ISSN: 2597-8012

JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.12,DESEMBER,2019


C>sTnta

GAMBARAN KADAR PROTEIN URINE PADA IBU HAMIL PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2017

Jeovan Fillandro Dewanta Setyawan1, Ida Ayu Dewi Wiryanthini2, Ni Wayan Tianing2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2

2Departemen Biokimia, Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Email : jeofillandro@gmail.com

ABSTRAK

Preeklampsia merupakan penyakit sistemik yang ditandai oleh adanya hipertensi dan dapat disertai oleh adanya peningkatan resistensi pembuluh darah, disfungsi endotel yang difus, proteinuria, dan koagulopati. Pemeriksaan protein urine yang dapat dilakukan pada ibu hamil merupakan salah satu jenis pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasikan adanya preeklampsia baik ringan maupun berat yang dapat mengarah pada keadaan eklampsia. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui gambaran kadar protein urine pada ibu hamil preeklampsia dan eklampsia pada tahun 2017 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Penelitian jenis deskriptif dengan desain potong lintang ini dilakukan dengan metode total sampling dimana diperoleh 61 sampel. Data yang digunakan merupakan data sekunder hasil ekstrasi rekam medis yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukan Sebanyak 61 orang (100%) semuanya didiagnosis mengalami preeklampsia berat dengan kadar protein urine (+3) sebanyak 22 orang (36,1%). Pasien berusia 20-35 tahun yang menderita preeklampsia berat sebanyak 38 orang (62,3%), dengan gambaran kadar protein urine (+3) yakni sebanyak 14 orang (36,8%). Pasien dengan status paritas nullipara sebanyak 27 orang (44,3%) dimana 9 orang (33,3%) diantaranya mempunyai kadar protein urine (+3). Pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat I sebanyak 29 orang (47,5%) didapatkan gambaran kadar protein urine (+3) sebanyak 7 orang (24,1%), jumlah yang sama ditunjukan pada pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat II dengan jumlah penderita sebanyak 29 orang (47,5%) dan 13 orang (44,8%) diantaranya memiliki gambaran kadar protein urine (+3).

Kata kunci : Preeklampsia, eklampsia, protein urine, usia, status paritas, tekanan darah.

ABSTRACT

Preeclampsia is a systemic disease that is not only characterized by hypertension, but can also accompanied by an increase in vascular resistance, diffuse endothelial dysfunction, proteinuria, and coagulopathy. Urine protein examination is one type of laboratory examination in pregnant women to identify the presence of mild or severe preeclampsia that can lead to the condition of eclampsia This study aims to determine the description of urinary protein levels in pregnant women with preeclampsia and eclampsia in year of 2017 at the Sanglah General Hospital in Denpasar. Adapting the descriptive research type, this cross-sectional study design was carried out by total sampling method, where 61 samples were obtained. The data used is secondary data from the extraction of medical records that have met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that a total of 61 people (100%) were all diagnosed with severe preeclampsia with urinary protein levels (+3) of 22 people (36.1%). Patients aged 20-35 years who suffered from severe preeclampsia were 38 people (62.3%), with an overview of urinary protein levels (+3) as many as 14 people (36.8%). Patients with nullipara parity status were 27 people (44.3%) of which 9 people (33.3%) had urine protein levels (+3). Patients in the stage I hypertension blood pressure level as many as 29 people (47.5%) obtained an overview of urine protein levels (+3) as many as 7 people (24.1%), the same amount was shown in patients with hypertension stage II with the number of patients was 29 people (47.5%), 13 people (44.8%) among them had an overview of urine protein levels (+3).

Keywords: Preeclampsia, eclampsia, urinary protein, age, parity status, blood pressure

1

ISSN: 2597-8012

ΓΛΛΛ Λ IDiRECTORYOF . ( ∖ OPEN ACCESS UUrtJ JOURNALS

PENDAHULUAN

Penyebab morbiditas bahkan mortalitas ibu hamil salah satunya adalah hipertensi pada masa kehamilan. Sebesar 10-15% kehamilan yang disertai komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar seperempat dari semua antenatal yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.1 Hipertensi pada kehamilan meliputi kondisi dengan gejala yang biasanya tidak tampak secara nyata dimana preeklampsia merupakan risiko yang sangat potensial dan tetap merupakan penyebab tersering 2 akan kematian maternal.

