, berdasarkan usia, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, penghasilan orang tua per bulan, status gizi BB/U, status gizi TB/U, riwayat pendidikan orang tua dan rerata asupan zinc per hari.
Pada tabel 1, dipaparkan karakteristik dari 117 sampel di Desa Sukawana. Pada data, didapatkan penduduk di Desa Sukawana lebih banyak yang berpenghasilan kurang dari UMR. Mayoritas penduduk memiliki pendidikan yang rendah, dengan jumlah penduduk yang tidak bersekolah mencapai 15,4% dan tidak sampai menempuh bangku SMA mencapai 64,1%. Rerata asupan zinc perhari hanya 2,39 ±1,169 mg. Pada tabel 2, dipaparkan karakteristik 107 sampel dari Desa Dauh Puri Kaja. Didapatkan penduduk yang berpenghasilan lebih dari UMR mencapai 71% . Mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan setara atau diatas SMA, yaitu sebanyak 65,4%. Rerata asupan zinc sampel per hari 3,76 ±2,554 mg. Pada tabel 3, dideskripsikan karakteristik asupan zinc dengan status asupan zinc pada 117 sampel di Desa Sukawana. Balita berusia 0-47 bulan didapatkan sebanyak 62 orang (64,6 %) mengalami
Penelitian ini telah mendapat kelayakan etik dengan nomor 711/UN14.2.2/PD/KEP/2018, pada tanggal 28 Maret 2018.
defisiensi asupan zinc, dan pada usia 48-60 bulan, sebanyak 18 orang (85,7%) mengalami defisiensi asupan zinc. Desa Sukawana, berdasarkan jenis kelaminnya, anak laki – laki didapatkan 69,3% mengalami defisiensi asupan zinc. Berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Sukawana, pada kelompok keluarga kecil (≤4 orang) didapatkan angka defisiensi asupan zinc adalah 60 orang (69,8%), dimana jumlah tersebut lebih besar dari pada defisiensi asupan zinc pada kelompok keluarga kecil (>4 orang) yaitu sebanyak 20 orang (64,5%). Pada kelompok balita perempuan, didapatkan 66,7% mengalami defisiensi asupan zinc. Pada sampel dengan penghasilan orang tua kurang dari UMR didapatkan 90,9% mengalami defisiensi asupan zinc. Sampel dengan gizi buruk berdasarkan BB/U 100% mengalami defisiensi asupan zinc. Dan status gizi berdasarkan TB/U didapatkan 81,8% mengalami defisiensi asupan zinc. Balita dengan gizi buruk dan stunting juga cenderung mengalami defisiensi asupan zinc, dengan persentase defisiensi asupan zinc pada balita dengan gizi buruk sebesar 100% dan pada balita sangat pendek sebesar 81,8%. Berdasarkan riwayat pendidikan orang tua, balita dengan orang tua yang tidak berpendidikan sebanyak 72,2 % mengalami defisiensi asupan zinc, dan pada balita dengan orang tua berpendidikan tidak mencapai SMA, terdapat 73,3% mengalami defisiensi asupan zinc, sedangkan balita dengan orang tua yang tamat SMA atau lebih tinggi 50% mengalami defisiensi asupan zinc. Balita dengan riwayat sakit dalam kurun waktu satu bulan sebelum pemeriksaan cenderung mengalami defisiensi zinc lebih banyak yaitu sebesar 79,2% dibandingkan dengan balita yang tidak sakit yaitu sebesar 65,6%. Gambar 1 menampilkan persentase asupan zinc pada kedua desa. Desa Sukawana, yang terdapat di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli memiliki angka defisiensi asupan zinc yang tinggi yaitu sebesar 68,40%. Desa Dauh Puri Kaja yang terletak di Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar memiliki angka defisiensi asupan zinc yang lebih rendah yaitu sebanyak 37,4%.
Tabel 1. Karakteristik Asupan Zinc Balita di Desa Sukawana
No |
Variabel |
Keterangan |
Kasus N= 117 | |
N |
% | |||
1 |
Usia |
0-47 bulan |
96 |
(82,1) |
48-60 bulan |
21 |
(17,9) | ||
2 |
Jenis Kelamin |
Laki – Laki |
75 |
(64,1) |
Perempuan |
42 |
(35,9) | ||
3 |
Jumlah Anggota Keluarga |
≤ 4 orang |
86 |
(73,5) |
>4 orang |
31 |
(26,5) | ||
4 |
Penghasilan Bulanan Orang |
≤ UMR |
66 |
(56,4) |
Tua |
> UMR |
51 |
(43,6) | |
5 |
Status Gizi BB/U |
Gizi Buruk |
2 |
(1,7) |
Gizi Kurang |
17 |
(14,5) | ||
Gizi Baik |
94 |
(80,3) | ||
Gizi Lebih |
4 |
(3,4) | ||
6 |
Status Gizi |
Sangat Pendek |
11 |
(9,4) |
TB/U |
Pendek |
25 |
(21,4) | |
Normal |
80 |
(68,4) | ||
Tinggi |
1 |
(0,9) | ||
7 |
Riwayat |
Tidak Sekolah |
18 |
(15,4) |
Pendidikan |
<SMA |
75 |
(64,1) | |
≥SMA |
24 |
(20,5) | ||
8 |
Rerata asupan zinc di Desa Sukawana |
2,39 ±1,169 mg/ hari |
Tabel 2. Karakteristik Asupan Zinc di Desa Dauh Puri Kaja
No |
Variabel |
Keterangan |
Kasus N= 107 | |
N |
% | |||
1 |
Usia |
0-47 bulan |
85 |
(79,4) |
48-60 bulan |
22 |
(20,6) | ||
2 |
Jenis Kelamin |
Laki – Laki |
56 |
(52,3) |
Perempuan |
51 |
(47,7) | ||
3 |
Jumlah Anggota Keluarga |
≤ 4 orang |
60 |
(56,1) |
>4 orang |
47 |
(43,9) | ||
4 |
Penghasilan Bulanan Orang |
≤ UMR |
31 |
(29) |
Tua |
> UMR |
76 |
(71) | |
5 |
Status Gizi BB/U |
Gizi Buruk |
6 |
(5,6) |
Gizi Kurang |
13 |
(12,1) | ||
Gizi Baik |
86 |
(80,4) | ||
Gizi Lebih |
2 |
(1,9) | ||
6 |
Status Gizi |
Sangat Pendek |
4 |
(3,7) |
TB/U |
Pendek |
20 |
(18,7) | |
Normal |
78 |
(72,9) | ||
Tinggi |
5 |
(4,7) | ||
7 |
Riwayat |
Tidak Sekolah |
0 |
(0) |
Pendidikan |
<SMA |
37 |
(34,6) | |
≥SMA |
70 |
(65,4) | ||
8 |
Rerata asupan zinc di Desa Dauh Puri Kaja |
3,76 ±2,554 mg/hari |
Tabel 3. Tabulasi Silang Karakteristik Asupan Zinc pada Balita di Desa Sukawana
No |
Karakteristik |
Keterangan |
Asipan Zinc |
Total | ||||
Defisiensi |
Cukup N |
% | ||||||
N |
% |
N |
% | |||||
1 |
Usia |
0-47 bulan |
62 |
(64,6) |
34 |
(35,4) |
96 |
(82) |
48-60 bulan |
18 |
(85,7) |
3 |
(14,3) |
21 |
(18) | ||
2 |
Jenis Kelamin |
Laki- laki |
52 |
(69,3) |
23 |
(30,7) |
75 |
(64,1) |
Perempuan |
28 |
(66,7) |
14 |
(33,3) |
42 |
(35,9) | ||
3 |
Jumlah Anggota |
≤ 4 orang |
60 |
(69,8) |
26 |
(30,2) |
86 |
(73,5) |
Keluarga |
(Keluarga Kecil) >4 orang (Keluarga Besar) |
20 |
(64,5) |
11 |
(35,3) |
31 |
(26,5) | |
4 |
Penghasilan |
≤ UMR |
60 |
(90,9) |
6 |
(9,1) |
66 |
(56,4) |
Bulanan |
> UMR |
20 |
(39,2) |
31 |
(60,8) |
51 |
(43,6) | |
5 |
Status Gizi BB/U |
Gizi Buruk |
2 |
(100) |
0 |
(0) |
2 |
(1,7) |
Gizi Kurang |
15 |
(88,2) |
2 |
(11,8) |
17 |
(14,5) | ||
Gizi Baik |
61 |
(64,8) |
33 |
(35,2) |
94 |
(80,4) | ||
Gizi Berlebih |
2 |
(50) |
2 |
(50) |
4 |
(3,4) | ||
6 |
Status Gizi TB/U |
Sangat Pendek |
9 |
(81,8) |
2 |
(18,2) |
11 |
(9,4) |
Pendek |
18 |
(72) |
7 |
(28) |
25 |
(21,4) | ||
Normal |
53 |
(66,3) |
27 |
(33,7) |
80 |
(68,4) | ||