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria3 dan jarang timbul sebelum 20 minggu kehamilan kecuali jika terdapat penyakit ginjal ataupun penyakit trofoblastik.4,5 Preeklampsia tampak sebagai penyakit sistemik yang tidak hanya ditandai oleh adanya hipertensi, tetapi juga dapat disertai dengan adanya peningkatan resistensi pembuluh darah, disfungsi endotel yang difus, proteinuria, dan koagulopati.6 Preeklampsia ringan ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.3,7 Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan gejala satu atau lebih dari tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg; proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam atau 4 + dipstick; oligouri; serum kreatinin meningkat; gangguan visus dan serebral; nyeri epigastrium; edema paru atau sianosis; hemolisis mikroangiopatik; trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat; peningkatan    kadar    alanin    dan aspartate

aminotransferase; pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat; dan atau Sindrom HELLP.3,7

Kondisi preeklampsia dapat berlanjut menjadi eklampsia yaitu terjadinya kejang karena terganggunya aktivitas otak dan merupakan komplikasi berat preeklampsia bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat.6 Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia masih berupa teori yang meliputi kelainan vaskularisasi plasenta, iskemia plasenta, radikal bebas, disfungsi endotel, intoleransi imunologik antara ibu dan janin, adaptasi kardiovaskular, genetik, dan defisiensi gizi stimulus inflamasi.3,8,9,10

Pemeriksaan protein urine yang dapat dilakukan pada ibu hamil merupakan salah satu jenis pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi ginjal selama masa kehamilan dan mengidentifikasikan adanya preeklampsia baik ringan maupun berat yang dapat mengarah pada keadaan eklampsia. Deteksi proteinuria sangat penting dalam diagnosis dan penanganan hipertensi dalam kehamilan. Proteinuria merupakan gejala yang terakhir timbul pada pasien preeklampsia. Namun demikian, eklampsia dapat terjadi tanpa

C>sπnta

proteinuria. Proteinuria pada preeklampsia merupakan indikator adanya bahaya pada janin, berat badan lahir rendah, dan meningkatnya risiko kematian perinatal.11

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia diantaranya; primigravida, hiperplasentosis, usia < 20 tahun atau > 35 tahun, riwayat keluarga pernah mengalami preeklampsia atau eklampsia, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, dan atau pernah menderita preeklampsia atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya.12 Penelitian Karkata menunjukan bahwa faktor risiko yang paling memungkinkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia adalah usia (3:1), status paritas (3:1), dan hipertensi (10:1).12 Untuk itu diperlukan penelitian mengenai gambaran kadar protein urine berdasarkan distribusi penyakit preeklampsia dan eklampsia, distribusi usia, distribusi status paritas, dan distribusi tekanan darah pada ibu hamil preeklampsia dan eklampsia untuk menambah informasi, edukasi dan menunjang data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang diterapkan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study atau potong lintang yaitu dengan mengobservasi atau mengumpulkan data sekaligus pada suatu kali saja (poin time approach) untuk menggambarkan kadar protein dalam urine pada ibu hamil sesuai dengan distribusi penyakit preeklampsia dan eklampsia, distribusi usia, distribusi status paritas, dan distribusi tekanan darah pasien.

Penelitian dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Maret sampai bulan September tahun 2018 setelah mendapatkan perizinan dari Kementerian Kesehatan RI dengan nomor surat LB.02.01/XIV.2.2.1/10791/2018 dan kelaikan etik dengan nomor surat 529/UN14.2.2/PD/KEP/2018 oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah untuk melakukan penelitian di bagian Rekam Medis RSUP Sanglah. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode total sampling. Pengambilan data yang telah dilakukan menggunakan data sekunder melalui ekstrasi dari data rekam medis yang tersedia dari bulan Januari hingga bulan Desember 2017 serta dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien ibu hamil preeklampsia dan eklampsia yang rawat jalan dan rawat inap yang terdata pada buku registrasi dan rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini ditujukan kepada pasien ibu hamil tanpa preeklampsia dan eklampsia beserta ibu hamil dengan kadar protein urine positif yang terdata 2

ISSN: 2597-8012

∏∕^∖ Λ IOiRECTORYOF . ( ∖ OPEN ACCESS JOURNALS

pada buku registrasi maupun rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017. Pada penelitian yang telah dilakukan peneliti, didapatkan 61 pasien penderita preeklampsia dan eklampsia yang tercatat pada buku registrasi RSUP Sanglah, dengan rekam medis yang tersedia untuk dijadikan sampel. Seluruh data yang didapat dalam penelitian ini diolah dengan perangkat lunak program komputer SPSS 17 dan selanjutnya data dianalisa menggunakan crosstabs atau tabulasi silang.