Tinggi |
0 |
(0) |
1 |
(100) |
1 |
(0,8) | ||
7 |
Riwayat |
Tidak Sekolah |
13 |
(72,2) |
5 |
(27,8) |
18 |
(15,4) |
Pendidikan |
< SMA |
55 |
(73,3) |
20 |
(26,7) |
75 |
(64,1) | |
≥ SMA |
12 |
(50) |
12 |
(50) |
24 |
(29,5) | ||
8 |
Riwayat Sakit |
Sakit |
19 |
(79,2) |
5 |
(20,8) |
24 |
(20,5) |
Tidak Sakit |
61 |
(65,6) |
32 |
(34,4) |
93 |
(79,5) |
Tabel 4 Tabulasi Silang Karakteristik Asupan Zinc pada Balita di Desa Dauh Puri Kaja
No |
Karakteristik |
Keterangan |
Asipan Zinc |
Total | ||||
Defisiensi |
Cukup N |
% | ||||||
N |
% |
N |
% | |||||
1 |
Usia |
0-47 bulan |
32 |
(37,6) |
53 |
(62,4) |
85 |
(79,4) |
48-60 bulan |
8 |
(36,4) |
14 |
(63,6) |
22 |
(20,6) | ||
2 |
Jenis Kelamin |
Laki- laki |
22 |
(39,3) |
34 |
(60,7) |
56 |
(52,3) |
Perempuan |
18 |
(35,3) |
33 |
(64,7) |
51 |
(47,7) | ||
3 |
Jumlah Anggota |
≤ 4 orang |
18 |
(30) |
42 |
(70) |
60 |
(56) |
Keluarga |
(Keluarga Kecil) >4 orang (Keluarga Besar) |
22 |
(46,8) |
25 |
(53,2) |
47 |
(44) | |
4 |
Penghasilan |
≤ UMR |
20 |
(64,5) |
11 |
(35,5) |
31 |
(29) |
Bulanan |
> UMR |
20 |
(26,3) |
56 |
(73,6) |
76 |
(71) | |
5 |
Status Gizi BB/U |
Gizi Buruk |
6 |
(100) |
0 |
(0) |
6 |
(5,6) |
Gizi Kurang |
8 |
(61,5) |
5 |
(38,5) |
13 |
(12,1) | ||
Gizi Baik |
25 |
(29,1) |
61 |
(70,9) |
86 |
(80,4) | ||
Gizi Berlebih |
1 |
(50) |
1 |
(50) |
2 |
(1,9) | ||
6 |
Status Gizi TB/U |
Sangat Pendek |
3 |
(75) |
1 |
(25) |
4 |
(3,7) |
Pendek |
12 |
(60) |
8 |
(40) |
20 |
(18,7) | ||
Normal |
25 |
(32) |
53 |
(68) |
78 |
(72,9) | ||
Tinggi |
0 |
(0) |
5 |
(100) |
5 |
(4,7) | ||
7 |
Riwayat |
Tidak Sekolah |
0 |
(0) |
0 |
(0) |
0 |
(0) |
Pendidikan |
< SMA |
16 |
(43,2) |
21 |
(56,8) |
37 |
(34,6) | |
≥ SMA |
24 |
(34,3) |
46 |
(65,7) |
70 |
(65,4) | ||
8 |
Riwayat Sakit |
Sakit |
18 |
(45) |
22 |
(55) |
40 |
(37,4) |
Tidak Sakit |
22 |
(32,8) |
45 |
(67,2) |
67 |
(62,6) |
Persentase Asupan Zinc Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja di Provinsi Bali
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%

Grafik 1. Persentase Asupan Zinc di Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja
PEMBAHASAN
Balita cenderung untuk mengalami defisiensi zinc, hal ini disebabkan oleh karena balita membutuhkan energi yang banyak dalam pertumbuhan mereka dan zinc berperan penting dalam proses tumbuh kembang.8 Defisiensi zinc juga disebabkan oleh rendahnya nafsu makan, kemiskinan, faktor ekologi, kondisi metabolisme tubuh, infeksi parasit, dan penurunan daya absorbsi tubuh.9 Pada penelitian ini, balita dibagi menjadi dua kelompok usia yaitu kelompok usia 0-47 bulan dan 48-60 bulan, hal tersebut berdasarkan pada kebutuhan asupan zinc per hari yang telah ditentukan oleh International Zinc Nutrition Consultative Group. Balita yang berusia 03 tahun, asupan zinc yang dianjurkan adalah 2,5 mg/hari.10 Sedangkan balita yang berusia 4-5 tahun, asupan zinc yang dianjurkan sebanyak 4 mg/hari10.