HASIL

Gambaran kadar protein urine pada ibu hamil dikelompokkan berdasarkan distribusi penyakit preeklampsia dan eklampsia, distribusi usia, distribusi status paritas, dan distribusi tekanan darah pasien.

sTnta

diperoleh pasien berusia < 20 tahun sebanyak 5 orang (8,2%) dimana didapatkan kadar protein urine (+1) sebanyak 1 orang (20%), kadar protein urine (+2) sebanyak 1 orang (20%), dan kadar protein urine (+3) sebanyak 3 orang (60%). Pasien berusia 20-35 tahun sebanyak 38 orang (62,3%) dimana didapatkan kadar protein urine (-) sebanyak 3 orang (7,9%), kadar protein urine (+1) sebanyak 9 orang (23,7%), kadar protein urine (+2) sebanyak 6 orang (15,8%), kadar protein urine (+3) sebanyak 14 orang (36,8%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 6 orang (15,8%). Lalu pasien berusia > 35 Tahun sebanyak 18 orang (29,5%) dengan kadar protein urine (-) sebanyak 3 orang (16,7%), kadar protein urine (+1) sebanyak 3 orang (16,7%), kadar protein urine (+2) sebanyak 1 orang (5,6%), kadar protein urine (+3) sebanyak 5 orang (27,8%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 6 orang (33,3%).

■ Preeklampsia Ringan

■ Preeklampsia Berat

■ Eklampsia



Grafik 1. Deskripsi Kadar Protein Urine Berdasarkan Distribusi Penyakit Pasien


Berdasarkan karakteristik kadar protein urine terhadap distribusi penyakit pasien, dapat dketahui bahwa sebanyak 61 orang (100%) semuanya didiagnosis mengalami preeklampsia berat dengan kadar protein urine (-) sebanyak 6 orang (9,8%), kadar protein urine (+1) sebanyak 13 orang (21,3%), kadar protein urine (+2) sebanyak 8 orang (13,1%), kadar protein urine (+3) sebanyak 22 orang (36,1%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 12 orang (19,7%).


15


10


5



0


πwι


  • ■    < 20 Tahun

  • ■    20-35 Tahun

  • ■ > 35 Tahun


(-)  (+1) (+2) (+3) (+4)


Grafik 2. Deskripsi Kadar Protein Urine Berdasarkan Distribusi Usia Pasien


Grafik 3. Deskripsi Kadar Protein Urine Berdasarkan Distribusi Status Paritas Pasien

Sebaran kadar protein urine pasien berdasarkan distribusi status parites pasien ditunjukan pada grafik 3. Jumlah pasien dengan status paritas nullipara sebanyak 27 orang (44,3%) dimana didapatkan kadar protein urine (-) sebanyak 2 orang (7,4%), kadar protein urine (+1) sebanyak 6 orang (22,2%), kadar protein urine (+2) sebanyak 5 orang (18,5%), kadar protein urine (+3) sebanyak 9 orang (33,3%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 5 orang (18,5%). Pasien dengan status paritas primipara sebanyak 15 orang (24,6%) dimana didapatkan kadar protein urine (+1) sebanyak 3 orang (20,0%), kadar protein urine (+2) sebanyak 1 orang (6,7%), kadar protein urine (+3) sebanyak 7 orang (46,7%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 4 orang (26,7%). Lalu pasien dengan status paritas multipara sebanyak 19 orang (31,1%) dengan kadar protein urine (-) sebanyak 4 orang (21,1%), kadar protein urine (+1) sebanyak 4 orang (21,1%), kadar protein urine (+2) sebanyak 2 orang (10,5%), kadar protein urine (+3) sebanyak 6 orang (31,6%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 3 orang (15,8%). Tidak terdapat pasien dengan status paritas grandemultipara.


Grafik 2 menunjukan analisis kadar protein urine dengan distribusi usia pasien,


3


ΓΛΛΛ Λ IDiRECTORYOF ∕ ∖ OPEN ACCESS JOURNALS

Grafik 4. Deskripsi Kadar Protein Urine Berdasarkan Distribusi Tekanan Darah Pasien

Hasil analisis kadar protein urine dengan distribusi tekanan darah ditunjukan oleh grafik 4 dimana pasien dengan kategori tekanan darah pra hipertensi sebanyak 3 orang (4,9%) dimana didapatkan kadar protein urine (+1) sebanyak 1 orang (33,3%) dan kadar protein urine (+3) sebanyak 9 orang (66,7%). Pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat I sebanyak 29 orang (47,5%) dimana didapatkan kadar protein urine (-) sebanyak 5 orang (17,2%), kadar protein urine (+1) sebanyak 6 orang (20,7%), kadar protein urine (+2) sebanyak 5 orang (17,2%), kadar protein urine (+3) sebanyak 7 orang (24,1%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 6 orang (20,7%). Lalu pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat II sebanyak 29 orang (47,5%) dengan kadar protein urine (-) sebanyak 1 orang (3,4%), kadar protein urine (+1) sebanyak 6 orang (20,7%), kadar protein urine (+2) sebanyak 3 orang (10,3%), kadar protein urine (+3) sebanyak 13 orang (44,8%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 6 orang (20,7%).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian di RSUP Sangah Denpasar pada pasien ibu hamil preeklampsia dan eklampsia yang rawat jalan dan rawat inap yang terdata pada buku registrasi dan rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017 dengan menggunakan metode total sampling, didapatkan 61 sampel dimana semua pasien (100%) menderita preeklampsia berat dengan kadar protein urine yang bervariasi yakni terdapat kadar protein urine (-) sebanyak 6 orang (9,8%), hal ini sesuai karena preeklampsia berat tidak selalu disertai proteinuria3, kadar protein urine (+1) sebanyak 13 orang (21,3%), kadar protein urine (+2) sebanyak 8 orang (13,1%), kadar protein urine (+3) sebanyak 22 orang (36,1%), dan kadar protein urine (+4) sebanyak 12 orang (19,7%). Gambaran kadar protein urine paling banyak adalah (+3) dan terdapat juga kadar protein urine (+2) dan (+1) yang tidak sesuai dengan syarat diagnosis preeklampsia berat (adanya protein urine ≥ 5g/dL atau (+4)), namun dapat ditegakkan jika diikuti satu atau lebih tanda preeklampsia berat lain.3

QsTnta

Usia pasien < 20 tahun berjumlah 5 orang (8,2%) didapatkan kadar protein urine (+3) paling banyak yakni sebanyak 3 orang (60%). Pasien berusia 20-35 tahun sebanyak 38 orang (62,3%) dengan kadar protein urine (+3) paling sering yakni sebanyak 14 orang (36,8%). Lalu pada pasien berusia > 35 Tahun lebih banyak kadar protein urine (+4) yakni sebanyak 6 orang (33,3%). Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Karkata yang menyebutkan bahwa faktor risiko preeklampsia dan eklampsia merupakan usia < 20 tahun dan usia > 35 Tahun, hal ini salah satunya disebabkan karena pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah memberi himbauan terkait program perencanaan pernikahan pada usia yang ideal yakni pada usia 21-25 tahu.13

Jumlah pasien dengan status paritas nullipara paling banyak daripada status paritas lain yakni sebanyak 27 orang (44,3%) yang sesuai dengan penelitian Karkata sebagai faktor risiko preeklampsia paling sering, dimana kadar protein urine (+3) paling banyak yakni berjumlah 9 orang (33,3%). Pasien dengan status paritas primipara sebanyak 15 orang (24,6%) didapatkan kadar protein urine (+3) juga paling banyak, sebanyak 7 orang (46,7%). Dilanjutkan dengan pasien dengan status paritas multipara sebanyak 19 orang (31,1%) dengan kadar protein urine (+3) masih terbanyak, yakni sebanyak 6 orang (31,6%). Tidak terdapat pasien dengan status paritas grandemultipara.

Hasil analisis kadar protein urine dengan distribusi tekanan darah pasien menunjukan pasien dengan kategori tekanan darah pra hipertensi sebanyak 3 orang (4,9%) yang paling banyak menunjukan kadar protein urine (+3) yakni sebanyak 2 orang (66,7%). Pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat I sebanyak 29 orang (47,5%) dimana didapatkan kadar protein urine (+3) paling banyak yaitu sebanyak 7 orang (24,1%). Lalu pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat II sebanyak 29 orang (47,5%) dengan temuan kadar protein urine (+3) terbanyak, yakni sebanyak 13 orang (44,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Karkata yang menjadikan hipertensi sebagai faktor risiko preeklampsia dan eklampsia.