Pada tabel 3, di Desa Sukawana, diketahui pada kelompok balita berusia 48-60 bulan, cenderung mengalami defisiensi asupan zinc dibandingkan
kelompok usia 0-47 bulan dengan perbedaan
persentase defisiensi asupan zinc sebesar 21,1%. Pada tabel 4, di Desa Dauh Puri Kaja, justru terjadi sebaliknya, kelompok usia 0-47 bulan lebih cenderung mengalami defisiensi asupan zinc dibandingkan usia 48-60 bulan, dengan perbedaan persentase sebesar 1,2%. Laki – laki cenderung lebih banyak yang mengalami defisiensi asupan zinc dibandingkan https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i4.P10
perempuan, yaitu sebesar 2,6% di Desa Sukawana, dan 4% di Desa Dauh Puri Kaja. Laki – laki memiliki aktivitas fisik yang lebih banyak dari pada perempuan, sehingga memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.8 Seharusnya laki – laki lebih banyak mengkonsumsi zinc dari pada perempuan. Di Desa Sukawana, balita yang hidup pada lingkungan keluarga kecil dengan anggota keluarga kurang dari sama dengan empat, cenderung lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc, yaitu sebanyak 5,3% lebih banyak dibandingkan dengan balita di keluarga besar. Sedangkan pada Desa Dauh Puri Kaja, balita yang hidup di keluarga besar cenderung lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc, yaitu sekitar 16,8% lebih banyak dibandingkan keluarga kecil. Semakin banyak anggota keluarga, akan meningkatkan biaya hidup, sehingga pemenuhan pangan anak akan terpengaruh.11 Jumlah anggota keluarga yang semakin banyak, menyebabkan kebutuhan sandang pangan meningkat. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang, memiliki asupan nutrisi dan status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan sampel yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang.12,13 Defisit konsumsi pangan menyebabkan seseorang juga mengalami defisiensi asupan zinc. Pada kedua desa, orang tua yang memiliki penghasilan 63
kurang dari UMR lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa kemiskinan mempengaruhi asupan nutrisi seseorang.9 Provinsi Bali diketahui memiliki UMR sebesar Rp. 1.807.600.6 Semakin tinggi penghasilan bulanan dari UMR, maka diharapkan keluarga tersebut semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari- hari. Rendahnya penghasilan perbulan dapat menurunkan kemampuan membeli bahan makanan, menyebabkan sedikirnya variasi makanan di rumah tangga, menyebabkan rendahnya asupan nutrisi dan berujung pada status gizi yang buruk.12 Pada kedua desa, kelompok balita dengan status gizi buruk dan sangat pendek cenderung mengalami defisiensi asupan zinc. Zinc telah diketahui mempengaruhi status gisi dan pertumbuhan linier seseorang.14 Selain oleh zinc, tinggi badan seseorang sangat dipengaruhi oleh makronutrien, seperti protein, dan mikronutrien seperti Vitamin B2, B6, dan mineral seperti Zat Besi.9 Zinc juga sangat berperan dalam sistem imun, zinc berperan dalam pembentukan neutrophil dan sel NK, sehingga defisiensi zinc mengakibatkan seseoarang rentan mengalami infeksi, dan salah satu penyakit yang sering terjadi akibat defisiensi asupan zinc adalah diare.15 Defisiensi zinc yang kurang, ditambah dengan seringnya frekuensi terkena penyakit diare mengakibatkan balita mengalami gizi buruk dan stunting.8 Desa Sukawana memiliki penduduk yang mayoritas berpendidikan rendah, dan tidak bersekolah, dari hasil penelitian, balita dengan orang tua tidak bersekolah dan hanya menempuh pendidikan tidak sampai SMA lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc, dibandingkan dengan balita dengan orang tua yang berpendidikan sederajat atau lebih tinggi dari SMA. Dari pengamatan peneli, Desa Sukawana terletak di dataran tinggi, dengan penduduk mayoritas bekerja sebagai buruh tani, dengan status pendidikan yang rendah. Di Desa Dauh Puri Kaja, kondisi pendidikan sudah lebih baik dari pada di Desa Sukawana, hal tersebut dikarenakan tidak ada orang tua dari balita yang tidak bersekolah, dan dari kelompok bersekolah tidak sampai SMA didapatkan mengalami defisiensi zinc sebanyak 43,2%, dan yang bersekolah tingkat SMA atau lebih, mengalami defisiensi sekitar 34,3%. Sehingga pada kedua desa didapatkan pada balita dengan orang tua yang berpendidikan rendah lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc dibandingkan dengan balita dengan orang tua yang berpendidikan setara atau lebih dari SMA. Telah diketahui bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan,
sangat berperan penting dalam menentukan sikap seseorang 16. Pada orang tua yang berpendidikan rendah, mereka cenderung tidak mengetahui apa fungsi penting dari zinc sehingga tidak memberikan asupan zinc pada anak mereka. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh terhadap status ekonomi seseorang, sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membeli kebutuhan pokok.