SIMPULAN

Sebanyak 61 (100%) orang ibu hamil preeklampsia dan eklampsia yang rawat jalan dan rawat inap yang terdata pada buku registrasi dan rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017, semuanya didiagnosis mengalami preeklampsia berat dengan kadar protein urine (+3) sebanyak 22 orang (36,1%). Pasien berusia 20-35 tahun yang menderita preeklampsia berat sebanyak 38 orang (62,3%), dari 38 pasien tersebut terdapat gambaran kadar protein urine (+3) yakni sebanyak

4

IΓΛΛΛ Λ  IOiRECTORYOF

. ( ∖ OPEN ACCESS IJUrnJ journals

14 orang (36,8%). Jumlah pasien dengan status paritas nullipara paling banyak daripada status paritas lain yakni sebanyak 27 orang (44,3%) dimana 9 orang (33,3%) diantaranya mempunyai kadar protein urine (+3). Pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat I sebanyak 29 orang (47,5%) didapatkan gambaran kadar protein urine (+3) sebanyak 7 orang (24,1%). Jumlah yang sama ditunjukan pada pasien dengan kategori tekanan darah hipertensi derajat II dengan jumlah penderita sebanyak 29 orang (47,5%) dan 13 orang (44,8%) diantaranya memiliki gambaran kadar protein urine (+3).

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, variabel yang lebih banyak, serta cakupan area penelitian yang lebih luas agar peneltian semakin komprehensif. Diharapkan juga kepada pasien untuk tetap melakukan pemeriksakan kehamilan maupun paska melahirkan untuk mengetahui dan mengontrol faktor risiko preeklampsia dan eklampsia dalam rangka mencegah kematian bayi dan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.      Myrtha, R. Penatalaksanaan Tekanan

darah pada Preeklampsia. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2015; 42(4): 262- 263.

  • 2.      American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG). Hypertension in Pregnancy. Washington DC. American College     of     Obstetricians     and

Gynecologists; 2013.h.ix.

  • 3.      Angsar, M.D. Hipertensi dalam

kehamilan. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirodrdjo, edk 4, eds. Jakarta: T Rachimhadhi & Wiknjosastro GH, Bina Pustaka     Sarwono     Prawirohardjo.

2009.h.530-562.

C>sTnta

Problem Pregnancies, Preeclampsia and Hypertensive Disorder. American Journal of Obstetrics & Gynecology; 2016; 31:

661-705.e3.

  • 7.      Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom,

S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L., and Wenstrom, K.D. Williams Obstetrics, 23th edn  2010. New York:  McGraw-Hill.

2010.h.706-757

  • 8.      Farid, Mose, J.C., Sabarudin, U., dan

Purwara, BH. Perbandingan Kadar Nitrik Oksida Serum Penderita Preeklampsia dengan Hamil Normal. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology;  2001;

25(2): 69 – 79.

  • 9.      DeCherney, A.H., Pernoll, M.L. Current

Treatment & Diagnosis: Obsterics & Gynecology, 11th edn. New York: McGraw-Hill. 2013.h.275

  • 10.     Kartha, I.B.M., Sudira, N., dan Gunung,

K. Hubungan Kadar Trigliserida Serum pada Umur Kehamilan Kurang dari 20 Minggu dengan Risiko Terjadinya Preeklampsia     pada     Primigravida.

Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology; 2000; 24: 88 – 92.

  • 11.     Kusmiyati, Y. Penuntun Praktikum

Asuhan          Kehamilan.Yogyakarta:

Fitramaya; 2010.

  • 12.     Karkata, M.K. Faktor Risiko Terjadinya

Hipertensi dalam Kehamilan. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology; 2006; 30(1): 55-57.

  • 13.     BKKBN. Profil Hasil Pendataan Keluarga

Tahun     2011.     Jakarta:     Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik; 2011.

  • 4.      Queenan, J.C., Hobbins, C.Y., and Spong.

Protocol For High-Risk Pregnancies, 6th edn. UK: Wiley Blackwell. 2015.h.330

  • 5.      Sofoewan, S. Preeklampsia-Eklampsia di

Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, Patogenesis     dan     Kemungkinan

pencegahannya. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology; 2003; 27(3): 141-151.

5

https://ojs.unud.ac.id