Pada kedua desa, pada balita dengan riwayat sakit dalam rentan waktu satu bulan sebelum pemeriksaan,cenderung mengalami defisiensi asupan zinc yang lebih banyak dibandingkan dengan balita yang tidak sakit. Kekurangan asupan zinc, mengakibatkan seseorang lebih rentan terhadap penyakit.15 Zinc banyak mempengaruhi sistem imun, pada sistem imun nonspesifik, zinc membantu pembentukan sel NK dan neutrofil, pada sistem acquired immunity , defisiensi zinc juga menghambat pembentukan sel limfosit B, sel limfosit Th 1 dan immunoglobulin G.15 Zinc juga berperan sebagai antioksidan.15 Zinc yang berperan sebagai ion metal akan dimanipulasi kadarnya oleh sel imun, yaitu dengan membuat lingkungan patogen menjadi sangat kekurangan metal ataupun menjadi kelebihan metal.17 Kekurangan zinc mengakobatkan seseorang rentan mengidap penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasite dan protozoa.15,17 Infeksi bakteri yang sering terjadi, yaitu infeksi Streptococcus pyogenes. 17 Pada seseorang dengan kelainan kongenital acrodermatitis enteropathica, orang tersebut akan mengalami gangguan dalam absorbsi dari zinc, sehingga untuk mencegah defisiensi zinc, maka harus mengkonsumsi zinc diatas jumlah normal untuk mencegah efek dari defisiensi zinc yang tidak diinginkan.18
SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan baik Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja, balita dengan orang tua berpenghasilan dibawah atau sama dengan UMR cenderung lebih banyak mengalami defisiensi asupan zinc, dibandingkan dengan yang diatas UMR. Berdasarkan satus gizi BB/U, balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang, memiliki persentase tertinggi mengalami defisiensi zinc. Berdasarkan status gizi TB/U, balita dengan tubuh sangat pendek dan pendek, memiliki persentase tertinggi mengalami defisiensi zinc. Berdasarkan riwayat pendidikan orang tua, balita dengan orang tua tidak berpendidikan dan berpendidikan tidak sampai
SMA, memiliki persentase tertinggi mengalami defisiensi asupan zinc. Rerata asupan zinc pada balita di Desa Sukawana sebesar 2,39 ±1,169 mg/ hari, berada dibawah asupan minimal zinc yang dianjurkan sebesar 2,5 - 4 mg/hari. Sedangkan rerata asupan zinc pada Desa Dauh Puri Kaja sebesar 3,76 ±2,554 mg/hari, yang masih pada rentan asupan zinc normal, yaitu antara 2,5- 4 mg/hari. Desa Sukawana (68,4%) memiliki persentase balita dengan defisiensi asupan zinc lebih banyak dibandingkan Desa Dauh Puri Kaja (37,4%).
SARAN
Zinc merupakan micronutriens yang sangat penting dalam dunia kedoteran, terutama dalam hal imunitas dan proses tumbuh kembang. Pada penelitian ini, tidak membahas mengenai pemberian ASI terhadap kondisi asupan zinc. Peneliti berharap selanjutnya dapat dilakukan penelitian kolerasi analisis untuk mengetahui hubungan masing masing karakteristik dan pemberian ASI dengan asupan zinc, guna mencegah kondisi defisiensi zinc pada balita di Provinsi Bali.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Ikeda S, Yamashita Y. Buckwheat as a dietary
source of zinc, copper and manganese. Fagopyrum. 1994;14:29-34.
-
2. Prasad AS. Zinc deficiency. Zinc Defic.
2003;326(3):409-410.
doi:10.1159/000224627.
-
3. National Institute of Health. Zinc-
HealthProfessional.pdf. 2016. www.nih.gov.
-
4. Gibson. A Historical Review of Progress in
the Assessment of Dietary Zinc Intake as an Indicator of Population Zinc Status 1 – 3. Adv Nutr. 2012;3(12):772-782.
doi:10.3945/an.112.002287.772.
-
5. Wessells KR, Brown KH. Estimating the
Global Prevalence of Zinc Deficiency: Results Based on Zinc Availability in National Food Supplies and the Prevalence of Stunting. PLoS One. 2012;7(11):1-11.
doi:10.1371/journal.pone.0050568.
-
6. Suarjaya K. Profil Kesehatan Provinsi Bali
2014. 2015:2-10. www.dinkes.baliprov.go.id.
-
7. Kantor Camat Denpasar Utara. Situs Resmi
Kantor Camat Denpasar Utara. 2018;1:1-2. denut.denpasarkota.go.id.
-
8. Adani FY, Nindya TS. Perbedaan Asupan
Energi , Protein , Zink , dan Perkembangan pada Balita Stunting dan non Stunting The Differences of Energy , Protein , Zinc Intake and Development to Stunting and nonStunting Toddler. 2017:46-51.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i4.P10
doi:10.20473/amnt.v1.i2.2017.46-51.
-
9. Hidayati L, Hadi H, Kumara A. Kekurangan
Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun yang Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Arc Com Heal. 2016;3(1):34-46.
-
10. Intakes Dietary Reference. Dietary Reference
Intakes ( DRIs ): Recommended Dietary Allowances and Adequate Intakes , Vitamins Food and Nutrition Board , Institute of Medicine , National Academies. Food Nutr Board. 2011;(1997):10-12.
doi:10.1111/j.1753-4887.2004.tb00011.x.
-
11. Purnamasari DU, Dardjito E, Kusnandar.
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu, dan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar. J Kesehat Indones. 2016;8:49-56.
-
12. Khayati S. Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Balita pada Keluarga Buruh Tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara. 2010:86-90.
-
13. Nurapriyanti I. Faktor-faktor yang Menengaruhi Status Gizi Balita Di Posyandu Kunir Putih 13 Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta Tahun 2015. 2015:1-13 http://digilib.unisayogya.ac.id/1879/1/naskah publikasi IMA NURAPRIYANTI
R.201410104238 pdf.2.pdf.
-
14. Imdad A, Bhutta ZA. Effect of preventive zinc
supplementation on linear growth in children under 5 years of age in developing countries : a meta-analysis of studies for input to the lives saved tool. 2011;11(Suppl 3):1-14.
-
15. Shankar AH, Prasad AS. Zinc and immune
function: the biological basis of altered. 1998;68:447-463.
-
16. Satyarsa ABS, Diah Virayanti LP, Arta
Suryantari SA, Adiputra PAT.
571PKnowledge and attitudes of productive age women about “SADARI” (breast selfassessment) in early detection of breast cancer in Tihingan village, Klungkung, Bali. Ann Oncol. 2017;28(suppl_10):179-180.
http://dx.doi.org/10.1093/annonc/mdx668.00 7.
-
17. Lowe NM, Moran VH. Report of the
international society for zinc biology 5th meeting, in collaboration with zinc-net (COST action TD1304)—UCLan campus, Pyla, Cyprus. Int J Mol Sci. 2017;18(12):1-5.
doi:10.3390/ijms18122518.
-
18. Dufner-Beattie J, Weaver BP, Geiser J, et al.
The mouse acrodermatitis enteropathica gene
Slc39a4 (Zip4) is essential for early development and heterozygosity causes hypersensitivity to zinc deficiency. Hum Mol Genet. 2007;16(12):1391-1399. doi:10.1093/hmg/ddm088.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2020.V9.i4.P10
66
Discussion and feedback